PANDUAN PELAKSANAAN
Pendidikan Inklusif
BADAN STANDAR, KURIKULUM, DAN ASESMEN PENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
REPUBLIK INDONESIA
PANDUAN PELAKSANAAN
Pendidikan Inklusif
2022
Panduan Pelaksanaan Pendidikan Inklusif
Pengarah
Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan
Kementerian Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Anindito Aditomo
Penanggung Jawab
Plt. Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran
Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan
Kementerian Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Zulfikri
Penulis
Farah Arriani (Pusat Kurikulum dan Pembelajaran)
Agustiyawati (Sudis Pendidikan Wilayah II – Kota Administrasi Jakarta Barat)
Alifia Rizki (SMPN 229 Jakarta)
Ranti Widiyanti (Pusat Kurikulum dan Pembelajaran)
Slamet Wibowo (Badan Riset dan Inovasi Nasional)
Christina Tulalessy
Fera Herawati (Pusat Kurikulum dan Pembelajaran)
Theresia Maryanti (SLBN 10 Jakarta)
Penelaah
Yogi Anggraena (Pusat Kurikulum dan Pembelajaran)
Baharudin (Pusat Kurikulum dan Pembelajaran)
Aswin Widhiyanto (Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus)
Sri Sukarti (Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus)
Kontributor
Julius Juih (Pusat Kurikulum dan Pembelajaran)
Neneng Kadariyah (Pusat Kurikulum dan Pembelajaran)
Feisal Ghozaly (Pusat Kurikulum dan Pembelajaran)
Narayana Sasrawiguna (Pusat Kurikulum dan Pembelajaran)
Irwan Nurwiansyah (Pusat Kurikulum dan Pembelajaran)
Ranti Widiyanti (Pusat Kurikulum dan Pembelajaran)
Hamka (Pusat Kurikulum dan Pembelajaran)
Munawir Yusuf (Universitas Negeri Surakarta)
Subagya (Universitas Negeri Surakarta)
Ilustrator
Ahmad Saad Ibrahim
Layout
M. Firdaus Jubaedi
Kata Pengantar
Puji dan syukur senantiasa kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Panduan Pelaksanaan Pendidikan Inklusif ini.
Semoga dengan adanya panduan ini layanan pendidikan untuk peserta didik
berkebutuhan khusus dapat terfasilitasi dengan baik sesuai dengan karakteristik, dan
kebutuhannya.
Drs. Zulfikri, M.Ed.
NIP 196405091991031004
iii
Daftar Isi
Daftar Isi............................................................................................. iv
1 Pendahuluan............................................................................ 1
A. Latar Belakang.............................................................................................. 1
B. Tujuan.............................................................................................................. 2
C. Ruang Lingkup.............................................................................................. 2
D. Sasaran............................................................................................................ 2
H. Alur Pelaksanaan.......................................................................................... 22
I. Manajemen Kelas......................................................................................... 32
J. Evaluasi Pelaksanaan................................................................................... 34
K. Peran Pemerintah......................................................................................... 36
L. Peran Masyarakat......................................................................................... 36
M. Peran Orang Tua........................................................................................... 37
N. Peran Satuan Pendidikan........................................................................... 37
5 Penutup..................................................................................... 39
Daftar Pustaka................................................................................... 40
iv
Pendahuluan
1 Pendahuluan
Ringkasan Bab
Latar Belakang
Tujuan
Ruang Lingkup
Sasaran
A. Latar Belakang
Inklusi adalah “filosofi” yang menyatakan bahwa berkembang pesat sejak tahun 2003 dan sampai
ruang kelas dan ruang bermasyarakat tidak sekarang telah tercatat lebih dari 36.000 satuan
lengkap tanpa mengikutsertakan anak-anak pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif.
dengan semua kebutuhan. Inklusi merupakan
sebuah pola pikir bagaimana memberi Keberhasilan pendidikan inklusif akan tercapai
kesempatan sama kepada semua anak, salah jika faktor-faktor lingkungan yang menjadi
satunya untuk belajar di kelas yang sama. penghambat belajar anak dapat disesuaikan
dengan kebutuhan peserta didik, termasuk
Isu terkait dengan pendidikan yang inklusif peserta didik berkebutuhan khusus. Untuk
menjadi diskusi politik dan selanjutnya tertuang membantu satuan pendidikan dalam mengelola
dalam kebijakan di mana pemerintah wajib dan menyelenggarakan pendidikan inklusif
memberikan layanan dan kemudahan, serta diperlukan panduan pelaksanaan pendidikan
menjamin terselenggaranya pendidikan yang inklusif bagi peserta didik berkebutuhan khusus
bermutu pada satuan pendidikan di semua jenis, di satuan pendidikan reguler atau satuan
jalur, dan jenjang pendidikan secara inklusif pendidikan umum.
dan khusus sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuannya. Oleh karena itu, Pusat Kurikulum dan
Pembelajaran menyusun Panduan Pelaksanaan
Praktik pendidikan inklusif di dunia telah Pendidikan Inklusif agar dapat membantu
menjadi agenda internasional di antaranya satuan pendidikan dalam memberikan layanan
melalui SDGs yang mengamanatkan agar yang optimal bagi perkembangan peserta
semua anak tanpa kecuali dipenuhi hak sosial didik sesuai dengan potensi, kondisi, dan
dan pendidikan yang bermutu di semua jenis, karakteristiknya.
jalur, dan jenjang pendidikan, serta telah
menjadi agenda utama dalam pendidikan
untuk semua di satuan pendidikan reguler. Di
Indonesia, praktik pendidikan inklusif telah
B. Tujuan
Panduan ini bertujuan sebagai informasi dan menjadi rujukan bagi satuan pendidikan dan pihak
terkait dalam melaksanakan pendidikan inklusif.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup panduan ini membahas kebijakan pendidikan inklusif, peserta didik berkebutuhan
khusus dan karakteristiknya, serta bagaimana penerapan pendidikan inklusif di satuan pendidikan
penyelenggara pendidikan inklusif.
D. Sasaran
Sasaran pengguna panduan adalah:
1. Guru kelas, guru mata pelajaran, guru bimbingan dan konseling, dan guru pembimbing khusus di
satuan pendidikan.
2. Kepala satuan pendidikan, pengawas, Dinas Pendidikan, dan pemangku kepentingan lainnya.
2
Kebijakan Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik Berkebutuhan
Pendahuluan
Khusus
2 Kebijakan Pendidikan
Inklusif Bagi Peserta Didik
Berkebutuhan Khusus
Ringkasan Bab
Kebijakan Pendidikan Inklusif
1. Pengertian
Inklusi adalah sebuah pendekatan untuk Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009
membangun lingkungan yang terbuka untuk tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta
siapa saja dengan latar belakang dan kondisi Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki
yang berbeda-beda, meliputi: karakteristik, Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa
kondisi fisik, kepribadian, status, suku, budaya menyatakan bahwa pendidikan inklusif adalah
dan lain sebagainya. Pola pikir ini selanjutnya sistem penyelenggaraan pendidikan yang
berkembang dengan proses masuknya konsep memberikan kesempatan kepada semua peserta
tersebut dalam kurikulum di satuan pendidikan didik yang memiliki kelainan dan memiliki
sehingga pendidikan inklusif menjadi sebuah potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa
sistem layanan pendidikan yang memberi untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran
kesempatan bagi setiap peserta didik untuk dalam lingkungan pendidikan secara bersama-
mendapatkan pendidikan yang layak. sama dengan peserta didik pada umumnya.
2. Tujuan
Tujuan pendidikan inklusif adalah:
3. Prinsip
Kunci utama yang menjadi prinsip pelaksanaan penerapan kurikulum menggunakan prinsip
pendidikan inklusif adalah bahwa semua fleksibilitas sehingga bisa diadaptasi sesuai
peserta didik tanpa terkecuali dapat belajar dengan kondisi, karakteristik, dan kebutuhan
dan perbedaan menjadi kekuatan dalam peserta didik.
mengembangkan potensinya. Prinsip umum
lainnya dalam pelaksanaan pendidikan inklusif Prinsip adaptasi berarti dalam melaksanakan
adalah kehadiran peserta didik berkebutuhan pendidikan inklusif, satuan pendidikan harus
khusus di kelas sehingga bisa berpartisipasi memperhatikan tiga dimensi dalam melakukan
dan diterima di lingkungan satuan pendidikan. proses penyesuaian, yaitu: kurikulum,
Dalam pelaksanaan pendidikan inklusif, instruksional, dan lingkungan belajar (ekologis).
4
Kebijakan Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik Berkebutuhan
Pendahuluan
Khusus
■ Omisi: beberapa aspek tertentu kurikulum khusus. Mereka dapat dibuatkan kurikulum
umum sebagian besar ditiadakan khusus yang bersifat individual berdasarkan
menyesuaikan dengan karakteristik dan hasil identifikasi dan asesmen.
kemampuan peserta didik berkebutuhan
AUTISME
ADHD Peserta didik
dengan
Peserta didik hambatan
Autistic Spectrum intelektual
Disorders (ASD)
Peserta didik
dengan hambatan
pendengaran
Peserta didik
Peserta Didik dengan hambatan
Peserta didik
Peserta didik dengan hambatan
cerdas istimewa Peserta didik fisik motorik
dan berbakat dengan hambatan
majemuk
(Hambatan penglihatan &
pendengaran)
6
Kebijakan Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik Berkebutuhan
Pendahuluan
Khusus
Untuk memudahkan guru dalam mengenali keberagaman peserta didik berkebutuhan khusus
berdasarkan pada UU No. 20/2003 tersebut, maka dalam panduan ini keberagaman peserta didik
berkebutuhan khusus dikelompokkan menjadi sebagai berikut.
Peserta didik
dengan hambatan
penglihatan
Peserta didik dengan hambatan
penglihatan adalah seseorang yang tidak
dapat melihat 6 m di depannya atau jika
bidang penglihatannya berdiameter
kurang dari 20 .
KLASIFIKASI:
8
Kebijakan Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik Berkebutuhan
Pendahuluan
Khusus
Karakteristik berdasarkan
aspek sosial-emosional:
Karakteristik berdasarkan
aspek fisik/kesehatan:
Klasifikasi:
10
Kebijakan Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik Berkebutuhan
Pendahuluan
Khusus
75% 25%
Rasio laki-laki terhadap
perempuan untuk tuna
grahita adalah 2 : 1
0 25 75 100
Berat
Berat Sedang Ringan
sekali
40 55
Peserta didik dengan hambatan intelektual selanjutnya
diklasifikasikan sebagai baik, ringan, sedang, parah, atau mendalam
berdasarkan tingkat fungsi adaptif.
12
Kebijakan Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik Berkebutuhan
Pendahuluan
Khusus
Kategori:
14
Kebijakan Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik Berkebutuhan
Pendahuluan
Khusus
gangguan penglihatan, atau karena kemiskinan, komunikasi, memori, dan perilaku sosial. Kedua,
lingkungan, budaya, ekonomi, ataupun yang berkaitan dengan akademik (membaca,
kesalahan metode mengajar yang dilakukan menulis, dan berhitung) sesuai dengan
oleh guru. kapasitas yang dimiliki, tetapi kedua kelompok
ini tidak dapat dipisahkan secara tegas karena
Secara garis besar kelompok siswa berkesulitan ada keterkaitan di antara keduanya (Kirk dan
belajar dapat dibagi dua. Pertama, Gallagher, 1986). Mereka dapat mengikuti
yang berkaitan dengan perkembangan kurikulum standar, tetapi harus dengan
(developmental learning disabilities), mencakup penyesuaian (kurikulum adaptasi).
gangguan motorik dan persepsi, bahasa dan
Dalam kegiatan belajar, peserta didik berbakat Model layanan bagi peserta didik berbakat
dapat dengan cepat menguasai materi ini bisa menggunakan diferensiasi kurikulum,
pelajaran di sekolah. Namun, di sisi lain, mereka yaitu: a. Pengayaan (enrichment), berupa
cenderung cepat bosan dan frustrasi karena tawaran ekstra materi pelajaran yang
kurangnya tantangan yang diterima di sekolah. dimaksudkan untuk pendalaman dan
Peserta didik berbakat juga mempunyai minat perluasan; b. Pemadatan atau (compacting),
tertentu yang menjadi fokus perhatiannya, berupa pemadatan materi pelajaran reguler.
16
Kebijakan Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik Berkebutuhan
Pendahuluan
Khusus
Atau dengan kata lain bahwa pelajaran yang keluar dari kelasnya (pull-out), masuk ke dalam
diberikan tidak perlu dilakukan pengulangan- kelompok-plus atau kelas-plus tersebut,
pengulangan yang memang diperlukan sebagai bersama-sama dengan peserta didik gifted
latihan bagi peserta didik normal; dan c. Paruh lainnya dalam berbagai usia mengerjakan
waktu (part-time) dalam kelompok-plus berbagai proyek yang diminatinya. Kelas-kelas
atau kelas-plus (pull-out). Kelas itu diadakan seperti ini sering juga disebut Kangaroo-
ekstra aktivitas atau program yang menantang class; dan d) Percepatan (acceleration), yaitu
khusus untuk peserta didik gifted. Kegiatan berupa lompat kelas (Class skipping). Namun
dalam kelompok/kelas plus ini dilakukan percepatan ini membutuhkan beberapa
beberapa jam dalam satu minggu. Bila peserta pertimbangan berupa: kematangan sosial
didik gifted tersebut membutuhkan kegiatan emosional, kapasitas intelektual, prestasi,
yang menantang guna memenuhi kebutuhan adanya lompatan perkembangan didaktik,
keberbakatannya, ia dapat sementara waktu persetujuan orang tua, dan penerimaan guru.
Keterbatasan yang dialami anak autis menyebabkan mereka mengalami kesulitan untuk mengikuti
kurikulum standar. Mereka membutuhkan kurikulum khusus yang disusun berdasarkan hasil asesmen.
18
Kebijakan Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik Berkebutuhan
Pendahuluan
Khusus
TIPE 1 : AD
HD TIPE 1 : ADHD
INATEN IF
T HIPERAKTIVITAS
GEJALA GEJALA
Pengobatan dan Terapi Obat : Ritalin dan Adderall Terapi musik dan suara
Terapi sensori integrasi Play Therapy
TIPE 1 : AD
HD TIPE 1 : ADHD
HIPERAKTIVITAS
INATENTIF
KEKUATAN KEKUATAN
a Kreatif a Energik
d Tekun d Tekun
KELEMAHAN KELEMAHAN
PENYEBAB
Lingkungan :
Seorang adik dengan kakak ADHD memungkinkan ia mengalami ADHD juga.
a
Neurologis :
Otak anak ADHD memiliki kekurangan Dopamin dan Norepinephrine yang
menyebabkan ketidakperhatian dan hiperaktivitas
20
Kebijakan Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik Berkebutuhan
Pendahuluan
Khusus
DOPAMINE
Low Levels Neuron
HO Nk 2
HO - reward, risk,
impulsiveness
NOREPINEPHRINE
OH
Symptoms HO Nk 2
of ADHD HO - attention &
Neuron
arousal
KARAKTERISTIK ADHD:
1. Selalu bergerak.
3 Pelaksanaan Pendidikan
Inklusif
Ringkasan Bab
Alur Pelaksanaan
Manajemen Kelas
Evaluasi Pelaksanaan
A. Alur Pelaksanaan
Semua peserta didik memiliki hak untuk mengakses pendidikan yang responsif terhadap kebutuhan
mereka. Pendidikan inklusif adalah konsep yang dikembangkan dari hak fundamental ini, tetapi
dalam praktiknya membutuhkan alur penanganan yang praktis seperti gambar di bawah ini:
22
Pelaksanaan Pendidikan
Pendahuluan
Inklusif
1. Masa Transisi
Transisi adalah peralihan dari satu keadaan akan sangat berpengaruh pada capaian
(tempat, tindakan, dan sebagainya) ke keadaan pembelajaran peserta didik di jenjang
yang lain. Sebuah transisi adalah perubahan berikutnya. Adaptasi dengan hal-hal baru
dari satu hal ke yang berikutnya, baik dalam akan sangat mempengaruhi hasil capaian
tindakan maupun keadaan (KBBI). belajar. Jika peserta didik berhasil beradaptasi,
maka Capaian Pembelajaran akan terlaksana.
Masa transisi sangat penting karena masa Namun, jika peserta didik kurang berhasil dalam
tersebut adalah masa belajar peserta didik beradaptasi, maka akan berpengaruh pada
untuk mengenal tempat baru, sistem baru, mental peserta didik dalam pembelajaran.
dan cara belajar yang baru. Hal tersebut
Beberapa hal berikut perlu menjadi perhatian bersama bagi pihak sekolah dan orang tua pada masa
transisi dari satu jenjang ke jenjang berikutnya.
a. SD/SDLB ke SMP
1) Melalui PPDB sesuai dengan juknis daerah selama kurang lebih 6 bulan terkait dengan
masing-masing. adaptasi dari sekolah khusus ke sekolah
2) Melengkapi persyaratan yang telah umum.
ditentukan daerah masing-masing, 5) Pelibatan orang tua sebagai motivator
dengan minimal membawa catatan khusus bagi PDBK dengan kondisi baru di sekolah
profil belajar peserta didik dari sekolah umum.
sebelumnya (SD) sebagai gambaran 6) Pengalihtanganan atau reveral kepada guru
keadaan PDBK. BK untuk memperhatikan secara khusus
3) PBDK dihantarkan oleh pihak sekolah terkait adaptasi awal PDBK di sekolah
jenjang sebelumnya ke jenjang yang akan umum.
dituju dengan menyerahkan data profil 7) Konsultasi kepada guru di jenjang
belajar PDBK. sebelumnya jika terjadi masalah pada PDBK
4) Jika berasal dari sekolah khusus/SDLB, maka terkait adaptasi dan proses pembelajaran.
guru pada jenjang sebelumnya memantau
b. SMP/SMPLB ke SMA/SMK
1) Melalui PPDB sesuai dengan juknis daerah 3) Profil belajar PDBK menjadi acuan di SMA/
masing-masing. SMK untuk menentukan jurusan.
2) Melengkapi persyaratan yang telah 4) Jika ada hasil pemeriksaan psikolog dan/
ditentukan daerah masing-masing dengan atau surat keterangan dokter dapat
minimal membawa catatan khusus dijadikan bahan pertimbangan untuk
profil belajar peserta didik dari sekolah menentukan jurusan peserta didik sesuai
sebelumnya (SMP) sebagai gambaran dengan kondisi dan kemampuan PDBK.
keadaan PDBK.
5) Penentuan jurusan peserta didik lebih 6 bulan terkait dengan adaptasi dari
mempertimbangkan dengan kondisi dan sekolah khusus ke sekolah umum.
kemampuan PDBK agar tidak menghambat 8) Pelibatan orang tua sebagai motivator
pada saat proses pembelajaran dan praktik. bagi PDBK dengan kondisi baru di sekolah
6) Program PKL tetap dilaksanakan untuk umum.
PDBK disesuaikan dengan kondisi dan 9) Pengalihtanganan atau reveral kepada guru
kemampuan peserta didik. Jika PDBK BK untuk memperhatikan secara khusus
tidak memungkinkan untuk PKL di terkait adaptasi awal PDBK di sekolah
luar lingkungan satuan pendidikan, umum.
maka satuan pendidikan dapat
10) Konsultasi kepada guru di jenjang
menyelenggarakan PKL di sekolah yang
sebelumnya jika terjadi masalah pada PDBK
disesuaikan dengan kondisi PDBK dan
terkait adaptasi dan proses pembelajaran.
sarana dan prasarana yang tersedia di
11) Konsultasi kepada guru di jenjang
satuan pendidikan.
sebelumnya jika terjadi masalah pada PDBK
7) Jika berasal dari satuan pendidikan
terkait adaptasi dan proses pembelajaran.
khusus/SMPLB, maka guru pada jenjang
sebelumnya memantau selama kurang
24
Pelaksanaan Pendidikan
Pendahuluan
Inklusif
5. Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran merupakan langkah Di bawah ini contoh format rencana kerja
untuk menghasilkan program dan proses yang terdiri atas: tujuan, strategi, siapa, dan di
pembelajaran untuk peserta didik berkebutuhan mana. Guru dapat membuat format lain yang
khusus. Program pembelajaran disusun memudahkan dalam menyusun rencana kerja.
berdasarkan hasil asesmen dan hasil profil
belajar peserta didik.
Rencana Kerja
1.
2.
Rencana kerja (action plan) berisi rincian term goals) yang bersifat tahunan sampai tujuan
aktivitas penanganan yang akan dilaksanakan jangka pendek yang bersifat harian (short
pada kolom strategi. Dalam rancangan term objectives). Pada penyusunan rencana
pembelajaran perlu ditulis pula langkah- pembelajaran, guru melakukan penyesuaian
langkah mengajar secara rinci dalam bentuk tujuan pembelajaran dari capaian pembelajaran,
analisis tugas (task analysis). Pada tahap ini guru alur tujuan pembelajaran, dan modul ajar.
mengembangkan tujuan jangka panjang (long
26
Pelaksanaan Pendidikan
Pendahuluan
Inklusif
Fase A Peserta didik mampu Hasil asesmen awal: Tujuan mata pelajaran:
melakukan kegiatan
Membaca pramembaca (cara 1) dapat mengenal Kemampuan berbahasa
dan memirsa memegang buku, huruf (A-Z); dengan berbagai teks
jarak mata dengan 2) belum lancar multimodal (lisan, tulis,
buku, cara membalik membaca visual, audio, audiovisual)
buku, dan memilih dan kurang untuk tujuan (genre) dan
pencahayaan untuk memahami isi konteks.
membaca). Mengenali bacaan;
dan mengeja kombinasi Penyesuaian tujuan
3) dapat menulis
alfabet pada suku kata. pembelajaran
nama sendiri;
berdasarkan hasil
4) belum dapat asesmen:
menyebutkan
benda dari huruf 1) menyebutkan benda
abjad; dan dari huruf abjad; dan
5) belum dapat 2) menyusun huruf
menyusun huruf abjad
abjad.
Penyesuaian Materi:
Melabel huruf abjad (A-
Z)
Penyesuaian penyusunan alur tujuan pembelajaran dan modul ajar dapat dilakukan dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1) Berdasarkan hasil assemen dan hasil profil 3) Menentukan tujuan pembelajaran sesuai
belajar peserta didik berkebutuhan khusus. dengan kebutuhan dan kondisi peserta
2) Menentukan Capaian Pembelajaran yang didik berkebutuhan khusus, guru dapat
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi membuat format lain yang sesuai dengan
peserta didik berkebutuhan khusus. kondisi peserta didik.
4) Merancang modul ajar sesuai dengan yang terdapat pada lampiran panduan
kebutuhan dan kondisi peserta didik ini, guru dapat membuat format lain yang
berkebutuhan khusus, dengan contoh memudahkan dalam modul ajar.
Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan pengulangan atau drill, kontekstual, pembelajaran yang
ramah, bersifat sederhana, berbasis kecakapan hidup, dan menggunakan bahasa yang sederhana
serta mengembangkan komunikasi yang efektif.
28
Pelaksanaan Pendidikan
Pendahuluan
Inklusif
Perbedaan kebutuhan masing-masing Penyusunan PPI secara rinci dapat dilihat pada
PDBK sangat beragam sehingga mereka Panduan Program Pendidikan Individual yang
membutuhkan layanan pendidikan yang dibuat secara terpisah dari panduan ini. Berikut
bersifat individual. Dalam Perancangan adalah bagan yang menggambarkan proses
PPI, guru menyusun profil PDBK setelah mengembangkan PPI.
melaksanakan identifikasi dan asesmen, dengan
memperhatikan komponen berikut:
LANGKAH-LANGKAH
PELAKSANAAN PPI
30
Pelaksanaan Pendidikan
Pendahuluan
Inklusif
B. Manajemen Kelas
Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan ketika melakukan pengelolaan kelas yang inklusif,
sebagai berikut.
1. Faktor mobilitas
Berkaitan dengan mobilitas, kelas harus aman b. Aktivitas dengan melihat respon anak dan
untuk setiap anak tanpa terkecuali. Selain aman, waktu, supaya memperhatikan apakah
sarana dan prasarana harus aksesibel (memberi sudah sesuai waktu yang diberikan dengan
kemudahan) untuk melakukan mobilitas kebutuhan anak. Dalam situasi di mana
(bergerak). terdapat anak berkebutuhan khusus, norma
sebaiknya mengacu kepada anak yang
Pengaturan kelas yang baik, antara lain sebagai berkebutuhan khusus.
berikut.
c. Media, misalnya dengan membuat pensil
lebih besar atau melindungi pensil dengan
a. Peserta didik dengan hambatan
playdough (ADHD), menggunakan lagu
penglihatan duduk dekat papan tulis.
yang berisi rutinitas harian untuk anak TK
b. Peserta didik dengan hambatan (autis atau tunagrahita), menggunakan
pendengaran duduk di baris depan agar gambar lebih banyak daripada perintah
mudah membaca bibir. verbal (tuna rungu/dislexia).
c. Peserta didik dengan hambatan gerak d. Lingkungan, dengan merancang setting
duduk di baris pinggir dekat dengan kelas yang sesuai dengan kebutuhan anak
pintu agar mudah keluar masuk kelas dan perlu mempertimbangkan hal-hal seperti:
meletakkan tongkat atau kursi roda. anak tunadaksa yang memiliki hambatan
aktivitas gerak ditempatkan di dekat pintu,
Strategi membentuk kelas yang inklusif dapat
anak yang memiliki gangguan penglihatan
dilakukan melalui beberapa cara sebagai
ditempatkan di dekat guru, anak yang
berikut.
memiliki gangguan ADHD ditempatkan
a. Instruksi dan bantuan, dengan di dekat guru dan dijauhkan dari benda-
menggunakan bantuan gambar, benda yang berbahaya. Selain itu, tidak
menjelaskan aturan berulang-ulang, bila menggunakan tangga jika ada anak yang
diperlukan menggunakan helper, guru menggunakan kursi roda. Tata lingkungan
lain, shadow teacher atau GPK. Saat guru semudah mungkin dijangkau anak (mudah
menuliskan sesuatu di papan tulis, pastikan diakses anak, sekalipun ia berkursi roda),
anak-anak yang low vision bisa melihat dan menggunakan mebeleir yang fleksibel.
dengan jelas (ucapkan dengan jelas apa
yang sedang ditulis atau yang sedang
dibaca guru).
32
Pelaksanaan Pendidikan
Pendahuluan
Inklusif
Faktor mobilitas
Gambar 3.2 Tata ruang kelas untuk peserta didik berkebutuhan khusus di sekolah umum
C. Evaluasi Pelaksanaan
Evaluasi pelaksanaan pendidikan inklusif sebagai hasil pengukuran terhadap peningkatan
adalah evaluasi terhadap layanan pendidikan kemampuan literasi, numerasi, dan karakter
dan kinerja satuan pendidikan dalam rangka
pelaksanaan pendidikan inklusif yang Evaluasi kegiatan pelaksanaan pendidikan
memenuhi standar nasional pendidikan sebagai inklusif dapat menggunakan Model CIPP
bagian dari proses pengendalian, penjaminan, (context, input, process, product) yang
penetapan, dan peningkatan mutu pendidikan mencakup sebagai berikut.
secara berkelanjutan.
■ Context evaluation (Evaluasi Konteks)
Evaluasi dilaksanakan dengan prinsip: integratif, terhadap pelaksanaan pendidikan inklusif
objektif, komprehensif, efisiensi, berkala, meliputi unsur penilaian terhadap latar
dan berkelanjutan. Evaluasi pelaksanaan belakang, tujuan pendidikan inklusif,
pendidikan inklusif di satuan pendidikan kerja sama terhadap instansi lain, dan
merupakan efektivitas satuan pendidikan penerimaan peserta didik.
dalam mengembangkan kompetensi PDBK
34
Pelaksanaan Pendidikan
Pendahuluan
Inklusif
4 Sistem Dukungan
Pelaksanaan Pendidikan
Inklusif
Pelaksanaan pendidikan inklusif membutuhkan peran dan tanggung jawab berbagai stakeholder
yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak, pihak-pihak tersebut, antara lain: pemerintah,
masyarakat, guru, dan orang tua. Stakeholder yang dimaksud tersebut, antara lain: pemerintah,
masyarakat, satuan pendidikan, dan orang tua.
A. Peran Pemerintah
Pemerintah, baik pusat maupun daerah kurikulum. Kewajiban lain dari pemerintah, baik
mempunyai kewajiban menyediakan akomodasi pusat maupun daerah adalah menyediakan
yang layak di bidang pendidikan melalui akomodasi yang layak serta meningkatkan
penyediaan dukungan anggaran dan/atau keterampilan dan kompetensi guru pada satuan
bantuan pendanaan, penyediaan sarana dan pendidikan umum tentang pendidikan inklusif
prasarana, penyiapan dan penyediaan pendidik yang diselenggarakan di tingkat kecamatan,
dan tenaga kependidikan, dan penyediaan kabupaten/kota, ataupun provinsi.
B. Peran Masyarakat
1. Masyarakat dalam hal ini dunia usaha dan 3. Membangun dan mengembangkan
dunia industri (DUDI), lembaga swadaya kesadaran akan hak anak untuk
masyarakat (LSM), organisasi profesi, dan memperoleh pendidikan.
lainnya dapat memberikan kontribusi bagi 4. Melakukan kontrol sosial terhadap
keberhasilan pelaksanaan pendidikan kebijakan pemerintah.
inklusif, antara lain: mitra pemerintah
dalam mendukung terlaksananya
pendidikan inklusif.
2. Memperluas akses pendidikan dan
pekerjaan bagi peserta didik berkebutuhan
khusus, seperti membuka peluang kerja dan
usaha serta melatih keterampilan mereka.
36
Sistem Dukungan Pelaksanaan Pendidikan
Pendahuluan
Inklusif
Peran terpenting dalam keberhasilan penyelenggaraan sekolah inklusif terletak pada beberapa pihak
berikut.
Guru Pembimbing Khusus (GPK) adalah guru Guru umum terdiri atas: guru kelas, guru mata
yang ditugaskan untuk mendampingi peserta pelajaran, dan guru BK.
didik berkebutuhan khusus di sekolah, baik yang
berasal dari satuan pendidikan tersebut maupun
dari sekolah luar biasa terdekat.
3. Teman Sebaya
Lingkungan belajar yang inklusif memberi membentuk awal persahabatan yang menjadi
banyak kesempatan kepada peserta didik umum sumber penting dukungan emosional. Teman
dan peserta didik berkebutuhan khusus untuk sebaya menjadi hal yang paling berkontribusi
menjalin hubungan dengan teman sebaya, baik bagi keberhasilan pelaksanaan pendidikan
dalam hubungan dalam proses pembelajaran inklusif bagi semua peserta didik.
maupun pertemanan. Hubungan seperti itu
38
Pelaksanaan Pendidikan
Pendahuluan
Inklusif
5 Penutup
Sistem yang ideal untuk inklusi, yaitu bahwa a. memperluas akses sehingga semua sekolah
sistem pendidikan umum sendiri harus membuat tanpa terkecuali menerima peserta didik
pendidikan untuk peserta didik berkebutuhan berkebutuhan khusus;
khusus sebagai bagian yang integral. Satuan b. menyiapkan akomodasi yang layak, dalam
pendidikan umum melaksanakan konsep hal ini menciptakan dukungan berbagai
inklusi karena itu adalah hal yang benar untuk pihak terutama dana dan akomodasi
dilakukan. kurikulum; dan
c. mempersiapkan sumber daya manusia.
Inklusi bukan hanya tentang kedekatan fisik.
Inklusi adalah tentang perencanaan yang
Pertimbangan penerapan pendidikan
matang dengan tujuan untuk keberhasilan
inklusif adalah: a. akses (kesempatan) agar
semua peserta didik. Inklusi adalah sistem
semua sekolah dapat memberikan layanan
kepercayaan. Hal tersebut dimulai dengan
pendidikan bagi peserta didik berkebutuhan
keyakinan bahwa setiap peserta didik memiliki
khusus; b. availability (manfaat) yang dapat
kekuatan yang dapat dikembangkan, minat
diterima peserta didik berkebutuhan khusus
untuk dibagikan, dan pengalaman untuk
di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif;
dihormati.
dan c. affordability (hasil) dapatkah sekolah
pelaksana pendidikan inklusif menghasilkan
Keberhasilan pelaksanaan pendidikan inklusif
peserta didik berkebutuhan khusus dengan
terdapat tiga tantangan, yaitu:
standar kompetensi lulusan yang baik sebab
layanan pendidikan inklusif yang baik harus
menciptakan lingkungan yang membuat anak
berhasil dan mandiri.
Daftar Pustaka
Symposium Result. (2002). Education Services for ---- . (1997). International Consultation on
Children with Special Needs in Developing Early Childhood Education and Special
Countries, From the Viewpoint of Education Educational Needs. Paris: Unesco
for All. Tsukuba: Tsukuba University, Japan
---- . (1997). First Steps : Stories on Inclusion in
TIM. (2001/2002). Pedoman Umum Early Childhood Education. Paris : Unesco.
Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi.
Jakarta: Direktorat PLB Depdiknas. ---- . (1997). Welcoming Schools : Teacher’s
Stories on Including Children with
TIM. (2001).Naskah Akademik Kurikulum Disabilities in Reguler Classroom. Paris :
Pendidikan Bagi Peserta Didik Unesco.
Berkebutuhan Khusus.Jakarta. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan ---- . (1998). Inclusive Education on The Agenda.
Paris : Unesco.
---- . (1994). The Salamanca Statement and
Framework for Action on Special Needs ---- . (1998). The Journey to Inclusive Schools.
Education. Paris: Unesco Paris : Unesc0
40
Lampiran
Contoh Alur Tujuan
Pembelajaran yang Dimodifikasi
41
Fase B Kelas IV
42
Capaian Dimensi
Capaian Tujuan Tujuan Pembelajaran yang
Elemen Pembelajaran yang Profil Pelajar JP
Pembelajaran Pembelajaran disederhanakan
disederhanakan Pancasila
Geometri Pada akhir kelas 4, Peserta didik dapat Peserta didik dapat : Peserta didik dapat: Kreatif mandiri 35
peserta didik dapat menyebutkan benda- bernalar kritis
mengidentifikasi benda bangun datar 1.1 mengidentifikasi 1.1 menyebutkan benda-
ciri-ciri berbagai (lingkaran, segiempat, ciri-ciri berbagai benda bangun datar
bentuk bangun dan segitiga), bentuk bangun (lingkaran, segiempat,
datar (sisi dan menggambar bangun datar (sisi dan dan segitiga) melalui
sudut) dari segi datar (lingkaran, sudut) dari segi eksplorasi terhadap
banyak dan segiempat, dan banyak dan 1.2 benda berbentuk
lingkaran, serta segitiga) dengan lingkaran serta bangun datar dengan
gabungannya, mengikuti pola, gabungannya, kegiatan fungsional.
mendeskripsikan mengilustrasikan 1.2 mengukur sudut, 1.3 Peserta didik dapat
hubungannya gambar bangun 1.3 menentukan menggambar bangun
berdasarkan datar dengan keliling dan luas datar (lingkaran,
ciri-cirinya, dan gerakan. bangun datar, segiempat, dan segitiga)
mengidentifikasi dengan mengikuti pola
1.4 mengidentifikasi
ciri-ciri berbagai melalui kegiatan praktik.
ciri-ciri bangun
bentuk bangun
ruang (sisi, rusuk, 1.4 Peserta didik dapat
ruang (sisi, rusuk,
dan sudut) dari mengilustrasikan gambar
dan sudut) dari
prisma dan bangun datar dengan
prisma dan tabung.
tabung. cara mengikuti contoh
gerakan.
1.5 Menuliskan ciri-ciri
bangun ruang segitiga
MODUL AJAR MATEMATIKA FASE B KELAS IV