Anda di halaman 1dari 10

A. Perasaan Setelah Mempelajari Modul 3.

Tak terasa perjalanan Program Guru Penggerak ( PGP) telah sampai

pada akhir modul 3.3 yang mengkaji tentang bagaimana penyusunan program

yang berdampak pada murid. Banyak pembelajaran yang dapat saya ambil

dari pembelajaran modul ini. Saya merasa senang karena diberikan

kesempatan untuk mengetahui bagaimana cara menciptakan sebuah ekosistem

sekolah yang sebagian besar kegiatannya akan berdampak positif bagi murid.

Dalam kesempatan ini, saya akan mecoba membuat koneksi antar materi dari

modul 3.3 dengan semua modul sebelumnya. Mengawalai ulasna saya , ada

kutipan KHD yang sangat menarik bagi saya yaitu:

“ Maksud pengajaran dan Pendidikan yang berguna untuk perikehidupan

bersama adalah memerdekakan manusia sebagai anggota persatuan (rakyat).”

Dari kutipan tersebut, intisari yang saya pahami adalah bahwa dalam

suatu proses Pendidikan dan pengajaran yang disusun dan dirancang dengan

keberpihakan terhadap murid, Pendidikan yang berpihak pada murid akan

memberikan kesempatan seluas luasnya kepada murid untuk mengembangkan

segala kompetensi, minat, bakat dan kemampuan yang dimiliki sehingga dapat

mewujudkan profil pelajar Pancasila yang beriman, dan bertaqwa kepada

Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bernalar kritis ,

mandiri, bergotong royong dan kreatif. Setiap oreganisasi atau Lembaga pasti

memilki asset yang akan mendukung segala program yang dirancang, termasuk

sekolah. Untuk mewujudkan program yang berdampak pada murid, maka


semua asset yang dimiliki sekolah dapat dijadikan sebagai kekuatan untuk

mendukung ketercapaian program.

B. Intisari Dari Modul 3.3

Saat murid memiliki kontrol atas apa yang terjadi, atau merasa bahwa

mereka dapat mempengaruhi sebuah situasi inilah, maka murid akan memiliki

apa yang disebut dengan “agency”. Agency dapat diartikan sebagai kapasitas

seseorang untuk mempengaruhi fungsi dirinya dan arah jalannya peristiwa

melalui tindakan-tindakan yang dibuatnya.

Murid mendemonstrasikan “student agency” ketika mereka mampu

mengarahkan pembelajaran mereka sendiri, membuat pilihan-pilihan,

menyuarakan opini, mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan rasa ingin

tahu, berpartisipasi dan berkontribusi pada komunitas belajar,

mengkomunikasikan pemahaman mereka kepada orang lain, dan melakukan

tindakan nyata sebagai hasil proses belajarnya.

Mengingat bahwa kata agency ini belum ada padanan yang tepat dalam

bahasa Indonesia, maka untuk kepentingan pembahasan di dalam modul ini,

maka istilah student agency ini selanjutnya akan diterjemahkan sebagai

“kepemimpinan murid”.

Saat murid menjadi pemimpin dan mengambil peran aktif dalam proses

pembelajaran mereka sendiri, maka hubungan yang tercipta antara guru

dengan murid akan mengalami perubahan, karena hubungannya akan

menjadi bersifat kemitraan. Dalam hubungan yang bersifat kemitraan ini,

saat murid belajar mereka akan:


 Berusaha untuk memahami tujuan pembelajaran yang ingin dicapainya -

menunjukkan keterlibatan dalam proses pembelajaran

 Menunjukkan tanggung jawab dalam proses pembelajaran

 Menunjukkan rasa ingin tahu

 Menunjukkan inisiatif

 Membuat pilihan-pilihan tindakan

 Memberikan umpan balik kepada satu sama lain.

Di sisi lain, guru yang akan mengambil peranan sebagai mitra murid dalam

belajar akan:

 Berusaha secara aktif mendengarkan, menghormati, dan menanggapi ideide,

pendapat, pertanyaan, aspirasi dan perspektif murid-murid mereka

 Memperhatikan kemampuan, kebutuhan, dan minat murid-murid mereka

untuk memastikan proses pembelajaran sesuai untuk mereka

 Mendorong murid untuk mengeksplorasi minat mereka dengan memberi

mereka tugas-tugas terbuka

 Menawarkan kesempatan kepada murid untuk menunjukkan kreativitas

dan mengambil risiko

 Mempertimbangkan sejauh mana tingkat bantuan yang harus diberikan

kepada murid berdasarkan informasi yang mereka miliki

 Menunjukkan minat dan keingintahuan untuk mendengarkan dan

menanggapi setiap aktivitas murid untuk memperluas pemikiran mereka.

Saat murid menjadi pemimpin dalam proses pembelajaran mereka sendiri

(atau kita katakan: saat murid memiliki agency, maka mereka sebenarnya

memiliki suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership) dalam


proses pembelajaran mereka. Lewat suara, pilihan, dan kepemilikan inilah

murid kemudian mengembangkan kapasitas dirinya menjadi seorang pemilik

bagi proses belajarnya sendiri. Tugas kita sebagai guru sebenarnya hanya

menyediakan lingkungan yang menumbuhkan budaya di mana murid

memiliki suara, pilihan, dan kepemilikan dalam apa yang mereka pikirkan,

niat yang mereka tetapkan, bagaimana mereka melaksanakan niat mereka,

dan bagaimana mereka merefleksikan tindakan mereka.

C. Kaitan Antar Modul

MODUL 1.1, mengenai filosfi Ki Hadjar Dewantara, dimana peran guru

adalah menuntun egala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak sehingga

mereka bisa selamat dan bahagia sebagai individu masyarakat. Sehingga

dalam mengelola program yang berdampak pada murid haruslah

menitikberatkan pada keterlibatan murid dan berorientasi pengembangan

potensi atau kodrat anak mengembangkan ketrampilan-ketrampilan atau

kepemimpinan dalam diri mereka sehingga bisa selamat dan bahagia dan bisa

bermanfaat untuk mereka baik sebagai individu maupun dalam kehidupan

bermasyarakat. Dalam modul ini juga penghambaan pada murid lebih

ditekankan pada bagaimana melihat murid sebagai pribadi yang utuh,dan

menuntun anak didik sesuai kodratnya dengan mengelola program- program

yang berdampak pada murid.

MODUL 1.2, mengenai nilai dan peran guru penggerak, menitikberatkan

pada dasar nilai atau pedoman seorang guru dalam pengelolaan program yang

berdampak pada murid. Nilai- nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif

dan berpihak pada murid merupakan nilai nilai yang harus di pedomani dalam
menyusun program yang berdampak pada murid. Selain itu guru penggerak

tidak hanya berkutat atau berperan sebagai pemimpin dalam pembelajaran di

kelas, namun memiliki tanggungjawab sebagai pemimpin dalam hal

pengelolaan program yang berdampak pada murid di sekolah.

MODUL 1.3, dalam merencanakan dan mengelola program yang

berdampak pada murid dilakukan dengan menggunakan pendekatan inkuiri

Apresiatif model BAGJA, dengan terlebih dahulu memetakan aset atau sumber

daya sekolah, dan mengembangkan aset atau potensi yang bisa dikembangkan

untuk merencanakan program yang berdampak pada murid.

MODUL 1.4, tentang budaya positif, berupa lingkungan yang mendukung

perkembangan murid terutama kekuatan kodrat pada anak-anak. Sebagai

petani, maka guru berperan memaksimalkan sumber daya lingkungan yang

positif, mengembangkan budaya positif agar anak anak bertumbuh sesuai

kodratnya dan mendukung program yang berdampak pada murid.

Modul 2.1, pada modul ini seorang guru penggerak dibekali dengan

pembelajaran berdiferensiasi sebagai metode pembelajarn yang berpihak pada

murid karena berdasar pada pemetaan kebutuhan belajar anak yang beragam.

Pemetaan kebutuhan belajar anak menjadi dasar guru dalam mengelola

program yang berdampak pada murid, karena kekutaan anak yang beragam

menjadi aset atau modal melakukan diferensiasi program yang berdampak pada

murid dan sesui dengan kebutuhan murid.

Modul 2.2, pada modul 2.2 ini seorang guru dibekali pengetahuan

bagaimana mencapai tujuan pendidikan, mengantarkan anak-anak

mencapai kebahagiaan dan keselamatan dengan mengembangkan aspek sosial


emosioanal pada diri anak. Tehnik mindfulness menjadi strategi pengembangan

lima kompetensi sosial emosional yang didasarkan pada keberpihakan pada

murid dan dilakukan untuk tujuan sebesar besarnya memiliki dampak pada

anak-anak.

Modul 2.3, tentang coaching yang merupakan sebuah tehnik atau

strategi seorang pemimpin pembelajaran untuk menuntun anak, untuk

menggali potensi anak dan memaksimalkannya. Coaching memberikan

kesempatan anak-anak berkembang dan menggali proses berpikir pada diri.

Dalam pengelolaan program yang berdampak pada murid, maka coaching dapat

digunakan sebagai strategi untuk mengembangkan sumber daya murid,

mengembangkan kepemimpinan murid, menggali potensi murid untuk

mencapai tujuan pendidikan yaitu keselamatan dan kebahagiaan anak yang

setinggi- tingginya.

MODUL 3.1, seorang guru dibekali dengan pengetahuan bagaimana

mengambil keputusan. Keputusan yang diambil harus dengan alasan

keberpihakan pada murid. Dasar, prinsip, serta paradigma atau nilai dalam

pengambilan keputusan hendaknya bisa mendukung dan tetap dipegang teguh

dalam mengambil keputusan terutama yang berhubungan dengan dilema etika

dalam pengelolaan program yang berdampak pada murid.

Modul 3.2, membahas tentang pengelolaan sumber daya, dimana seorang

pemimpin harus mulai melakukan pemetaan aset- aset yang ada di sekolah,

apa yang dimiliki untuk dimanfaatkan, sehingga paradigma berpikir

haruslah melihat segala sesuatu dengan sisi yang positif atau berbasis aset.

Dengan berpokus pada apa yang kita miliki, berfokus pada aset maka
pengelolaan program yang berdampak pada murid dapat terenacana dengan

berjalan dengan baik.

Kaitan antara pemetaan sumber daya dengan perencanaan program

sekolah yang berdampak pada murid. Pada modul 3.2 kita mengetahui ada 7

aset utama atau disebut sebagai modal utama, yaitu: Modal Manusia, Modal

Sosial, Modal Fisik, Modal Lingkungan/alam, Modal Finansial, Modal PolitiK,

Modal Agama dan budaya. Dengan mengetahui sumberdaya yang ada di

sekolah, maka sebagai pemimpin, guru harus bisa memetakan 7 aset atau modal

utama dalam sekolah tersebut, dan mengidentifikasi sumber daya yang

potensial untuk dikembangkan menjadi sebuah program yang berdampak pada

murid. Sehingga program bertumpu pada pemetaan dan pengelolaan ketujuh

aset sekolah atau sumber daya tersebut untuk kepentingan dan dan

keberpihakan pada murid.

D. Perspektif Tentang Program Yang Berdampak Positif Pada Murid


Program yang berdampak pada murid adalah program yang melibatkan

murid dalam kegiatan atau program yang kita buat.

“Maka seorang pemimpin pembelajaran harus bisa mengelola asset yang

ada dengan pendekatan positif agar bisa memanfaatkan asset yang ada untuk

kepentingan pembelajaran yang berkualitas,dan mengelola program yang

berdampak pada murid sehingga bisa mewujudkan murid yang selamat dan

bahagia”

Kaitan dengan peran saya sebagai guru penggerak adalah bahwa tugas

saya adalah mewujudkan merdeka belajar pada murid murid saya di sekolah,

sehingga dalam menjalankan peran tersebut, maka peran saya sebagai guru
adalah menuntun kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak murid saya

yaitu dengan mengembangkan potensi pada anak didik saya dengan

mengembangkan program yang berdampak pada murid dengan terlebih dahulu

memetakan aset atau sumber daya sekolah, dan mengelola sumber daya tersebut

untuk merancang program yang berdampak pada murid menggunakan

pendekatan inkuiri Apresiatif model BAGJA.

TERIMA KASIH

GURU BERGERAK | INDONESIA MAJU

Anda mungkin juga menyukai