SEKOLAH INKLUSIF
i
K A T A P E N GA N T A R
Penulis
iv
DA F T A R I S I
DAFTAR PUSTAKA..........................................................86
PENDIDIKAN INKLUSIF
1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis utama penerapan pendidikan inklusi di
Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar
sekaligus cita-cita yang didirikan atas fondasi yang lebih
mendasar lagi “Bhinneka Tunggal Ika”. Filsafat ini sebagai
wujud pengakuan keberagaman manusia, baik
keberagaman vertikal maupun horizontal, yang
mengemban misi tunggal untuk membangun kehidupan
bersama yang lebih baik.
Keberagaman vertikal ditandai dengan perbedaan
kecerdasan, kekuatan fisik, kemampuan finansial,
kepangkatan, kemampuan pengendalian diri, dan
sebagainya. Sedangkan keberagaman horizontal diwarnai
dengan perbedaan suku bangsa, ras, bahasa, budaya,
agama, tempat tinggal, daerah, afiliasi politik, dan
sebagainya. Berbagai keberagaman dengan kesamaan
misi yang diemban menjadi kewajiban untuk membangun
kebersamaan dan interaksi yang dilandasi dengan saling
membutuhkan.
Tugas pendidikan adalah menemukan dan mengenali
potensi unggul yang tersembunyi dari dalam diri setiap
individu peserta didik untuk dikembangkan secara
optimal. Dengan demikian, pendidikan dapat diartikan
4. Landasan Empiris
a. Deklarasi Hak Asasi Manusia, (1948), Declaration of
Human Rights,
b. Konvensi Hak Anak, (1989), Convention on the Rights of
the Child,
c. Konferensi Dunia (1990), tentang Pendidikan untuk
Semua, (World Conference on Education for All),
d. Resolusi PBB nomor 48/96 tahun 1993 tentang
Persamaan Kesempatan bagi Orang Berkelainan (the
standard rules on the equalization of opportunities for
persons with disabilities)
e. Pernyataan Salamanca(1994), tentang Pendidikan Inklusif,
f. Komitmen Dakar (2000) mengenai Pendidikan untuk
Semua,
g. Deklarasi Bandung (2004) dengan komitmen “Indonesia
menuju pendidikan inklusif”
BAB 2
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
(ABK)
BAB 3
RUANG KAJIAN
MANAJEMEN SEKOLAH INKLUSIF
BAB 4
PELAKSANAAN MANAJEMEN
SEKOLAH INKLUSIF
2. Manajemen Kurikulum
Manajemen kurikulum disusun berdasarkan kebutuhan
khusus peserta didik, data tentang kebutuhan khusus siswa dapat
diperoleh dari profile tiap-tiap peserta didik yang membutuhkan
pendidikan khusus. Secara diagramatis manajemen kurikulum
pada sekolah penyelenggara pendidikan inklusif dapat
digambarkan sebagai berikut:
3. Sarana Prasarana
e. Urusan Keuangan
Ruang lingkupnya mencakup merencanakan (planning),
mengorganisasikan (organizing), mengarahkan (directing),
mengkoordinasikan (coordinating), mengawasi (controlling), dan
mengevaluasi (evaluation), hal-hal yang berkaitan dengan
keuangan.pendanaan sekolah.
f. Urusan Hubungan dengan Masyarakat (Humas)
Ruang lingkupnya mencakup:
a. Memberikan penjelasan tentang kebijaksanaan
sekolah, situasi, dan perkembangan sekolah
sesuai dengan pendelegasian Kepala Sekolah.
b. Menampung saran-saran dan pendapat
masyarakat untuk memajukan sekolah
c. Membantu mewujudkan kerjasama dengan
lembaga-lembaga yang berhubungan dengan
usaha dan kegiatan pengabdian masyarakat.
d. Melakukan koordinasi dan menjalin kerjasama
dengan sekolah mitra atau pusat-pusat sumber
(sekolah khusus terdekat yang dirujuk).
g. Urusan Kegiatan Pembelajaran
Ruang lingkupnya mencakup mengorganisasikan
(organizing), mengarahkan (directing), mengkoordinasikan
(coordinating), mengawasi (controlling), dan mengevaluasi
7. Tenaga Ahli
Tenaga ahli pada sekolah inklusif adalah tenaga profesional pada
disiplin ilmu tertentu yang relevan dengan kebutuhan
pembelajaran pada sekolah inklusif. Tenaga ahli tersebut antara
lain pedagog, psikolog, psikiater, dokter spesial, serta rohaniwan.
8. Peserta Didik
Peserta didik adalah seseorang yang sedang mengikuti
pendidikan pada tingkat satuan pendidikan tertentu
sebagaimana diatur di dalam perundang-undangan.
9. Komite Sekolah
Komite sekolah adalah suatu lembaga mandiri non-profit dan
non-politis yang mewadai peran serta masyarakat sebagai mitra
sekolah, yang dibentuk berdasarkan musyawarah oleh para
stake-holder pendidikan pada tingkat satuan pendidikan
tertentu yang merepresentasikan dari berbagai unsur
masyarakat. Peran utama komite sekolah adalah untuk
meningkatkan mutu, pemerataan dan efisiensi dalam
pengelolaan pendidikan, baik pada satuan pendidikan pra-
sekolah, jalur pendidikan sekolah, maupun jalur pendidikan luar
sekolah.
10. Guru Bimbingan Penyuluhan
Guru bimbingan dan konseling adalah guru yang bertanggung
jawab untuk mencarikan solusi bagi semua peserta didik pada
2. Alternatif 2
Sekolah reguler yang ditunjuk sebagai sekolah inklusif memiliki
Guru Pembimbing Khusus (Guru Tetap) yang berlatar belakang
pendidikan luar biasa atau berlatar belakang pendidikan umum
tetapi sudah mendapatkan pelatihan yang memadai tentang ke
PLB-an, sehingga faktor jarak dan lokasi Sekolah Khusus tidak
menjadi pertimbangan, karena sekolah ini sudah dapat mandiri.
Sekolah ini disebut Sekolah Inklusif Basis (memiliki guru
pendidikan khusus tetap).
DAFTAR PUSTAKA