DISUSUN OLEH :
FAKULTAS TARBIYAH
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat. Karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah . Dan juga tidak lupa saya berterima kasih kepada Dosen mata kuliah kegiatan
pendukung . Penulis sangat berharap tugas laporan ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa
di dalam tugas ini terdapat kekurangan dan jauh dari apa yang penulis harapkan. Untuk
itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga tugas sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun
bagi orang yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan dimasa depan.
Feri Andhika
i
1 DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................................................2
1.3 TUJUAN......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
2.1 HAKIKAT ANAK TUNA GRAHITA.......................................................................3
2.2 PENYEBAB KELAINAN ANAK TUNA GRAHITA...............................................3
2.3 KLASIFIKASI ANAK TUNA GRAHITA.................................................................5
2.4 KARAKTERISTIK MENURUT TINGKAT KETUNA GRAHITAANNYA...........7
2.5 PENDIDIKAN BAGI ANAK TUNA.........................................................................8
2.6 HASIL PENELITIAN.................................................................................................9
2.6.1 TEMPAT PENELITIAN DAN IDENTITAS SISWA........................................9
2.6.2 HASIL PENELITIAN..........................................................................................9
2.6.3 ANALISIS PENELITIAN.................................................................................10
BAB III KESIMPULAN.........................................................................................................11
3.1 KESIMPULAN.........................................................................................................11
DOKUMENTASI....................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14
ii
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Anak-anak berkebutuhan khusus, adalah anak-anak yang memiliki keunikan
tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan mereka dari anak-anak
normal pada umumnya. The National Information Center for Children and Youth with
Disabilities (NICHCY) mengemukakan bahwa “children with special needs or special
needs children refer to children who have disabilities or who are at risk of developing
disabilities”. Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik
khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada
ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain:
tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan
perilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak
berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat.
Dalam UUD 1945 pasal 31 Ayat (1) menyebutkan bahwa : “Setiap warga negara
berhak mendapat pendidikan”. Hal ini menunjukkan bahwa Anak Berkebutuhan khusus
berhak mendapat pendidikan seperti hanya anak-anak normal pada umumnya. Namun
Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan
pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka. Dalam
UU No. 20 tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional juga telah diatur mengenai
pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yaitu Pasal 32 Ayat (1) : Pendidikan khusus
merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam
mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial,
dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
1
Anak berkebutuhan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB)
sesuai dengan kekhususannya masing-masing. SLB bagian A untuk tunanetra, SLB
bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk
tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda.
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui karakteristik anak berkebutuhan khusus (ABK) tunagrahita
2. Untuk mengetahui permasalahan yang dialami anak berkebutuhan khusus (ABK)
tunagrahita
3. Untuk mengetahui layanan dan cara penanganan bagi anak berkebutuhan khusus
(ABK) tunagrahita
2
2 BAB II
PEMBAHASAN
2.1 HAKIKAT ANAK TUNA GRAHITA
Istilah untuk anak tunagrahita bervariasi, dalam bahasa Indonesia dikenal dengan
nama: lemah pikiran, terbelakang mental, cacat grahita dan tunagrahita. Dalam bahasa
Inggris dikenal dengan nama Mentally Handicaped, Mentally Retardid. Anak
tunagrahita adalah bagian dari anak luar biasa. Anak luar biasa yaitu anak yang
mempunyai kekurangan, keterbatasan dari anak normal. Sedemikian rupa dari segi:
fisik, intelektual, sosial, emosi dan atau gabungan dari hal-hal tadi, sehingga mereka
membutuhkan layanan pendidikan khusus untuk mengembangkan potensinya secara
optimal. adalah anak yang mempunyai kekurangan atau keterbatasan dari segi mental
intelektualnya, dibawah rata-rata normal, sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-
tugas akademik, komunikasi, maupun sosial, dan karena memerlukan layanan
pendidikan khusus.
A. Faktor Keturunan
Penyebab kelainan yang berkaitan dengan faktor keturunan meliputi hal-hal berikut.
1) Kelainan kromosom, dapat dilihat dari bentuk dan nomornya. Dilihat dari
bentuknya dapat berupa inversi (kelainan yang menyebabkan berubahnya urutan
generasi karena melilitnya kromosom; delesi (kegagalan meiosis, yaitu salah
satu pasangan tidak membelah sehingga terjadi kekurangan kromosom pada
3
salah satu sel); duplikasi (kromosom tidak berhasil memisahkan diri sehingga
terjadi kelebihan kromosom pada salah satu sel yang lain); translokasi (adanya
kromosom yang patah dan patahannya menempel pada kromosom lain).
2) Kelainan Gene. Kelainan ini terjadi pada waktu mutasi, tidak selamanya tampak
dari luar (tetap dalam tingkat genotif). Ada 2 hal yang perlu diperhatikan untuk
memahaminya, yaitu kekuatan kelainan tersebut dan tempat gena (locus) yang
mendapat kelainan.
B. Gangguan Metabolisme dan gizi
Metabolisme dan gizi merupakan faktor yang sangat penting dalam
perkembangan individu terutama perkembangan sel-sel otak. Kegagalan
metabolisme dan kegagalan pemenuhan kebutuhan gizi dapat mengakibatkan
terjadinya gangguan fisik dan mental pada individu. Kelainan yang disebabkan oleh
kegagalan metabolisme dan gizi, antara lain phenylketonuria (akibat gangguan
metabolisme asam amino) dengan gejala yang tampak berupa: tunagrahita,
kekurangan pigmen, kejang saraf, kelainan tingkah laku; gargoylism (kerusakan
metabolisme saccharide yang menjadi tempat penyimpanan asam
mucopolysaccharide dalam hati, limpa kecil, dan otak) dengan gejala yang tampak
berupa ketidaknormalan tinggi badan, kerangka tubuh yang tidak proporsional,
telapak tangan lebar dan pendek, persendian kaku, lidah lebar dan menonjol, dan
tunagrahita; cretinism (keadaan hypohydroidism kronik yang terjadi selama masa
janin atau saat dilahirkan) dengan gejala kelainan yang tampak adalah
ketidaknormalan fisik yang khas dan ketunagrahitaan.
C. Infeksi dan Keracunan
Keadaan ini disebabkan oleh terjangkitnya penyakit-penyakit selama janin masih
berada dalam kandungan. Penyakit yang dimaksud, antara lain rubella yang
mengakibatkan ketunagrahitaan serta adanya kelainan pendengaran, penyakit
jantung bawaan, berat badan sangat kurang ketika lahir; syphilis bawaan; syndrome
gravidity beracun, hampir pada semua kasus berakibat ketunagrahitaan.
D. Trauma dan zat radioaktif
Terjadinya trauma terutama pada otak ketika bayi dilahirkan atau terkena radiasi zat
radioaktif saat hamil dapat mengakibatkan ketunagrahitaan. Trauma yang terjadi
pada saat dilahirkan biasanya disebabkan oleh kelahiran yang sulit sehingga
memerlukan alat bantu. Ketidaktepatan penyinaran atau radiasi sinar X selama bayi
dalam kandungan mengakibatkan cacat mental microsephaly.
4
E. Masalah Pada Kelahiran
Masalah yang terjadi pada saat kelahiran, misalnya kelahiran yang disertai hypoxia
yang dipastikan bayi akan menderita kerusakan otak, kejang, dan napas pendek.
Kerusakan juga dapat disebabkan oleh trauma mekanis terutama pada kelahiran
yang sulit.
F. Faktor Lingkungan
Banyak faktor lingkungan yang diduga menjadi penyebab terjadinya
ketunagrahitaan. Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk membuktikan hal
ini, salah satunya adalah temuan Patton & Polloway bahwa bermacam-macam
pengalaman negatif atau kegagalan dalam melakukan interaksi yang terjadi selama
periode perkembangan menjadi salah satu penyebab ketunagrahitaan. Studi yang
dilakukan Kirk , bahwa anak yang berasal dari keluarga yang tingkat sosial
ekonominya rendah menunjukkan kecenderungan mempertahankan mentalnya pada
taraf yang sama, bahkan prestasi belajarnya semakin berkurang dengan
meningkatnya usia. Triman Prasadio, mengemukakan bahwa kurangnya rangsang
intelektual yang memadai mengakibatkan timbulnya hambatan dalam
perkembangan inteligensia sehingga anak dapat berkembang menjadi anak retardasi
mental.
5
rawat, IQ mereka rata-rata 30 kebawah. Dalam kegiatan sehari-hari mereka
membutuhkan bantuan orang lain.
4. Karakteristik anak tuna grahita
Karakteristik anak tunagrahita secara umum berdasarkan adaptasi dari James D. Page
sebagai berikut:
1) Akademik
Kapasitas belajar anak tunagrahita sangat terbatas, lebih-lebih kapasitasnya
mengenai hal-hal yang abstrak. Mereka lebih banyak belajar dengan membeo
(rote learning) dari pada dengan pengertian. Dari hari ke hari mereka membuat
kesalahan yang sama. Mereka cenderung menghindar dari perbuatan berpikir.
Mereka mengalami kesukaran memusatkan perhatian, dan lapang minatnya
sedikit. Mereka juga cenderung cepat lupa, sukar membuat kreasi baru, serta
rentang perhatiannya pendek.
2) Sosial/Emosional
Dalam pergaulan, anak tunagrahita tidak dapat mengurus diri, memelihara dan
memimpin diri. Ketika masih muda mereka harus dibantu terus karena mereka
mudah terperosok ke dalam tingkah laku yang kurang baik. Mereka cenderung
bergaul atau bermain bersama dengan anak yang lebih muda darinya. Kehidupan
penghayatannya terbatas. Mereka juga tidak mampu menyatakan rasa bangga atau
kagum. Mereka mempunyai kepribadian yang kurang dinamis, mudah goyah,
kurang menawan, dan tidak berpandangan luas. Mereka juga mudah disugesti atau
dipengaruhi sehingga tidak jarang dari mereka mudah terperosok ke hal-hal yang
tidak baik, seperti mencuri, merusak, dan pelanggaran seksual.
3) Fisik/Kesehatan
Baik struktur maupun fungsi tubuh pada umumnya anak tunagrahita kurang dari
anak normal. Mereka baru dapat berjalan dan berbicara pada usia yang lebih tua
dari anak normal. Sikap dan gerakannya kurang indah, bahkan diantaranya banyak
yang mengalami cacat bicara. Pendengaran dan penglihatannya banyak yang
kurang sempurna. Kelainan ini bukan pada organ tetapi pada pusat pengolahan di
otak sehingga mereka melihat, tetapi tidak memahami apa yang dilihatnya,
mendengar, tetapi tidak memahami apa yang didengarnya.
6
2.4 KARAKTERISTIK MENURUT TINGKAT KETUNA
GRAHITAANNYA
1. Karakteristik Tunagrahita Ringan
Meskipun tidak dapat menyamai anak normal yang seusia dengannya, mereka masih
dapat belajar membaca, menulis, dan berhitung sederhana. Pada usia 16 tahun atau
lebih mereka dapat mempelajari bahan yang tingkat kesukarannya sama dengan
kelas 3 dan kelas 5 SD. Kematangan belajar membaca baru dicapainya pada umur 9
tahun dan 12 tahun sesuai dengan berat dan ringannya kelainan. Kecerdasannya
berkembang dengan kecepatan antara setengah dan tiga per empat kecepatan anak
normal dan berhenti pada usia muda. Perbendaharaan katanya terbatas, tetapi
penguasaan bahasanya memadai dalam situasi tertentu. Mereka dapat bergaul dan
mempelajari pekerjaan yang hanya memerlukan semi skilled. Sesudah dewasa
banyak di antara mereka yang mampu berdiri sendiri. Pada usia dewasa
kecerdasannya mencapai tingkat usia anak normal 9 dan 12 tahun.
7
Kecerdasannya walaupun mencapai usia dewasa berkisar, seperti anak normal usia
paling tinggi 4 tahun. Untuk menjaga kestabilan fisik dan kesehatannya mereka
perlu diberikan kegiatan yang bermanfaat, seperti mengampelas, memindahkan
benda, mengisi karung dengan beras sampai penuh.
Tujuan pendidikan yang hendak dicapai oleh tunagrahita tidak berbeda dengan
tujuan pendidikan pada umumnya, sebab anak tunagrahita itu sendiri lahir di tengah-
tengah masyarakat. Namun tujuan itu bukanlah tujuan yang eksklusif karena diperlukan
penyesuaian tertentu dengan tingkatan kemampuan mereka. Tujuan yang terletak di luar
jangkauan kemampuan anak tunagrahita tidak perlu dipaksakan harus dikuasai oleh
anak tunagrahita. Untuk itu diperlukan usaha merumuskan tujuan khusus pendidikan
anak tunagrahita. Tujuan pendidikan anak tunagrahita, seperti yang diungkapkan oleh
Kirk adalah
8
b) agar dapat melakukan kesibukan yang bermanfaat (misalnya mengisi kotak-
kotak dengan paku);
c) agar dapat bergembira (seperti berlatih mendengarkan nyanyian, menonton
TV, menatap mata orang yang berbicara dengannya).
Umur : 16 tahun
9
tunarungu, kelas tunagrahita, kelas tunanetra, kebanyakan anak anak disini 70%
disebabkan faktor genetik, anak-anak diajarkan mata pelajaran umum dan ditambah
peljaran khusus seperti eskul , seni ruang keahlian. Bu susi juga menjelaskan anak
anak yang IQ nya di 80-85 mudah untuk dibimbing, dibawah 80 agak sedikit sulit
dibimbing. Kegiatan senin sampai sabtu mereka ber beda beda senin sampai kamis
mereka belejar seperti biasanyaa dan hari senin jumat mereke melakukan senam dan
hari sabtu melakukan ekstra kulikuler sarana dan prasaran di sekolah SLB sudah
sangat menunjang untuk anak berkebutuhan khusus, mulai dari kelas seni ada alat
music, kelas belajar kursi dan bangku di buat dengan memperhatikan kenyamanan
siswa.
Yudi Saputra itu sendiri merupakan objek penelitian dari peneliti dimana yudi
ini memiliki masalah intelektual. Yudi ini sendiri merupakan anak yang mampu
berkomunikasi, bersosialisasi yang baik tapi yudi ini memiliki masalah dalam
pelajaran membaca, menghitung dan menghafal, dan yudi mudah melakukan sesuatu
tanpa memikirkan akibatnya, yudi memiliki kesulitan dalam hal ini. Dan guru-guru di
SLB ini berusaha membimbing yudi, dan diharapkan yudi mampu mengurangi sedikit
demi sedikit kesulitan yang ada pada dirinya.
10
3 BAB III
KESIMPULAN
3.1 KESIMPULAN
Istilah untuk anak tunagrahita bervariasi, dalam bahasa Indonesia dikenal dengan
nama: lemah pikiran, terbelakang mental, cacat grahita dan tunagrahita. Dalam bahasa
Inggris dikenal dengan nama Mentally Handicaped, Mentally Retardid.
11
4 DOKUMENTASI
12
DAFTAR PUSTAKA
13
I
II