Modul 3.3
Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid
Banyak pengalaman pembelajaran yang saya peroleh dari modul 3.3. Diantaranya yaitu
pentingnya seorang guru dalam membuat suatu program dengan mengajak murid untuk ikut
terlibat dalam perencanaan program tersebut baik intrakurikuler, kokurikuler dan
ekstrakurikuler. Seorang murid juga bisa menjadi pemimpin pembelajaran sementara guru
mengawasi dan mendampingi. Saat murid menjadi pemimpin dan mengambil peran aktif
dalam proses pembelajaran mereka sendiri, maka hubungan yang tercipta antara guru
dengan murid adalah kemitraan. Dan pada saat murid menjadi pemimpin dalam proses
pembelajaran mereka sendiri (agency) maka mereka sebenarnya memiliki suara, pilihan, dan
kepemilikan (ownership) dalam proses pembelajaran mereka. Tugas kita sebagai guru hanya
menyediakan lingkungan yang menumbuhkan budaya dimana murid memiliki suara, pilhan,
dan kepemilikan dalam apa yang mereka pikirkan, niatkan, dan bagaimana mereka
melaksanakan niat mereka dan merefleksikan tindakan mereka.
Emosi-emosi yang saya rasakan terkait pengalaman belajar
Saya merasa senang karena banyak mendapat banyak ilmu
baru dan sangat menarik. Sehingga pikiran saya lebih terbuka,
untuk terus memberikan sesuatu yang terbaik untuk murid
dan memberikan pembelajaran yang berpihak pada murid.
Selain itu saya juga merasa tertantang untuk menyusun
program berdasarkan aset yang ada di sekolah dengan
melibatkan murid kemudian mengelolanya dengan baik, Dan
dengan prinsip dari murid untuk murid.
Apa yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan dirinya
dalam proses belajar
Setelah mempelajari modul ini, saya akan berusaha mendengar suara anak untuk
dipilih dan dipublikasikan untuk menjadi suatu program yang akhirnya menjadi
kepemilikan.
Dalam rangka mewujudkan lingkungan belajar yang dapat menumbuhkan kepemimpinan murid, maka guru dan sekolah tentunya tidak
dapat bekerja sendiri. Mereka akan memerlukan dukungan dari berbagai pihak, Salah satunya dari komunitas.
Bagaimana melibatkan komunitas untuk mendukung tumbuhnya
kepemimpinan murid ?
Komunitas adalah bentuk dari aset sosial yang dimiliki sekolah yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas
program/kegiatan pembelajaran di sekolah. Yang dimaksud dengan komunitas di sini dapat terdiri dari murid, guru,
orang tua, orang dewasa lain yang ada di sekitar murid, dan masyarakat atau lingkungan sekitar, yang baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi proses belajar murid. Mereka dapat berada sekaligus pada:
komunitas keluarga (anggotanya dapat terdiri orang tua, kakak, adik, pengasuh, dsb), komunitas kelas dan antar kelas
(anggotanya dapat terdiri teman sesama murid, guru), komunitas sekolah (anggotanya dapat terdiri dari kepala
sekolah, pustakawan, penjaga sekolah, laboran, penjaga keamanan, tenaga kebersihan, petugas kantin, dsb),
komunitas sekitar sekolah (anggotanya dapat terdiri dari RT/RW, tokoh masyarakat setempat, puskesmas, tokoh
agama setempat, dsb), komunitas yang lebih luas. (anggotanya dapat terdiri dari organisasi masyarakat, dunia usaha,
media, universitas, DPR, dsb). Semua komunitas tersebut secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi
proses pembelajaran murid. Komunitas-komunitas tersebut merupakan aset sosial yang dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan kualitas program/kegiatan pembelajaran di sekolah, termasuk dalam menumbuhkembangkan
kepemimpinan murid, yaitu dengan bersama-sama ikut mempromosikan dan mendorong ‘suara, pilihan,
kepemilikan’ murid dalam berbagai peran yang mereka mainkan dan interaksi mereka dengan murid. Komunitas-
komunitas yang mendukung kepemimpinan murid akan memahami bahwa sesungguhnya murid-murid memiliki
suara, pilihan, dan kepemilikan.
Keterkaitan modul 3.3 dengan 1.1
Melalui filosofi dan matafora “ Menumbuhkan padi “ Ki Hajar Dewantara
mengingatkan kita bahwa dalam mewujudkan pembelajaran yang
berpusat pada murid,kita harus sadar dan terencana membangun
ekosistem yang mendukung pembelajaran murid, sehingga mampu
memekarkan mereka sesuai dengan kodratnya. Dengan demikian, saat
kita merancang sebuah program / kegiatan pembelajaran disekolah, baiki
itu intrakurikuler, ko – kurikuler atau ekstrakurikuler,maka murid juga
seharusnya menjadi pertimbangan utama.
Keterkaitan modul 3.3 dengan 1.2
Melalui nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid diharapkan guru
bisa menyusun dan mengelola program yang berdampak pada murid. Nilai – nilai tersebut
harus di pedomani guru agar kegiatan yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik
dan dapat mengembangkan kepemimpinan murid. Agar kita dapat menjadikan murid sebagai
pemimpin bagi proses pembelajarannya sendiri, maka kita perlu memberikan kesempatan
kepada murid untuk mengembangkan kapasitasnya dalam mengelola pembelajaran mereka
sendiri, sehingga potensi kepemimpinannya dapat berkembang dengan baik. Peran kita
adalah mendampingi murid agar pengembangan potensi kepemimpinan mereka tetap sesuai
dengan kodrat,konteks dan kebutuhannya serta kita tidak mengurangi control kita terhadap
mereka.
Keterkaitan modul 3.3 dengan 1.3
Visi guru penggerak sangat berkaitan bagaimana lingkungan
pembelajaran yang berpihak pada murid dan menjalankan
rencana program sekolah dengan dukungan para pemangku
kepentingan dalam mendukung ekosistem pembelajaran
yang berpihak pada murid. Perencanaan yang dilakukan
dapat menggunakan IA ( Inquiri Apresiatif ) dengan model
5D cycle ( BAGJA ).
Keterkaitan modul 3.3 dengan 1.4
Pengelolaan program yang berdampak pada murid diharapkan dapat
memberikan dampak positif dengan terwujudnya budaya positif
dilingkungan sekolah. Budaya positif berupa lingkungan yang
mendukung perkembangan siswa terutama kekuatak kodrat pada anak –
anak. Dalam lingkungan belajar budaya postif, murid dibiasakan untuk
dapat melakukan komunikasi dua arah bersama guru, serta menamkan
nilai – nilai pendidikan karakter untuk mendukung terlaksananya
program sekolah yang berdampak pada murid
Keterkaitan modul 3.3 dengan 2.1.