Anda di halaman 1dari 50

BADAN STANDAR, KURIKULUM, DAN ASESMEN PENDIDIKAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


REPUBLIK INDONESIA

PANDUAN PELAKSANAAN

Pendidikan Inklusif
BADAN STANDAR, KURIKULUM, DAN ASESMEN PENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
REPUBLIK INDONESIA

PANDUAN PELAKSANAAN

Pendidikan Inklusif

2022
Panduan Pelaksanaan Pendidikan Inklusif
Pengarah
Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan
Kementerian Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Anindito Aditomo

Penanggung Jawab
Plt. Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran
Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan
Kementerian Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Zulfikri

Penulis
Farah Arriani (Pusat Kurikulum dan Pembelajaran)
Agustiyawati (Sudis Pendidikan Wilayah II – Kota Administrasi Jakarta Barat)
Alifia Rizki (SMPN 229 Jakarta)
Ranti Widiyanti (Pusat Kurikulum dan Pembelajaran)
Slamet Wibowo (Badan Riset dan Inovasi Nasional)
Christina Tulalessy
Fera Herawati (Pusat Kurikulum dan Pembelajaran)
Theresia Maryanti (SLBN 10 Jakarta)

Penelaah
Yogi Anggraena (Pusat Kurikulum dan Pembelajaran)
Baharudin (Pusat Kurikulum dan Pembelajaran)
Aswin Widhiyanto (Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus)
Sri Sukarti (Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus)

Kontributor
Julius Juih (Pusat Kurikulum dan Pembelajaran)
Neneng Kadariyah (Pusat Kurikulum dan Pembelajaran)
Feisal Ghozaly (Pusat Kurikulum dan Pembelajaran)
Narayana Sasrawiguna (Pusat Kurikulum dan Pembelajaran)
Irwan Nurwiansyah (Pusat Kurikulum dan Pembelajaran)
Ranti Widiyanti (Pusat Kurikulum dan Pembelajaran)
Hamka (Pusat Kurikulum dan Pembelajaran)
Munawir Yusuf (Universitas Negeri Surakarta)
Subagya (Universitas Negeri Surakarta)

Ilustrator
Ahmad Saad Ibrahim

Layout
M. Firdaus Jubaedi
Kata Pengantar

Puji dan syukur senantiasa kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Panduan Pelaksanaan Pendidikan Inklusif ini.

Pusat Kurikulum dan Pembelajaran mempunyai tugas melaksanakan penyiapan


kebijakan teknis, penyusunan kurikulum, dan pengembangan pembelajaran.
Panduan ini merupakan salah satu acuan yang dapat digunakan untuk implementasi
kurikulum merdeka bagi peserta didik berkebutuhan khusus pada satuan pendidikan
umum. Penyusunan panduan ini bertujuan untuk memandu stakeholder memahami
pendidikan inklusif sehingga dapat menyediakan layanan pendidikan yang sesuai untuk
peserta didik berkebutuhan khusus.

Panduan Pelaksanaan ini dikembangkan dengan melibatkan akademisi, praktisi, dan


direktorat terkait. Sebagai dokumen hidup, panduan ini masih terus dikembangkan.
Karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca.

Semoga dengan adanya panduan ini layanan pendidikan untuk peserta didik
berkebutuhan khusus dapat terfasilitasi dengan baik sesuai dengan karakteristik, dan
kebutuhannya.

Jakarta, April 2022


Plt. Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran  

 
Drs. Zulfikri, M.Ed.
NIP 196405091991031004

iii
Daftar Isi

Kata Pengantar................................................................................. iii

Daftar Isi............................................................................................. iv

1 Pendahuluan............................................................................ 1

A. Latar Belakang.............................................................................................. 1
B. Tujuan.............................................................................................................. 2
C. Ruang Lingkup.............................................................................................. 2
D. Sasaran............................................................................................................ 2

2 Kebijakan Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik


Berkebutuhan Khusus............................................................ 3
E. Kebijakan Pendidikan Inklusif................................................................... 3
F. Pengertian, Tujuan, dan Prinsip Pendidikan Inklusif.......................... 4
G. Peserta Didik Berkebutuhan Khusus (PDBK)........................................ 6

3 Pelaksanaan Pendidikan Inklusif.......................................... 22

H. Alur Pelaksanaan.......................................................................................... 22
I. Manajemen Kelas......................................................................................... 32
J. Evaluasi Pelaksanaan................................................................................... 34

4 Sistem Dukungan Pelaksanaan Pendidikan Inklusif........ 36

K. Peran Pemerintah......................................................................................... 36
L. Peran Masyarakat......................................................................................... 36
M. Peran Orang Tua........................................................................................... 37
N. Peran Satuan Pendidikan........................................................................... 37

5 Penutup..................................................................................... 39

Daftar Pustaka................................................................................... 40

Lampiran Contoh Alur Tujuan Pembelajaran yang


Dimodifikasi............................................................................. 41

iv
Pendahuluan

1 Pendahuluan

Ringkasan Bab
Latar Belakang

Tujuan

Ruang Lingkup

Sasaran

A. Latar Belakang
Inklusi adalah “filosofi” yang menyatakan bahwa berkembang pesat sejak tahun 2003 dan sampai
ruang kelas dan ruang bermasyarakat tidak sekarang telah tercatat lebih dari 36.000 satuan
lengkap tanpa mengikutsertakan anak-anak pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif.
dengan semua kebutuhan. Inklusi merupakan
sebuah pola pikir bagaimana memberi Keberhasilan pendidikan inklusif akan tercapai
kesempatan sama kepada semua anak, salah jika faktor-faktor lingkungan yang menjadi
satunya untuk belajar di kelas yang sama. penghambat belajar anak dapat disesuaikan
dengan kebutuhan peserta didik, termasuk
Isu terkait dengan pendidikan yang inklusif peserta didik berkebutuhan khusus. Untuk
menjadi diskusi politik dan selanjutnya tertuang membantu satuan pendidikan dalam mengelola
dalam kebijakan di mana pemerintah wajib dan menyelenggarakan pendidikan inklusif
memberikan layanan dan kemudahan, serta diperlukan panduan pelaksanaan pendidikan
menjamin terselenggaranya pendidikan yang inklusif bagi peserta didik berkebutuhan khusus
bermutu pada satuan pendidikan di semua jenis, di satuan pendidikan reguler atau satuan
jalur, dan jenjang pendidikan secara inklusif pendidikan umum.
dan khusus sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuannya. Oleh karena itu, Pusat Kurikulum dan
Pembelajaran menyusun Panduan Pelaksanaan
Praktik pendidikan inklusif di dunia telah Pendidikan Inklusif agar dapat membantu
menjadi agenda internasional di antaranya satuan pendidikan dalam memberikan layanan
melalui SDGs yang mengamanatkan agar yang optimal bagi perkembangan peserta
semua anak tanpa kecuali dipenuhi hak sosial didik sesuai dengan potensi, kondisi, dan
dan pendidikan yang bermutu di semua jenis, karakteristiknya.
jalur, dan jenjang pendidikan, serta telah
menjadi agenda utama dalam pendidikan
untuk semua di satuan pendidikan reguler. Di
Indonesia, praktik pendidikan inklusif telah

Panduan Pelaksanaan Pendidikan Inklusif 1


Pendahuluan

B. Tujuan
Panduan ini bertujuan sebagai informasi dan menjadi rujukan bagi satuan pendidikan dan pihak
terkait dalam melaksanakan pendidikan inklusif.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup panduan ini membahas kebijakan pendidikan inklusif, peserta didik berkebutuhan
khusus dan karakteristiknya, serta bagaimana penerapan pendidikan inklusif di satuan pendidikan
penyelenggara pendidikan inklusif.

D. Sasaran
Sasaran pengguna panduan adalah:

1. Guru kelas, guru mata pelajaran, guru bimbingan dan konseling, dan guru pembimbing khusus di
satuan pendidikan.
2. Kepala satuan pendidikan, pengawas, Dinas Pendidikan, dan pemangku kepentingan lainnya.

2
Kebijakan Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik Berkebutuhan
Pendahuluan
Khusus

2 Kebijakan Pendidikan
Inklusif Bagi Peserta Didik
Berkebutuhan Khusus

Ringkasan Bab
Kebijakan Pendidikan Inklusif

Pengertian, Tujuan, dan Prinsip Pendidikan Inklusif

Peserta Didik Berkebutuhan Khusus (PDBK)

A. Kebijakan Pendidikan Inklusif


Kebijakan Pendidikan inklusif mengacu kepada peserta didik berkebutuhan khusus berhak
peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk mendapatkan layanan pendidikan yang
di Indonesia. UUD 1945 Pasal 28H ayat (2) bermutu di semua jenis, jalur dan jenjang
menyebutkan bahwa setiap orang berhak pendidikan.
mendapat kemudahan dan perlakuan khusus
untuk memperoleh kesempatan dan manfaat Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
yang sama guna mencapai persamaan dan (Permendiknas) Nomor 70 Tahun 2009 tentang
keadilan. Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang
Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi
Untuk memenuhi amanah tersebut, Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa Pasal
pemerintah telah mengeluarkan kebijakan 3 ayat (2) menyatakan bahwa setiap peserta
tentang pendidikan inklusi bagi peserta didik didik yang memiliki kelainan fisik, emosional,
berkebutuhan khusus yang diatur dalam mental, dan sosial atau memiliki potensi
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 kecerdasan dan/atau bakat istimewa berhak
tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab mengikuti pendidikan secara inklusif pada
IV Pasal 5 ayat 2, 3, dan 4 dan Pasal 32 yang satuan pendidikan tertentu sesuai dengan
menyebutkan bahwa pendidikan khusus kebutuhan dan kemampuannya. Keputusan
merupakan pendidikan untuk peserta didik Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
yang berkelainan (fisik, emosional, mental, Teknologi Nomor 56/M/2022 tentang Pedoman
intelektual, dan/atau sosial) atau peserta Penerapan Kurikulum dalam Rangka Pemulihan
didik yang  memiliki  kecerdasan luar biasa Pembelajaran menyebutkan satuan pendidikan
yang  diselenggarakan secara inklusi, baik perlu mengembangkan kurikulum dengan
pada tingkat dasar maupun menengah. UU prinsip diversifikasi sesuai dengan kondisi satuan
Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.
Disabilitas Pasal 10 menyebutkan bahwa

Panduan Pelaksanaan Pendidikan Inklusif 3


Pendahuluan
Kebijakan Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik Berkebutuhan Khusus

B. Pengertian, Tujuan, dan Prinsip Pendidikan


Inklusif

1. Pengertian
Inklusi adalah sebuah pendekatan untuk Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009
membangun lingkungan yang terbuka untuk tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta
siapa saja dengan latar belakang dan kondisi Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki
yang berbeda-beda, meliputi: karakteristik, Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa
kondisi fisik, kepribadian, status, suku, budaya menyatakan bahwa pendidikan inklusif adalah
dan lain sebagainya. Pola pikir ini selanjutnya sistem penyelenggaraan pendidikan yang
berkembang dengan proses masuknya konsep memberikan kesempatan kepada semua peserta
tersebut dalam kurikulum di satuan pendidikan didik yang memiliki kelainan dan memiliki
sehingga pendidikan inklusif menjadi sebuah potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa
sistem layanan pendidikan yang memberi untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran
kesempatan bagi setiap peserta didik untuk dalam lingkungan pendidikan secara bersama-
mendapatkan pendidikan yang layak. sama dengan peserta didik pada umumnya.

2. Tujuan
Tujuan pendidikan inklusif adalah:

• Tujuan pendidikan inklusif adalah pendidikan yang bermutu sesuai dengan


memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kebutuhan dan kemampuannya;
kepada semua peserta didik yang memiliki • Mewujudkan penyelenggaraan pendidikan
kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial, yang menghargai keanekaragaman, dan tidak
atau memiliki potensi kecerdasan dan/ diskriminatif bagi semua peserta didik.
atau bakat istimewa untuk memperoleh

3. Prinsip
Kunci utama yang menjadi prinsip pelaksanaan penerapan kurikulum menggunakan prinsip
pendidikan inklusif adalah bahwa semua fleksibilitas sehingga bisa diadaptasi sesuai
peserta didik tanpa terkecuali dapat belajar dengan kondisi, karakteristik, dan kebutuhan
dan perbedaan menjadi kekuatan dalam peserta didik.
mengembangkan potensinya. Prinsip umum
lainnya dalam pelaksanaan pendidikan inklusif Prinsip adaptasi berarti dalam melaksanakan
adalah kehadiran peserta didik berkebutuhan pendidikan inklusif, satuan pendidikan harus
khusus di kelas sehingga bisa berpartisipasi memperhatikan tiga dimensi dalam melakukan
dan diterima di lingkungan satuan pendidikan. proses penyesuaian, yaitu: kurikulum,
Dalam pelaksanaan pendidikan inklusif, instruksional, dan lingkungan belajar (ekologis).

4
Kebijakan Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik Berkebutuhan
Pendahuluan
Khusus

a. Adaptasi kurikulum terkait dengan (dimana, kapan, dan bersama siapa


penyesuaian isi, materi atau kompetensi pembelajaran dilakukan) termasuk
yang dipelajari peserta didik. Pada ketersediaan alat bantu dan sumber belajar
adaptasi kurikulum guru dapat melakukan yang sesuai dengan kebutuhan peserta
penambahan keterampilan untuk didik.
mengganti agar dapat menguasai
kompetensi yang diharapkan atau Penerapan adaptasi kurikulum dan instruksional
mengganti dengan kompetensi lain dapat dilakukan dengan model:
yang setara. Adaptasi lain yang dapat
dilakukan guru adalah dengan melakukan ■ Eskalasi/akselerasi: program percepatan
penyederhanaan kompetensi yang hendak dan perluasan dalam hal waktu dan
dicapai. Proses penyederhanaan tergantung penguasaan materi. Model ini terutama
pada kemampuan awal, kondisi, dan diterapkan bagi peserta didik yang memiliki
modalitas belajar peserta didik berdasarkan potensi kecerdasan dan bakat istimewa,
hasil asesmen. Dalam proses adaptasi serta memiliki kecepatan belajar yang luar
kurikulum satuan pendidikan harus: biasa.

1) fleksibel dan inovatif; ■ Duplikasi: Model duplikasi artinya kurikulum


2) memastikan perkembangan kebijakan yang digunakan untuk PDBK sama dengan
sekolah inklusif; kurikulum yang digunakan peserta didik
pada umumnya yang non-PDBK. Mungkin
3) membuat penyesuaian kurikulum,
hambatan yang dialami tidak terlalu berat
membuat perencanaan untuk seluruh
sehingga masih dapat mengikuti kurikulum
kelas, menetapkan tujuan pengajaran
yang berlaku di satuan pendidikan tersebut.
yang terbuka dan jelas, menggunakan
alternatif metode pengajaran, ■ Simplikasi atau modifikasi: kurikulum umum
menggunakan teknologi yang tepat, dimodifikasi, disederhanakan tanpa harus
dan membuat persiapan terlebih menghilangkan substansi, dan disesuaikan
dahulu; dengan kebutuhan dan kemampuan PDBK.
4) memastikan kemudahan lingkungan Modifikasi dan penyederhanaan kurikulum
fisik dan mengembangkan lingkungan dapat dilakukan dalam salah satu atau lebih
satuan pendidikan yang mendukung; dari hal-hal berikut, yaitu tujuan, isi, metode
dan dan cara penilaian.

5) mengembangkan kerja sama dengan ■ Substitusi: beberapa bagian dari kurikulum


bekerja bersama dalam tim. umum diganti dengan sesuatu yang
kurang lebih setara. Contoh kegiatan
b. Adaptasi pembelajaran terkait cara,
menggambar tidak perlu diberikan bagi
metode, dan strategi yang dapat digunakan
anak dengan hambatan penglihatan,
guru agar peserta didik menguasai materi
diganti dengan kegiatan lain yang setara,
atau kompetensi yang ditargetkan.
misalnya menyanyi, atau membuat patung
Dalam hal ini guru diberikan keleluasaan
dari bahan yang lunak. Contoh lain anak
dalam melakukan penyesuaian proses
dengan hambatan pendengaran, mungkin
pembelajaran di kelas yang beragam
tidak perlu mengikuti pelajaran ‘listening
dengan mempertimbangkan kondisi
comprehension’ dan dapat digantikan
peserta didik berkebutuhan khusus.
dengan kegiatan lain yang setara, misalnya
c. Adaptasi lingkungan belajar berkaitan
mengarang, atau menulis cerita.
dengan pengaturan suasana pembelajaran

Panduan Pelaksanaan Pendidikan Inklusif 5


Pendahuluan
Kebijakan Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik Berkebutuhan Khusus

■ Omisi: beberapa aspek tertentu kurikulum khusus. Mereka dapat dibuatkan kurikulum
umum sebagian besar ditiadakan khusus yang bersifat individual berdasarkan
menyesuaikan dengan karakteristik dan hasil identifikasi dan asesmen.
kemampuan peserta didik berkebutuhan

C. Peserta Didik Berkebutuhan Khusus (PDBK)


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor yang bersifat sementara (temporer) dan PDBK
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan yang bersifat menetap (permanent). PDBK yang
Nasional Pasal 5 Ayat 2, 3, dan 4 mendefinisikan bersifat sementara (temporer) adalah anak yang
anak berkebutuhan khusus sebagai (1) anak mengalami hambatan belajar dan hambatan
yang memiliki kelainan fisik, emosional, perkembangan disebabkan oleh faktor-
mental, intelektual, dan/atau sosial; (2) anak faktor eksternal. PDBK yang bersifat menetap
yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat atau permanent adalah anak-anak yang
istimewa; dan (3) anak di daerah terpencil mengalami hambatan belajar dan hambatan
atau terbelakang serta masyarakat adat yang perkembangan yang bersifat internal dan
terpencil sehingga mereka semua berhak akibat langsung dari kondisi kecacatan, antara
memperoleh pendidikan layanan khusus. lain: anak yang kehilangan fungsi penglihatan,
pendengaran, dan gangguan perkembangan
Selain cakupan tersebut di atas, konsep PDBK intelektual.
dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu PDBK

Peserta Didik Berkebutuhan Khusus (PDBK)

AUTISME
ADHD Peserta didik
dengan
Peserta didik hambatan
Autistic Spectrum intelektual
Disorders (ASD)

Peserta didik
dengan hambatan
pendengaran

Peserta didik
Peserta Didik dengan hambatan

Peserta didik dengan


Berkebutuhan fisik motorik

hambatan penglihatan Khusus

Peserta didik
Peserta didik dengan hambatan
cerdas istimewa Peserta didik fisik motorik
dan berbakat dengan hambatan
majemuk
(Hambatan penglihatan &
pendengaran)

6
Kebijakan Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik Berkebutuhan
Pendahuluan
Khusus

Untuk memudahkan guru dalam mengenali keberagaman peserta didik berkebutuhan khusus
berdasarkan pada UU No. 20/2003 tersebut, maka dalam panduan ini keberagaman peserta didik
berkebutuhan khusus dikelompokkan menjadi sebagai berikut.

1. Peserta didik dengan hambatan penglihatan/


Tunanetra
Seseorang disebut mengalami hambatan dibedakan menjadi dua, yaitu anak yang buta
penglihatan apabila setelah diukur dengan total (totally blind) dan anak kurang lihat (low
menggunakan alat ukur ketajaman penglihatan vision). Keduanya memiliki kebutuhan belajar
menghasilkan skor 20/200 feet atau kurang yang berbeda dan membutuhkan layanan yang
dari itu, dan/atau memiliki lapang pandang berbeda pula. peserta didik dengan hambatan
kurang dari 20 derajat. Anak dengan hambatan penglihatan biasanya memiliki tingkat
penglihatan adalah anak yang mengalami perkembangan intelektual yang wajar sehingga
gangguan daya penglihatan sedemikian rupa dapat mengikuti pendidikan dengan kurikulum
sehingga membutuhkan layanan khusus dalam standar, tetapi harus dilakukan adaptasi atau
pendidikan maupun kehidupannya. Berdasarkan penyesuaian.
ketajaman penglihatannya tunanetra dapat

Peserta didik
dengan hambatan
penglihatan
Peserta didik dengan hambatan
penglihatan adalah seseorang yang tidak
dapat melihat 6 m di depannya atau jika
bidang penglihatannya berdiameter
kurang dari 20 .

Panduan Pelaksanaan Pendidikan Inklusif 7


Pendahuluan
Kebijakan Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik Berkebutuhan Khusus

KLASIFIKASI:

Kurang penglihatan Buta total


Mereka yang memiliki Mereka yang sama sekali
pandangan yang kabur tidak mampu melihat
ketika melihat suatu objek. rangsangan cahaya dari luar.

Karakteristik peserta didik dengan


gangguan penglihatan secara fisik:

a. Mata Juling; g. Mata selalu berair;


b. Sering berkedip; h. Pembengkakan pada kulit tempat
c. Menyipitkan (kelopak) mata; tumbuh bulu mata;
d. Mata merah; i. Mata gatal, panas atau merasa ingin
e. Mata infeksi; menggaruk karena gatal;
f. Gerakan mata tak beraturan j. Sering merasa pusing atau sakit
dan cepat; kepala; dan
k. Penglihatan kabur atau ganda.

2. Peserta didik dengan hambatan pendengaran/


Tunarungu
Peserta didik dengan hambatan pendengaran khusus. Peserta didik dengan hambatan
adalah suatu kondisi kerusakan atau tidak pendengaran secara umum tidak mengalami
berfungsinya pendengaran dalam berbagai hambatan intelektual, tetapi mengalami
tingkatan yang menyebabkan terjadinya keterlambatan bahasa dan hambatan
kemiskinan bahasa. Peserta didik dengan komunikasi. Mereka dapat mengikuti kurikulum
hambatan pendengaran apabila diukur dengan standar, tetapi harus dilakukan adaptasi,
menggunakan audiometer menghasilkan skor terutama untuk mengatasi kemiskinan bahasa
91 dB atau lebih besar, disebut tuli, dan apabila melalui pemerolehan bahasa lebih dahulu.
menghasilkan 27 - 90 db disebut kurang dengar
(hard of hearing). Walaupun telah diberikan
pertolongan dengan alat bantu dengar, mereka
masih tetap memerlukan layanan pendidikan

8
Kebijakan Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik Berkebutuhan
Pendahuluan
Khusus

Orang/anak yang mengalami


Peserta didik gangguan pendengaran sehingga
mengganggu proses pemerolehan
dengan hambatan
informasi melalui pendengaran dengan
pendengaran atau tanpa alat bantu dengar.

Karakteristik berdasarkan
aspek sosial-emosional:

a. Pergaulan terbatas dengan sesama peserta


didik dengan hambatan pendengaran,
b. Sifat ego-sentris yang melebihi anak normal,
c. Perasaan takut (khawatir) terhadap
lingkungan sekitar,
d. Perhatian anak Peserta didik dengan
hambatan pendengaran sukar dialihkan;
e. Memiliki sifat polos, dan
f. Cepat marah dan mudah tersinggung.

Karakteristik berdasarkan
aspek fisik/kesehatan:

Diperkirakan tahun a. Jalannya kaku dan agak membungkuk,


2050 satu dari setiap b. Gerak matanya lebih cepat,
sepuluh orang akan c. Gerakan tangannya cepat/lincah, dan
mengalami gangguan d. Pernafasannya pendek.
pendengaran.

Panduan Pelaksanaan Pendidikan Inklusif 9


Pendahuluan
Kebijakan Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik Berkebutuhan Khusus

Klasifikasi:

A Gangguan pendengaran ringan C Gangguan pendengaran jenis sedang.


dengan derajat 20-30dB d0-60 dB
Pada klasifikasi ini anak masih Pada klasifikasi ini anak umumnya hanya
mampu belajar bicara dengan dapat mendengar suara dengan volume
menggunakan alat pendengaran tinggi.
dan dapat berkembang normal.
D Gangguan pendengaran berat, 60-70 dB
B Gangguan pendengaran marginal, Pada klasifikasi ini anak tidak dapat
30-40dB berbicara tanpa menggunakan
Pada klasifikasi ini anak umumnya akan teknik-teknik khusus.
mengalami kesulitan mendengar jarak
jauh lebih dari satu kaki dan kesulitan E Gangguan pendengaran sangat berat,
dalam mengikuti percakapan, tetapi lebih dari 75 dB
anak masih dapat belajar berbicara Pada klasifikasi ini anak tidak dapat
menggunakan alat pendengarannya. belajar menggunakan alat dengarnya.

10
Kebijakan Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik Berkebutuhan
Pendahuluan
Khusus

3. Peserta didik dengan hambatan intelektual/


Tunagrahita
Peserta didik dengan hambatan intelektual Dampak yang ditimbulkan dari peserta didik
(intellectual disability) adalah anak yang dengan hambatan intelektual adalah gangguan
secara nyata mengalami hambatan atau komunikasi, kemandirian, dan penyesuaian
keterbelakangan intelektual sehingga sosial. Sementara secara kognitif peserta didik
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan dengan hambatan intelektual akan
tugas-tugas akademik maupun sosialnya. menimbulkan dampak sebagai berikut: a. sulit
Seseorang dikatakan mengalami hambatan mempelajari tugas-tugas yang sederhana
intelektual apabila memiliki tiga indikator, sekalipun; b. hambatan dalam ingatan jangka
yaitu: a. keterlambatan fungsi kecerdasan pendek dan jangka panjang akibatnya mereka
secara umum atau perkembangan kecerdasan kesulitan mengingat, menemukan, dan
mentalnya jauh di bawah usia kronologis; mengurutkan dengan benar; dan c. tidak dapat
b. hambatan dalam perilaku sosial/adaptif; dan menggeneralisasi (Smith, 2004). Termasuk
c. terjadi pada usia perkembangan maksimal kategori peserta didik dengan hambatan
sampai usia 18 tahun. Tingkat kecerdasan intelektual adalah mereka yang mengalami
seseorang diukur melalui tes inteligensi yang down syndrome. Anak dengan hambatan
hasilnya disebut dengan IQ (intelligence intelektual termasuk down syndrome tidak
quitient). Peserta didik dengan hambatan memungkinkan dapat mengikuti tuntutan
intelektual dikelompokkan menjadi 4 (empat) kurikulum standar sesuai kelompok usianya, dan
tingkatan sebagai berikut: karenanya dibutuhkan kurikulum khusus.
Kurikulum pendidikan yang dibutuhkan bagi
a. Peserta didik dengan hambatan intelektual mereka lebih bersifat pendidikan kemandirian
ringan (IQ 70-55). dan pengetahuan akademik yang bersifat dasar
b. Peserta didik dengan hambatan intelektual dan fungsional.
sedang (IQ 55-40).
c. Peserta didik dengan hambatan intelektual
berat (IQ 40-25).
d. Peserta didik dengan hambatan intelektual
sangat berat (IQ <25).

Peserta didik dengan


hambatan intelektual
Peserta didik dengan hambatan intelektual adalah
individu yang memiliki intelegensi yang signifikan
berada di bawah rata-rata dan disertai dalam adaptasi
perilaku yang muncul dalam masa perkembangan.

Panduan Pelaksanaan Pendidikan Inklusif 11


Pendahuluan
Kebijakan Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik Berkebutuhan Khusus

Peserta didik dengan hambatan


intelektual memiliki keterbatasan di dua
bidang:

Fungsi intelektual. juga dikenal sebagai Perilaku adaptif, merupakan


IQ. mengacu pada kemampuan keterampilan yang diperlukan untuk
seseorang untuk belajar, bernalar, kehidupan sehari-hari, seperti dapat
membuat keputusan, dan memecahkan berkomunikasi secara efektif,
masalah. berinteraksi dengan orang lain, dan
menjaga diri sendiri.

75% 25%
Rasio laki-laki terhadap
perempuan untuk tuna
grahita adalah 2 : 1

0 25 75 100
Berat
Berat Sedang Ringan
sekali

40 55
Peserta didik dengan hambatan intelektual selanjutnya
diklasifikasikan sebagai baik, ringan, sedang, parah, atau mendalam
berdasarkan tingkat fungsi adaptif.

12
Kebijakan Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik Berkebutuhan
Pendahuluan
Khusus

Ciri - ciri: Apa yang menyebabkan


cacat intelektual?

a Berguling, duduk, merangkak, atau a Kondisi genetik.


berjalan terlambat.
b Berbicara terlambat atau kesulitan b Masalah selama kehamilan, seperti
berbicara. penggunaan alkohol atau narkoba,
malnutrisi, infeksi tertentu, atau
c Lambat untuk menguasai hal-hal preeklamsia.
seperti latihan pispot, berpakaian,
dan makan sendiri. c Masalah saat melahrkan, seperti
bayi kekurangan oksigen saat
d Kesulitan mengingat sesuatu. melahirkan atau lahir sangat
prematur.
e Ketidakmampuan untuk
menghubungkan tindakan
d Penyakit atau cedera. Infeksi seperti
dengan konsekuensi.
meningitis, batuk rejan, atau
campak.
F Masalah perilaku, seperti amukan
yang meledak-ledak.

g Kesulitan dengan pemecahan


masalah atau pemikiran logis.

4. Peserta didik dengan hambatan fisik motorik/


Tunadaksa
Peserta didik dengan hambatan fisik motorik b. Polio: kelumpuhan pada anggota tubuh
adalah anak yang mengalami hambatan yang karena penyakit atau virus pada masa
bersifat menetap pada anggota gerak (tulang, kandungan atau kanak-kanak sehingga
sendi, otot). Mereka mengalami gangguan menyebabkan gangguan perkembangan.
gerak karena kelayuhan otot, atau gangguan c. Amputasi: kehilangan salah satu atau
fungsi syaraf otak (Cerebral Palsy), dan/atau lebih anggota tubuh karena diamputasi
kelumpuhan pada anggota tubuh (Polio). dan (biasanya) digantikan anggota tubuh
Seseorang disebut peserta didik dengan tiruan.
hambatan fisik motorik jika mengalami kondisi
d. Muscular Distrophy Progresive: kelainan
sebagai berikut.
gerak yang diakibatkan karena kelainan
otot yang bersifat progressif (semakin lama
a. Cerebral Palcy (CP): mengalami gangguan
semakin berat).
motorik karena ketidak-berfungsinya
bagian pada otak (kelayuhan pada otak)
tampak dalam kondisi spastic, athetoid,
ataxia, rigit, dan tremor.

Panduan Pelaksanaan Pendidikan Inklusif 13


Pendahuluan
Kebijakan Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik Berkebutuhan Khusus

Peserta didik Peserta didik dengan hambatan fisik


motorik adalah hilangnya atau
dengan hambatan rusaknya sebagian fungsi tubuh
fisik motorik seseorang dalam jangka panjang yang
mengakibatkan terbatasnya fungsi fisik
mobilitas, ketangkasan, atau stamina.

Kategori:

Hambatan neuro/otak Hambatan otot/motorik

Cerebral palsy spina Deformitas anggota badan


bifda poliomyelitis osteogensis imperfecta dan
distroli otot

Ciri - ciri peserta didik dengan hambatan fisik motorik

a Anggota gerak tubuh kaku a Terdapat cacat pada


lemah/lumpuh. alat gerak.
b Kesulitan dalam gerakan. e Jari tangan kaku dan tidak
dapat menggenggam.
c Terdapat bagian anggota gerak
f Kesulitan pada saat berdiri,
yang tidak lengkap/tidak sempurna.
berjalan/duduk.
d Hiperaktif/tidak dapat
tenang.

14
Kebijakan Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik Berkebutuhan
Pendahuluan
Khusus

5. Peserta didik dengan hambatan emosi dan perilaku


Anak dengan hambatan emosi dan perilaku 4. menunjukkan ketidakbahagiaan dan
menurut IDEA memiliki ciri-ciri sebagai berikut: depresi; dan
5. cenderung menunjukkan tanda kecemasan
1. ketidakmampuan belajar tetapi tidak
yang berkaitan dengan masalah personal
terkait dengan masalah intelektual, sensori,
maupun problem sekolah.
atau faktor kesehatan;
2. ketidakmampuan membangun hubungan Peserta didik dengan hambatan emosi dan
interpersonal yang baik dengan teman perilaku secara umum tidak mengalami
sebaya maupun guru; hambatan intelektual sehingga dimungkinkan
3. ketidakselarasan pola perilaku maupun dapat mengikuti kurikulum standar meskipun
perasaan dalam situasi normal; harus dengan adaptasi atau penyesuaian.

6. Peserta didik lamban belajar (slow learner)


Lamban belajar (slow learner) adalah anak yang peserta didik dengan hambatan intelektual.
memiliki potensi intelektual sedikit di bawah Mereka membutuhkan waktu belajar lebih lama
rata-rata anak sebayanya, tetapi tidak termasuk dibandingkan dengan sebayanya, sehingga
kategori peserta didik dengan hambatan mereka memerlukan layanan pendidikan
intelektual (biasanya memiliki IQ antara 70- khusus. Mereka dapat mengikuti kurikulum
90). Dalam beberapa hal anak ini mengalami standar, tetapi membutuhkan waktu yang lebih
hambatan atau keterlambatan berpikir, lama. Adaptasi kurikulum sangat diperlukan
merespon rangsangan dan kemampuan untuk untuk mereka.
beradaptasi, tetapi lebih baik dibanding dengan

7. Peserta didik berkesulitan belajar spesifik (specific


learning disability)
Seseorang disebut mengalami kesulitan belajar belajar spesifik atau disebut specific learning
apabila setelah diukur dengan menggunakan disability. Anak berkesulitan belajar spesifik
tes kecerdasan menghasilkan skor IQ rata-rata adalah individu yang mengalami gangguan
atau di atas rata-rata, tetapi memperlihatkan dalam suatu proses psikologis dasar, disfungsi
hasil belajar (pada bidang tertentu) berada jauh sistem syaraf pusat, atau gangguan neurologis
di bawah perkembangan usia dan kemampuan yang dimanifestasikan dalam kegagalan-
mentalnya. Dalam pelayanan pendidikan di kegagalan nyata dalam: pemahaman, gangguan
sekolah reguler, sering kali guru dihadapkan mendengarkan, berbicara, membaca, mengeja,
pada siswa yang mengalami problem belajar berpikir, menulis, berhitung, atau keterampilan
atau kesulitan belajar. Salah satu kelompok kecil sosial. Kesulitan tersebut bukan bersumber
siswa yang termasuk dalam klasifikasi tersebut pada sebab-sebab keterbelakangan mental,
adalah kelompok anak yang berkesulitan gangguan emosi, gangguan pendengaran,

Panduan Pelaksanaan Pendidikan Inklusif 15


Pendahuluan
Kebijakan Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik Berkebutuhan Khusus

gangguan penglihatan, atau karena kemiskinan, komunikasi, memori, dan perilaku sosial. Kedua,
lingkungan, budaya, ekonomi, ataupun yang berkaitan dengan akademik (membaca,
kesalahan metode mengajar yang dilakukan menulis, dan berhitung) sesuai dengan
oleh guru. kapasitas yang dimiliki, tetapi kedua kelompok
ini tidak dapat dipisahkan secara tegas karena
Secara garis besar kelompok siswa berkesulitan ada keterkaitan di antara keduanya (Kirk dan
belajar dapat dibagi dua. Pertama, Gallagher, 1986). Mereka dapat mengikuti
yang berkaitan dengan perkembangan kurikulum standar, tetapi harus dengan
(developmental learning disabilities), mencakup penyesuaian (kurikulum adaptasi).
gangguan motorik dan persepsi, bahasa dan

8. Peserta didik cerdas istimewa dan bakat istimewa


Seseorang disebut cerdas istimewa dan/ tapi fokus dan perhatiannya terhadap minat
atau bakat istimewa apabila setelah diukur ini membuat peserta didik berbakat penasaran
dengan menggunakan tes kecerdasan baku dan terkadang menjadi tidak peduli dengan
menghasilkan skor IQ di atas normal, mereka berbagai aktivitas lainnya dalam proses belajar-
juga memiliki kreativitas dan task commitment mengajar di kelas.
di atas rata-rata. Seorang disebut memiliki
bakat istimewa apabila bakat tersebut sangat Cara peserta didik berbakat berinteraksi juga
menonjol dalam bidang akademik tertentu, berbeda dengan peserta didik lainnya. Mereka
olahraga, seni dan/atau kepemimpinan cenderung lebih senang diskusi dengan
melebihi tingkat perkembangan usia teman orang dewasa, senang memberikan kritik
sebaya. Menurut Renzulli (1978, 2005) Gifted terhadap pertanyaan daripada menjawab
and talented children adalah peserta didik yang pertanyaan yang diajukan rekannya. Selain
mempunyai kelebihan dalam tiga komponen itu, peserta didik berbakat juga cenderung
yakni mempunyai kapasitas intelektual di lebih rapuh emosionalnya, merasa teralienasi
atas rata-rata yang ditandai dengan IQ (skala karena dirinya berbeda dengan peserta didik
Weschler) di atas 130, memiliki motivasi lain di lingkungan sosialnya. Peserta didik
dan komitmen terhadap tugas yang tinggi, berbakat juga mempunyai selera humor yang
serta memiliki kreativitas yang tinggi. Gagne tinggi, bahkan terkadang dengan mengolok-
menitikberatkan konsepsi keberbakatan olok dirinya sendiri. Berbagai perbedaan
istimewa sebagai hasil interaksi antara faktor yang dimiliki peserta didik berbakat ini
keturunan (genetic) dan faktor tumbuh membutuhkan perlakuan khusus dari guru
kembang (developmental) yang sangat di sekolah dan lingkungan kondusif yang
dipengaruhi oleh lingkungan. memahami perbedaan yang dimilikinya.

Dalam kegiatan belajar, peserta didik berbakat Model layanan bagi peserta didik berbakat
dapat dengan cepat menguasai materi ini bisa menggunakan diferensiasi kurikulum,
pelajaran di sekolah. Namun, di sisi lain, mereka yaitu: a. Pengayaan (enrichment), berupa
cenderung cepat bosan dan frustrasi karena tawaran ekstra materi pelajaran yang
kurangnya tantangan yang diterima di sekolah. dimaksudkan untuk pendalaman dan
Peserta didik berbakat juga mempunyai minat perluasan; b. Pemadatan atau (compacting),
tertentu yang menjadi fokus perhatiannya, berupa pemadatan materi pelajaran reguler.

16
Kebijakan Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik Berkebutuhan
Pendahuluan
Khusus

Atau dengan kata lain bahwa pelajaran yang keluar dari kelasnya (pull-out), masuk ke dalam
diberikan tidak perlu dilakukan pengulangan- kelompok-plus atau kelas-plus tersebut,
pengulangan yang memang diperlukan sebagai bersama-sama dengan peserta didik gifted
latihan bagi peserta didik normal; dan c. Paruh lainnya dalam berbagai usia mengerjakan
waktu (part-time) dalam kelompok-plus berbagai proyek yang diminatinya. Kelas-kelas
atau kelas-plus (pull-out). Kelas itu diadakan seperti ini sering juga disebut Kangaroo-
ekstra aktivitas atau program yang menantang class; dan d) Percepatan (acceleration), yaitu
khusus untuk peserta didik gifted. Kegiatan berupa lompat kelas (Class skipping). Namun
dalam kelompok/kelas plus ini dilakukan percepatan ini membutuhkan beberapa
beberapa jam dalam satu minggu. Bila peserta pertimbangan berupa: kematangan sosial
didik gifted tersebut membutuhkan kegiatan emosional, kapasitas intelektual, prestasi,
yang menantang guna memenuhi kebutuhan adanya lompatan perkembangan didaktik,
keberbakatannya, ia dapat sementara waktu persetujuan orang tua, dan penerimaan guru.

9. Peserta didik autistic spectrum disorders (ASD)


Autistic Spectrum Disorders (ASD) dari kata a. Hambatan dalam interaksi sosial secara
auto, yang berarti sendiri. ASD sering diartikan resiprokal/ berbalasan.
seorang anak yang hidup dalam dunianya b. Hambatan dalam komunikasi baik verbal
sendiri. Autisme merupakan sebuah hambatan maupun nonverbal, termasuk di dalamnya
perkembangan yang dialami seseorang dalam permasalahan dalam aktivitas imajinasi.
masa pertumbuhan dan perkembangan di
c. Hambatan dalam perilaku, termasuk di
mana penyandangnya memiliki kekhasan
dalamnya keterbatasan dalam serangkaian
utama, yaitu hambatan interaksi, komunikasi,
aktivitas dan minat.
dan perilaku. Berbeda dari bentuk kebutuhan
khusus lain yang sering diklasifikasikan berdasar Implikasi dari hambatan komunikasi, interaksi
berat dan ringan, autisme diklasifikasikan sosial dan perilaku tersebut mengakibatkan
berdasarkan karakteristik yang dipayungi berperilaku tidak sesuai dengan situasi sosial
dengan istilah spectrum. Masing-masing yang sedang berlangsung, tidak adanya kontak
spectrum memiliki karakter yang unik. Kata mata, permasalahan pada pemusatan perhatian,
kunci pada bentuk-bentuk autis adalah tidak hadirnya gesture untuk menjembatani
spectrum (Friend, 2003; Yapko, 2004), di mana komunikasi, dan kesulitan menginterpretasikan
mengimplikasikan kesamaan karakter, tetapi gesture orang lain. Sementara itu, dampak dari
berbeda variasi pada keterampilan yang hambatan komunikasi adalah mereka gagal
ditunjukkan. Spectrum dari autism tersebut memahami makna dan tujuan komunikasi
adalah autistic disorder atau autism, childhood sehingga kesulitan mengembangkan makna
disintegrative children, Asperger syndrome, bicara untuk menginisiasi dan mempertahankan
Rett’s syndrome, Pervasive developmental topik percakapan dan bergabung dengan
disorder-not otherwise specified (PDD-NOS). perasaan dan ide orang lain dalam sebuah
percakapan. Hambatan perilaku sering
Seseorang dikatakan autis jika memiliki
ditunjukkan dengan gerakan stereotype
serangkaian gejala perilaku yang berbeda pada
dan berulang di mana aktivitas tersebut
hambatan dalam tiga ranah perkembangan
menimbulkan ketidaknyamanan bagi orang lain,
berikut (Shulman, 2002).
sebab ekspresi yang mereka tunjukkan tidak
lazim.

Panduan Pelaksanaan Pendidikan Inklusif 17


Pendahuluan
Kebijakan Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik Berkebutuhan Khusus

Keterbatasan yang dialami anak autis menyebabkan mereka mengalami kesulitan untuk mengikuti
kurikulum standar. Mereka membutuhkan kurikulum khusus yang disusun berdasarkan hasil asesmen.

Peserta didik Autisme adalah keadaan yang


disebabkan oleh kelainan dalam
autistic spectrum perkembangan otak yang ditandai
disorders (ASD) dengan kelainan dalam interaksi sosial,
komunikasi, dan perilaku yang sangat
kaku dan pengulangan perilaku.

18
Kebijakan Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik Berkebutuhan
Pendahuluan
Khusus

10. Peserta didik attention deficit hyperactivity disorder


(ADHD)
Istilah hiperaktif yang banyak dikenal perhatian, misalnya ditandai dengan perilaku
masyarakat sering muncul dengan istilah melamun, mudah lupa, sembrono, tak acuh,
ADHD (attention deficit hiperactivity disorder). gagal dalam penyelesaian tugas, menghindari
Istilah tersebut menunjuk kepada anak yang tugas berat. Hiperaktivitas dapat ditandai
mengalami gangguan emosi dan perilaku dengan adanya perilaku gelisah, berdiri dari
yang biasanya ditandai dengan satu atau lebih duduk, sulit diam, susah mengendalikan diri,
dari tiga ciri berikut: a. kesulitan melakukan bicara berlebihan, berlari, memanjat tidak
konsentrasi atau mencurahkan perhatian dalam pada tempat dan waktunya. Impulsivitas, di
waktu yang relatif lama; b. adanya gerakan yang antaranya dapat dilihat dari perilaku sebagi
berlebihan atau kesulitan untuk diam; dan c. berikut: menjawab sebelum pertanyaan selesai,
perilaku impulsif, yaitu kecenderungan untuk kesulitan dalam hal menunggu giliran, atau suka
bertindak sekehendak hatinya. Gangguan mengganggu orang lain.

ATTENTION DEFICIT Anak yang mudah terganggu, terlalu


aktif dan impulsif dalam perilaku mereka.
HYPERACTIVITY DISORDER

TIPE 1 : AD
HD TIPE 1 : ADHD
INATEN IF
T HIPERAKTIVITAS

GEJALA GEJALA

a Sulit perhatian a Sulit perhatian

b Sulit mengikuti petunjuk b Mudah gelisah

c Sulit menyelesaikan pekerjaan c Impulsif dalam berbicara atau bertindak

d Pemalu atau menarik diri d Terlalu banyak berbicara

e Mudah terbagi perhatiannya e Sulit menunggu giliran

e Terlihat tidak rapi/ceroboh e Suka menyela

e Lamban dalam memproses informasi e Mudah marah

Pengobatan dan Terapi Obat : Ritalin dan Adderall Terapi musik dan suara
Terapi sensori integrasi Play Therapy

Panduan Pelaksanaan Pendidikan Inklusif 19


Pendahuluan
Kebijakan Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik Berkebutuhan Khusus

TIPE 1 : AD
HD TIPE 1 : ADHD
HIPERAKTIVITAS
INATENTIF
KEKUATAN KEKUATAN

a Kreatif a Energik

b Cerdas b Bersemangat mencoba hal baru

c Pandai menyelesaikan masalah c Pekerja keras

d Tekun d Tekun

Kiat mengembangkan keterampilan sehari-hari


Usahakan konsisten dalam Tinjau strategi yang bekerja
bertindak tetapi tetap fleksibel Berikan waktu dan SABAR
Gunakan jadwal pengingat harian

KELEMAHAN KELEMAHAN

Sulit mengubah rutinitas Sulit berkoneksi dengan


dikarenakan takut orang lain
Mungkin memiliki permasalahan Kefrustasian yang
dengan waktu menyebabkan marah
Takut mengekspresikan Sulit bekerja sama
perasaan Mungkin memiliki
Tidak dapat santai karena kesulitan belajar
‘kecemasan’ Terlihat depresi dan tidak
Terlihat depresi dan tidak termotivasi
memiliki motivasi

PENYEBAB

Lingkungan :
Seorang adik dengan kakak ADHD memungkinkan ia mengalami ADHD juga.

a
Neurologis :
Otak anak ADHD memiliki kekurangan Dopamin dan Norepinephrine yang
menyebabkan ketidakperhatian dan hiperaktivitas

20
Kebijakan Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik Berkebutuhan
Pendahuluan
Khusus

DOPAMINE
Low Levels Neuron
HO Nk 2

HO - reward, risk,
impulsiveness

NOREPINEPHRINE
OH
Symptoms HO Nk 2
of ADHD HO - attention &
Neuron
arousal

KARAKTERISTIK ADHD:

1. Selalu bergerak.

2. Tidak dapat memusatkan perhatian pada sasaran


yang akan dicapai.
3. Tidak mampu menyelesaikan tugas walaupun
tugas tersebut sangat mudah dan dapat
diselesaikan dalam waktu singkat.

4. Impulsive atau bertindak tanpa berpikir.


5. Tidak dapat menahan amarah.

6. Tidak dapat menghadapi kekecewaan.

7. Sebagian waktunya dihabiskan untuk melakukan


kegiatan yang salah dan tidak tepat waktu.
8. Suka mengganggu

a. Peserta didik dengan hambatan majemuk/Tunaganda


Peserta didik dengan hambatan majemuk (cacat ganda; multiple handicapped) adalah mereka yang
memiliki gangguan atau kelainan lebih dari satu jenis, mungkin dua atau lebih. Misalnya, gangguan
penglihatan disertai dengan gangguan pendengaran atau hambatan intelektual, hambatan
pendengaran disertai hambatan intelektual sehingga mereka membutuhkan kurikulum khusus.

Panduan Pelaksanaan Pendidikan Inklusif 21


Pendahuluan
Kebijakan Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik Berkebutuhan Khusus

3 Pelaksanaan Pendidikan
Inklusif

Ringkasan Bab
Alur Pelaksanaan

Manajemen Kelas

Evaluasi Pelaksanaan

A. Alur Pelaksanaan
Semua peserta didik memiliki hak untuk mengakses pendidikan yang responsif terhadap kebutuhan
mereka. Pendidikan inklusif adalah konsep yang dikembangkan dari hak fundamental ini, tetapi
dalam praktiknya membutuhkan alur penanganan yang praktis seperti gambar di bawah ini:

PPDB IDENTIFIKASI ASESMEN


PROFIL
ANAK

MASA TRANSISI LAPORAN


PERENCANAAN
HASIL
PEMBELAJARAN
BELAJAR
SD/SDLB SMP
SMP/SMPLB SMA/SMK
SMALB/ PERGURUAN
SMA/SMK TINGGI PENILAIAN
DAN PELAKSANAAN
SMALB/ INDUSTRI EVALUASI PEMBELAJARAN
SMA/SMK DUNIA KERJA PEMBELAJARAN

Gambar 3.1 Alur Pelaksanaan Pendidikan Inklusif

22
Pelaksanaan Pendidikan
Pendahuluan
Inklusif

1. Masa Transisi
Transisi adalah peralihan dari satu keadaan akan sangat berpengaruh pada capaian
(tempat, tindakan, dan sebagainya) ke keadaan pembelajaran peserta didik di jenjang
yang lain. Sebuah transisi adalah perubahan berikutnya. Adaptasi dengan hal-hal baru
dari satu hal ke yang berikutnya, baik dalam akan sangat mempengaruhi hasil capaian
tindakan maupun keadaan (KBBI). belajar. Jika peserta didik berhasil beradaptasi,
maka Capaian Pembelajaran akan terlaksana.
Masa transisi sangat penting karena masa Namun, jika peserta didik kurang berhasil dalam
tersebut adalah masa belajar peserta didik beradaptasi, maka akan berpengaruh pada
untuk mengenal tempat baru, sistem baru, mental peserta didik dalam pembelajaran.
dan cara belajar yang baru. Hal tersebut

Beberapa hal berikut perlu menjadi perhatian bersama bagi pihak sekolah dan orang tua pada masa
transisi dari satu jenjang ke jenjang berikutnya.

a. SD/SDLB ke SMP
1) Melalui PPDB sesuai dengan juknis daerah selama kurang lebih 6 bulan terkait dengan
masing-masing. adaptasi dari sekolah khusus ke sekolah
2) Melengkapi persyaratan yang telah umum.
ditentukan daerah masing-masing, 5) Pelibatan orang tua sebagai motivator
dengan minimal membawa catatan khusus bagi PDBK dengan kondisi baru di sekolah
profil belajar peserta didik dari sekolah umum.
sebelumnya (SD) sebagai gambaran 6) Pengalihtanganan atau reveral kepada guru
keadaan PDBK. BK untuk memperhatikan secara khusus
3) PBDK dihantarkan oleh pihak sekolah terkait adaptasi awal PDBK di sekolah
jenjang sebelumnya ke jenjang yang akan umum.
dituju dengan menyerahkan data profil 7) Konsultasi kepada guru di jenjang
belajar PDBK. sebelumnya jika terjadi masalah pada PDBK
4) Jika berasal dari sekolah khusus/SDLB, maka terkait adaptasi dan proses pembelajaran.
guru pada jenjang sebelumnya memantau

b. SMP/SMPLB ke SMA/SMK
1) Melalui PPDB sesuai dengan juknis daerah 3) Profil belajar PDBK menjadi acuan di SMA/
masing-masing. SMK untuk menentukan jurusan.
2) Melengkapi persyaratan yang telah 4) Jika ada hasil pemeriksaan psikolog dan/
ditentukan daerah masing-masing dengan atau surat keterangan dokter dapat
minimal membawa catatan khusus dijadikan bahan pertimbangan untuk
profil belajar peserta didik dari sekolah menentukan jurusan peserta didik sesuai
sebelumnya (SMP) sebagai gambaran dengan kondisi dan kemampuan PDBK.
keadaan PDBK.

Panduan Pelaksanaan Pendidikan Inklusif 23


PendahuluanPendidikan Inklusif
Pelaksanaan

5) Penentuan jurusan peserta didik lebih 6 bulan terkait dengan adaptasi dari
mempertimbangkan dengan kondisi dan sekolah khusus ke sekolah umum.
kemampuan PDBK agar tidak menghambat 8) Pelibatan orang tua sebagai motivator
pada saat proses pembelajaran dan praktik. bagi PDBK dengan kondisi baru di sekolah
6) Program PKL tetap dilaksanakan untuk umum.
PDBK disesuaikan dengan kondisi dan 9) Pengalihtanganan atau reveral kepada guru
kemampuan peserta didik. Jika PDBK BK untuk memperhatikan secara khusus
tidak memungkinkan untuk PKL di terkait adaptasi awal PDBK di sekolah
luar lingkungan satuan pendidikan, umum.
maka satuan pendidikan dapat
10) Konsultasi kepada guru di jenjang
menyelenggarakan PKL di sekolah yang
sebelumnya jika terjadi masalah pada PDBK
disesuaikan dengan kondisi PDBK dan
terkait adaptasi dan proses pembelajaran.
sarana dan prasarana yang tersedia di
11) Konsultasi kepada guru di jenjang
satuan pendidikan.
sebelumnya jika terjadi masalah pada PDBK
7) Jika berasal dari satuan pendidikan
terkait adaptasi dan proses pembelajaran.
khusus/SMPLB, maka guru pada jenjang
sebelumnya memantau selama kurang

c. SMALB/SMA/SMK ke Perguruan Tinggi


Guru BK mendata perguruan tinggi yang 3) Pembekalan materi keterampilan sederhana
menerima PDBK melalui jalur umum atau diberikan kepada peserta didik yang
mandiri dan mensosialisasikan kepada PDBK dan memiliki hambatan intelektual selama masa
orang tua. transisi.
4) Pendaftaran ke perguruan tinggi melalui
1) Pendaftaran ke perguruan tinggi melalui
jalur umum untuk peserta didik yang tidak
jalur umum untuk peserta didik yang tidak
memiliki hambatan intelektual.
memiliki hambatan intelektual.
5) Pendaftaran secara khusus ke perguruan
2) Pendaftaran secara khusus ke perguruan
tinggi yang menerima PDBK dengan
tinggi yang menerima PDBK dengan
hambatan intelektual.
hambatan intelektual.

d. SMALB/SMA/SMK ke dunia usaha dan dunia industri dan


kerja
1) Untuk bekerja pada dunia usaha dan dunia diadakan di sekolah dengan menggunakan
industri, PDBK harus memiliki sertifikat skema khusus untuk mendapatkan
kompetensi keahlian. sertifikat kompetensi keahlian dari BNSP
2) Untuk memenuhi poin 1 di atas, PDBK yang mengacu pada SK3PD SLB/satuan
berhak mengikuti uji kompetensi yang Pendidikan khusus.

24
Pelaksanaan Pendidikan
Pendahuluan
Inklusif

2. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB)


Implementasi layanan pendidikan bagi perundang-undangan. Pemberian afirmasi,
peserta didik berkebutuhan khusus di sekolah misalnya melalui jalur khusus pendidikan
penyelenggara pendidikan inklusif diawali inklusif. Pasal 12 (f) dalam kebijakan tersebut
dengan kegiatan PPDB. Kebijakan terkait juga menyebutkan bahwa harus dilakukan
dengan PPDB bagi peserta didik berkebutuhan penyesuaian rasio jumlah guru dengan jumlah
khusus diatur dalam PP Nomor 13 Tahun 2020 peserta didik berkebutuhan khusus di kelas,
tentang Akomodasi yang Layak untuk Peserta misalnya ditetapkan maksimal hanya ada
Didik Penyandang Disabilitas Pasal 11 (b), yaitu 2 (dua) peserta didik berkebutuhan khusus
pemberian afirmasi seleksi masuk di lembaga untuk masing-masing rombongan belajar.
penyelenggara pendidikan sesuai dengan Jika ditemukan terdapat peserta didik dengan
kondisi fisik peserta didik berkebutuhan khusus karakteristik kategori berat, maka hanya ada
berdasarkan keterangan dokter dan/atau dokter satu peserta didik berkebutuhan khusus dalam
spesialis sesuai dengan ketentuan peraturan rombongan belajar tersebut.

3. Identifikasi dan Asesmen


Identifikasi merupakan suatu proses dalam layanan pendidikan yang dibutuhkan.
menemukan dan mengenali keberagaman Selanjutnya, hasil asesmen akan dituangkan
peserta didik. Prinsip identifikasi dibatasi untuk dalam program pembelajaran berdasarkan
menentukan individu yang diduga mengalami modalitas (potensi) yang dimiliki setiap
hambatan sehingga belum dapat menjawab individu. Hasil asesmen ini juga digunakan
pertanyaan potensi apa yang dimiliki peserta untuk menentukan jenis dan bentuk intervensi
didik. Proses identifikasi dapat dilakukan dengan secara tepat bagi peserta didik. Asesmen yang
beberapa cara, seperti: observasi, wawancara, dilakukan meliputi fungsi area belajar (learning),
tes, dan pemeriksaan dokumen sebagai alat sosial emosi (socio-emotional), komunikasi
untuk menggali data.  (communication), dan neuromotor. Asesmen
dilakukan secara formal oleh para ahli (psikolog,
Asesmen adalah suatu proses yang sistematis terapis, dokter spesialis: THT, mata, dan lainnya).
dan komprehensif di dalam menggali Asesmen juga dapat dilakukan secara informal
permasalahan lebih lanjut untuk mengetahui oleh guru, baik oleh guru kelas, guru mata
apa yang menjadi masalah, hambatan, pelajaran, guru BK, maupun guru pembimbing
keunggulan, dan kebutuhan individu. Hasil khusus. Secara terperinci asesmen dapat dilihat
asesmen akan menentukan jenis dan bentuk pada Panduan Pembelajaran dan Asesmen.

4. Penyusunan Profil Belajar Peserta Didik


Simpulan hasil asesmen menjadi dasar bagi satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif
dalam menyusun program intervensi maupun penyusunan program pembelajaran oleh guru dan
diperlukan penyusunan profil peserta didik sebelum menyusun program layanan.

Panduan Pelaksanaan Pendidikan Inklusif 25


PendahuluanPendidikan Inklusif
Pelaksanaan

Profil belajar peserta didik merupakan a. Identitas,


gambaran tentang kondisi PDBK secara individu b. Kemampuan akademik,
yang menggambarkan tentang kondisi aktual
c. Kemampuan sosial emosi,
hambatan/kelainan, karakteristik, dampak,
d. Kemampuan motorik,
strategi layanan, dan media yang diperlukan
dalam intervensi.  e. Kondisi kesehatan, dan
f. Kemandirian peserta didik.
Profil belajar peserta didik juga digunakan
untuk menentukan metode pembelajaran dan Satuan pendidikan dapat menggunakan aplikasi
mengevaluasi peserta didik berkebutuhan Profil Belajar Siswa (PBS) yang terdapat pada
khusus. Profil belajar peserta didik sekurang- dapodik dan Sistem Informasi Manajemen
kurangnya memuat informasi berikut. (SIM) untuk Pengembangan Keprofesian yang
Berkelanjutan (SIMPKB).

5. Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran merupakan langkah Di bawah ini contoh format rencana kerja
untuk menghasilkan program dan proses yang terdiri atas: tujuan, strategi, siapa, dan di
pembelajaran untuk peserta didik berkebutuhan mana. Guru dapat membuat format lain yang
khusus. Program pembelajaran disusun memudahkan dalam menyusun rencana kerja.
berdasarkan hasil asesmen dan hasil profil
belajar peserta didik.

Tabel 3.1 Format Rencana Kerja

Rencana Kerja

SIAPA DAN DI MANA


TUJUAN STRATEGI (Siapa saja yang
NO
(Goals) (Deskripsikan dengan detail) melaksanakan dan di mana
saja)

1.

2.

Rencana kerja (action plan) berisi rincian term goals) yang bersifat tahunan sampai tujuan
aktivitas penanganan yang akan dilaksanakan jangka pendek yang bersifat harian (short
pada kolom strategi. Dalam rancangan term objectives). Pada penyusunan rencana
pembelajaran perlu ditulis pula langkah- pembelajaran, guru melakukan penyesuaian
langkah mengajar secara rinci dalam bentuk tujuan pembelajaran dari capaian pembelajaran,
analisis tugas (task analysis). Pada tahap ini guru alur tujuan pembelajaran, dan modul ajar.
mengembangkan tujuan jangka panjang (long

26
Pelaksanaan Pendidikan
Pendahuluan
Inklusif

a. Penyesuaian tujuan pembelajaran dengan memahami capaian


pembelajaran dan berdasarkan hasil asesmen yang telah dilakukan
seperti contoh berikut:

Tabel 3.2 Penyesuaian Tujuan Pembelajaran

Elemen Capaian Hasil Asesmen Awal Penyesuaian Tujuan


Pembelajaran Pembelajaran

Fase A Peserta didik mampu Hasil asesmen awal: Tujuan mata pelajaran:
melakukan kegiatan
Membaca pramembaca (cara 1) dapat mengenal Kemampuan berbahasa
dan memirsa memegang buku, huruf (A-Z); dengan berbagai teks
jarak mata dengan 2) belum lancar multimodal (lisan, tulis,
buku, cara membalik membaca visual, audio, audiovisual)
buku, dan memilih dan kurang untuk tujuan (genre) dan
pencahayaan untuk memahami isi konteks.
membaca). Mengenali bacaan;
dan mengeja kombinasi Penyesuaian tujuan
3) dapat menulis
alfabet pada suku kata. pembelajaran
nama sendiri;
berdasarkan hasil
4) belum dapat asesmen:
menyebutkan
benda dari huruf 1) menyebutkan benda
abjad; dan dari huruf abjad; dan
5) belum dapat 2) menyusun huruf
menyusun huruf abjad
abjad.
Penyesuaian Materi:
Melabel huruf abjad (A-
Z)

b. Penyesuaian alur tujuan pembelajaran dan modul ajar

Penyesuaian penyusunan alur tujuan pembelajaran dan modul ajar dapat dilakukan dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

1) Berdasarkan hasil assemen dan hasil profil 3) Menentukan tujuan pembelajaran sesuai
belajar peserta didik berkebutuhan khusus. dengan kebutuhan dan kondisi peserta
2) Menentukan Capaian Pembelajaran yang didik berkebutuhan khusus, guru dapat
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi membuat format lain yang sesuai dengan
peserta didik berkebutuhan khusus. kondisi peserta didik.

Panduan Pelaksanaan Pendidikan Inklusif 27


PendahuluanPendidikan Inklusif
Pelaksanaan

4) Merancang modul ajar sesuai dengan yang terdapat pada lampiran panduan
kebutuhan dan kondisi peserta didik ini, guru dapat membuat format lain yang
berkebutuhan khusus, dengan contoh memudahkan dalam modul ajar.

6. Proses Pelaksanaan Pembelajaran


Langkah selanjutnya adalah pelaksanaan b. Modifikasi soal. Soal yang digunakan
pembelajaran di kelas. Pada tahap ini dilakukan berbeda dengan peserta didik pada
penerapan perencanaan pembelajaran yang umumnya. Soal disesuaikan dengan materi
telah disusun. Guru menerapkan modifikasi yang diajarkan untuk PDBK dan pemberian
pada proses pembelajaran di kelas. Proses tugas yang berbeda dari peserta didik lain.
berkaitan dengan kegiatan yang harus c. Modifikasi alat. Penilaian dapat
dilaksanakan oleh peserta didik, guru, dan menggunakan alat khusus, misalnya braille,
komponen lainnya, supaya dapat menguasai atau komputer dengan program JAWS
kompetensi yang diharapkan dalam (Job Access with Speech), dan penggunaan
pembelajaran. Proses pembelajaran berkaitan bahan/sumber ajar yang berbeda/khusus.
dengan enam hal, yaitu: isi (materi), soal, alat,
d. Modifikasi waktu. Memberikan
waktu, tempat, dan cara. Modifikasi proses
perpanjangan waktu, pemberian
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
penjelasan/pembelajaran khusus di luar
jam belajar umum.
a. Modifikasi isi. Materi berkaitan dengan
fakta, konsep, prosedur, dan meta kognisi e. Modifikasi tempat. Penilaian dapat
yang harus dipelajari oleh peserta didik dilaksanakan di tempat tertentu, secara
agar dapat menguasai kompetensi yang individual, penempatan tempat duduk
diharapkan. Contoh modifikasi materinya, pada lokasi tertentu (dekat dengan guru).
antara lain seperti berikut. f. Modifikasi cara. Penilaian dilaksanakan
1) Untuk peserta didik umum, materi secara lisan, di mana guru membacakan
untuk mata pelajaran Matematika soal, sedangkan murid menuliskan jawaban
– topik pembahasan terkait materi (guru membacakan soal, sedangkan siswa
volume bangun ruang. menjawab secara lisan, kemudian dituliskan
oleh guru). Cara ini dapat dilakukan melalui
2) Untuk PDBK dengan hambatan
pendampingan dengan tutor sebaya.
intelektual (pada mata pelajaran
dan topik pembahasan yang sama),
jika hasil asesmen belum mampu
melakukan perhitungan aritmatika
perkalian, maka materinya bentuk
bangun ruang.

Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan pengulangan atau drill, kontekstual, pembelajaran yang
ramah, bersifat sederhana, berbasis kecakapan hidup, dan menggunakan bahasa yang sederhana
serta mengembangkan komunikasi yang efektif.

28
Pelaksanaan Pendidikan
Pendahuluan
Inklusif

7. Program Pendidikan Individual (PPI)


Program Pendidikan Individual (PPI) adalah a. Taraf kemampuan peserta didik saat ini,
program yang dirancang oleh guru yang berisi b. Tujuan umum yang akan dicapai,
tentang hambatan yang dimiliki PDBK dan
c. Tujuan pembelajaran khusus,
proses perbaikan atau tahapan peningkatan
d. Deskripsi pelayanan pembelajaran,
kemampuan PDBK yang diberikan secara
individual. Dalam perencanaan pembelajaran, e. Waktu dimulai kegiatan dan lamanya
guru juga dapat menentukan apakah peserta diberikan pelayanan, dan
didik harus menggunakan PPI. f. Evaluasi.

Perbedaan kebutuhan masing-masing Penyusunan PPI secara rinci dapat dilihat pada
PDBK sangat beragam sehingga mereka Panduan Program Pendidikan Individual yang
membutuhkan layanan pendidikan yang dibuat secara terpisah dari panduan ini. Berikut
bersifat individual. Dalam Perancangan adalah bagan yang menggambarkan proses
PPI, guru menyusun profil PDBK setelah mengembangkan PPI.
melaksanakan identifikasi dan asesmen, dengan
memperhatikan komponen berikut:

PROGRAM PENDIDIKAN INDIVIDUAL


PROSES MENGEMBANGKAN PPI
Dalam perencanaan PPI, setelah
pelaksanaan identifikasi dan asesmen,
Pilih layanan kemudian guru harus menyusun profil
Tuliskan sasaran yang
pembelajaran & peserta didik (planning matrix) dengan
dapat diukur
dukungan program
memerhatikan komponen berikut.

a Taraf kemampuan siswa saat ini.


Hasil yang diinginkan/ Melaksanakan &
hasil pembelajaran memantau kemajuan Tujuan umum yang akan dicapai
b
(annual goal).

c Tujuan pembelajaran khusus


Mengembangkan Hasil (short-term objectives).
Harapan
kurikulum Identifikasi dan Asesmen
d Deskripsi tentang pelayanan
pembelajaran.
Kebutuhan Kekuatan dan
pembelajaran kelemahan e Waktu dimulainya kegiatan dan
lamanya diberikan.
Keterampilan dan f Evaluasi.
pengetahuan saat ini

Panduan Pelaksanaan Pendidikan Inklusif 29


PendahuluanPendidikan Inklusif
Pelaksanaan

LANGKAH-LANGKAH
PELAKSANAAN PPI

1 Pembentukan Tim PPI

Guru sekolah reguler Dokter Tenaga ahli dari


pusat sumber/ULD
Menilai kebutuhan 2 GPK Guru BK

Psikolog Kepala Sekolah Terapis

Berdasarkan hasil asesmen, guru


menyusun planning matrix yang
Mengembangkan tujuan
3
akan menjadi dasar dalam pembelajaran
menyusun program pembelajaran
individu sesuai dengan kebutuhan Guru menentukan tujuan umum
peserta didik. (jangka panjang) yang dapat
dicapai dalam jangka waktu satu
tahun dan tujuan khusus (jangka
pendek) adalah keterampilan yang
Merancang metode dan akan dikembangkan untuk
prosedur pembelajaran 4 mencapai tujuan umum/tujuan
jangka panjang tertentu.

Merancang metode dan prosedur


pembelajaran
5 Menentukan alat evaluasi

Peninjauan setiap tahun untuk


memperbarui tujuan dan
memastikan tingkat layanan
memenuhi kebutuhan siswa.
Selama tahun ajaran,
pemantauan kemajuan akan
sering dilakukan untuk
memastikan siswa mencapai
tujuan yang ditetapkan dalam PPI.

30
Pelaksanaan Pendidikan
Pendahuluan
Inklusif

8. Penilaian (Asesmen) Pelaksanaan Pembelajaran


Setelah pelaksanaan pembelajaran, kegiatan Penilaian pembelajaran berbentuk penilaian
selanjutnya adalah penilaian. Penilaian formatif dan sumatif.
merupakan proses pengumpulan dan
pengolahan informasi untuk mengukur Penilaian untuk mengukur dan mengambil
pencapaian peserta didik. keputusan tentang sejauh mana kemajuan yang
dicapai oleh peserta didik, apakah peserta didik
Tahapan-tahapan penilaian pembelajaran yang telah mencapai tujuan pembelajaran yang telah
dilakukan sebagai berikut: ditetapkan, serta menentukan program tindak
lanjut yang akan dilakukan.
1) Merumuskan tujuan penilaian,
2) Mengembangkan instrumen penilaian,
3) Melaksanakan penilaian, dan
4) Mengolah hasil penilaian.

9. Laporan Hasil Belajar


Laporan kemajuan belajar dan pencapaian c. Portofolio peserta didik,
peserta didik bersifat sederhana dan informatif, d. Paspor keterampilan atau skill paspor dan
memberikan informasi yang bermanfaat recognisi pembelajaran lampau untuk
tentang karakter dan kompetensi yang peserta didik SMK,
dicapai, serta strategi tindak lanjut. Satuan
e. Prestasi akademik dan nonakademik,
pendidikan sekolah memiliki keleluasaan untuk
f. Ekstrakurikuler, dan
menentukan mekanisme dan format laporan
hasil belajar kepada orang tua atau wali. Sekolah g. Penghargaan peserta didik dan tingkat
menyampaikan rapor peserta didik melalui kehadiran.
e-rapor secara berkala.
Terkait tingkat kehadiran, sekolah dapat
Kenaikan kelas PDBK dilakukan apabila sudah melakukan fleksibilitas, terutama bagi peserta
menuntaskan capaian pembelajaran pada fase didik autis yang sering mengalami tantrum.
yang telah ditentukan oleh guru atau lintas
fase sesuai dengan kemampuan PDBK. Sekolah Sistem kelulusan bagi PDBK ditentukan
memiliki keleluasaan untuk menentukan kriteria oleh sekolah apabila telah mengikuti proses
kenaikan kelas dengan mempertimbangkan: pembelajaran sesuai kondisi yang waktunya
telah ditentukan oleh kurikulum yang berlaku
a. Laporan kemajuan belajar, (melihat pada Panduan Pembelajaran Asesmen).
b. Laporan pencapaian projek penguatan
profil pelajar Pancasila,

Panduan Pelaksanaan Pendidikan Inklusif 31


PendahuluanPendidikan Inklusif
Pelaksanaan

B. Manajemen Kelas
Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan ketika melakukan pengelolaan kelas yang inklusif,
sebagai berikut.

1. Faktor mobilitas
Berkaitan dengan mobilitas, kelas harus aman b. Aktivitas dengan melihat respon anak dan
untuk setiap anak tanpa terkecuali. Selain aman, waktu, supaya memperhatikan apakah
sarana dan prasarana harus aksesibel (memberi sudah sesuai waktu yang diberikan dengan
kemudahan) untuk melakukan mobilitas kebutuhan anak. Dalam situasi di mana
(bergerak). terdapat anak berkebutuhan khusus, norma
sebaiknya mengacu kepada anak yang
Pengaturan kelas yang baik, antara lain sebagai berkebutuhan khusus.
berikut.
c. Media, misalnya dengan membuat pensil
lebih besar atau melindungi pensil dengan
a. Peserta didik dengan hambatan
playdough (ADHD), menggunakan lagu
penglihatan duduk dekat papan tulis.
yang berisi rutinitas harian untuk anak TK
b. Peserta didik dengan hambatan (autis atau tunagrahita), menggunakan
pendengaran duduk di baris depan agar gambar lebih banyak daripada perintah
mudah membaca bibir. verbal (tuna rungu/dislexia).
c. Peserta didik dengan hambatan gerak d. Lingkungan, dengan merancang setting
duduk di baris pinggir dekat dengan kelas yang sesuai dengan kebutuhan anak
pintu agar mudah keluar masuk kelas dan perlu mempertimbangkan hal-hal seperti:
meletakkan tongkat atau kursi roda. anak tunadaksa yang memiliki hambatan
aktivitas gerak ditempatkan di dekat pintu,
Strategi membentuk kelas yang inklusif dapat
anak yang memiliki gangguan penglihatan
dilakukan melalui beberapa cara sebagai
ditempatkan di dekat guru, anak yang
berikut.
memiliki gangguan ADHD ditempatkan
a. Instruksi dan bantuan, dengan di dekat guru dan dijauhkan dari benda-
menggunakan bantuan gambar, benda yang berbahaya. Selain itu, tidak
menjelaskan aturan berulang-ulang, bila menggunakan tangga jika ada anak yang
diperlukan menggunakan helper, guru menggunakan kursi roda. Tata lingkungan
lain, shadow teacher atau GPK. Saat guru semudah mungkin dijangkau anak (mudah
menuliskan sesuatu di papan tulis, pastikan diakses anak, sekalipun ia berkursi roda),
anak-anak yang low vision bisa melihat dan menggunakan mebeleir yang fleksibel.
dengan jelas (ucapkan dengan jelas apa
yang sedang ditulis atau yang sedang
dibaca guru).

32
Pelaksanaan Pendidikan
Pendahuluan
Inklusif

2. Faktor interaksi teman sekelas


Guru harus mendorong dan merangsang teman dengan siswa, orang tua dan keluarga agar
lain untuk mendukung siswa berkebutuhan mereka membantu mengembangkan kelas yang
khusus di kelas tersebut agar aktif berpartisipasi dinamis.
di kelas, bekerja sama dengan orang tua untuk
menciptakan kelas yang lebih hidup, guru harus Di bawah ini merupakan salah satu contoh tata
mengembangkan interaksi antar teman, diskusi ruang kelas inklusif.

Faktor mobilitas

Kelas harus aman untuk setiap anak tanpa terkecuali dengan


prasarana yang aksesibel untuk melakukan mobilitas.

Peserta didik dengan


hambatan gerak duduk di
baris pinggir dekat dengan
pintu agar mudah keluar
masuk kelas dan meletakkan
tongkat atau kursi roda.

Peserta didik dengan Peserta didik dengan


hambatan penglihatan hambatan pendengaran duduk
duduk dekat papan tulis di baris depan agar mudah
membaca gerakan bibir guru

Panduan Pelaksanaan Pendidikan Inklusif 33


PendahuluanPendidikan Inklusif
Pelaksanaan

Manajemen kelas inklusif

Strategi membentuk kelas yang inklusif:

a. Instruksi dan bantuan, menggunakan bantuan gambar,


menjelaskan aturan berulang-ulang, bila diperlukan
menggunakan helper, guru lain, shadow teacher atau GPK.

b. Aktivitas dengan melihat respon anak dan waktu, sudah


sesuaikah waktu yang diberikan dengan kebutuhan anak.

c. Media, misalnya dengan membuat pensil lebih besar untuk


melindungi pensil dengan playdough (ADHD).

d. Lingkungan, dengan merancang setting kelas yang sesuai


dengan kebutuhan anak.

Faktor dukungan teman sekelas

Guru harus mendorong dan merangsang teman lain untuk


mendukung siswa berkebutuhan khusus di kelas tersebut
agar aktif berpartisipasi di kelas.

Gambar 3.2 Tata ruang kelas untuk peserta didik berkebutuhan khusus di sekolah umum

C. Evaluasi Pelaksanaan
Evaluasi pelaksanaan pendidikan inklusif sebagai hasil pengukuran terhadap peningkatan
adalah evaluasi terhadap layanan pendidikan kemampuan literasi, numerasi, dan karakter
dan kinerja satuan pendidikan dalam rangka
pelaksanaan pendidikan inklusif yang Evaluasi kegiatan pelaksanaan pendidikan
memenuhi standar nasional pendidikan sebagai inklusif dapat menggunakan Model CIPP
bagian dari proses pengendalian, penjaminan, (context, input, process, product) yang
penetapan, dan peningkatan mutu pendidikan mencakup sebagai berikut.
secara berkelanjutan.
■ Context evaluation (Evaluasi Konteks)
Evaluasi dilaksanakan dengan prinsip: integratif, terhadap pelaksanaan pendidikan inklusif
objektif, komprehensif, efisiensi, berkala, meliputi unsur penilaian terhadap latar
dan berkelanjutan. Evaluasi pelaksanaan belakang, tujuan pendidikan inklusif,
pendidikan inklusif di satuan pendidikan kerja sama terhadap instansi lain, dan
merupakan efektivitas satuan pendidikan penerimaan peserta didik.
dalam mengembangkan kompetensi PDBK

34
Pelaksanaan Pendidikan
Pendahuluan
Inklusif

■ Input evaluation (Evaluasi input) terhadap ■ Product evaluation (Evaluasi produk)


penyelenggaraan pendidikan inklusif terhadap penyelenggaraan pendidikan
meliputi sarana prasarana, kurikulum, dan inklusif dengan melakukan penilaian
sumber daya manusia. terhadap dampak prestasi peserta didik dan
hambatan penyelenggaraannya
■ Process evaluation (Evaluasi proses)
terhadap penyelenggaraan pendidikan
Setelah melakukan evaluasi pelaksanaan
inklusif meliputi pembelajaran, pelayanan
pendidikan inklusif kemudian dilakukan tindak
PDBK, pembiayaan, dan monitoring.
lanjut untuk memaksimalkan pelayanan pada
PDBK.

Panduan Pelaksanaan Pendidikan Inklusif 35


Pendahuluan
Sistem Dukungan Pelaksanaan Pendidikan Inklusif

4 Sistem Dukungan
Pelaksanaan Pendidikan
Inklusif

Pelaksanaan pendidikan inklusif membutuhkan peran dan tanggung jawab berbagai stakeholder
yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak, pihak-pihak tersebut, antara lain: pemerintah,
masyarakat, guru, dan orang tua. Stakeholder yang dimaksud tersebut, antara lain: pemerintah,
masyarakat, satuan pendidikan, dan orang tua.

A. Peran Pemerintah
Pemerintah, baik pusat maupun daerah kurikulum. Kewajiban lain dari pemerintah, baik
mempunyai kewajiban menyediakan akomodasi pusat maupun daerah adalah menyediakan
yang layak di bidang pendidikan melalui akomodasi yang layak serta meningkatkan
penyediaan dukungan anggaran dan/atau keterampilan dan kompetensi guru pada satuan
bantuan pendanaan, penyediaan sarana dan pendidikan umum tentang pendidikan inklusif
prasarana, penyiapan dan penyediaan pendidik yang diselenggarakan di tingkat kecamatan,
dan tenaga kependidikan, dan penyediaan kabupaten/kota, ataupun provinsi.

B. Peran Masyarakat
1. Masyarakat dalam hal ini dunia usaha dan 3. Membangun dan mengembangkan
dunia industri (DUDI), lembaga swadaya kesadaran akan hak anak untuk
masyarakat (LSM), organisasi profesi, dan memperoleh pendidikan.
lainnya dapat memberikan kontribusi bagi 4. Melakukan kontrol sosial terhadap
keberhasilan pelaksanaan pendidikan kebijakan pemerintah.
inklusif, antara lain: mitra pemerintah
dalam mendukung terlaksananya
pendidikan inklusif.
2. Memperluas akses pendidikan dan
pekerjaan bagi peserta didik berkebutuhan
khusus, seperti membuka peluang kerja dan
usaha serta melatih keterampilan mereka.

36
Sistem Dukungan Pelaksanaan Pendidikan
Pendahuluan
Inklusif

C. Peran Orang Tua


Partisipasi orang tua dalam proses pengambilan bertugas membuat keputusan pendidikan bagi
keputusan pendidikan bagi anak sangat penting peserta didik, dan menangani masalah, seperti
dan memegang kunci keberhasilan anak. Hal kelayakan, evaluasi, pengembangan program,
terpenting yang dapat dilakukan orang tua dan penempatan PDBK dalam pendidikan
adalah terlibat dan berperan aktif sebagai inklusif. Orang tua juga dapat mendukung
anggota tim Program Pendidikan Individual (PPI) kebijakan sekolah, termasuk penyediaan GPK
yang menentukan jalur peserta didik. Tim IPP serta sarana prasarana yang aksesibel.

D. Peran Satuan Pendidikan


Dalam sistem inklusif, guru pendidikan luar maupun partisipasi semua peserta didik.
biasa, guru pendidikan umum, dan tenaga Kegiatan tersebut dimonitoring dan dievaluasi
kependidikan lainnya bekerja sama dan oleh pengawas sekolah/Madrasah untuk
berkolaborasi untuk memenuhi kebutuhan memastikan peningkatan mutu satuan
peserta didik, mendukung pembelajaran pendidikan.

Peran terpenting dalam keberhasilan penyelenggaraan sekolah inklusif terletak pada beberapa pihak
berikut.

1. Kepala Satuan Pendidikan


Partisipasi aktif kepala satuan pendidikan adalah Agar pelaksanaan pendidikan inklusif
salah satu prediktor penting keberhasilan menunjukkan manfaat yang positif, lingkungan
dalam menerapkan perubahan, meningkatkan belajar dan proses pembelajaran harus
layanan, atau menetapkan kebijakan dibangun dengan hati-hati untuk memberikan
pelaksanaan akomodasi yang layak (fleksibilitas kesempatan belajar yang luar biasa bagi semua
kurikulum serta sarana/prasarana). Kepala peserta didik.
sekolah berperan penting dalam memfasilitasi
perubahan sistemik dan memimpin sekolah Kepala sekolah bekerja sama dengan SLB/
untuk mengadopsi sikap dan praktik baru. satuan pendidikan khusus atau pihak lain terkait
yang berada dalam satu wilayah terdekat

2. Guru Pembimbing Khusus dan Guru Umum


Setiap guru harus saling menghormati dan Keterlibatan dan kolaborasi keduanya sangat
berpikiran terbuka terhadap filosofi inklusif, penting untuk keberhasilan akomodasi yang
serta dukungan administratif dan pengetahuan layak, seperti desain kurikulum yang sesuai,
yang baik tentang bagaimana memenuhi proses pembelajaran di kelas, dan penilaian
kebutuhan peserta didik berkebutuhan khusus. dalam pembelajaran.

Panduan Pelaksanaan Pendidikan Inklusif 37


Pendahuluan
Sistem Dukungan Pelaksanaan Pendidikan Inklusif

Guru Pembimbing Khusus (GPK) adalah guru Guru umum terdiri atas: guru kelas, guru mata
yang ditugaskan untuk mendampingi peserta pelajaran, dan guru BK.
didik berkebutuhan khusus di sekolah, baik yang
berasal dari satuan pendidikan tersebut maupun
dari sekolah luar biasa terdekat.

3. Teman Sebaya
Lingkungan belajar yang inklusif memberi membentuk awal persahabatan yang menjadi
banyak kesempatan kepada peserta didik umum sumber penting dukungan emosional. Teman
dan peserta didik berkebutuhan khusus untuk sebaya menjadi hal yang paling berkontribusi
menjalin hubungan dengan teman sebaya, baik bagi keberhasilan pelaksanaan pendidikan
dalam hubungan dalam proses pembelajaran inklusif bagi semua peserta didik.
maupun pertemanan. Hubungan seperti itu

4. OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah)


Keberadaan organisasi di satuan pendidikan PDBK. Keberadaan mereka bukan hanya menjadi
wajib melibatkan dan mengikutsertakan PDBK peserta kegiatan, namun juga dapat menjadi
dalam setiap acara ataupun kegiatan yang panitia atau penyelenggara kegiatan dengan
diadakan di satuan pendidikan. Partisipasi pembagian tugas yang telah disesuaikan
disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi dengan kapasitas kemampuan PDBK.

38
Pelaksanaan Pendidikan
Pendahuluan
Inklusif

5 Penutup

Sistem yang ideal untuk inklusi, yaitu bahwa a. memperluas akses sehingga semua sekolah
sistem pendidikan umum sendiri harus membuat tanpa terkecuali menerima peserta didik
pendidikan untuk peserta didik berkebutuhan berkebutuhan khusus;
khusus sebagai bagian yang integral. Satuan b. menyiapkan akomodasi yang layak, dalam
pendidikan umum melaksanakan konsep hal ini menciptakan dukungan berbagai
inklusi karena itu adalah hal yang benar untuk pihak terutama dana dan akomodasi
dilakukan. kurikulum; dan
c. mempersiapkan sumber daya manusia.
Inklusi bukan hanya tentang kedekatan fisik.
Inklusi adalah tentang perencanaan yang
Pertimbangan penerapan pendidikan
matang dengan tujuan untuk keberhasilan
inklusif adalah: a. akses (kesempatan) agar
semua peserta didik. Inklusi adalah sistem
semua sekolah dapat memberikan layanan
kepercayaan. Hal tersebut dimulai dengan
pendidikan bagi peserta didik berkebutuhan
keyakinan bahwa setiap peserta didik memiliki
khusus; b. availability (manfaat) yang dapat
kekuatan yang dapat dikembangkan, minat
diterima peserta didik berkebutuhan khusus
untuk dibagikan, dan pengalaman untuk
di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif;
dihormati.
dan c. affordability (hasil) dapatkah sekolah
pelaksana pendidikan inklusif menghasilkan
Keberhasilan pelaksanaan pendidikan inklusif
peserta didik berkebutuhan khusus dengan
terdapat tiga tantangan, yaitu:
standar kompetensi lulusan yang baik sebab
layanan pendidikan inklusif yang baik harus
menciptakan lingkungan yang membuat anak
berhasil dan mandiri.

Panduan Pelaksanaan Pendidikan Inklusif 39


PendahuluanPendidikan Inklusif
Pelaksanaan

Daftar Pustaka

Symposium Result. (2002). Education Services for ---- . (1997). International Consultation on
Children with Special Needs in Developing Early Childhood Education and Special
Countries, From the Viewpoint of Education Educational Needs. Paris: Unesco
for All. Tsukuba: Tsukuba University, Japan
---- . (1997). First Steps : Stories on Inclusion in
TIM. (2001/2002). Pedoman Umum Early Childhood Education. Paris : Unesco.
Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi.
Jakarta: Direktorat PLB Depdiknas. ---- . (1997). Welcoming Schools : Teacher’s
Stories on Including Children with
TIM. (2001).Naskah Akademik Kurikulum Disabilities in Reguler Classroom. Paris :
Pendidikan Bagi Peserta Didik Unesco.
Berkebutuhan Khusus.Jakarta. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan ---- . (1998). Inclusive Education on The Agenda.
Paris : Unesco.
---- . (1994). The Salamanca Statement and
Framework for Action on Special Needs ---- . (1998). The Journey to Inclusive Schools.
Education. Paris: Unesco Paris : Unesc0

40
Lampiran
Contoh Alur Tujuan
Pembelajaran yang Dimodifikasi

41
Fase B Kelas IV
42

Capaian Dimensi
Capaian Tujuan Tujuan Pembelajaran yang
Elemen Pembelajaran yang Profil Pelajar JP
Pembelajaran Pembelajaran disederhanakan
disederhanakan Pancasila

Geometri Pada akhir kelas 4, Peserta didik dapat Peserta didik dapat : Peserta didik dapat: Kreatif mandiri 35
peserta  didik dapat menyebutkan benda- bernalar kritis
mengidentifikasi benda bangun datar 1.1 mengidentifikasi 1.1 menyebutkan benda-
ciri-ciri berbagai (lingkaran, segiempat, ciri-ciri berbagai benda bangun datar
bentuk bangun dan segitiga), bentuk bangun (lingkaran, segiempat,
datar (sisi dan menggambar bangun datar (sisi dan dan segitiga) melalui
sudut) dari segi datar (lingkaran, sudut) dari segi eksplorasi terhadap
banyak dan segiempat, dan banyak dan 1.2 benda berbentuk
lingkaran, serta segitiga) dengan lingkaran serta bangun datar dengan
gabungannya, mengikuti pola, gabungannya, kegiatan fungsional.
mendeskripsikan mengilustrasikan 1.2 mengukur sudut, 1.3 Peserta didik dapat
hubungannya gambar bangun 1.3 menentukan menggambar bangun
berdasarkan datar dengan keliling dan luas datar (lingkaran,
ciri-cirinya, dan gerakan. bangun datar, segiempat, dan segitiga)
mengidentifikasi dengan mengikuti pola
1.4 mengidentifikasi
ciri-ciri berbagai melalui kegiatan praktik.
ciri-ciri bangun
bentuk bangun
ruang (sisi, rusuk, 1.4 Peserta didik dapat
ruang (sisi, rusuk,
dan sudut) dari mengilustrasikan gambar
dan sudut) dari
prisma dan bangun datar dengan
prisma dan tabung.
tabung. cara mengikuti contoh
gerakan.
1.5 Menuliskan ciri-ciri
bangun ruang segitiga
MODUL AJAR MATEMATIKA FASE B KELAS IV

Kondisi Awal siswa Tujuan Pembelajaran Langkah-Langkah Pembelajaran Asesmen


1. Peserta didik 1.1 mengidentifikasi ciri-ciri Awal Pembelajaran : 5 menit aktivitas Asesmen
memiliki kemampuan berbagai bentuk bangun
matematika yang datar (sisi dan sudut) dari 1. Mengondisikan kelas dan peserta didik dengan Tertulis:
kurang dalam operasi segi banyak dan lingkaran membuat kesepakatan kelas sebagai pembuka
bilangan, proses serta gabungannya Menuliskan nama bangun datar sesuai bentuk/
pembelajaran.
belajar masih di bantu gambarnya.
2. Melakukan kegiatan apersepsi kepada peserta didik
dengan bantuan menyebutkan benda-
dengan permainan tebak-tebakan merangkai bangun
benda konkret untuk benda bangun datar Lisan:
datar menjadi bentuk rumah, mobil, dll (sesuai imajinasi
berhitung. (persegi, persegi panjang
peserta didik). Bermain tebak-tebakan nama bangun datar
2. Peserta didik sudah dan segitiga) melalui
eksplorasi terhadap 3. Guru menyampaikan bahwa hari ini peserta didik akan dari gambar rumah/mobil/lain-lain.
mampu mengenal
benda berbentuk bangun belajar tentang banyaknya bangun datar di sekitar kita.
bentuk-bentuk benda
datar dengan kegiatan 4. Guru memberikan informasi pada peserta didik tentang Rubrik Penilaian:
3. peserta didik dapat fungsional. capaian dan alur pembelajaran hari ini.
berkomunikasi dua
arah secara lisan 5. Guru memberikan motivasi kepada siswa terkait
manfaat mengidentifikasi banyaknya benda yang Aspek Peserta Peserta
berbentuk bangun datar di sekitar kita. didik A didik B

Kegiatan Inti : 60 menit Aktivitas Mengikuti


permainan
6. Peserta didik menjawab pertanyaan pemantik yang
diajukan oleh guru terkait bangun datar di sekitarmu.
Kerja sama
7. Guru memancing peserta didik dengan pertanyaan
• Ada yang tahu apa saja nama bangun datar? Ketepatan
• Apa saja contoh benda bangun datar yang ada di jawaban
kelas ini?
• Apa gunanya benda yang berbentuk bangun datar
dalam kehidupan sehari-hari? Kriteria penilaian :
8. Peserta didik diajak untuk memperhatikan gambar- Mengikuti dengan mandiri nilai 3
gambar bangun datar. Mengikuti dengan bantuan nilai 2
9. Peserta didik diajak berdiskusi tentang bangun datar Mengikuti dengan paksaan nilai 1
(sisi dan sudut).
43
44

MODUL AJAR MATEMATIKA FASE B KELAS IV

Kondisi Awal siswa Tujuan Pembelajaran Langkah-Langkah Pembelajaran Asesmen


1. Peserta didik diajak untuk menyebutkan nama benda
dan bangun datar yang ditunjukkan guru (lingkaran,
persegi, persegi panjang dan segitiga)
2. Peserta didik diajak untuk bermain tebak nama bangun
ruang dari kartu gambar (secara berpasangan dengan
teman disebelahnya)
3. Peserta didik dan guru menyebutkan bangun datar
yang membentuk rumah adat pada gambar rumah ada
yang ditayangkan pada layar infokus.

Penutup Pembelajaran: 5 menit aktivitas

1. Guru merefleksi pembelajaran untuk mengevaluasi


kegiatan yang telah berlangsung
• Apakah kegiatan hari ini menyenangkan?
• Siapa yang menebak nama bangun datar paling
banyak?
• Apakah tadi ada yang belum menebak nama
bangun datar?
2. Menutup pembelajaran dengan memberikan
penguatan bahwa bangun datar dengan bentuk yang
berbeda, namun dapat bersatu dan menjadi bentuk-
bentuk menarik, seperti rumah atau mobil. Untuk itu,
diperlukan persatuan dan kesatuan dengan teman
lainnya agar tercipta bentuk kerukunan dan kedamaian
di kelas.

Anda mungkin juga menyukai