Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Refleksi

Modul 1.1
Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara

FATKUL KARIM, S.Pd.

Calon Guru Penggerak


Angkatan 9

SDN Karangsono 02
Kabupaten Jember
Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh, saya Fatkul Karim, S.Pd. Calon Guru
Penggerak Angkatan 9 Kabupaten Jember. Pada kesempatan ini saya akan menulis mengenai
Jurnal Refleksi Dwi Mingguan pada modul 1.1 tentang Pembelajaran Berdiferensiasi. Jurnal ini
sebagai refleksi diri setelah selama dua minggu ke-2 mengikuti kegiatan Pendidikan CGP yang
kedepannya akan ditulis secara rutin selama dua mingguan sebagai tugas yang harus dikerjakan
oleh calon guru penggerak.

Dalam menulis jurnal refleksi ini saya menggunakan model 1 yaitu model 4F (Fact, Feeling,
Findings, dan Future, yang diprakarsai oleh Dr. Roger Greenaway. 4F dapat diterjemahkan
menjadi 4P yakni : Peristiwa; Perasaan; Pembelajaran; dan Penerapan.

1. Fact (Peristiwa)

Mulai dari mempelajari modul 1.1. tentang Mulai Dari Diri dan Eksplorasi Konsep di forum
diskusi yang dipimpin dan dipandu oleh fasilitator, dari kegiatan Mulai dari diri dan Eksplorasi
konsep ini kami mengetahui dan mulai memahami tentang pemikiran Ki Hadjar Dewantara
tentang Pendidikan dan Pengajaran, kami diberi kesempatan untuk berdiskusi dengan sesama
teman Calon Guru Penggerak.

Dua pekan sudah saya menambah wawasan, mengasah kemampuan melalui LMS tentang
Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional -Ki Hadjar Dewantar. Adapun serangkaian kegiatan yang
dipelajari dalam LMS, adalah mulai dari diri , eksplorasi konsep , Ruang kolaborasi, demonstrasi
kontekstual, elaborasi pemahaman yang disampaikan oleh instruktur yang diadakan melalui
Google Meet tentang pemahaman secara mendalam konsep dasar pemikiran Filosofis Ki Hajar
Dewantara dan relevansinya dengan pendidikan abad 21, koneksi antar materi, serta aksi nyata
yang telah saya lakukan.

2. Perasaan (Feeling)

Dua minggu sudah berlalu dalam mengikuti beberapa kegiatan Pendidikan Guru Penggerak,
yang saya rasakan di awal mengikuti kegiatan pendidikan ini adalah perasaan Bangga karena
bisa mengikuti kegiatan Calon Guru Penggerak dan diberi kesempatan untuk belajar dan
mengembangkan kompetensi diri dan diberi kesempatan untuk ikut berperan dalam perubahan
pendidikan.selain itu juga ada rasa ragu tidak bisa mengikuti kegiatan dengan baik karena
benturan kegiatan sekolah, terkadang muncul perasaan merasa minder karena melihat kecakapan
teman-teman calon guru penggerak yang hampir mayoritas hebat-hebat. Namun saya punya
semangat untuk belajar dan berkembang sehingga saya percaya diri dengan bekal keinginan yang
kuat saya mampu untuk dapat menyelesaikan Program Guru Penggerak ini dengan baik.

Dalam kegiatan pendidikan ini banyak ilmu yang saya peroleh selama menjalani dua pekan
mengikuti pendidikan guru penggerak ini, mulai dari bagaimana menjadi pendidik yang
seharusnya, bagaimana pendidik harus menghamba pada anak, mendesain strategi dan metode
pembelajaran dalam mewujudkan pemikiran KHD-“, mendidik anak sesuai dengan kodrat alam
dan kodrat zaman, dengan tetap menjaga sosio kultural budaya yang ada. Serangkaian kegiatan
yang ada di dalam platform LMS menyadarkan saya bahwa apa yang saya miliki saat ini tentang
pendidikan dan pengajaran jauh dari konsep dasar pemikiran filosofis Ki Hajar Dewantara.
Kegiatan mempelajari modul secara mandiri melalui LMS merupakan upaya memandirikan diri
dalam belajar. Dengan mempelajari modul ini saya berharap bisa menjadi pemimpin pendidikan
dan penggerak menuju transformasi pendidikan yang sesuai dengan zaman dan berlandaskan jati
diri bangsa. Menjadi seorang pendidik yang tergerak, bergerak dan menggerakkan.

Namun saat ini mulai perlahan saya berupaya menerapkan konsep dasar pemikiran filosofis Ki
Hajar Dewantara dalam pembelajaran di ruang kelas. Saya merasa berdosa jika saya tidak tulus
mencintai anak didik dalam proses menuntun. Sesekali jika ada anak yang bermain-main dikelas
tidak serta merta saya memarahi. Namun saya mengarahkannya untuk hal-hal yang positif,
menyenangkan dan menunjang pembelajaran. Adapun ide yang muncul dalam benak saya adalah
adalah menerapkan pembelajaran dengan media video ekspresi agar suasana pembelajaran tidak
membosankan dan menyenangkan.

3. Pembelajaran (Findings)

Dari pembelajaran Modul 1.1 tentang Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional – Ki Hajar
Dewantara ini saya akan berusaha untuk memahami dan mengimplementasikan secara maksimal
pemikiran pemikiran KHD sehingga saya bisa menerapkan secara sadar akan pentingnya peran
seorang pendidik saya juga akan berupaya untuk menjadi pendidik yang berkualitas dengan
selalu terbuka terhadap perubahan dan mengikuti perkembangan teknologi dan
mengadaptasikannya sesuai dengan sosio kultural budaya. Saya akan berusaha menjadi guru
yang dirindukan oleh murid-murid dengan pembelajaran yang menyenangkan dan berpihak pada
Murid, saya akan belajar untuk menjadi pemimpin pembelajaran minimal untuk sekolah saya
/teman sejawat saya akan mengeksplor kemampuan saya yang selama ini belum maksimal saya
kembangkan dan terus berinovasi sehingga pembelajaran saya bisa berjalan dengan baik dan
sesuai perkembangan teknologi. Yang tujuannya semata – mata untuk pendidikan yang
memerdekakan anak dalam mengembangkan kompetensinya sesuai bakat dan minat yang
dimiliki.

Ki Hajar Dewantara menekankan agar pendidikan selalu memperhatikan; a) Kodrat Alam, b)


Kemerdekaan, c) Kemanusiaan, d) Kebudayaan, dan e) Kebangsaan.. Seperti Pemikiran Ki Hajar
Dewantara (KHD-2009) tentang pendidikan dan pengajaran (“pendidikan dan pengajaran
merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam
hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya” ini artinya
pendidikan merupakan suatu usaha yang berfokus pada proses atau usaha pembentukan mental
dan karakter suatu bangsa sesuai dengan lingkungannya.

Artinya setiap anak sudah memiliki bakat dan potensinya masing-masing. Selain itu, berdasarkan
filosofis pendidikan yang disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara, kita harus memandang anak
sebagai individu yang unik. Setiap anak punya ciri belajarnya masing-masing, sehingga kita
sebagai pendidik harus melaksanakan pembelajaran yang berdiferensiasi.

Wajib bagi pendidik melakukan asesmen diagnostik awal untuk mengetahui kebutuhan, profil,
gaya belajar, metode belajar sesuai dengan kondisi anak, sehingga kita sebagai pendidik dapat
merancang pembelajaran yang tepat serta sesuai dengan yang dibutuhkan anak yang lebih
dikenal dengan istilah „berhamba pada anak‟. Disisi lain, proses pendidikan dan pembelajaran
harus menerapkan budi pekerti yang luhur atau akhlak mulia dengan cara mengintegrasikan
setiap proses pembelajaran dengan pencapaian Profil Pelajar Pancasila yaitu beriman, bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, gotong royong,
mandiri, bernalar kritis dan kreatif.
4. Penerapan (Future)

Pembelajaran Modul 1.1 tentang Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional – Ki Hajar Dewantara
ini, memotivasi saya untuk berupaya melakukan hal-hal terbaik dalam proses pendidikan dan
pengajaran agar tujuan pendidikan bisa tercapai seiring dan selaras dengan konsep dasar
pemikiran filosofis Ki Hajar Dewantara. Seperti : Mengubah metode dan model pembelajaran di
kelas yang dulu saya selalu memberi batasan-batasan dalam tugas, kini siswa bisa menyelesaikan
tugas sesuai kreatifitasnya akan tetapi tetap sesuai dengan materi. Mengubah pandangan bahwa
anak bukan seperti kertas putih kosong melainkan tabula rasa ( samar-samar sudah ada goresan
dan tugas pendidik mempertebal lakunya) Mengubah cara pandang terhadap anak yang semula
berorientasi pada nilai menjadi berorientasi pada proses. Merancang dan melakukan asesmen
diagnostik awal untuk mengetahui profil anak. Merancang pembelajaran sesuai dengan hasil
asesmen diagnostik awal yang telah dilakukan, Membuat kesepakatan di awal pembelajaran.
Melaksanakan pembelajaran yang berinovasi dengan metode berkolaborasi, mandiri dan
menyenangkan bagi peserta didik sehingga pendidikan berpusat pada peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai