Dosen Pembimbing :
Disusun oleh :
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang
Pemilihan Topik Karangan Ilmiah Yang Baik.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................................. i
BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN .................................................................................................................. 3
BAB III
PENUTUP ............................................................................................................................ 17
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
1
1.2Rumusan Masalah
1.3Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam dunia pendidikan, kata luar biasa juga merupakan julukan atau
sebutan bagi mereka yang memiliki kekurangan atau mengalami berbagai
kelainan dan penyimpangan yang tidak dialami oleh orang normal pada
umumnya. Kelainan atau kekurangan yang dimiliki oleh mereka yang
disebut luar biasa dapat berupa kelainan dalam segi fisik, psikis, sosisal,
dan moral.
Kelainan dari segi fisik dapat berupa kecacatan fisik, misalnya orang
tidak memiliki sebelah kiri, matanya buta sebelah, dan sejenisnya.
Kelainan dari segi psikis atau aspek kejiwaan (psikologis), misalnya orang
yang menderita keterbelakangan mental akibat dari inteligensi yang
dimiliki dibawah normal. Kelainan dari segi sosial, misalnya orang yang
tidak dapat melakukan interaksi atau komunikasi sosial, sehingga mereka
tidak dapat diterima secara sosial oleh masyarakat sekitarnya yang
menyebabkan mereka kurang pergaulan dan merasa rendah diri yang
berlebihan, dan kelainan dari segi moral emosi dan hati nuraninya
sehingga orang tersebut berbuat amoral ditengah masyarakatnya. Contoh
3
golongan orang yang menderita kelainan moral ialaha mereka yang
menyandang sebagia anak yang tunalaras.
1. Tunanetra
2. Tunarungu
Penderita tuna runggu adalah mereka yang memiliki hambatan
perkembangan indara pendengar. Tunarunggu tidak dapat mendengar
suara atau bunyi. Dikarenakan tidak mampu mendengar suara atau
bunyi, kemampuan berbicara pun kadang terganggu. Sebagaimana kita
ketahui, keterampilan berbicara sering kali tentukan oleh seberapa
sering seseorang mendengar orang lain berbicara. Akibatnya anak-anak
tunarunggu sekaligus memiliki hambatan bicara dan menjadi
bisu.untuk berkomunikasi dengan orang lain, mereka menggunakan
bahasa bibir atau bahasa isyarat. Sebagaimana anak tunanetra, mereka
memiliki potensi perkembangan yang sama dengan anak lain yang tidak
mengalami hambatan perkembangan apa pun.
3. Tunadaksa
Tunadaksa adalah penderita kelainan fisik, khususnya anggota badan,
seperti tangan, kaki, atau bentuk tubuh . penyimpangan perkembangan
terjadi pada ukuran, bentuk, atau kondisi lainnya. Sebenarnya, secara
4
umum mereka memiliki peluang yang sama untuk melakukan
aktualisasi diri. Namun, karena lingkungan kurang mempercayai
kemampuannya, terlalu menaruh rasa iba, maka anak-anak tundaksa
sedikit memiliki hambatan psikologis, seperti tidak percaya diri dan
tergantung pada orang lain. Akibatnya, penampilan dan keberadaan
mereka dikehidupan umum kurang diperhitungkan.
4. Tunagrahita
Tungrahita adalah kelainan yang meliputi fungsi intelektual umum
dibawah rata-rata, yaitau IQ 84 kebawah berdasarkan tes dan muncul
sebelum usia 16 tahun. Tunagrahita juga bias diartikan sebagai
lambannya fungsi intelektual, yaitu IQ 70 ke bawah berdasarkan tes
inteligensibaku dan terjadi pada masa perkembangan, yaitu antara
masa konsepsi hingga usia 18 tahun.
5. Tunalaras
Tunalaras adalah anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku.
Secara fisik, penderita tunalaras tidak mempunyai perbedaan yang
mencolok daripada anak yang normal. Umumnya, anak tunalaras
berperilaku aneh.
6. Autis
Autis adalah sindrom yang sering disalahpahami oleh kebanyakan
orang. Anak-anak penyandang autis sering kali dianggap tidak waras,
gila, dan berbahaya. Sungguh suatu pemahaman yang sangat tragis dan
menakutkan. Dengan persepsi masyarakat yang sedemikian rupa, maka
perkembangan dan keberadaan anak autis menjadi tidak diperhatikan.
Jangankan untuk sekolah, untuk berinteraksi saja anak autis sering
tidak mendapatkan tempat.
5
Ada tiga faktor yang menyebabkan anak berkebutuhan khusus yaitu:
6
C. Post Natal (setelah kelahiran)
Berbagai peristiwa yang dialami dalamkehidupannya seringkali dapat
mengakibatkan seseorang kehilangan salah satu fungsi organ tubuh atau
fungsi otot dan syaraf. Bahkan dapat pula kehilangan organ itu sendiri.
Penyebab ketunaan yang terjadi setelah kelahiran diantaranya:
1) Terjadi insident
2) Kekurangan vitamin atau gizi
3) Penyakit panas tinggi dan kejang-kejang.
7
keluarga terdekat. Melalui dukungan sosial, diharapkan orang tua anak
berkebutuhan khusus dapat berbagi pengalaman tentang pola asuh anak
berkebutuhan khusus.Hal ini belum banyak terlihat di lingkungan
masyarakat kita, mengingat masih kuatnya kepercayaan bahwa memiliki
anak berkebutuhan khusus merupakan “karma” dari tuhan. Sehingga,
kecenderungan yang ada keluarga dengan anak berkebutuhan khusus
cenderung “dikucilkan” masyarakat. Untuk menghapus kecenderungan ini,
perlu peran pemerintah untuk memberikan edukasi kepada masyarakat
umum tentang anak berkebutuhan khusus. Edukasi ini dapat disampaikan
melalui jalur media atau pos-pos pelayanan masyarakat untuk menyentuh
masyarakat di area pinggiran atau pedesaan.
8
Manusia diciptkan dengan hak dan kewajiban yang sama olehTuhan
yang Maha Esa Allah SWT. Dengan kelebihan dan kekuranganyang ia miliki
tidak menyebabkan berbeda dalam mendapatkan hak danmenunaikan
kewajiban. Kita sebagagai manusia jelas memiliki kewajibandi dunia ini
untuk beribadah kepada Allah SWT. Serta mencari ilmusupaya dapat
mengerti mana yang benar dan mana yang salah. Oleh sebabitu manusia yang
memiliki kebutuhan khusus dalam hidupnya jugamemiliki kewajiban yang
sama untuk mencari ilmu serta mengamalkanyasupaya bisa mendapat
derajat orang-orang yang bertaqwa disisi Allah SWT.
1. Model Segregrasi
Model ini adalah model pendidikan yang dapat
dikategorikansudah klasik. Model ini mencoba memberikan layanan
pendidikan secarakhusus dan terpisah dari jenis anak normal maupun
anak berkebutuhankhusus lainya. Jadi model ini adalah model yang
mengkhususkan dalam pengajaranya sesuai kebutuhan yang
dibutuhkan peserta didiknya dengansatu jenis kebutuhan atau satu
kelompok ABK yang memiliki kebutuhanyang sama.
9
2. Model Kelas Khusus
Model ini adalah model yang tidak berdiri sendiri layaknya
(SLB),melainkan keberadaanya ada di sekolah umum/regular. Dan
keberadaankelas khusu ini sifatnya tidak permanen. Melainkan
didasarkan ada atautidak adanya anak yang memerlukan pendidikan
khusus ini. Dan kelaskhusus ini anak akan dibimbing secara personal
oleh guru yang memangkhusus untuk mengajarinya.
Kelebihnaya peserta didik akan merasa diperhatikan dan
mendapat pelayanan yang lebih. Sedangkan kekurangnya peserta
didik masihmerasakan batasan-batasan sosial diantara yang tidak
mendapat layanankhusu sehinga akan terjadi minder dan sebagainya.
10
diantara merekadengan mudah. Sedangkan kekurangnya tenaga
pengajar yang menangani khusus pada model ini karena memang hal
tersebut memerlukan banyakkerjasama dair berbagai pihak.
5. Sekolah Terpadu
Sekolah terpadu pada hakikatnya seperti sekolah normal
padaumumnya. Tetapi menerima anak berkebutuhan khusus untuk
bisa belajar bersama di dalamnya. Mereka belajar bersama-sama
tanpa dipisah olehdinding-dinding kelas. Dalam belajar mereka diajar
oleh guru-guru umumsedangkan materi yang memiliki sifat
kekhususan diberikan guru pendamping yang telah ditunjuk.
Kelebihanya anak merasa dihargai harkat dan martabatnya.
Darisegi perkembangan sosial anak lebih mudah berinteraksi dan
berkomunikasi secara luas. Sedangkan kekurangnya kadang-kadang
anakmerasa rendah diri dihadapan mereka. Dan dalam kondisi
tertentu kadanganak dijadikan bahan olokan oleh teman-temanya.
6. Pendidikan Inklusi
Inklusi berarti terbuka. Jadi pendidikan inklusi adalah
pendidikanyang terbuka bagi siapa saja yang ingin belajar di
dalamnya. Yang tanpadibatasi oleh sesuatu apapun. Dan memperoleh
hak dan kewajiban yangsama dalam proses pendidikan.
Kelebihan dari pendidikan inklusi ini adalah peserta didik
akanmemperoleh layanan yang sama dengan anak normal lainya. Dan
anakakan merasakan adanya perlakuan dan persamaan hak.
Sedangkankekuranganya dalam kondisi tertentu anak masih memiliki
problem sosial.
11
Sering kali orang tua dipusingkan soal pedidikan anak berkebutuhan
khusus. Di satu sisi, banyak orang tua yang menginginkan anaknya
bersekolah di sekolah umum demi pengembangan kepribadian dan
intelektualnya. Namun di sisi lain, banyak sekolah umum yang tidak
menerima anak berkebutuhan khusus ini sebagai siswanya. Ini cukup
beralasan mengingat disekolah umum tidak menyediakan fasilitas yang
mendukung untuk kegiatan belajar-mengajar anak yang berkebutuhan
khusus. Sebagian guru yang mengajar di sekolah umum juga belum meliki
kemampuan dan pengalaman yang mumpuni untuk mengajarr anak
berkebutuhan khusus. Beragam pertimbangan yang ada menjadikan jumlah
siswa berkebutuhan khusus yang bersekolah umum dibatasi.
12
B. Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB)
C. Pendidikan Terpadu
13
berupa rehabilitasi sosial bagi ABK yang mengalami kesulitan dalam bergaul
dengan teman sebayanya.
D. Pendidikan Inklusif
14
Untuk anak yang berkebutuhan khusus yang mencakup berbagai jenis
kelainan, yaitu anak dengan gangguan pengelihatan, bahsa dan wicara,
emosional, anak dengan ketidakmampuan belajar, ketidakmampuan fisik,
dan anak berbakat yang telah dijelaskan satu persatu pada uraian dahulu
membutuhkan program pendidikan yang sesuai dengan status mereka
sebagai anak yang berkebutuhan khusus. Program pendidikan yang cocok
dan sesuai dengan kebutuhan mereka ialah program pendidikan individual
yang biasa disngkat “ PPI ”
15
kurikulum berbasis kompetensi ( KBK ). Oleh karena itu, dalam
penyelenggaraan pendidikan khusus untuk anak yang berkebutuhan khusus
dewasa ini adalah juga harus mengacu kepada kurikulum yang berbasis
kompetensi yang disebut sebagai “ Kurikulum 2004 ”.
16
BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
17
tetangga dan lingkungan sekitar anak berkebutuhan khusus tersebut, dan
yang terakhir adalah peran aktif pemerintah dalam menjadikan pelayanan
kesehatan dan konsultasi bagi anak berkebutuhan khusus.
3.2Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
19