TUNAGRAHITA
KELOMPOK 2
Di susun oleh :
1. Irhamna (6182121006)
2. Yolly Widya Wati (6172121023)
3. Suhendra (6173321059)
4.Body jobta perangin-angin (6173321015)
5. Robert Pegin (6173321052)
6. Brando Tumpal Nainggolan (6173121012)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Tunagrahita”. Penulisan makalah ini guna untuk memenuhi tugas mata
kuliah OLahraga Berkebutuhan Khusus.
Dalam penulisan makalah ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan makalah ini,
Akhirnya penulis sadar bahwa dalam penulisan makalah ini penulis merasa
masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,
mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari
semua pihak terutama kepada dosen pengampu sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
………………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI
………………………………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
………………………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah
…………………………………………………………..…. 1
C. Tujuan
…………………………………………………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Anak Tunagrahita ……………………..…………………….
……..... 3
B. Klasifikasi Anak Tunagrahita …………………………………………….
…....... 4
C. Etiologi Anak Tunagrahita ………………………..…………….
…………......... 5
D. Dampak Ketunagrahitaan ……...………………………..
……………………...... 7
E. Kemampuan Bahasa Dan Bicara Anak Tunagrahita
…………………………........ 10
F. Penyesuaiana Sosial Anak Tunagrahita
………………………………………........ 12
G. Modifikasi Tingkahlaku Anak
Tunagrahita……………………………………….... 13
BAB III PENUTUP
A. Simpulan
……………………………………………………………………… 16
B. Saran
…………………………………………………………………………... 16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah tunagrahita (intellectual disability) atau dalam perkembangan sekarang
lebih dikenal dengan istilah developmental disability, sering keliru dipahami oleh
masyarakat, bahkan sering terjadi pada para professional dalam bidang
pendidikan luar biasa didalam memahami konsep tunagrahita. Perilaku
tunagrahita yang kadang-kadang aneh, tidak lazim dan tidak cocok dengan situasi
lingkungan seringkali menjadi bahan tertawaan dan olok-olok orang yang berada
didekat mereka. Keanehan tingkah laku tunagrahita dianggap oleh masyarakat
sebagai orang sakit jiwa atau orang gila. Tunagrahita sesungguhnya bukan orang
gila, perilaku aneh dan tidak lazim itu sebetulnya merupakan manifestasi dari
kesulitan meraka didalam menilai situasi akibat dari rendahnya tingkat
kecerdasan. Dalam pengertian lain terdapat kesenjangan yang signifikan antara
kemampuan berfikir dengan perkembangan usia.
Keterbelakangan mental yang biasa dikenal dengan anak tunagrahita biasa
dihubungkan dengan tingkat kecerdasan seseorang. Tunagrahita memiliki arti
menjelaskan kondisi anak yang kecerdasannya jauh dibawah rata-rata dan
ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidak cakapan dalam interaksi
sosial. Kemampuan adaptif seseorang tidak selamanya tercermin pada hasil tes
IQ. Latihan, pengalaman, motivasi, dan lingkungan sosial sangat besar
pengaruhnya pada kemampuan adaptif seseorang.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian anak tunagrahita?
2. Bagaimanakah klasifikasi anak tunagrahita?
3. Bagaimanakah etiologi anak tunagrahita?
4. Bagaimanakah dampak ketunagrahitaan?
5. Bagaimanakah kemampuan bahasa dan bicara anak tunagrahita?
6. Bagaimanakah penyesuaiana sosial anak tunagrahita?
7. Bagaimanakah modifikasi tingkahlaku anak tunagrahita?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian anak tunagrahita.
2. Untuk mengetahui klasifikasi anak tunagrahita.
3. Untuk mengetahui bagaimana etiologi anak tunagrahita.
4. Untuk mengetahui bagaimana dampak ketunagrahitaan.
5. Untuk mengetahui bagaimana kemampuan bahasa dan bicara anak
tunagrahita.
6. Untuk mengetahui bagaimana penyesuaiana sosial anak tunagrahita.
7. Untuk mengetahui bagaimana modifikasi tingkahlaku anak tunagrahita.
BAB II
PEMBAHASAN
D. Dampak Ketunagrahitaan
Kecerdasan yang dimiliki seseoranag disamping menggambarkan
kesanggupan secara mental seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap situasi
dan kondisi yang baru, atau kesanggupan untuk bertindak secara terarah, berfikir
secara rasional dalam menghadapi lingkungan secara efektif, juga sebagai
kesanggupan untuk belajar dan berfikir secara abstrak.
Teori kecerdasan berasumsi bahwa kecerdasan bukanlah suatu unsur yang
beraspek tunggal, melainkan terdiri dari beberapa unsur atau kemampuan, yaitu
kemampuan yang bersifat umum dan kemampuan yang bersifat khusus.
Kemampuan umum yang dimaksud adalah rangkuman dari berbagai kemampuan
pada bidang tertentu, sedangkan kemampuan khusus adalah kemampuan yang
dimiliki pada bidang-bidang tertentu.
Pada dasarnya, anak yang memiliki kemampuan kecerdasan dibawah rata-rata
normal atau tunagrahita menunjukkan kecenderungan rendah pada fungsi umum
kecerdasannya, sehingga banyak hal menurut persepsi orang normal dianggap
wajar terjadi akibat dari suatu proses tertentu, namun tidak demikian halnya
menurut pers yang mempunyai pepsi anak yang mempunyai kecerdasan sangat
rendah. Hal-hal yang dianggap wajar oleh anak normal barangkali dianggap
sesuatu yang sangat mengherankan oleh anak tunagrahita. Semua itu terjadi
karena keterbatasan fungsi kognitif anak tunagrahita.
Fungsi kognitif adalah kemampuan seseorang untuk mengenal atau
memperoleh pengetahuan. Pada anak tunagrahita, gangguan fungsi kognitifnya
terjadi pada kelemahan salah satu atau lebih dalam proses (diantara proses
persepsi, ingatan, pengembangan ide, penilaian dan penalaran). Oleh sebab itu,
meskipun usia kalender anak tunagrahita sama dengan anak normal namun
prestasi yang diraih berbeda dengan anak normal.
Dalam berbagai studi diketahui bahwa ketidakmampuan anak tunagrahita
meraih prestasi yang lebih baik dan sejajar dengan anak normal, karena kesetiaan
ingatan anak tunagrahita sangat lemah dibanding dengan anak normal. Maka
tidak heran, jika instruksi yang diberikan kepada anak tunagrahita cenderung
tidak melalui proses analisis kognitif. Akibatnya anak tunagrahita jika
dihadapkan pada persoalan yang membutuhkan proses pemanggilan kembali
pengalaman atau peristiwa yang lalu sering kali mengalami kesulitan.
Inhelder (1968) dalam penelitiannya menemukan: (1) penyandang tunagrahita
berat perkembangan kognitifnya terhambat pada tingkat perkembangan
sensomotorik, (2) pada penyandang tunagrahita ringan perkembangan kognitifnya
terhenti pada perkembangan operasional konkret (Kirk, 1970).
Perangkat yang digunakan untuk mengukur derajat ketunagrahitaan seseorang
dapat dilakukan dengan memberikan berbagai macam tes kecerdasan, dalam hal
ini yang umun digunakan ialah Stanford-Binet dan Revise Weschler Scale for
Children (WISC-R). materinya meliputi performance test (menyusun balok,
mengatur warna, menggambar dengan kertas dan pensil, dan tes verbal/ tes
perbendaharaan kata).
Kesimpulannya, keterlambatan perkembangan kognitif pada anak tunagrahita
menjadi masalah besar bagi anak tunagrahita ketika meniti tugas
pekembangannya. Beberapa hambatan yang tampak pada anak tunagrahita dari
segi kognitif dan sekaligus menjadi karakteristiknya yaitu sebagai berikut:
1. Cenderung memiliki kemampuan berpikir konkret dan sukar berfikir.
2. Mengalami kesulitan dalam konsentrasi.
3. Kemampuan sosialisasinya terbatas.
4. Tidak mampu menyimpan instruksi yang sulit.
5. Kurang mampu menganalisis dan menilai kejadian yang dihadapi.
6. Pada tunagrahita mampu didik, prestasi tinggi bidang baca, tulis, hitung
tidak lebih dari anak normal setingkat kelas III-IV sekolah dasar.
Dalam buku Delphie, Bandi : 2006 hambatan-hambatan yang dihadapi anak
dengan hendaya perkembangan adalah sebagai berikut:
a. Pada umumnya anak dengan hendaya perkembanagan mempunyai
pola perkembangan perilaku yang tidak sesuai dengan kemapuan
potensialnya.
b. Anak dengan hendaya perkembangan mempunyai kelainan perilaku
mal adaftif dengan sifat agresif secara verbal atau fisik, perilaku yang suka
menyakiti diri sendiri, perilaku suka menghindarkan diri dari orang lain,
suka menyendiri, suka mengucapkan kata atau kalimat yang tidak masuk
akal atau sulit dimengerti maknanya, rasa takut yang tidak menentu sebab
akibatnya, selalu ketakutan dan sikap suka bermusuhan.
c. Pribadi anak dengan hendaya perkembagan mempunyai
kecenderungan yang sangat tinggi untuk melakukan tindakan yang salah.
d. Masalah yang berkaitan dengan kesehatan khusus seperti
terhambatnya perkembangan gerak, tingkat pertumbuhan yang tidak
normal, kecacatan sensori, khususnya pada persepsi penglihatan dan
pendengaran sering tampak pada anak dengan hendaya perkembangan.
e. Sebagian dari anak dengan hendaya perkembangan memiliki
kelainan penyerta cerebal palsy, kelainan saraf otot yang disebabkan oleh
kerusakan bagioan tertentu pada otak saat ia dilahirkan ataupun saat awal
kehidupan.
f. Secara keseluruhan anak dengan hendaya perkembangan mempunyai
kelemahan pada segi:
1) Keterampilan gerak
2) Fisik yang kurang sehat
3) Koordinasi gerak
4) Kurangnya perasaan percaya diri terhadap situasi dan keadaan
sekelilingnya
5) Keterampilan gross dan fine motor yang kurang
g. Dalam aspek keterampilan social, anak dengan hendaya
perkembangan umumnya tidak mempunyai keterampilan social, antara lain
suka menghindar dari keramaian, ketergantungan hidup pada keluarga,
kurangnya kemampuan mengatasi marah, rasa takut yang berlebihan,
kelainan peran seksual, kurang mampu berkaiatan dengan kegiatan yang
melibatkan kemampuan intelektual, dan mempunyai pola perilaku seksual
secara khusus.
h. Anak dengan hendaya perkembangan mempunyai keterlambatan
pada berbagai tingkat dalam pemahaman dan penggunaan bahasa, masalah
bahsa dapat mempengaruhi perkembanagn kemandirian dan dapat menetap
hingga usia dewasa.
i. Pada beberapa anak dengan hendaya perkembanagan mempunyai
keadaan lain yang menyertai, seperti autism, cerebral palsy, gangguan
perkembangan lain (nutrisi, sakit dan penyakit, kecelakaan dan luka),
epilepsy, dan disabilities fisik dalam berbagai porsi.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Anak tunagrahita yaitu anak yang memiliki tingkat kecerdasan yang
sedemikian rendahnya sehingga untuk meniti tugas perkembangannya.
Indikasinya dapat dilihat pada angka tes kecerdasan, seperti IQ 0-25
dikategorikan idiot, IQ 25-50 dikategorikan imbecil, dan IQ 50-75 kategori debil
atau moron. Ketunagrahitaan disebabkan karena faktor endogen dan faktor
eksogen. Keterlambatan perkembangan kognitif pada anak tunagrahita menjadi
masalah besar bagi anak tunagrahita ketika meniti tugas perkembangannya. Maka
butuh pengembangan kemampuan bahasa dan bicara dan membantu penyesuaian
sosial anak tunagarahita serta modifikasi tingkalaku agar mampu
mengembangkan intelektualnya.
B. Saran
Anak tunagrahita memang memiliki kemampuan yang rendah
dibandingkan dengan anak normal lainnya, maka perlu adanya perhatian khusus
terhadap mereka untuk dilatih, dibimbing, dan diberi kesempatan serta dukungan
agar mereka mampu mengembangkan seluruh potensinya agar dapat mandiri dan
memiliki harga diri dihadapan orang lain disekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA