Anda di halaman 1dari 20

Koneksi Antar Materi

Modul 3.3
Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid

Utari Dyah Hardiyanti


-CGP Angkatan 8 - SMAN 7 Kota Depok
Pemikiran Reflektif Terkait Pembelajaran

Banyak pengalaman pembelajaran yang saya peroleh dari modul 3.3. Diantaranya yaitu
pentingnya seorang guru dalam membuat suatu program dengan mengajak murid untuk ikut
terlibat dalam perencanaan program tersebut baik intrakurikuler, kokurikuler dan
ekstrakurikuler. Seorang murid juga bisa menjadi pemimpin pembelajaran sementara guru
mengawasi dan mendampingi. Saat murid menjadi pemimpin dan mengambil peran aktif
dalam proses pembelajaran mereka sendiri, maka hubungan yang tercipta antara guru
dengan murid adalah kemitraan. Dan pada saat murid menjadi pemimpin dalam proses
pembelajaran mereka sendiri (agency) maka mereka sebenarnya memiliki suara, pilihan, dan
kepemilikan (ownership) dalam proses pembelajaran mereka. Tugas kita sebagai guru hanya
menyediakan lingkungan yang menumbuhkan budaya dimana murid memiliki suara, pilhan,
dan kepemilikan dalam apa yang mereka pikirkan, niatkan, dan bagaimana mereka
melaksanakan niat mereka dan merefleksikan tindakan mereka.
Emosi-emosi yang saya rasakan terkait pengalaman belajar
Saya merasa senang karena banyak mendapat banyak ilmu
baru dan sangat menarik. Sehingga pikiran saya lebih terbuka,
untuk terus memberikan sesuatu yang terbaik untuk murid
dan memberikan pembelajaran yang berpihak pada murid.
Selain itu saya juga merasa tertantang untuk menyusun
program berdasarkan aset yang ada di sekolah dengan
melibatkan murid kemudian mengelolanya dengan baik, Dan
dengan prinsip dari murid untuk murid.
Apa yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan dirinya
dalam proses belajar
Setelah mempelajari modul ini, saya akan berusaha mendengar suara anak untuk
dipilih dan dipublikasikan untuk menjadi suatu program yang akhirnya menjadi
kepemilikan.

Implikasi terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi


Nilai dan peran guru penggerak sangat dibutuhkan dalam pengelolaan sebuah
program yang berdampak pada murid. Keinginan untuk berinovasi dan
melakukan hal terbaik untuk murid, mendorong saya untuk terus belajar hal-hal
baru dan mulai mengajak murid agar menjadi pemimpin pembelajaran sehingga
menciptakan wellbeing bagi dirinya.
Apa itu kepemimpinan murid ( study agency ) dan bagaimana
kaitannya dengan profil pelajar Pancasila ?
Kepemimpinan murid (study agency) adalah ketika murid mampu mengarahkan pembelajaran
mereka sendiri, membuat pilihan-pilihan, menyuarakan opini, mengajukan pertanyaan dan
mengungkapkan rasa ingin tahu, berpatisipasi dan berkontribusi pada komunitas belajar,
mengkomunikasikan pemahaman mereka kepada orang lain, dan melakukan tindakan nyata sebagai
hasil proses belajarnya. Kepemimpinan murid berkaitan dengan pengembangan identitas dan rasa
memiliki. Ketika murid mengembangkan agency, mereka mengandalkan motivasi, harapan, efikasi diri,
dan growth mindset (pemahaman bahwa kemampuan dan kecerdasan dapat dikembangkan) untuk
menavigasi diri mereka menuju kesejahteraan lahir bathin (wellbeing). Hal inilah yang kemudian
memungkinkan mereka untuk bertindak dengan memiliki tujuan, yang membimbing mereka untuk
berkembang dimasyarakat. Upaya menumbuh kembangkan kepemimpinan murid akan menyediakan
kesempatan bagi murid untuk mengembangkan profil positif dirinya, yang kemudian diharapkan dapat
menjadi profil pelajar Pancasila dalam dirinya.
Bagaimana suara ( voice ), pilihan ( choice ) dan kepemilikan
murid (ownership) dalam konsep kepemimpinan murid dalam
konsep kepemimpinan murid ?
Pada saat murid menjadi pemimpin dalam proses pembelajaran mereka sendiri
(agency), maka mereka sebenarnya memiliki suara (voice), pilihan (choice) dan
kepemilikan (ownership) dalam proses pembelajaran mereka. Lewat suara, pilihan,
dan kepemilikan inilah murid kemudian mengembangkan kapasitas dirinya dalam
proses belajarnya sendiri. Tugas kita sebagai guru menyediakan lingkungan yang
menumbuhkan budaya dimana murid memiliki suara, pilihan, dan kepemilikan
dalam apa yang mereka pikirkan, niatkan, bagaimana mereka melaksanakan niat
mereka, dan bagaimana mereka merefleksikan tindakan mereka.
Apa sebenarnya yang dimaksud suara, pilihan dan
kepemilikan murid ?
Suara (voice) adalah pandangan dan gagasan yang diekspresikan oleh murid melalui partisipasi aktif mereka di
kelas, sekolah, komunitas, belajar yang berkontribusi pada proses pengambilan keputusan dalam proses
pembelajaran.
Pilihan (choice) adalah peluang yang diberikan kepada murid untuk memilih kesempatan – kesempatan dalam
ranah social, linkungan dan pembelajaran. Dalam ranah sosial, murid dapat diberikan kesempatan untuk berada
dalam kelompok yang sesuai dengan tujuan dan minatnya, dalam ranah lingkungan, murid dapat diberikan
kesempatan untuk memilih atau mengatur tempat belajarnya yang sesuai untuk mereka. Dalam ranah
lingkungan, murid diberikan kesempatan untuk memilih lingkungan belajarnya yang paling mendukung untuk
mereka belajar secara maksimal. Sementara dalam ranah pembelajaraan, murid diberikan pilihan – pilihan
untuk mengakses, berlatih atau membuktikan penguasaan pengetahuan atau keterampilan dalam kurikulum.
Kepemilikan ( ownership ) adalah kepemilikan dalam belajar (ownership in learning) sebenarnya mengacu pada
rasa keterhubungan, keterlibatan aktif, dan investasi pribadi seseorang dalam proses belajar.
Bagaimana lingkungan yang mendukung tumbuh kembangnya kepemimpinan ?
Lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid adalah lingkungan di mana guru, sekolah, orangtua, dan
komunitas secara sadar mengembangkan wellbeing atau kesejahteraan diri murid-muridnya secara optimal.
Lingkungan yang menyediakan kesempatan untuk murid menggunakan pola pikir positif dan merasakan emosi yang positif.
Lingkungan yang mengembangkan keterampilan berinteraksi sosial secara positif, arif dan bijaksana, di mana murid akan
menjunjung tinggi nilai-nilai sosial positif yang berbasis pada nilai-nilai kebajikan yang dibangun oleh sekolah.
Lingkungan yang melatih keterampilan yang dibutuhkan murid dalam proses pencapaian tujuan akademik maupun non-
akademiknya.
Lingkungan yang melatih murid untuk menerima dan memahami kekuatan diri, sesama, serta masyarakat dan lingkungan di
sekitarnya.
Lingkungan yang membuka wawasan murid agar dapat menentukan dan menindaklanjuti tujuan, harapan atau mimpi yang
manfaat dan kebaikannya melampaui pemenuhan kepentingan individu, kelompok, maupun golongan.
Lingkungan yang menempatkan murid sedemikian rupa sehingga terlibat aktif dalam proses belajarnya sendiri.
Lingkungan yang menumbuhkan daya lenting dan sikap tangguh murid untuk terus bangkit di tengah kesempitan dan kesulitan.

Dalam rangka mewujudkan lingkungan belajar yang dapat menumbuhkan kepemimpinan murid, maka guru dan sekolah tentunya tidak
dapat bekerja sendiri. Mereka akan memerlukan dukungan dari berbagai pihak, Salah satunya dari komunitas.
Bagaimana melibatkan komunitas untuk mendukung tumbuhnya
kepemimpinan murid ?
Komunitas adalah bentuk dari aset sosial yang dimiliki sekolah yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas
program/kegiatan pembelajaran di sekolah. Yang dimaksud dengan komunitas di sini dapat terdiri dari murid, guru,
orang tua, orang dewasa lain yang ada di sekitar murid, dan masyarakat atau lingkungan sekitar, yang baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi proses belajar murid. Mereka dapat berada sekaligus pada:
komunitas keluarga (anggotanya dapat terdiri orang tua, kakak, adik, pengasuh, dsb), komunitas kelas dan antar kelas
(anggotanya dapat terdiri teman sesama murid, guru), komunitas sekolah (anggotanya dapat terdiri dari kepala
sekolah, pustakawan, penjaga sekolah, laboran, penjaga keamanan, tenaga kebersihan, petugas kantin, dsb),
komunitas sekitar sekolah (anggotanya dapat terdiri dari RT/RW, tokoh masyarakat setempat, puskesmas, tokoh
agama setempat, dsb), komunitas yang lebih luas. (anggotanya dapat terdiri dari organisasi masyarakat, dunia usaha,
media, universitas, DPR, dsb). Semua komunitas tersebut secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi
proses pembelajaran murid. Komunitas-komunitas tersebut merupakan aset sosial yang dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan kualitas program/kegiatan pembelajaran di sekolah, termasuk dalam menumbuhkembangkan
kepemimpinan murid, yaitu dengan bersama-sama ikut mempromosikan dan mendorong ‘suara, pilihan,
kepemilikan’ murid dalam berbagai peran yang mereka mainkan dan interaksi mereka dengan murid. Komunitas-
komunitas yang mendukung kepemimpinan murid akan memahami bahwa sesungguhnya murid-murid memiliki
suara, pilihan, dan kepemilikan.
Keterkaitan modul 3.3 dengan 1.1
Melalui filosofi dan matafora “ Menumbuhkan padi “ Ki Hajar Dewantara
mengingatkan kita bahwa dalam mewujudkan pembelajaran yang
berpusat pada murid,kita harus sadar dan terencana membangun
ekosistem yang mendukung pembelajaran murid, sehingga mampu
memekarkan mereka sesuai dengan kodratnya. Dengan demikian, saat
kita merancang sebuah program / kegiatan pembelajaran disekolah, baiki
itu intrakurikuler, ko – kurikuler atau ekstrakurikuler,maka murid juga
seharusnya menjadi pertimbangan utama.
Keterkaitan modul 3.3 dengan 1.2
Melalui nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid diharapkan guru
bisa menyusun dan mengelola program yang berdampak pada murid. Nilai – nilai tersebut
harus di pedomani guru agar kegiatan yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik
dan dapat mengembangkan kepemimpinan murid. Agar kita dapat menjadikan murid sebagai
pemimpin bagi proses pembelajarannya sendiri, maka kita perlu memberikan kesempatan
kepada murid untuk mengembangkan kapasitasnya dalam mengelola pembelajaran mereka
sendiri, sehingga potensi kepemimpinannya dapat berkembang dengan baik. Peran kita
adalah mendampingi murid agar pengembangan potensi kepemimpinan mereka tetap sesuai
dengan kodrat,konteks dan kebutuhannya serta kita tidak mengurangi control kita terhadap
mereka.
Keterkaitan modul 3.3 dengan 1.3
Visi guru penggerak sangat berkaitan bagaimana lingkungan
pembelajaran yang berpihak pada murid dan menjalankan
rencana program sekolah dengan dukungan para pemangku
kepentingan dalam mendukung ekosistem pembelajaran
yang berpihak pada murid. Perencanaan yang dilakukan
dapat menggunakan IA ( Inquiri Apresiatif ) dengan model
5D cycle ( BAGJA ).
Keterkaitan modul 3.3 dengan 1.4
Pengelolaan program yang berdampak pada murid diharapkan dapat
memberikan dampak positif dengan terwujudnya budaya positif
dilingkungan sekolah. Budaya positif berupa lingkungan yang
mendukung perkembangan siswa terutama kekuatak kodrat pada anak –
anak. Dalam lingkungan belajar budaya postif, murid dibiasakan untuk
dapat melakukan komunikasi dua arah bersama guru, serta menamkan
nilai – nilai pendidikan karakter untuk mendukung terlaksananya
program sekolah yang berdampak pada murid
Keterkaitan modul 3.3 dengan 2.1.

Merencanakan dan mengelola program yang berdampak pada murid


tidak terlepas dari apa kebutuhan murid seperti kesiapan murid, minat
belajar dan profil belajar murid. Seorang guru penggerak dibekali
dengan pembelajaran yang berpihak pada murid karena kebutuhan
mereka beragam. Kebutuhan belajar mereka menjadi dasar untuk
menyusun program yang berdampak pada murid. Keragaman murid ini
menjadi aset atau modal uttuk melakukan diferensiasi program yang
berdampak pada murid dan sesuai dengan kebutuhan murid.
Keterkaitan modul 3.3 dengan 2.2.
Perencanaan program yang berdamak pada murid, perlu guru
mengintegrasikan pembelajaran social emosional didalamnya. Hal ini
diperlukan untuk mengembalikan kesadaran penuh (mindfullnes)
murid. Dalam melaksanakan program, murid dapat terasa tenang,
focus, empati, termotivasi dan bertanggung jawab atas pilihannya.
Tekhnik mindfullness menjadi strategi pembelajaran lima
kompetensi sosial yang berdasarkan pada keberpihakan pada murid
yang berdampak pada anak.
Keterkaitan modul 3.3 dengan 2.3.
Coaching sangat penting dilakukan dalam langkah untuk menggali segala
potensi dan melejitkan kinerja murid untuk menemukan sendiri solusi atas
permasalahan yang dihadapi ketika melaksanakan program yang berdampak
pada murid. Untuk itu sikap kreatif, inovatif, dan sikap kritis dari murid sangat
diharapkan agar tercipta murid yang merdeka belajar. Coaching memberikan
kesempatan kepada murid untuk berkembang dan menggali proese berpikir
pribadi. Maka dalam program pengelolaan program yang berdampak pada
murid, coaching dapat digunakan sebagai strategi dalam mengembangkan
sumber daya murid.
Keterkaitan modul 3.3 dengan 3.1.
Pemimpin pembelajaran adalah orang yang melakukan perubahan kearah yang
lebih positif dan berkolaborasi. Agar keputusan yang diambil bersifat efektif,
efisien terkait program yang ingin dilakukan, tentunya keputusan tersebut
haruslah memperhatikan 3 prinsip berpikir, 4 paradigma pengambilan
keputusan dan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan sebagai
pemimpin pembelajaran. Hal ini mendorong rasa percaya diri, keselamatan dan
kebahagiaan murid, Serta seluruh pihak yang terkait dengan pengeloaan
program yang berdampak pada murid.
Keterkaitan modul 3.3 dengan 3.2.

Pengelolaan program yang berdampak pada murid hendaknya


didukung dengan identifikasi aset / modal yang dimiliki sekolah,
sehingga pengefektifan sumber daya menjadi prioritas yang perlu
diperhatikan oleh seluruh stekholder yang ada. Dengan berfokus pada
kekuatan yang dimiliki. Maka perencanaan dan pengelolaan program
yang berdampak pada murid dapat terlasana dengan baik.
Persektif saya tentang program yang berdampak
positif pada murid
Program yang berdampak positif pada murid adalah program sekolah yang dibuat berdasarkan hasil analis
kebutuhan murid. Sasarannya adalah murid dan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh murid. Program
yang dibuat berdasarkan minat dan harapan murid untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh murid.
Dan bagaimana seharusnya program-program atau kegiatan sekolah harus direncanakan, dilaksankan, dievaluasi
agar program tersebut berdampak positif pada murid? Penyusunan program tidak terlepas dari pemetaan aset
manusianya, terutama pada potensi murid, untuk melakukan pemetaan , dilakukan suatu pendekatan yang berbasis
aset. Selain pemetaan kompetensi / kekuatan/ aset yang ada disekolah, dalam pengembangan program ini,
diperlukan juga pemetaan kebutuhan murid dan semua warga sekolah. Untuk dapat melakukan pemetaan
kebutuhan murid dengan baik, terstuktur dan terarah maka diperlukan pendekatan yang dapat menghimpun
semua harapan warga sekolah, terutama murid, yaitu menggunakan pendekatan IA atau BAGJA. Selain
pemanfaatan atau kekuatan yang dimiliki sekolah, penyusuna program yang berdampak pada murid harus
berdasarkan visi yang merupakn buah kreativitas anak.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai