Anda di halaman 1dari 8

TUGAS KONEKSI ANTAR MATERI

MODUL 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM


YANG BERDAMPAK POSITIF PADA MURID
BASRI B. LAHIYA, S.Pd
CGP Angkatan 9 SMPN 1 Paleleh Barat Kab. Buol Sulawesi Tengah

A. Pemikiran Reflektif Terkait Pengalaman Belajar


Pengalaman / materi pembelajaran yang baru saya peroleh dari modul 3.3 yakni saya
banyak belajar dari modul ini, Dimana saya baru mengetahui bahwa pentingnya seorang guru
membuat program dengan mengajak murid untuk ikut serta atau terlibat dalam program -
program tersebut baik intrakurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler. Seorang murid juga
bisa menjadi pemimpin pembelajaran dan guru hanya mengawasi dan mendampingi. Saat
murid menjadi pemimpin dan mengambil peran aktif dalam proses pembelajaran mereka
sendiri, maka hubungan yang tercipta antara guru dengan murid akan mengalami perubahan,
karena hubungannya akan menjadi bersifat kemitraan. Dan pada saat murid menjadi
pemimpin dalam proses pembelajaran mereka sendiri ( agency ) maka mereka sebenarnya
memiliki suara ( voice ), pilihan ( choice ), dan kepemilikan ( ownership ) dalam proses
pembelajaran mereka. Tugas kita sebagai guru sebenarnya hanya menyediakan lingkungan
yang menumbuhkan budaya dimana murid memiliki suara, pilhan, dan kepemilikan dalam
apa yang mereka pikirkan, niat yang mereka tetapkan, bagaimana mereka melaksanakan niat
mereka dan mereflksikan tindakan mereka.
Emosi – emosi yang saya rasakan terkait pengalaman belajar yaitu saya merasa senang
karena saya banyak belajar sesuatu yang menarik dan mendapatkan banyak ilmu baru,
Pikiran saya lebih terbuka, untuk terus memberika sesuatu yang terbaik untuk murid dan
selalu memberikan pembelajaran yang berpihak pada murid. Saya merasa tertantang untuk
menyusun program berdasarkan aset yang ada disekolah dengan melibatkan murid kemudian
mengelolanya dengan baik, Dan dengan prinsip dari murid untuk murid.
Apa yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar yaitu
setelah mempelajari modul ini, saya menyadari sebagai seorang pemimpin pembelajaran
dalam menyusun program harus melalui perencanaan, pelaksanaan ,mentoring hingga
evaluasi. Pentingnya seorang guru menyusun sebuah program mengedepankan suara (voice),
pilihan ( choice ) dan kepemilikan ( ownership) murid.
Apa yang perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar yaitu
setelah mempelajari modul ini saya akan berusaha mendengar suara anak untuk dipilih dan
dipublikasikan untuk menjadi program kepemilikan.
Implikasi terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi yaitu nilai dan peran guru
penggerak sangat dibutuhkan dalam pengelolaan sebuah program yang berdampak pada
murid. Adanya keinginan diri untuk berinovasi dan melakukan hal terbaik untuk murid,
Mendorong saya untuk terus belajar mengajak murid agar menjadi pemimpin pembelajaran
sehingga menciptakan wellbeing bagi dirinya.

B. Apa intisari yang anda dapatkan dari modul ini ?


1) Apa itu kepemimpinan murid ( study agency ) dan bagaimana kaitannya dengan profil
pelajara Pancasila ?
Kepemimpinan murid ( study agency ) adalah ketika mereka mampu mengarahkan
pembelajaran mereka sendiri, membuat pilihan – pilihan, menyuarakan opini,
mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan rasa ingin tahu, berpatisipasi dan
berkontribusi pada komunitas belajar, mengkomunikasikan pemahaman mereka kepada
orang lain, dan melakukan tindakan nyata sebagai hasil proses belajarnya. Kepemimpinan
murid berkaitan dengan pengembangan identitas dan rasa memiliki. Ketika murid
mengembangkan agency, mereka mengandalkan motivasi, harapan, efikasi diri, dan
growth mindset ( pemahaman bahwa kemampuan dan kecerdasan dapat dikembangkan )
untuk menavigasi diri mereka menuju kesejahteraan lahir bathin ( wellbeing ). Hal inilah
yang kemudian memungkinkan mereka untuk bertindak dengan memiliki tujuan, yang
membimbing mereka untuk berkembang dimasyarakat. Saat murid menjadi pemimpin
dan mengambil peran aktif dalam proses pembelajaran mereka sendiri, maka hubungan
yang tercipta antara guru dengan murid akan mengalami perubahan, karena hubungannya
akan menjadi bersifat kemitraan. Upaya menumbuhkembangkan kepemimpinan murid
akan menyediakan kesempatan bagi murid untuk mengembangkan profil positif dirinya,
yang kemudian diharapkan dapat mewujud sebagai pengejawatan profil pelajar Pancasila
dalam dirinya.
2) Bagaimana suara ( voice ), pilihan ( choice ) dan kepemilikan murid (ownership) dalam
konsep kepemimpinan murid dalam konsep kepemimpinan murid ?
Pada saat murid menjadi pemimpin dalam proses pembelajaran mereka sendiri ( agency ),
maka mereka sebenarnya memiliki suara ( voice ), pilihan ( choice ) dan kepemilikan (
ownership ) dalam proses pembelajaran mereka. Lewat suara, pilihan, dan kepemilikan
inilah murid kemudian mengembangkan kapasitas dirinya menjadi seorang pemilik bagi
proses belajarnya sendiri. Tugas kita sebagai guru sebenarnya hanya menyediakan
lingkungan yang menumbuhkan budaya dimana murid memiliki suara, pilihan, dan
kepemilikan dalam apa yang mereka pikirkan, niat yang mereka tetapkan, bagaimana
mereka melaksanakan niat mereka, dan bagaimana mereka merefleksikan tindakan
mereka.
3) Apa sebenarnya yang dimaksud suara , pilihan dan kepemilikan murid ?
Suara ( voice ) adalah pandangan , perhatian, gagasan yang diekspresikan oleh murid
melalui partisipasi aktif mereka dikelas, sekolah, komunitas, dan system Pendidikan
mereka, yang berkontribusi pada proses pengambilan keputusan dan secara kolektif
mempengaruhi muridnya.
Pilihan ( Choice ) adalah peluang yang diberikan kepada murid untuk memilih
kesempatan – kesempatan dalam ranah social, linkungan dan pembelajaran. Dalam ranah
social,murid dapat diberikan kesempatan untuk berada dalam kelompok yang sesuai
dengan tujuan dan minatnya, dalam ranah lingkungan, murid dapat diberikan kesempatan
untuk memilih atau mengatur tempat belajarnya yang sesuai untuk mereka. Dalam ranah
lingkungan, murid diberikan kesempatan untuk memilih lingkungan belajarnya yang
paling mendukung untuk mereka belajar secara maksimal. Sementara dalam ranah
pembelajaraan, murid diberikan pilihan – pilihan untuk mengakses, berlatih atau
membuktikan penguasaan pengetahuan atau keterampilan dalam kurikulum.
4) Kepemilikan ( ownership ) adalah kepemilikan dalam belajar ( ownership in learning)
sebenarnya mengacu pada rasa keterhubungan, keterlibatan aktif, dan investasi pribadi
seseorang dalam proses belajar( dikutip dari volt DL.Damiano – lantz M
5) Bagaimana lingkungan yang mendukung tumbuh kembangnya kepemimpinan ?
Lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid adalah lingkungan di
mana guru, sekolah, orangtua, dan komunitas secara sadar mengembangkan wellbeing
atau kesejahteraan diri murid-muridnya secara optimal. Noble et al (2008) menjelaskan
bahwa kesejahteraan siswa yang optimal adalah sebuah keadaan emosional yang
berkelanjutan yang dicirikan dengan (terutama) suasana hati dan sikap yang positif,
hubungan positif dengan murid lain maupun guru, daya lenting atau ketangguhan,
pengoptimalan kekuatan diri, serta tingkat kepuasan yang tinggi terhadap pengalaman
belajar mereka di sekolah Menyadur apa yang disampaikan oleh Noble tersebut, maka
lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid akan memiliki beberapa
karakteristik, di antaranya adalah :
a. Lingkungan yang menyediakan kesempatan untuk murid menggunakan pola pikir
positif dan merasakan emosi yang positif.
b. Lingkungan yang mengembangkan keterampilan berinteraksi sosial secara positif,
arif dan bijaksana, di mana murid akan menjunjung tinggi nilai-nilai sosial positif
yang berbasis pada nilai-nilai kebajikan yang dibangun oleh sekolah.
c. Lingkungan yang melatih keterampilan yang dibutuhkan murid dalam proses
pencapaian tujuan akademik maupun non-akademiknya.
d. Lingkungan yang melatih murid untuk menerima dan memahami kekuatan diri,
sesama, serta masyarakat dan lingkungan di sekitarnya.
e. Lingkungan yang membuka wawasan murid agar dapat menentukan dan
menindaklanjuti tujuan, harapan atau mimpi yang manfaat dan kebaikannya
melampaui pemenuhan kepentingan individu, kelompok, maupun golongan.
f. Lingkungan yang menempatkan murid sedemikian rupa sehingga terlibat aktif dalam
proses belajarnya sendiri.
g. Lingkungan yang menumbuhkan daya lenting dan sikap tangguh murid untuk terus
bangkit di tengah kesempitan dan kesulitan.
Dalam rangka mewujudkan lingkungan belajar yang dapat menumbuhkan kepemimpinan
murid, maka guru dan sekolah tentunya tidak dapat bekerja sendiri. Mereka akan
memerlukan dukungan dari berbagai pihak, Salah satunya dari komunitas.
6) Bagaimana melibatkan komunitas untuk mendukung tumbuhnya kepemimpinan murid ?
Komunitas adalah bentuk dari aset sosial yang dimiliki sekolah yang dapat dimanfaatkan
untuk meningkatkan kualitas program/kegiatan pembelajaran di sekolah. Yang dimaksud
dengan komunitas di sini dapat terdiri dari murid, guru, orang tua, orang dewasa lain
yang ada di sekitar murid, dan masyarakat atau lingkungan sekitar, yang baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi proses belajar murid. Sebagai
pusat dari proses pendidikan, murid ‘berada’ dalam lintas komunitas. Mereka dapat
berada sekaligus pada: komunitas keluarga (anggotanya dapat terdiri orang tua, kakak,
adik, pengasuh, dsb), komunitas kelas dan antar kelas (anggotanya dapat terdiri teman
sesama murid, guru), komunitas sekolah (anggotanya dapat terdiri dari kepala sekolah,
pustakawan, penjaga sekolah, laboran, penjaga keamanan, tenaga kebersihan, petugas
kantin, dsb), komunitas sekitar sekolah (anggotanya dapat terdiri dari RT/RW, tokoh
masyarakat setempat, puskesmas, tokoh agama setempat, dsb), komunitas yang lebih
luas. (anggotanya dapat terdiri dari organisasi masyarakat, dunia usaha, media,
universitas, DPR, dsb). Semua komunitas tersebut secara langsung maupun tidak
langsung mempengaruhi proses pembelajaran murid. Komunitas-komunitas tersebut
merupakan aset sosial yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas
program/kegiatan pembelajaran di sekolah, termasuk dalam menumbuhkembangkan
kepemimpinan murid, yaitu dengan bersama-sama ikut mempromosikan dan mendorong
‘suara, pilihan, kepemilikan’ murid dalam berbagai peran yang mereka mainkan dan
interaksi mereka dengan murid. Komunitas-komunitas yang mendukung kepemimpinan
murid akan memahami bahwa sesungguhnya murid-murid memiliki suara, pilihan, dan
kepemilikan. Mereka akan berusaha menciptakan kesempatan-kesempatan yang
mendorong tumbuhnya dan berkembangnya berbagai sikap dan keterampilan-
keterampilan penting dalam diri murid, misalnya sikap percaya diri, mandiri, kreatif,
gigih, keterampilan berpikir kritis, dalam berbagai interaksi yang mereka lakukan dengan
murid, sehingga murid akan senantiasa merasa didukung, berdaya, dan memiliki efikasi
diri yang tinggi.

C. Keterkaitan modul 3.3 dengan modul sebelumnya :


1) Keterkaitan modul 3.3 dengan 1.1
Melalui filosofi dan matafora “ Menumbuhkan padi “ Ki Hajar Dewantara mengingatkan
kita bahwa dalam mewujudkan pembelajaran yang berpusat pada murid,kita harus sadar
dan terencana membangun ekosistem yang mendukung pembelajaran murid, sehingga
mampu memekarkan mereka sesuai dengan kodratnya. Dengan demikian, saat kita
merancang sebuah program / kegiatan pembelajaran disekolah, baiki itu intrakurikuler,
kokurikuler atau ekstrakurikuler,maka murid juga seharusnya menjadi pertimbangan
utama.
2) Keterkaitan modul 3.3 dengan 1.2
Melalui nilai mandiri, Reflektif,Kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid diharapkan
guru bisa menyusun dan mengelola program yang berdampak pada murid. Nilai – nilai
tersebut harus di pedomani guru agar kegiatan yang direncanakan dapat dilaksanakan
dengan baik dan dapat mengembangkan kepemimpinan murid. Agar kita dapat
menjadikan murid sebagai pemimpin bagi proses pembelajarannya sendiri, maka kita
perlu memberikan kesempatan kepada murid untuk mengembangkan kapasitasnya dalam
mengelola pembelajaran mereka sendiri, sehingga potensi kepemimpinannya dapat
berkembang dengan baik. Peran kita adalah mendampingi murid agar pengembangan
potensi kepemimpinan mereka tetap sesuai dengan kodrat,konteks dan kebutuhannya
serta kita tidak mengurangi control kita terhadap mereka.
3) Keterkaitan modul 3.3 dengan 1.3
Visi guru penggerak sangat berkaitan bagaimana lingkungan pembelajaran yang berpihak
pada murid dan menjalankan rencana program sekolah dengan dukungan para pemangku
kepentingan dalam mendukung ekosistem pembelajaran yang berpihak pada murid.
Perencanaan yang dilakukan dapat menggunakan IA ( Inquiri Apresiatif ) dengan model
5D cycle ( BAGJA ).
4) Keterkaitan modul 3.3 dengan 1.4
Pengelolaan program yang berdampak pada murid diharapkan dapat memberikan dampak
positif dengan terwujudnya budaya positif dilingkungan sekolah. Budaya positif berupa
lingkungan yang mendukung perkembangan siswa terutama kekuatak kodrat pada anak –
anak. Dalam lingkungan belajar budaya postif, murid dibiasakan untuk dapat melakukan
komunikasi dua arah bersama guru, serta menamkan nilai – nilai pendidikan karakter
untuk mendukung terlaksananya program sekolah yang berdampak pada murid
5) Keterkaitan modul 3.3 dengan 2.1
Merencanakan dan mengelola program yang berdampak pada murid tidak terlepas dari
apa kebutuhan murid seperti kesiapan murid, minat belajar dan profil belajar murid.
Seorang guru penggerak dibekali dengan pembelajaran yang berpihak pada murid karena
kebutuhan mereka beragam. Kebutuhan belajar mereka menjadi dasar untuk menyusun
program yang berdampak pada murid. Keragaman murid ini menjadi aset atau modal
uttuk melakukan diferensiasi program yang berdampak pada murid dan sesuai dengan
kebutuhan murid.
6) Keterkaitan modul 3.3 dengan 2.2
Perencanaan program yang berdamak pada murid, perlu guru mengintegrasikan
pembelajaran social emosional didalamnya. Hal ini diperlukan untuk mengembalikan
kesadaran penuh ( milddfullnes ) murid. Dalam melaksanakan program, murid dapat
terasa tenang, focus, empati, termotivasi dan bertanggung jawab atas pilihannya. Tekhnik
milddfullness menjadi strategi pembelajaran lima kompetensi social yang berdasarkan
pada keberpihakan pada murid yang berdampak pada anak.
7) Keterkaitan modul 3.3 dengan 2.3
Coaching sangat penting dilakukan dalam langkah untuk menggali segala potensi dan
melejitkan kinerja murid untuk menemukan sendiri solusi atas permasalahan yang
dihadapi ketika melaksanakan program yang berdampak pada murid. Untuk itu sikap
kreatif, inovatif, dan sikap kritis dari murid sangat diharapkan agar tercipta murid yang
merdeka belajar. Coaching memberikan kesempatan kepada murid untuk berkembang
dan menggali proese berpikir pribadi. Maka dalam program pengelolaan program yang
berdampak pada murid, coaching dapat digunakan sebagai strategi dalam
mengembangkan sumber daya murid.
8) Keterkaitan modul 3.3 dengan 3.1
Pemimpin pembelajaran adalah orang yang melakukan perubahan kearah yang lebih
positif dan berkolaborasi. Agar keputusan yang diambil bersifat efektif, efisien terkait
program yang ingin dilakukan, tentunya keputusan tersebut haruslah memperhatikan 3
prinsip berpikir, 4 paradigma pengambilan keputusan dan 9 langkah pengujian dan
pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Hal ini mendorong rasa percaya
diri, keselamatan dan kebahagiaan murid, Serta seluruh pihak yang terkait dengan
pengeloaan program yang berdampak pada murid.
9) Keterkaitan modul 3.3 dengan 3.2
Pengelolaan program yang berdampak pada murid hendaknya didukung dengan
identifikasi aset / modal yang dimiliki sekolah, sehingga pengefektifan sumber daya
menjadi prioritas yang perlu diperhatikan oleh seluruh stekholder yang ada. Dengan
berfokus pada kekuatan yang dimiliki. Maka perencanaan dan pengelolaan program yang
berdampak pada murid dapat terlasana dengan baik.

D. Persektif saya tentang program yang berdampak positif pada murid


Program yang berdampak positif pada murid adalah program sekolah yang dibuat
berdasarkan hasil analis kebutuhan murid. Sasarannya adalah murid dan untuk
mengembangka potensi yang dimiliki oleh murid. Program yang di buat berdasarkan minat
dan harapan murid untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh murid.
Dan bagaimana seharusnya program – program atau kegiatan sekolah harus
direncanakan, dilaksnakan, dievaluasi agar program tersebut berdampak positif pada murid ?
Penyusuna program tidak terlepas dari pemetaan aset manusianya, terutama pada potensi
murid, untuk melakukan pemetaan , dilakukan suatu pendekatan yang berbasis aset. Selain
pemetaan kompetensi / kekuatan/ aset yang ada disekolah, dalam pengembangan program
ini, diperlukan juga pemetaan kebutuhan murid dan semua warga sekolah. Untuk dapat
melakukan pemetaan kebutuhan murid dengan baik, terstuktur dan terarah maka diperlukan
pendekatan yang dapat menghimpun semua harapan warga sekolah, terutama murid, yaitu
menggunakan pendekatan IA atau BAGJA. Selain pemanfaatan atau kekuatan yang dimiliki
sekolah, penyusuna program yang berdampak pada murid harus berdasarkan visi yang
merupakn buah kreativitas anak.

Terima Kasih
Salam dan Bahagia !!!

Anda mungkin juga menyukai