Anda di halaman 1dari 3

Tugas

1. Tinjau kembali tugas individu dan kelompok yang telah dikembangkan pada fase Mulai Dari Diri,
Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi dan Demonstrasi Kontekstual serta pahami materi kunci Mata
Kuliah Perspektif Sosio Kultural dalam Pendidikan Indonesia.
2. Buatlah sebuah kesimpulan dan penjelasan mengenai pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara
yang Anda pelajari dalam modul ini.
3. Buatlah sebuah refleksi dari pengetahuan dan pengalaman baru yang Anda peroleh dalam modul ini
dan perubahan diri yang yang Andal alami dan akan Anda praktekan di sekolah dan kelas Anda.
4. Ceritakan (konstruksikan kembali) proses pembelajaran dan suasana kelas yang mencerminkan
pemikiran KH Dewantara secara konkret sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di kelas dan
sekolah Anda.
5. Kesimpulan dan refleksi disajikan dalam bentuk media informasi. Format media dapat disesuaikan
dengan minat dan kreativitas Anda. Contoh media yang dapat dibuat: artikel, ilustrasi, grafik, video,
rekaman audio, presentasi infografis, artikel dalam blog, dan lainnya.
6. Unggah hasil kerja Anda sesuai petunjuk pengiriman di bawah.

Kesimpulan Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

1. Dasar Pendidikan yang Menuntun : KHD menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: menuntun
segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan
yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu,
pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak,
agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.
Menuntun bermakna pendidik memberikan arah pada peserta didik untuk berperilaku sesuai
kodratnya agar tidak salah arah bagaimana membentuk dan mengembangkan karakter yang
semestinya. Peserta didik memang memiliki kemerdekaan belajar, tetapi merdeka yang dimaksud
bukan bebas atau merdeka secara mutlak, oleh karena itu pendidik disini berperan menuntun hak
merdeka peserta didik sesuai dengan maksud dari merdeka belajar.
2. Kodrat Alam dan Kodrat Zaman : KHD menjelaskan bahwa dasar Pendidikan anak berhubungan
dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk”
lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan “irama”. Tentu
saja pendidikan anak perlu mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat zaman, karena kodrat alam
sendiri memiliki makna bahwa pendidikan yang diterapkan tergantung pada keadaan alam yang ada
di sekitar, seperti yang kita ketahui, indonesia memiliki dua musim yaitu musim hujan dan musim
kemarau. Dari kodrat alam indonesia yang memiliki dua musim dapat dikaitkan dengan implementasi
teori yang didapatkan dengan keadaan alam di indonesia misalnya melalui experimental learning.
Kemudian pada kodrat zaman memiliki makna bahwa pendidikan di indonesia tidak akan zaman di
setiap zamannya, di setiap zaman akan mengalami perkembangan pendidikan menjadi lebih maju
menyesuaikan kemajuan teknologi.
3. Budi Pekerti : Menurut KHD, salah satu makna dari budi pekerti pada kegiatan pembelajaran
memiliki arti menutun peserta didik untuk mampu mangambil karakter positif pada kebudayaan di
Indonesia. Pendidik bisa mengajarkan mengenai nilai-nilai sosial yang dapat diambil, yaitu nilai
kebersamaan, kekeluargaan, rasa syukur, saling memberi, dan nilai positif lain yang dapat diajarkan.
Pendidik dapat menyajikan dalam bentuk video kegiatan atau langsung mengajak siswa untuk
mengamati secara langsung jika memungkinkan
4. Sistem Among : Sistem Among menjadi salah satu kekuatan Mahasiswa untuk memahami secara
mendalam peran seorang pendidik dalam menuntun kekuatan kodrat anak. Pada sistem among
mengatur mengenai kemerdekaan peserta didik dalam belajar. Pendidikan memerdekaakan murid
memiliki arti bahwa peserta didik memiliki kemerdekaan belajar sesuai kodrat alam dan zaman.
Merdeka disini tidak bermaksud bahwa peserta didik memiliki kebebasan mutlak. Disinilah peran
pendidik diperlukan dalam mengarahkan maksud dari kemerdekaan tersebut. Pendidik menuntun
kodrat peserta didik untuk mampu berjalan dan berkembang sesuai dengan arah positif yang
diharapkan. Pendidik tidak berhak merampas kebebasan hak dari peserta didik tetapi hanya sebagai
penuntun dalam kemerdekaan tersebut

Refleksi dari pengetahuan dan pengalaman baru yang Anda peroleh dalam modul ini dan
perubahan diri yang yang Andal alami dan akan Anda praktekan di sekolah dan kelas Anda

Dari pemikiran Ki Hadjar Dewantara mengajarkan mengenai merdeka belajar dengn menuntun peserta
didik sesuai kodratnya. Peserta didik diberikan kebebasan memilih pembelajaran yang diinginkan dan
bebas memberikan aspirasinya. Selain itu, belajar juga harus dilakukan dengan menyenagkan, karena
peserta didik berhak untuk bahagia. Pembelajaran menyenangkan dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Memahami sifat anak Sifat dari masing-masing anak berbeda-beda, oleh karena itu untuk menjadi
seorang guru harus mampu memahami sifat dari masing-masing anak tersebut. Seorang guru yang
mampu memahami dari sifat anak maka sudah dapat dikatakan telah menjalankan satu faktor yang
menciptakan suasana yang menyenangkan dalam pembelajaran. Contoh kecil dalam suatu kelas, ada
anak yang memiliki sifat pemalu, pemberani, dan bahkan pemalas (cepat bosan). Maka, seorang
guru harus mampu memahami mereka, dan dalam mengatasi pun dengan cara yang berbeda.
2. Mengenal anak secara perorangan Mengenal anak secara perorangan sangat perlu dilakukan oleh
seorang pendidik. Hal ini dikarenakan tidak semua peserta didik memiliki karakter yang sama.
dengan memahami secara pribadi maka seorang pendidik akan semakin dekat dengan peserta didik.
Metode ini mampu menjadikan hubungan yang erat antara peserta didik dengan pendidik, seolah-
olah mereka menjadikan orang tua saat di sekolah. Mereka akan merasa lebih mengenal lebih dekat
dan senang terhadap pendidik tersebut. Berawal dari suka atau senang terhadap guru maka apapun
yang akan diajarkan di sekolah mereka pun akan menyukainya.
3. Memanfaatkan prilaku anak dalam pengorganisasian belajar Perilaku anak dapat menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan. Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain
berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam
pengorganisasian belajar. Pengerjaan tugas atau membahas sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan
atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas dengan baik bila
mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar
pikiran.
4. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif dan kemampuan memecahkan masalah Selama
ini proses pembelajaran di setiap tingkat pendidikan hanya terbatas pada peningkatan kemampuan
kognitif saja. Padahal ciri khusus dari proses pembelajaran adalah penekankan pada proses deduktif
yang memerlukan penalaran logis dan aksiomatik. Selain itu pembelajaran juga merupakan proses
yang aktif, dinamik dan generatif melalui kegiatan yang menyenangkan, memberikan sumbangan
yang penting kepada peserta didik dalam pengembangan nalar, berpikir logis, sistematik, kritis,
kreatif, dan bersikap obyektif serta terbuka dalam menghadapi berbagai permasalahan. Harapan
terbesar dunia pendidikan adalah menjadikan peserta didik sebagai pemikir dan pemecah masalah
yang baik. Untuk itu, perlu peningkatan kemampuan berpikir mulai level terendah yaitu recall
(kemampuan bersifat ingatan dan spontanitas), basic (kemampuan bersifat pemahaman), sampai
pada kemampuan berpikir tingkat tinggi. Salah satu aspek pengetahuan tingkat tinggi adalah
kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kritis adalah proses berpikir untuk
menyusun, mengorganisasikan, mengingat dan menganalisis argumen dan memberikan interpretasi
berdasarkan persepsi yang sahih, logical reasoning.
5. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar Ruang kelas yang menarik merupakan hal
yang sangat disarankan dalam proses pembelajaran yang menyenangkan. Dalam mengembangkan
ruang kelas untuk menciptakan suasana yang menyenangkan bisa dilakukan dengan cara, memajang
hasil pekerjaan atau kreativitas peserta didik. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkandiharapkan
memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain, yang
dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat
berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya.
6. Memanfaatkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar Ruang kelas merupakan tempat yang pokok
dalam proses pembelajaran. Menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan membutuhkan
ruang kels yang mendukung. Hal ini dilakukan supaya para peserta didik merasa betah dan dapat
menimbulkan perasaan senang dalam belajar. Siswa SD sampai SMA biasanya masih menggunakan
ruang kelas sebagai tempat yang pokok dalam pelaksanaan pembelajaran walaupun tidak jarang juga
pelaksanaan di luar kelas.
7. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar Pada saat siswa sudah
mampu melaksanakan tugas gerak dan memiliki pemahaman tentang apa yang sudah dilakukannya,
maka pada saat itu guru tidak harus memberikan tantangan sebab siswa telah belajar sesuatu yang
sesuai dengan tujuan dan harapan guru. Sebagai penggantinya, pada saat itu guru dapat memberikan
umpan balik (feedback) yaitu sebagai salah satu upaya mengobservasi siswa berkaitan dengan
bagaimana ia melakukan aktivitas serta apa yang harus dilakukan guru untuk meningkatkan
kemampuan siswa itu.

Proses pembelajaran dan suasana kelas yang mencerminkan pemikiran KH Dewantara secara
konkret sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di kelas dan sekolah Anda

Pada Proses pembelajaran sesuai dengan penimikan Ki Hadjar Dewantara yaitu Menuntun. Menuntun
memiliki makna memberi arah dalam mengembangkan potensi peserta didik dengan lingkungan peserta
didik, misalnya dengan balajar melalui lingkungan sekitar yang terdapat nilai-nilai luhur budaya. Di
daerah saya memiliki kebudayaan mengadakan tradisi "manganan" yaitu tradisi dimana penduduk
mengucap syukur pada sang pencipta karena telah memberikan rezeki dan kesehatan sehingga penduduk
membuat berbagai makanan untuk saling dibagikan. Dari tradisi tersebut, pendidik bisa mengajarkan
mengenai nilainilai sosial yang dapat diambil, yaitu nilai kebersamaan, kekeluargaan, rasa syukur, saling
memberi, dan nilai positif lain yang dapat diajarkan. Pendidik dapat menyajikan dalam bentuk video
kegiatan atau langsung mengajak siswa untuk mengamati secara langsung jika memungkinkan.

Anda mungkin juga menyukai