Disusun Oleh :
Kelompok 4 (A02)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang telah
memberikan kekuatan dan kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini. Tidak lupa pula, shalawat dan salam kami haturkan kepada Rasulullah
Shallahu’Alaihi Wasallam yang telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam
yang penuh petunjuk ini. Kami yang bertanggungjawab atas tugas makalah
kelompok ini, kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan
tugas makalah ini yang berjudul “Teknologi Asistif Tunagrahita” dengan baik
dan benar. Kami juga ingin menguacapkan terimakasih kepada :
1. Eviani Damastuti selaku dosen pengampu mata kuliah ini.
2. Orangtua yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada kami sehingga
kami selalu termotivasi untuk menyelesaikan tugas kelompok ini.
3. Teman-teman kelompok yang selalu berkerjasama dan berdiskusi dalam
penyelesaian tugas makalah ini.
Kami menyadari bahwa tugas makalah ini masih jau dari kata sempurna,
sehingga sangat terbuka atas saran dan kritik untuk makalah ini. Kami juga berharap
semoga makalah ini dapat memberikan banyak manfaat bagi yang membacanya
sehingga mendapatkan pengetahuan baru. Akhir kata, kami ucapkan terimakasih.
Kelompok 4
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tunagrahita adalah anak yang mempunyai gangguan dalam intelektual
sehingga menyebabkan kesulitan untuk melakukan adaptasi dengan lingkungannya
(Reiss dkk dalam Suharmini, 2007). Tunagrahita adalah keadaaan keterbelakangan
mental, keadaan ini dikenaljuga retardasi mental (mental retardation).
Menurut Mumpuniarti (2000), membagi ciri-ciri atau karaktenstik anak
tunagrahita menjadi tiga bagian yakni karakteristik secara fisik, psikis dan sosial
yang diuraikan sebagai berikut:
1. Karakteristik fisik nampak seperti anak normal, hanya sedikit mengalami
kelambatan dalam kemampuan sensomotorik.
2. Karakteristik psikis sukar berfikir abstrak dan logis. Kurang memiliki
kemampuan analisa, asosiasi lemah, kurang mampu mengendalikan perasaan,
mudah dipengaruhi, kepribadiankurang harmonis karena tidak mampu menilai
baik dan buruk.
3. Karakteristik sosial mereka mampu bergaul, menyesuaikan di lingkungan yang
tidak terbatas pada keluarga saja, namun ada yang mampu mandiri dalam
masyarakat, mampu melakukan pekerjaan yang sederhana dan melakukannya
secara penuh sebagai orang dewasa. Kemampuan daiam bidang pendidikan
termasuk mampu didik.
Jenis dan karakteristik tunagrahita berkelainan sangat bervariasi
sehingga selain memerlukan suatu pendekatan khusus, juga memerlukan
strategi yang khusus. Hal ini didasarkan pada kondisi siswa berkebutuhan
khusus yang tidak bisa disamakan dengan teman- teman yang lainnya,
sehingga dalam memberikan layanan bimbingan belajar pada siswa berkebutuhan
khusus harus memperhatikan kebutuhan masing-masing individu. Begitupula
terdapat klasifikasi tunagrahita dibagi menjadi 3 yaitu:
1
1. Anak tunagrahita ringan (IQ 50 – 70)
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui hakikat dan hambatan anak tunagrahita
2. Untuk mengetahui hakikat teknologi asistif
3. Untuk mengetahui teknologi asistif anak tunagrahita
4. Untuk mengetahui Manfaat teknologi asistif bagi anak tunagrahita
C. Manfaat
1. Agar pembaca dapat menambah pengetahuan dan lebih memahami tentang
hakikat dan hambatan anak tunagrahita
2. Agar pembaca dapat menambah pengatahuan tentang hakikat teknologi asistif
3. Agar membaca lebih memahami tentang teknologi asistif bagi anak tunagrahita
4. Agar pembaca dapat memahami manfaat teknologi asistif bagi anak tunagrahita
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dari tingkat kecerdasan anak tunagrahita, ada anak normal, ada anak di bawah
normal, dan ada anak di atas normal. Sehingga dalam proses belajarnya pun ada anak
yang lamban, ada anak yang biasa-biasa saja, bahkan ada anak yang cepat. Yang
menjadi persoalan dalam pembahasan ini adalah anak yang termasuk kategori
lamban dalam belajarnya. Mereka mempunyai tingkat kecerdasan jauh di bawah
rata-rata anak normal, sehingga tidak mampu mengikuti program sekolah bagi anak-
anak normal. Mereka membutuhkan pelayanan penddidikan khusus. Anak ini
disebut anak terbelakang mental. Istilah resminya di Indonesia seperti dikemukakan
Mohammad Amin (1995:11) yang dikutip dari Peraturan Pemerintah nomor 72 thun
1991, yaitu anak tunagrahita. Anak tunagrahita terdapat di mana saja, baik di kota
maupun di desa. Di lingkungan orang kaya maupun di lingkungan orang miskin.
mereka memiliki kecerdasan di bawah rata-rata, sehingga mereka tidak mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Mereka tidak mampu memikirkan hal-hal
yang abstrak dan berbelit-belit, demikian juga dalam pelajaran seperti mengarang,
berhitung, dan pelajaran yang bersifat akademik lainnya. Anak tunagrahita ada
beberapa macam, memiliki ciri-ciri dan tingkat ketunagrahitaan yang berbeda-beda,
Ada yang ringan, ada yang sedang, dan ada yang berat.
Adapun yang dimaksud dengan kecerdasan di bawah rata-rata ialah apabila
perkembangan umur kecerdasan (Mental Age) terbelakang atau di bawah
pertumbuhan usianya (Cronological Age) Masyarakat awam ada yang menyebut
anak tunagrahita itu sebagai orang gila, Antara anak tunagrahita dengan anak sakit
ingatan dan sakit mental jelas berbeda. Dalam bahasa Inggris sakit mental disebut
mental illness, yaitu kegagalan dalam membina kepribadian dan tingkah laku.
Sedangkan tunagrahita dalam bahasa Inggris disebut mentally retarded atau mental
retardation, yaitu ketidak mampuan dalam memecahkan persoalan karena
inteligensinya kurang berkembang. Hambatan Belajar dan Perkembangan Anak
3
Tunagrahita Hambatan yang esensil dari anak tunagrahita adalah keterbatasannya
dalam kecerdasan, yang selanjutnya hambatan ini dapat menimbulkan berbagai
permasalahan.
1. Masalah kesulitan belajar
Masalah kesulitan belajar merupakan masalah yang nyata pada anak tunagrahita,
ini disebabkan keterbatasan mereka dalam berpikir. Kesulitan belajar pada anak
tunagrahita nampak nyata ketika berhadapan dengan bidang pengajaran akademik
di sekolah, seperti berhitung, membaca, atau pelajaran lain yang memerlukan
pemikiran. Tapi bukan berarti mereka tidak dapat belajar, mereka dapat belajar
tapi harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan mereka. Untuk
mengatasi kesulitan belajar ini guru harus kreatif mencipkan kondisi supaya anak
mau untuk belajar, selain itu materi pembelajaran harus aplikatif dalam kehidupan
anak.
2. Masalah penyesuaian diri
Penyesuaian diri ini ada kaitannya dengan perilaku adaptif, perilaku adaptif
digambarkan sebagai kefektifan individu dalam memenuhi standar kemandirian
pribadi (personal independence) dan tanggung jawab sosial dyang diharapkan dari
umurnya dan kultur setempat (Payne and Patton, 1981), dengan kata lain bahwa
prilaku adaptif seorang anak berkeitan dengan kemampuannya dan kultur atau
norma lingkungan setempat disadari atau tidak masalah prilaku adaptif atau
masalah penyesuaian diri ada kaitannya dengan sikap dan pola asuh orang tua
serta perlakuan dari orang-orang di lingkungannya. Oleh karena itu perlakuan
orang tua akan memberi warna pada pola prilaku anak tunagrahita. Ketika orang
tua mau menerima anak apa adanya maka orang tua akan berusaha untuk
memahami kekurangan anak dan mempelakukan mereka seperti anak-anak
lainnya yang tidak tunagrahita.
3. Masalah gangguan kepribadian dan emosi
Kepuasan secara fisik dan kebutuhan akan kesehatan adalah pokok untuk
kelangsungan hidup dan pertumbuhan emosi dan sosial seorang anak yang sangat
penting untuk perkembangan anak secara keseluruhan. Pertumbuhan psikososial
anak di bantu oleh perasaan dicintai dan diterima oleh orang-orang yang berada
4
dalam lingkungan sekitarnya. Keamanan secara emosi dan fisik memberikan
dasar untuk mengembangkan kepercayaan, yang mana mengizinkan anak untuk
mengeksplor dan menguji aspek-aspek lingkungan dan berusaha untuk
mengembangkan pemahaman terhadap diri sendiri (sense of self). (Ericson, 1968
dalam Payne & Patton, 1981). Anak-anak tunagrahita memiliki dasar psikologis,
sosial dan emosi yang sama dengan anak-anak yang bukan tunagrahita. Tetapi
sebab mereka mengalami keunikan dalam berhubungan dengan lingkungan
sekitar, yang mana mereka kurang mampu untuk mengatasinya, mereka sering
mengembangkan pola-pola prilaku yang kurang produktif (counterproduktive)
untuk merealisasikan potensi mereka sepenuhnya.
5
yang tidak dapat mereka tampilkan tanpa teknologi tersebut ( Fukuda dkk.2016 ;
Lancioni dkk.2013).
(Davies et al.) di dalam Giulio E. Lancioni (2017) menurut hasil penelitian
tersebut mereka mencoba mengevaluasi sistem berbantuan komputer yang dibuat
untuk memandu peserta dewasa dengan disabilitas intelektual melalui situasi tes.
Sistem ini (a) menyajikan secara lisan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh
peserta, (b) memperbolehkan peserta untuk mengulang pertanyaan, (c) memverbalkan
setiap jawaban yang dieksplorasi oleh peserta, dan (d) memperbolehkan peserta untuk
melanjutkan ke tahap berikutnya. pertanyaan berikutnya hanya setelah mereka
memberikan jawaban terhadap pertanyaan sebelumnya. Penelitian ini menggunakan
desain standar dua kelompok dalam subjek di mana 40 peserta menggunakan versi
pengujian konvensional (tertulis) dan dengan bantuan komputer. Data menunjukkan
bahwa versi bantuan komputer, yang diperkenalkan melalui periode
sosialisasi/latihan singkat, memungkinkan peserta menyelesaikan pengujian dengan
akurasi yang lebih tinggi, peningkatan kemandirian, dan efisiensi yang unggul.
Adapun alat Teknologi Asistif lainnya seperti:
1. Picture schedule
Picture schedule adalah gambar-gambar yang disusun oleh perencana jadwal
untuk mengingatkan kegiatan yang dilakukan setiap hari.
2. Google Keep
Sebuah aplikasi catatan dan to-do list yang belum terlalu dikenal oleh pengguna
Android. Adalah Google Keep yang merupakan sebuah aplikasi catatan sederhana
dan sudah diperkuat oleh beberapa fitur. Anda dapat berbagi catatan kepada orang
lain dan mengambil catatan yang terdapat pada akun Google Drive Anda. Salah
satu fitur yang ditawarkan oleh Google Keep adalah kemampuan untuk
menambahkan pengingat pada catatan sehingga Anda bisa mendapatkan
pemberitahuan pada waktu yang sudah ditentukan. Jika Anda adalah pengguna
setia berbagai aplikasi Google, maka Google Keep bisa menjadi aplikasi
pengingat jadwal kegiatan yang terbaik bagi Anda.
6
3. PXC 550 Wireless
PXC 550 Wireless membantu anak dengan hambatan intelektual atau tunagrahita
mengurangi atau menghilangkan kebisingan tertentu yang dapat mengganggu
konsentrasi. Orang dapat menggunakan headphone ini untuk mendukung aktivitas
sehari-hari serta menyelesaikan pekerjaan lebih cepat dengan membatasi
gangguan dari suara yang tidak perlu.
4. Big Button Photo Dialer
The Big Button Photo Dialer memudahkan anak tunagrahita untuk membuat
panggilan cepat. Hampir sebagian besar anak tunagrahita tidak bisa membaca
sehingga membuat panggilan menjadi lebih mudah dengan menggunakan gambar
dengan mengidentifikasi 12 nomor yang sering dipanggil dan layanan darurat.
Angkat saja teleponnya dan tekan gambar orang yang ingin Anda telepon. Mudah
disiapkan dan diprogram. Tidak ada baterai atau colokan AC yang dibutuhkan.
Cukup hubungkan Pemanggil Foto Tombol Besar ke telepon Anda yang ada,
kemudian hubungkan unit ke soket telepon di dinding dengan kabel yang
disediakan. Foto meluncur dengan mudah di bawah tombol.
7
untuk membantu kesehariannya. Selain itu ada juga beberapa alat teknologi asistif
yang dapat membantu dalam kegiatan pembelajaran bagi anak tunagrahita.
Namun, dari semua alat yang telah dijelaskan tadi, belum tentu semua alat itu
cocok untuk semua anak tunagrahita. Hal ini dikarenakan anak tunagrahita juga
memiliki karakteristik yang berbeda, seperti klasifikasi tunagrahita yang terbagi
menjadi ringan, sedang, dan berat. Tergantung klasifikasinya, kemampuan anak juga
akan berbeda-beda. Karena itulah sebelum memberikan teknologi asistif kepada anak
tunagrahita, perlu diperhatikan bagaimana kemampuan anak agar bisa diberikan alat
teknologi asistif yang cocok sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak
tunagrahita sehingga alatnya dapat digunakan dengan mudah dan memiliki nilai
fungsional.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tunagrahita adalah memiliki intelegensi di bawah rata-rata dan berdampak
pada perilaku adaptif. Konsep perilaku adaptif berkaitandengan kemampuan bahasa
dan pemahaman anak dengan hambatanintelektual berkaiatan dengan uang, waktu
dan angka (money, time and number) dan self direction.
Dampak tunagrahita berpengaruh pada atensi (perhatian), daya ingat,
perkembangan bahasa, self regulation, perkembangan sosial, motivasi dan prestasi
akademis.
Kebutuhan Tunagrahita antara lain:
1. Dapat Merealisasikan Diri
2. Dapat Mengembangkan Kesanggupan Berkomunikasi
3. Dapat Bertindak Serasi dan Efisien
4. Dapat ikut bertanggung jawabsebagai anggota masyarakat
5. Dapat berpartisipasi dalam pembangunan.
B. Saran
1. Sebaiknya seluruh sumber daya manusia diberikan pemahaman yang sama
terhadap program kegiatan asistif yang akan dirancang sehingga dalam
menjalankan fungsi manajemennya dapat memberikan kontribusi yang maksimal.
2. Sebaiknya dalam penyusunan perencanaan program asistif, seluruh struktur
organisasi sekolah dilibatkan lalu diumumkan kepada seluruh sumber daya
manusia di sekolah.
9
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Moh. 1995. “Ortopedagogik Anak Tuna Rungu Grahita”. Jakarta: Depdikbud.
Dewi, N. H. F., Assjari, M., & Tjasmi, M. (2019). Penggunaan Sistem
Komunikasi Alternatif I-Talk Untuk Meningkatkan Keterampilan
Komunikasi Siswa Cerebral Palsy. Jassi Anakku, 20(2), 31–43.
Erikson, E. (1968). Identity: Youth and crisis. New York: W. W. Norton & Company.
Kurniawan, Saichudin, & Kinanti. (2018). Survei Kekuatan Otot Kaki Pada Anak
Tuna Grahita Di Slb Eka Mandiri Kota Batu Malang.
Tita Rosita, Endang Rochyadi dan Sunardi. Teknologi Asistif Dalam Pendidikan
Inklusif, 2020, (journal.ikipsiliwangi.ac.id)
10