TUNADAKSA
Disusun Oleh:
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Olahraga Berkebutuhan Khusus. Selain itu penyusunan makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan mahasiswa/mahasiswi.
Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,dengan segala
kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran agar penyusunan makalah ini selanjutnya
menjadi lebih baik. Untuk itu kami mengucapkan banyak terimakasih dan semoga makalah
ini bermanfaat untuk kami dan juga pembaca.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................1
A. Pengertian Tunadaksa.....................................................................................................2
C. Ciri-Ciri Tunadaksa.........................................................................................................3
H. Tempat Pendidikan..........................................................................................................9
I. System Pendidikan..........................................................................................................9
A. Kesimpulan...................................................................................................................12
B. Saran..............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13
ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak berkebutuhan khusus sudah semestinya mendapatkan pelayanan yang layak
demi kelangsungan hidupnya. Mereka tidak hanya disekolahkan disekolah luar biasa,
tetapi dapat juga ditempatkan disekolah biasa atau yang disebut dengan pendidikan
inklusi. Adapun beberapa landasan tentang pendidkan inklusi yaitu salah satunya
landasan Yuridis yaitu UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik berkelainan atau memiliki kecerdasan
luar biasa diselenggarakan secara inklusif atau berupa sekolah khusus.
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sebagai makhluk sosial selalu berhubungan
dengan orang lain karena pada dasarnya manusia tercipta sebagai makhluk sosial, dimana
kita saling membutuhkan orang lain dan tidak dapat hidup sendiri. Oleh karena itu kita
sebagai manusia selalu saling berinteraksi satu dengan yang lain untuk dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya, baik kebutuhan secara fisik, maupun kebutuhan psikologis.
Interaksi adalah salah satu usaha untuk menyesuaikan diri, dimana manusia tidak
dapat melepaskan diri dari lingkungannya, bahkan individu selalu berusaha untuk
bertingkah laku sesuai dengan tuntutan-tuntutan masyarakat agar dapat diterima.
Soemantri (2006) mengatakan bahwa banyak terdapat individu yang mengalami kesulitan
dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan sosial ini, salah satunya seperti keadaan yang
dibawa sejak lahir, hal ini bisanya berhubungan denga keadaan diri individu yang tidak
dapat diperbaiki, misalnya cacat tubuh.
Keterbatasan fisik atau cacart tubuh, yang biasa dikenal dengan sebutan tunadaksa
merupakan cacat pada anggota tubuhnya (Marhijanto, 1993). Tunadaksa dapat
didefiniskan sebagai penyandang bentuk kelainan atau kecacatan pada sistem otot, tulang
dan persendian yang dapat mengakibatkan gangguan koordinasi, komunikasi, adaptasi,
mobilisasi, dan gangguan perkembangan keutuhan pribadi (Debdikbud, 1991).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka disusun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian tunadaksa secara umum dan menurut para ahli?
2. Apa saja jenis jenis tunadaksa?
3. Apa saja ciri ciri tunadaksa?
4. Bagaimana karakteristik penyandang tunadaksa?
5. Apa saja faktor penyebab tunadaksa?
6. Bagaimana pelayanan dan rehabilitasi tunadaksa?
7. Bagaimana pendidikan untuk anak tunadaksa?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tersusunlah tujuannya sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian tunadaksa secara umum dan menurut para ahli
2. Untuk mengetahui apa saja jenis jenis tunadaksa
3. Untuk mengetahui ciri ciri tunadaksa
4. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik penyandang tunadaksa
5. Untuk mengetahui faktor penyebab tunadaksa
6. Untuk mengetahui Bagaimana pelayanan dan rehabilitasi tunadaksa
7. Untuk mengetahui Bagaimana pendidikan untuk anak tunadaksa
1
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Tunadaksa
Tunadaksa adalah suatu kondisi dimana terjadi ketidakmampuan anggota tubuh
untuk melaksanakan fungsinya yang disebabkan kelainan atau kecacatan sistem otot,
tulang atau persendian sehingga mengakibatkan gangguan koordinasi, komunikasi,
adaptasi, mobilisasi dan perkembangan keutuhan pribadi.
Tunadaksa berasal dari kata Tuna yang artinya rugi, kurang dan kata daksa berarti
tubuh. Sehingga tunadaksa merupakan sebutan halus bagi orang-orang yang memiliki
kelainan fisik, khususnya anggota badan, seperti kaki, tangan atau bentuk tubuh.
Penderita tunadaksa merupakan seseorang yang mengalami kesulitan akibat kondisi
tubuhnya sendiri sehingga membutuhkan bantuan untuk orang lain.
Seseorang yang menyandang tunadaksa membutuhkan rehabilitasi sebagai sarana
pemulihan penyandang cacat tubuh yang diakibatkan kerusakan pada gangguan pada
tulang otot. Selain tempat untuk penyembuhan secara fisik, penyembuhan secara mental
dengan memotivasi, dan tempat bersosialisasi antar sesama penyandang cacat dan
penyandang cacat dengan masyarakat sekitar.
Definisi dan pengertian tuna daksa menurut para ahli, yaitu sebagai berikut:
1. Menurut soemantri (2006) tunadaksa adalah suatu keadaan rusak atau terganggu
sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot dan sendi dalam
fungsinya yang normal. Kondisi ini dapat disebabkan oleh penyakit, kecelakaan atau
dapat juga disebabkan oleh pembawaan sejak lahir.
2. Menurut Efendi (2008), tunadaksa adalah ketidakmampuan anggota tubuh untuk
melaksanakan fungsinya disebabkan oleh berkurangnya kemampuan anggota tubuh
untuk melaksanakan fungsi secara normal akibat luka, penyakit, atau pertumbuhan
yang tidak sempurna
2
selama proses perkembangan. Akibatnya fungsi jaringan saraf terganggu dan
dapat mengakibatkan kelumpuhan.
E. Ciri-Ciri Tunadaksa
Adapaun Ciri-ciri tunadaksa secara umum, yaitu sebagai berikut :
1. Anggota gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh
2. Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna,tidak lentur/tidak terkendali)
3. Terdapat bagian angggota gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna/lebihh
kecil dari biasanya
4. Terdapat cacat pada alat gerak
5. Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam
6. Kesulitan pada saat berdiri/berjalan/duduk, dan menunjukkan sikap tubuh tidak
normal
7. Hiperaktif/tidak dapat tenang
Adapun Ciri-ciri fisik tuna daksa yaitu sebagai berikut :
1. Anak memiliki keterbatasan atau kekurangan dalam kesempurnaan tubuh.
Misalnya tangannya putus, kakinya lumpuh atau layu, otot atau motoriknya
kurang terkoordinasi dengan baik.
2. Anak memiliki kecerdasan normal bahkan ada yang sangat cerdas
3. Depresi, kemarahan dan rasa kecewa yang mendalam disertai dengan
kedengkian dan permusuhan. Orang tersebut begitu susah dan frustasi atas
cacat yang dialami
4. Penyangkalan dan penerimaan, atau suatu keadaan emosi yang mencerminkan
suatu pergumulan yang diakhiri dengan penyerahan. Ada saat-saat di mana
individu tersebut menolak untuk mengakui realita cacat yang telah terjadi
meskipun lambat laun ia akan menerimanya.
3
5. Meminta dan menolak belas kasihan dari sesama. Ini adalah fase di mana
individu tersebut mencoba menyesuaikan diri untuk dapat hidup dengan
kondisinya yang sekarang. Ada saat-saat ia ingin tidak bergantung, ada saat-
saat ia betul-betul membutuhkan bantuan sesamanya. Keseimbangan ini
kadang-kadang sulit dicapai.
Adapun Ciri-ciri sosial Tunadaksa yaitu sebagai berikut:
Anak kelompok ini kurang memiliki akses pergaulan yang luas karena keterbatasan
aktivitas geraknya. Dan kadang-kadang anak menampakkan sikap marah-marah (emosi)
yang berlebihan tanpa sebab yang jelas. Untuk kegiatan belajar-mengajar disekolah
diperlukan alat-alat khusus penopang tubuh, misalnya kursi roda, kaki dan tangan buatan.
4
Faktor kecelakaan. Misalnya kecelakaan lalu lintas, terkena benturan benda
keras, terjatuh dari tempat yang berbahaya bagi tubuhnya khususnya kepala
yang melindungi otak.
Pertumbuhan tubuh atau tulang yang tidak sempurna
5
Menurut Murtie (2014), penanganan yang dapat dilakukan terhadap anak
penyandang tunadaksa adalah sebagai berikut:
1. Orangtua perlu menyadari dan menerima sepenuhnya keadaan anak.
2. Mencari info yang sebanyak-banyaknya tentang hal yang terkait dengan penanganan
terhadap penyandang tunadaksa.
3. Memberikan ruang gerak dan sekolah yang sesuai bagi anak agar mereka mampu
mengembangkan potensi yang dimilikinya.
4. Stimulasi kemampuan anak dalam bidang yang dikuasai dan digemarinya.
6
Masalah psikologis dan sosial bagi amputee anggota gerak
atas akan menyebabkan trauma psikis yang lebih sebab protesa
anggota atas akan dengan mudah dilihat dibandingkan dengan
protesa anggota bawah yang mudah terlindungi dengan celana
panjang. Akan tetapi setelah dikompensasi dengan kemampuan
pemakaian alat yang baik, seperti dengan menggunakan anggota
normal maka rasa resah diri akan berkurang.
Masalah pendidikan
Masalah pendidikan anak tuna daksa akibat kelainan bawaan
akan mengalami hambatan oleh karena alat yang digunakan
mengatasi kekurangannya berupa protesa. Maka dari itu sikap dari
pendidik anak tuna daksa akibat kelainan bawaan harus
memperhatikan hal-hal berikut: Bahwa protesa anggota gerak atas
selama digunakan untuk kegiatan pendidikan gerakannya. Bahwa
sebagai guru perlu memahami komponen prinsip alat protesa,
sehingga dapat mengetahui kelainan yang mungkin timbul. Bahwa
sebagai seorang guru akan mampu memberikan pelajaran tentang
cara-cara merawat protesa sehingga anak dapat dinilai
kemampuannya sebagai bagian dari pelajaran ketrampilan. Bahwa
anak tuna daksa akibat cacat bawaan atau diperoleh apabila
menggunakan protesa perlu diperhatikan dalam kemampuannya
melaksanakan ADL atau ketrampilan lainnya.
7
informasi tentang peraturan dan ketentuan yang berlaku di rumah sakit, serta instansi
lain yang terkait dengan bidang sosial.
6. Hydroteraphy. Terapi yang menggunakan media air pada kolam, berfungsi sebagai
meringankan pergerakan otot-otot dan relaksaksi.
J. Tempat Pendidikan
8
Model layanan pendidikan yang sesuai dengan jenis, derajat kelainan dan jumlah
peserta didik diharapkan akan memperlancar proses pendidikan. Anak tuna daksa dapat
mengikuti pendidikan pada tempat-tempat berikut:
1. Sekolah khusus berasrama (Full-Time Residential School), Model ini diperuntukkan
bagi anak tuna daksa yang derajat kelainanya berat dan sangat berat .
2. Sekolah khusus tanpa asrama (Special Day School), Model ini dimaksudkan bagi
anak tuna daksa yang memiliki kemampuan pulang pergi kesekolah atau tempat
tinggal mereka yang tidak jauh dari sekolah.
3. Kelas khusus penuh (full-Time Special Class), Anak tuna daksa yang memiliki tingkat
kecacatan ringan dan kecerdasan homogen dilayani dalam kelas khusus secara penuh.
4. Kelas reguler dan khusus (Part-time Reguler Class and Part-Time Special Class),
Model ini digunakan apabila menyatukan anak tuna daksa dengan anak normal, pada
mata pelajaran tertentu. Mereka belajar dengan anak normal dan apabila anak tuna
daksa mengalami kesulitan mereka belajar dikelas khusus.
5. Kelas reguler dibantu oleh guru khusus, Anak tuna daksa bersekolah bersama-sama
anak normal disekolah umum dengan bantuan guru khusus apabila anak mengalami
kesulitan
6. Kelas biasa dengan layanan konsultasi untuk guru umum, Tanggung jawab
pembelajaran model ini sepenuhnya dipegang oleh guru umum. Anak tuna daksa
belajar bersama dengan anak normal disekolah umum, dan untuk membantu
kelancaran pembelajaran ada guru kunjung yang berfungsi sebagai konsultan guru
reguler.
7. Kelas biasa (Reguler Class), Model ini diperuntukkan bagi anak tuna daksa yang
memilki kecerdasan normal, memilki potensi dan kemampuan yang dapat belajar
bersama-sama dengan anak normal.
K. System Pendidikan
Adapun system pendidikan untuk tunadaksa yaitu sebagai berikut:
1. Pendidikan integrasi (terpadu)
Walaupun pendidikan anak tuna daksa di Indonesia banyak dilakukan melalui
jalur khusus, yaitu anak tuna daksa di tempatkan secara khusus di SLB-D (sekolah
luar biasa bagian D), namun anak tuna daksa ringan (jenis poliomyelitis) telah ada
yang mengikuti pendidikan disekolah biasa. Sementara ini anak tuna daksa yang
mengikuti pendidikan disekolah umum harus mengikuti pendidikan sepenuhnya tanpa
memperoleh program khusus sesuai dengan kebutuhannya. Akibatnya, mereka
memperoleh nilai hanya berdasarkan hadiah terutama dalam mata pelajaran yang
berkaitan dengan kegiatan fisik. Sehubungan dengan itu Kirk (1986) mengemukakan
bahwa adaptasi pendidikan anak tuna daksa apabila ditempatkan disekolah umum
adalah sebagai berikut:
Penempatan dikelas regular
Hal-hal yang perlu di perhatikan adalah sebagai berikut :
Menyiapkan lingkungan belajar tambahan sehingga memungkinkan anak
tuna daksa untuk bergerak sesuai dengan kebutuhannya, misalnya
membangun trotoar, pintu agak besar sehingga anak dapat menggunakan
kursi roda.
Menyiapkan program khusus untuk mengejar ketinggalan anak tuna daksa
karena anak sering tidak masuk sekolah
Guru harus mengadakan kontak secara intensif dengan siswa nya untuk
melihat masalah fisiknya secara lansung
9
Perlu mengadakan rujukan keahli terkait apabila timbul masalah fisik dan
kesehatan yang lebih parah
Penempatan di ruang sumber belajar dan kelas khusus
Murid yang mengalami ketinggalan dari temannya dikelas reguler karena ia
sakit-sakitan diberi layanan tambahan oleh guru diruang sumber. Murid yang
datang keruang sumber tergantung pada mateeri pelajaran yang menjadi
ketinggalannya, sedangkan siswa yang mengunjungi kelas khusus biasanya anak
yang mengalami kelainanan fisik tingkat sedang dengan intelegensia normal.
Misalnya, anak yang tidak dapat berbicara maka ia perlu masuk kelas khusus
sebagai persiapan anak untuk memasuki kelas regular karena selama anak
dikelas khusus ia sering bermain, kekantin dan upacara bersama dengan anak
normal (siswa kelas reguler).
10
Beberapa cara dalam mendorong perbedaan antar pribadi dalam diri siswa
dengan keterbatasan gerak (disaktivitas) adalah sebagai berikut:
Mengajarkan pilihan, pembuatan keputusan dan kemampuan perlindungan diri.
Membangun lingkungan sekolah yang menjamin kesemapatan dalam memilih
Berfungsi sebagai sumber daya, baik dilingkungan keluarga maupun masyarakat
Menjadi penasihat perubahan masyarakat dan dukungan pendampingan orang
tua
Dukungan masyarakat dalam mempermudah kebutuhan anak-anak ini
Membentuk kemitraan dengan para pengusaha dan masyarakat
2. Belajar kelompok
Belajar kelompok disekolah seringkali dilakukan dengan tujuna menciptakan
kamampuan atau ketrampilan yang lebih homogen. Pengelompokan yang fleksibel
(flexible grouping) adalah suatu teknik yang memberikan siswa dengan dan tanpa
kelainan bekerja sama kearah pencapaian tujuan-tujuan tertentu. Pengelompokan
siswa ini dapat dibentuk dan diubah disesuaikan agar tujuan pembelajarannya yang
utama dapat dipenuhi dan mengembangkan hall yang baru. Flexible
grouping meliputi sekurang-kurangnya dua orang dan sebanyak-banyaknya 10
orang, tiap anggota kelompok didorong untuk memberikan tugas yang dekat dan
tertentu menurut kemampuannya. Flexible grouping mungkin cara yang terbaik dalam
melibatkan siswa yang berkelainan dalam kegiatan seni, proyek penelitian studi social
atau aktivitas lainnya yang menjadikan individu yang berbeda memberikan
sumbangan bagi usaha-usaha kelompok.
3. Team teaching
Hal yang paling penting bagi pembentukan kelas dan sekolah yang lebih inklusif
adalah pendidik bekerja sama lebih kooperatif dalam memberikan lingkungan
pembelajaran yang kondusif serta pengajaran yang efektif bagi semua siswa yang
berkelainan, namun juga memberikan hasil pembelajaran yang meningkat bagi siswa
lain. Telah ditunjukkan bahwa dengan perencanaan dan jadwal secara seksama, serta
pembuatan tujuan yang terartikulasi dengan jelas, siswa berkelainan dapat diberi
pengajaran secara efektif bersama siswa yang tidak mempunyai kelainan.
11
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Tunadaksa adalah suatu kondisi dimana terjadi ketidakmampuan anggota tubuh
untuk melaksanakan fungsinya yang disebabkan kelainan atau kecacatan sistem otot,
tulang atau persendian sehingga mengakibatkan gangguan koordinasi, komunikasi,
adaptasi, mobilisasi dan perkembangan keutuhan pribadi. Gambaran seseorang yang
diidentifikasi mengalami ketunadaksaan adalah mereka yang mengalamai kelainan atau
kecacatan pada sistem otot, tulang dan persendian. Dalam pendidikan anak tuna daksa
perlu dikembangkan 7 aspek. Anak tuna daksa dapat mengikuti pendidikan pada tempat-
tempat berikut: Sekolah khusus berasrama, Sekolah khusus tanpa asrama, Kelas khusus
penuh, Kelas reguler dan khusus, Kelas reguler dibantu oleh guru khusus, Kelas biasa
dengan layanan konsultasi untuk guru umum dan Kelas biasa.
M. Saran
Semoga dengan makalah ini kita dapat lebih mengerti dan memahami semua tentang
tuna daksa atau tuna raga, baik itu kepribadiannya dan sistem pembelajarannya. Tidak
hanya itu, semoga kita juga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan.
12
DAFTAR PUSTAKA
https://46olahraga.blogspot.com/2017/10/makalah-tuna-daksa.html
http://eprints.umsida.ac.id/4041/1/Ardhia%20Rizeki%20A%20%28152071200018%29.pdf
https://femiliancr.blogspot.com/2015/03/konsep-media-pembelajaran-anak-tunadaksa.html
https://www.sehatq.com/artikel/memahami-pengertian-tuna-daksa-dan-pilihan-
pendidikannya/amp
http://slbnbanjarsariwetan.sch.id/2016/09/05/penngertian-ciri-ciri-dan-karakteristik-
anaktunadaksa/
http://www.kajianpustaka.com/2020/07/tunadaksa.html?m=1
1. Irhamna (kel.2) –
2. Lacosta (kel.6) – bagaimana kita sebagai guru untuk menimbulkan rasa percaya diri anak
anak tuna daksa terhadap anak anak normal lainnya?
3. Bg dimas (kel.4) – apa yang anda lakukan agar anak tuna daksa itu mau mengikuti
pelajaran olahraga?
Kita beri pemahaman tentang anak berkebutuhan khusus ini utamanya anak tuna daksa
kepada masyarakat masyarakat sekitar, sehingga mereka mengerti
1. Aldi kel.5 apakah anak tuna daksa harus belajar disekolah khusus?
13