Assalamu’alaikum wr wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan
rahmat dan karunia kepada hambaNya. Shalawat dan salam senantiasa
tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang merupakan suri tauladan
kita semua.
Masukan yang bermanfaat untuk karya yang lebih baik adalah hal yang
penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi orang lain dan bagi
penulis khususnya.
Wassalamu’alaikum wr wb.
Ibul, November
Rafika Hanum
1
DAFTAR ISI
Isi hal
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
I...................................................................................PENDAHULUAN
....................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................. 1
II......................................................................................PEMBAHASAN
....................................................................................................................2
Modul 1 Hakikat ABK................................................................................. 2
Modul 2 Hakikat Pendidikan Bagi ABK...................................................... 7
Modul 3 Pendidikan Khusus Bagi Anak Berbakat ...................................... 11
Modul 4 Pendidikan Anak Tunanetra .......................................................... 14
Modul 5 Pendidikan Anak Tunarungu dan Anak dengan Gangguan
Komunikasi ................................................................................... 23
Modul 6 Pendidikan Khusus Anak Tunagrahita ......................................... 30
Modul 7 Pendidikan Anak Tunadaksa dan Tunalaras ................................. 36
Modul 8 Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar ......................................... 38
Modul 9 Mendidik Anak Berkebutuhan Khusus di SD Biasa .................... 42
III..............................................................................................PENUTUP
..................................................................................................................46
3.1.....................................................................................Kesimpulan
...........................................................................................................46
3.2...............................................................................................Saran
...........................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini diharapkan
memiliki kemampuan berikut.
1. Menjelaskan hakikat anak berkebutuhan khusus (ABK).
2. Menjelaskan hakikat pendidikan bagi ABK.
3. Menjelaskan dampak keberbakatan bagi anak dan pendidikannya
4. Menjelaskan dampak ketunanetraan bagi anak dan pendidikannya.
5. Menjelaskan dampak ketunarunguan dan gangguan komunikasi bagi anak
dan pendidikannya.
6. Menjelaskan dampak ketunagrahitaan bagi anak dan pendidikannya.
7. Menjelaskan dampak tunadaksa dan tunalaras bagi anak dan
pendidikannya.
8. Menjelaskan dampak kesulitan belajar bagi anak dan pendidikannya.
9. Memberikan layanan pendidikan bagi ABK yang ada di SD biasa.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
bidang tertentu), retarded children, berarti anak cacat, dan gifted children,
berarti anak berbakat.
Anak berkebutuhan khusus (ABK) memang mewakili semua anak
yang mempunyai kelainan atau penyimpangan dari anak normal, baik
penyimpangan tersebut bersifat fisik, tingkah laku maupun kemampuan.
Istilah yang lebih halus digunakan untuk menggambarkan kondisi setiap
jenis penyimpangan, terutama yang penyimpangannya berada di bawah
normal, seperti tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, dan tunalaras.
5
Mengalami gangguan pendengaran, mulai dari yang ringan
sampai dengan yang berat. Gangguan ini dapat terjadi sejak lahir
(merupakan bawaan), dapat juga terjadi setelah kelahiran.
3. Gangguan Komunikasi (Communication disorder)
Gangguan yang cukup signifikan karena kemampuan berkomunikasi
memungkinkan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain. Terbagi
menjadi 2 kategori yaitu:
Gangguan bicara (karena kerusakan organ bicara) sering
disebut Tunawicara. Gangguan bicara yang sering disebut sebagai
tunawicara dapat disebabkan oleh gangguan pendengaran yang
terjadi sejak lahir atau kerusakan organ bicara, misalnya lidah yang
terlampau pendek sehingga anak tidak dapat memproduksi bunyi
secara sempurna.
Gangguan bahasa (speech disorder dan language disorder),
ditandai oleh munculnya kesulitan bagi anak dalam memahami dan
menggunakan bahasa, baik dalam bentuk lisan maupun tertulis.
agar mampu memahami dan menggunakan bahasa, baik secara lisan
maupun tertulis, seseorang harus menguasai sistem bunyi bahasa,
tata kata, tata kalimat, semantik (makna), dan penggunaan bahasa
sesuai dengan konteks. Gangguan bahasa akan terjadi jika seseorang
tidak menguasai satu atau lebih aspek tersebut. Gangguan bahasa
dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis:
Gangguan bahasa yang terjadi karena perkembangan yang
terlambat, misalnya anak usia 10 tahun, penguasaan bahasanya
sama dengan anak usia dua tahun.
Gangguan yang dihubungkan dengan kesulitan belajar atau
learning disabilities.
Gangguan bahasa yang terjadi sebagai akibat gangguan
saraf. Misalnya, orang yang mengalami gegar otak atau stroke,
mungkin kehilangan kemampuan berkomunikasi
4. Tunagrahita/Cacat Mental
Kemampuan mental yang berada di bawah normal. Tolok ukur yang
sering dikenakan untuk ini adalah tingkat kecerdasan atau IQ.
Tunagrahita juga dapat dikelompokkan menjadi tunagrahita ringan,
sedang, dan berat. Anak yang kemampuan akademiknya jauh di bawah
rata-rata kelas secara sepintas (meskipun belum pasti), anak yang
demikian ini dapat diidentifikasi sebagai anak tunagrahita.
5. Tunadaksa/Cacat Fisik
Anak tersebut tidak dapat menjalankan fungsi fisik secara normal
seperti
Anak yang kakinya tidak normal karena kena polio
Anggota tubuhnya diamputasi karena suatu penyakit
Gangguan fisik dan kesehatan yang dialami oleh anak sehingga
fungsi yang harus dijalani sebagai anak normal, seperti koordinasi,
6
mobilitas, komunikasi, belajar, dan penyesuaian pribadi, secara
signifikan terganggu.
Anak-anak yang menderita penyakit epilepsy (ayan), cerebral
palsy, kelainan tulang belakang, gangguan pada tulang dan otot.
6. Tunalaras (Behavior disorder)
Anak yang mengalami gangguan emosi (emotionally disturbance).
Gangguan perilaku, seperti suka menyakiti diri sendiri (misalnya
mencabik-cabik pakaian atau memukul-mukul kepala), suka
menyerang teman (agresif) atau bentuk penyimpangan perilaku yang
lain.
Penderita Autistik
Attention deficit disorder (ADD) adalah mereka yang mendapat
kesulitan dalam memusatkan perhatian (tidak mampu memusatkan
perhatian) sehingga perhatiannya selalu beralih dan Attention deficit
hyperactive disorder (ADHD) ditandai oleh ketidakmampuan
memusatkan perhatian yang disertai dengan hiperaktif, tidak mau
diam.
7. Anak Berkesulitan Belajar
Anak berkesulitan belajar merupakan anak-anak yang mendapat
kesulitan belajar bukan karena kelainan yang dideritanya. Anak-anak ini
pada umumnya mempunyai tingkat kecerdasan yang normal, namun
tidak mampu mencapai prestasi yang seharusnya karena mendapat
kesulitan belajar.
8. Tunaganda
Kelompok penyandang kelainan jenis ini adalah mereka yang
menyandang lebih dari satu jenis kelainan. Misalnya, penyandang
tunanetra dan tunarungu sekaligus, penyandang tunadaksa disertai
tunagrahita atau bahkan tunadaksa, tunarungu, dan tunagrahita
sekaligus.
7
untuk mencegah beraksinya berbagai penyebab yang memungkinkan
terjadinya kelainan.
b) Penyebab Perinatal, yaitu penyebab yang muncul pada saat atau
waktu proses kelahiran, seperti terjadinya benturan atau infeksi ketika
melahirkan, proses kelahiran dengan penyedotan (di-vacuum),
pemberian oksigen yang terlampau lama bagi anak yang lahir
premature. Dari uraian ini Anda dapat menduga betapa pentingnya
proses kelahiran tersebut. Keteledoran yang kecil dapat berakibat fatal
bagi bayi. Misalnya, keterlambatan memberi oksigen, kecerobohan
menggunakan alat-alat atau kelebihan memberi oksigen akan
mengundang munculnya kelainan yang tentu saja akan mengagetkan
orang tua bayi.
c) Penyebab Postnatal, yaitu penyebab yang muncul setelah
kelahiran, misalnya kecelakaan, jatuh, atau kena penyakit tertentu.
Penyebab ini tentu dapat dihindari dengan cara berhati-hati, selalu
menjaga kesehatan, serta menyiapkan lingkungan yang kondusif bagi
keluarga.
8
Dampak kelainan bervariasi, namun pada umumnya keluarga merasa
shock dan tidak siap menerima kelainan (khususnya yang di bawah
normal) yang diderita oleh anaknya
c. Dampak Kelainan bagi Masyarakat
Sikap masyarakat mungkin sangat bervariasi tergantung dari latar
belakang sosial budaya dan pendidikan. Ada masyarakat yang
bersimpati bahkan ikut membantu menyediakan berbagai fasilitas, ada
yang bersikap acuh tak acuh, bahkan tidak jarang ada yang bersikap
antipati sehingga melarang anak-anaknya bergaul atau berteman dengan
ABK (terutama yang di bawah normal). Tidak jarang pula keberadaan
ABK di satu daerah dianggap sebagai hukuman bagi masyarakat
sekitar. Adanya ABK dalam keluarga dan masyarakat membuat
keluarga dan masyarakat menyediakan layanan dan fasilitas yang
dibutuhkan oleh ABK tersebut.
KB 3. Kebutuhan serta Hak dan Kewajiban Anak Berkebutuhan Khusus
1. Kebutuhan anak berkelainan (berkebutuhan khusus)
Pada dasarnya, kebutuhan penyandang kelainan dapat dikelompok-kan
menjadi 3, yaitu
Kebutuhan fisik/kesehatan, berkaitan dengan sarana/fasilitas yang
dibutuhkan yang berkaitan dengan kondisi fisik/kesehatan penyandang
kelainan, seperti tongkat, alat bantu dengar, lift atau jalan miring sebagai
pengganti tangga dan pelayanan kesehatan secara khusus. ,
kebutuhan sosial-emosional, berkaitan dengan bantuan yang
diperlukan oleh penyandang kelainan dalam berinteraksi dengan
lingkungan, terutama ketika menghadapi masa-masa penting dalam
hidup, seperti masa remaja, masa perkawinan atau mempunyai bayi
Kebutuhan pendidikan, berkaitan dengan bantuan pendidikan khusus
yang diperlukan sesuai dengan jenis kelainan
2. Hak penyandang kelainan
Para penyandang kelainan mempunyai hak dan kewajiban yang sama
dengan warga negara lainnya, yaitu hak untuk mendapat pendidikan,
jaminan sosial, menggunakan fasilitas umum, serta mendapat pekerjaan.
Khusus untuk hak mendapatkan pendidikan, konferensi dunia menerbitkan
kerangka kerja yang antara lain menekankan agar sekolah biasa siap
menerima ABK dengan menyediakan layanan pendidikan yang berfokus
pada siswa.
3. Kewajiban penyandang kelainan
Para penyandang kelainan mempunyai kewajiban mengikuti pendidikan
dasar, menghormati hak orang lain, menaati aturan/undang-undang yang
berlaku, menjunjung tinggi bangsa dan negara, serta ikut serta membela
dan membangun bangsa dan negara.
9
Hakikat pelayanan pendidikan bagi ABK, mencakup kajian tentang
pengertian dan sejarah layanan pendidikan khusus di Indonesia, bentuk
pelayanan pendidikan segresi dan integrasi, termasuk inklusif, karakteristik
berbagai jenis pelayanan, serta pendekatan kolaboratif dalam pelayanan
ABK.
Pelayanan pendidikan bagi anak berkelainan merupakan satu
kebutuhan esensial untuk mengembangkan potensi yang dimiliki ABK
secara optimal. Bentuk dan jenis pelayanan pendidikan bagi ABK, seperti
Sekolah Luar Biasa (SLB), Sekolah Unggul, Sekolah Terpadu, atau Panti
Rehabilitasi.
Setelah menyelesaikan modul ini, guru diharapkan dapat menguasai
kemampuan berikut.
1. Menjelaskan pengertian pelayanan pendidikan bagi ABK
2. Menjelaskan makna dan jenis pelayanan pendidikan bagi ABK
3. Menjelaskan sejarah perkembangan layanan pendidikan khusus di
Indonesia
4. Membedakan bentuk pelayanan pendidikan segresi dan bentuk
pelayanan pendidikan integrasi
5. Menjelaskan karakteristik berbagai jenis pelayanan
6. Menjelaskan pendekatan kolaboratif dalam pelayanan pendidikan
ABK
10
Bab II (pasal 4 ayat 1) Pendidikan diselenggarakan secara
demokratis berdasarkan HAM, agama, kultural, dan
kemajemukan bangsa.
Bab IV (pasal 5 ayat 1) Setiap warga negara mempunyai
hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu baik
yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual atau
sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.
Bab V bagian 11 Pendidikan khusus (pasal 32 ayat 1)
Pendidikan khusus bagi peserta yang memiliki tingkat kesulitan
dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik,
emosional, mental, sosial atau memiliki potensi kecerdasan.
11
Tujuh tahun setelah proklamasi kemerdekaan, Pemerintah RI
mengundang-undangkan tentang pendidikan. Undang-undang tersebut
menyebutkan pendidikan dan pengajaran luar biasa diberikan dengan khusus
untuk mereka yang membutuhkan (pasal 6 ayat 2) dan untuk itu anak-anak
tersebut berhak dan diwajibkan belajar di sekolah sedikitnya 6 tahun (pasal
8).
Dengan ini dapat dinyatakan berlakunya undang-undang tersebut maka
sekolah-sekolah baru yang khusus bagi anak-anak penyandang cacat,
termasuk untuk anak tunadaksa dan tunalaras yang disebut dengan Sekolah
Luar Biasa (SLB). Berdasarkan urutan berdirinya SLB pertama untuk
masing-masing kategori kecacatan SLB dikelompokkan menjadi:
1. SLB A untuk anak tunanetra
2. SLB B untuk anak tunarungu
3. SLB C untuk anak tunagrahita
4. SLB D untuk anak tunadaksa
5. SLB E untuk anak tunalaras
6. SLB F untuk anak tunaganda
12
Merasa diakui haknya dengan anak normal terutama dalam
memperoleh pendidikan
Dapat mengembangkan bakat ,minat dan kemampuan secara
optimal
Lebih banyak mengenal kehidupan orang normal
Mempunyai kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi
Harga diri anak luar biasa meningkat
3. Layanan Pendidikan Inklusi
Pendidikan inklusi adalah pelayanan pendidikan anak berkebutuhan
khusus yang dididik bersama-sama anak lainnya (normal) untuk
mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Klasifikasi Anak
Berkebutuhan Khusus.
Pengelompokan anak berkebutuhan khusus dan jenis pelayanannya,
sesuai dengan Program Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa
Tahun 2006 dan Pembinaan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar Dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Pendidikan
adalah sebagai berikut :
a) Tuna Netra
b) Tuna Rungu
c) Tuna Grahita: (a.l. Down Syndrome)
d) Tuna Grahita Ringan (IQ = 50-70)
e) Tuna Grahita Sedang (IQ = 25-50)
f)Tuna Grahita Berat (IQ 125 ) J. Talented : Potensi bakat istimewa
(MultipleIntelligences : Language, Logico mathematic, Visuo-
spatial, Bodily-kinesthetic, Musical, Interpersonal, Intrapersonal,
Natural, Spiritual).
g) Kesulitan Belajar (a.l. Hyperaktif, ADD/ADHD,
Dyslexia/Baca, Dysgraphia/Tulis, Dyscalculia/Hitung,
Dysphasia/Bicara, Dyspraxia/ Motorik)
h) Lambat Belajar ( IQ = 70 –90 )
i)Autis
j)Korban Penyalahgunaan Narkoba
k) Indigo
B. Jenis Pelayanan Pendidikan Khusus
1. Layanan di sekolah biasa
2. Sekolah Biasa dengan guru konsultan
3. Sekolah Biasa dengan guru kunjung
4. Model Ruang sumber
5. Model Kelas Khusus
6. Model sekolah khusus siang hari
7. Model sekolah dalam panti asuhan/rumah sakit
13
1. Pelayanan Pendidikan tidak dapat dilakukan satu orang tetapi
melibatkan banyak pihak
2. Anggota team mencakup para pakar sebagai berikut
Guru sekolah biasa
Guru Pendidikan khusus
Kepala sekolah
Pengawas sekolah
Orang tua ABK
Psikolog sekolah
Dokter dari beberapa spesialis
Perawat sekolah
Ahli terapi fisik
Guru bina wicara
Pekerja sosial
Guru penjas
ABK sendiri
Apa yang perlu dilakukan Guru dalam tim ?
Memberikan supervisi kepada orang tua untuk membantu
pendidikan anaknya
Menilai kemajuan siswa
Bekerja sama dengan orang tua siswa dalam menangani
ABK
Berkonsultasi dengan orang tua siswa tentang situasi
sekolah dan rumah yg mungkin mempengaruhi anak
Guru bertindak sebagai orang tua anak ABK
14
IMPLIKASI DARI KEBERBAKATAN
No Anak Berbakat
1 Bakat merupakan potensi yang memungkinkan seseorang
berpartisipasi tinggi
2 Anak berbakat ada yang underachiever
3 Terdapat keragaman dalam bakat
4 Anak berbakat cenderung salah satu saja yang muncul
5 Perlunya layanan khusus bagi anak berbakat
Kesimpulan :
Anak Berbakat adalah anak yang mempunyai kemampuan yang unggul dari
anak rata rata lainnya baik kemampuan intelektual maupun non intelektual
sehingga mereka memerlukan layanan khusus.
B. Dampak Keberkatan
1) Aspek Akademik
1. Perkembangan kognitif lebih cepat
b. Bosan dalam pengajaran reguler
c. Kecepatan perk kognitif tdk direspon
d. Orang tua, anak akan kecewa
2. Aspek sosial/emosi
1. Emosi tidak stabil
2. Individu rawan terhadap kritik
3. Mengambil jln pintas menyelesaikan masalah
15
KB 2. Kebutuhan Pendidikan dan Jenis Layanan bagi Anak Berbakat
1. Kebutuhan pendidikan anak berbakat
Dari segi anak itu sendiri
- Membutuhkan peluang untuk aktualisasi diri
- Berinteraksi dengan teman
- Mengembangkan kreativitas
Kebutuhan anak berkaitan dengan masyarakat
- Membutuhkan kepedulian dari masyarakat terhadap
pengembangan bakatnya
- Membutuhkan pengembangan SDM berbakat
- Membutuhkan keserasian kemampuan dengan pengalaman belajar.
- Mewujudkan kemampuan anak berbakat secara nyata (riil)
2. Jenis Layanan bagi Anak Berbakat
a) Komponen Sebagai Persiapan Penentuan Jenis Layanan
Pengidentifikasian anak berbakat
Menurut Kirk (1986) yaitu Kelancaran (kemampuan untuk
memberikan jawaban bagi pertanyaan yang diberikan), kelenturan
(kemampuan untuk memberikan berbagai macam jawaban atau
beralih dari satu macam respon ke respon yang lain), dan kemurnian
(kemampuan untuk memberikan respon yang unik dan layak).
Menurut Renzulli dikutip Conny Semiawan (1995) mengemukakan
bahwa identifikasi anak berbakat mewakili kemampuan intelektual
umum, komitmen terhadap tugas, dan kreativitas.
Tujuan umum pendidikan anak berbakat yaitu (1) anak
berbakat harus menguasai sistem konseptual mata pelajaran, (2) anak
berbakat harus mengembangkan keterampilan dan strategi menjadi
mandiri, kreatif, dan memenuhi kebutuhan dirinya, dan (3) anak
berbakat harus mengembangkan suatu kesenangan dan kegairahan
(Samuel A. Kirk, 1986).
Kebutuhan pendidikan anak berbakat baik kepentingan
individu maupun kepentingan masyarakat.
16
4) Studi mandiri, siswa memilih proyek dan mengerjakannya
dibawah pengawasan seorang guru yang berwenang.
5) Kelas khusus, siswa berbakat dikelompokkan bersama-
sama di sekolah dan diajar oleh guru yang dilatih khusus.
6) Sekolah khusus, siswa berbakat menerima pengajaran di
sekolah khusus dengan staf guru yang dilatih secara khusus.
17
1. Pengertian,klasifikasi, penyebab serta cara pencegahan terjadinya
ketunanetraan
2. Menjelaskan dampak ketunanetraan
3. Menjelaskan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan
anak tunanetra
18
Langkah - langkah pemeriksaan menggunakan kartu Snellen:
1) Meminta pasien duduk atau berdiri dengan jarak 5-6
meter atau 20 kaki dari katu Snellen
2) Meminta pasien membaca atau menyebutkan huruf
yang ada pada kartu Snellen, pembacaan dimulai dari huruf
terbesar sampai ke huruf terkecil
3) Jika ada kesalahan pasien dalam membaca, mintalah
pasien untuk mengulanginya hingga 3 kali
4) Jika masih salah, berarti pada baris tersebut
ketajaman matanya sudah menurun. Dan visus (ketajaman
mata) dibaca dibaris terakhir pasien masih bisa menyebutkan
seluruh baris tersebut.
5) Disetiap baris huruf, terdapat kode angka yang
menunjukkan beberapa meter huruf sebesar itu oleh orang
bermata normal masih bisa dibaca
6) Contoh visus 20/40 maka dibaca: pasien dapat
menyebutkan huruf pada kartu snellen pada jarak 20 kaki
19
sedangkan orang dengan mata normal dapat menyebutkan
huruf pada kartu Snellen pada jarak 40 kaki.
b. Definisi Edukasional/Fungsional
Secara edukasional, seseorang dikatakan tunanetra apabila untuk
kegiatan pembelajaran dia memerlukan alat bantu khusus, metode
khusus atau teknik tertentu sehingga dia dapat belajar. Klasifikasi
ketunanetraan
1) Klasifikasi berdasarkan waktu
Tunanetra sebelum dan sejak lahir
Tunanetra setelah lahir dan atau pada usia kecil
Tunenatra pada usia sekolah atau pada masa remaja
Tunanetra pada usia dewasa
Tunanetra dalam usia lajut.
2) Berdasarkan kemampuan daya penglihatan
Tunanetra ringan
Tunanetra setengah berat
Tunanetra berat
20
Campak Jerman (Rubella) sering terjadi pada ibu hamil pada masa
tiga bulan pertama kehamilannya.
4) Cedera (trauma) dan Radiasi
Terjadi karena akibat kecelakaan
5) Defisiensi Vitamin A – Xerophthalmia
6) Glaukoma
Cairan bening didalam bagian depan mata tidak mengalir keluar
sebagaimana mestinya.
7) Katarak
Kekeruhan atau keburaman pada lensa mata sehingga menghambat
masuknya cahaya kedalam mata.
8) Kelainan mata bawaan
- Aniridia- tidak adanya atau hampir tidak adanya iris
- Microphthalmos- mata yang sangat kecil
- Megalophthalmos – mata yang luar biasa besarnya sejak
lahir
- Analophthalmos – tidak adanya bola mata (rongga mata dan
kelopak matanya biasanya ada)
- Colobama – retakan atau celah pada iris dan/atau retina.
9) Myopia (Penglihatan Dekat)
Cacat mata tidak bisa melihat jauh, hal ini karena bayangan jatuh
pada depan retina.
10) Nistagmus
Gerakan mata yang menghentak hentak/gerakan bola mata yang
cepat tanpa disengaja (di luar kemampuan)
11) Ophthalmia Neonatorum
Peradangan pada mata bayi yang baru lahir. Penyakit ini bukan
turunan, disebabkan oleh bakteri dari rongga rahim ibu ke dalam
mata bayi.
12) Penyakit Kornea dan Pencangkokan Kornea
Merupakan bagian mata yg terdepan berfungsi sbg selaput jendela
dan pelindung tempat lewatnya sinar. Bila kornea mata rusak dapat
dilakukan pertolongan dengan pencakokan kornea mata
21
vaskular pada retina dengan gejala penurunan atau perubahan
penglihatan secara perlahan.
15) Retinopathy of Prematury
Penderita ini terjadi akibat persalinan dng pembedahan, luka pada
jaringan bola mata, dapat pula karena pembesaran pembuluh darah
pada mata.
16) Sobeknya dan Lepasnya Retina
Sebagai bagian dari proses penuaan, kadang-kadang sudah diwarisi
dari orang tuanya
17) Strabismus/ mata juling
Disebabkan oleh ketidakseimbangan otot-otot mata.
18) Trakhoma
Disebabkan oleh sejenis virus, yang menyerang kelopak mata dan
kornea
19) Tumor
20) Uveitis
Peradangan pada uvea, yaitu lapisan tengah mata antara sclera dan
retina.
3) Pencegahan terjadinya Ketunanetraan
Upaya WHO mempunyai strategi yang terdiri dari tiga langkah
dalam memerangi kebutaan dan kurang awas yaitu
1) Memperkuat program kesehatan dasar mata
2) Mengembangkan pelayanan terapi dan pembedahan ntuk
menangani gangguan mata yang dapat disembuhkan
3) Mendirikan pusat pelayanan optik dan pelayanan penyandang
tunanetra.
22
KB 2. Dampak Ketunanetraan terhadap Kehidupan Seseorang Individu
1. Proses Penginderaan
Organ pengindraan berfungsi memperoleh informasi dari luar
diproses dalam otak, untuk diproses, disimpan, dan ditindaklanjuti. Semua
informasi yang akan diproses diotak melewati tiga prosesor dalam bentuk
linguistik, nonlinguistik, atau afektif. Hubungan antara ketiga prosesor
tersebut dengan informasi yang dipersepsi melalui indra-indra dapat dilihat
dalam gambar berikut
Linguistik
Affective
23
3. Visualisasi, Ingatan Kinestetik, dan Persepsi Obyek
a. Visualisasi
Perlu dilatih dalam ingatan visualisasi agar ia dapat mengenal:
- Benda disekelilingnya
- Mengingat letak benda disekelilingnya
- Jika masuk ke ruangan perlu disampaikan gambaran
tentang ruangan itu
b. Ingatan Kinestetik
Perlu dilatih gerakan mengenai jalan belok lurus dengan tepat tanpa
memakai tongkat.
c. Persepsi Obyek
Yaitu kemampuan yang memungkinkan individu tunanetra itu
menyadari bahwa suatu benda hadir disampingnya meskipun tidak
memiliki penglihatannya.
4. Bagaimana Cara Membantu Seorang Tunanetra
1) Cara Menuntun Orang Tunanetra
Kontak pertama
Cara memegang
Posisi pegangan
Jalan sempit
Membuka/menutup pintu
Melewati tangga
Melangkahi lubang
Duduk di kursi
Naik ke dalam mobil
2) Cara Mengorientasikan
Untuk menunjukkan arah menuju suatu tempat atau benda dilakukan
dengan cara yang lebih spesifik misalnya 10 meter ke depan,
disebelah kiri, 5 langkah ke kanan, di atas TV dsb.
KB 3. Pendidikan bagi Siswa Tunanetra di Sekolah Umum dalam Setting
Pendidikan Inklusif
1. Kebutuhan khusus Pendidikan Siswa Tunanetra
a. Perlu mendapat intervensi efektif agar perkembangan sosial emosi
dan akademiknya optimal
b. Berikan cara belajar melalui media alternatif menggunakan indera
lain
c. Memerlukan pengajaran individual
d. Membutuhkan ketrampilankhusus serta buku materi dan peralatan
khusus
e. Terbebas dalam memperoleh info melalui belajar secara incidental
Berikut ini adalah penjelasan untuk beberapa dari kebutuhan khusus
tersebut
1) Pengembangan Konsep, merupakan simbol atau istilah yang
menggambarkan suatu obyek, kejadian, atau keadaan tertentu.
2) Teknik alternatif dan alat bantu belajar khusus, adalah cara khusus
(baik dengan ataupun tanpa alat bantu khusus) yang memanfaatkan
24
indra-indra nonvisual atau sisa indra penglihatan untuk melakukan
suatu kegiatan yang normalnya dilakukan dengan indra penglihatan.
Alat bantu khusus seperti jam tangan “Braille”, komputer bicara, sistem
tulisan yang terdiri dari titik-titik timbul (Braille) dsb.
3) Keterampilan Sosial/Emosional, yaitu kegiatan bermain
4) Keterampilan Orientasi dan Mobilitas, yaitu keterampilan untuk
bergerak secara leluasa di dalam lingkungannya. Sedangkan
kemampuan orientasi yaitu kemampuan untuk hubungan lokasi antara
satu obyek dan obyek lainnya di dalam lingkungan
5) Keterampilan menggunakan sisa penglihatan, yaitu memanfaatkan
sisa penglihatan dengan pengaturan pencahayaan, penggunanaan
kacamata magnifikasi (pembesaran tampilan tulisan).
2. Strategi dan Media Pembelajaran
1) Strategi Pembelajaran, pada dasarnya adalah pendayagunaan
secara tepat dan optimal dari semua komponen yang terlibat dalam
proses pembelajaran yang meliputi tujuan, materi pembelajaran, media,
metode, siswa, guru, lingkungan belajar, dan evaluasi sehingga proses
pembelajaran tersebut berjalan dengan efektif dan efesien.
Disamping strategi yang telah dijelaskan di atas, ada strategi lain yang
dapat diterapkan yaitu
- Strategi individualisme, yaitu strategi dengan menggunakan
program yang disesuaikan denngan perbedaan-perbedaan individu,
baik karakteristik, kebutuhan, maupun kemampuannya secara
perorangan. Strategi ini dikenal dengan Individual Educational
Program (IEP), atau Program Pendidikan Individualisasi (PPI).
25
- Strategi kooperatif adalah menekankan unsur gotong
royong atau saling membantu satu sama lain dalam mencapai
tujuan pembelajaran.
- Strategi modifikasi perilaku adalah strategi yang tujuannya
mengubah perilaku siswa ke arah yang lebih positif melalui
kondisioning atau pembiasaaan.
2) Media Pembelajaran
Fungsi media dalam pembelajaran, antara lain untuk memperlancar
proses pembelajaran itu sendiri, memperjelas sebuah konsep, serta
membangkitkan minat dan perhatian terhadap pembelajaran. Menurut
fungsinya media pembelajaran dibedakan menjadi dua kelompok
sebagai berikut:
a. Untuk memperjelas penanaman konsep, yang disebut
sebagai alat peraga sebagai beriktu:
Objek atau situasi yang sebenarnya
Benda asli yang diawetkan
Tiruan (model): model tiga dimensi dan dua dimensi.
b. Untuk membantu kelancaran proses pembelajaran itu
sendiri disebut sebagai alat bantu pembelajaran yaitu sebagai
berikut:
Reglet & pen (stylus), mesin ketik Braille, papan huruf dan
optacon (alat yang merubah huruf cetak menjadi huruf timbul).
Kaca pembesar, OHP, CCTV dan slide proyektor
Papan hitung (cubaritme), abakus (sempoa), kalkualtor
bicara (talking calculator)
Tape-recorder
3) Evaluasi Pembelajaran
26
Evaluasi terhadap pencapaian hasil belajar pada dasarnya sama dengan
yang dilakukan terhadap siswa awas, namun ada sedikit perbedaan yaitu
materi/tes tidak mengandung unsur persepsi visual. Soal yang diberikan
kepada hendaknya dalam bentuk huruf Braille, bersikap objektif dalam
mengevaluasi pencapaian prestasi belajar, waktu pelaksanaan tes lebih
lama.
Proses pendengaran
a. Mulai dari masuknya
gelombang suara masuk lewat
liang telinga menggetarkan selaput
gendang 27
b. Gelombang suara menujuke
tulang pendengaran dan diteruskan
ke tiga tulang setengah lingkaran
c. Suara diteruskan ke syaraf
2. Klasifikasi Tunarungu
Berdasarkan tingkat kehilangan pendengaran yang diperoleh melalui tes
dengan menggunakan audiometer, ketunarunguan diklasifikasikan sebagai
berikut:
1) Ringan (Mild Hearing Loss)
Mengalami kehilangan pendengaran 27 – 40 dB, Mempunyai kesulitan
mendengar bunyi – bunyi yang jauh, membutuhkan tempat duduk yang
strategis letaknya dan memerlukan terapi bicara
2) Sedang (Moderate Hearing Loss)
Mengalami kehilangan pendengaran 41 – 55 dB, Mengerti bahasa
percakapan, tidak dapat mengikuti diskusi kelas, membutuhkan alat
bantu dengar dan terapi bicara.
3) Agak Berat (Moderately Severe Hearing Loss)
Mengalami kehilangan pendengaran 56 – 70 dB, hanya mendengar
suara dari jarak dekat, perlu menggunakan hearing aid.
4) Berat (Severe Hearing Loss)
Mengalami kehilangan pendengaran 71 – 90 dB, hanya mampu
mendengar suara yang keras dari jarak dekat, membutuhkan alat bantu
dengar serta latihan mengembangkan kemampuan bicara dan
bahasanya.
5) Berat Sekali (Profound Hearing Loss)
Mengalami kehilangan pendengaran lebih dari 90 dB, masih
mendengar suara yang keras, tetapi ia lebih menyadari suara melalui
getarannya (vibrations) dari pada melalui pola suara.
28
1) Tipe konduktif, terjadinya kerusakan pada telinga bagian luar dan
tengah.
2) Tipe sensorineural, terjadinya kerusakan pada telinga dalam serta
saraf pendengaran (nervus chochlearis).
3) Tipe campuran, terjadi pada telinga luar/tengah dengan telinga
dalam/saraf pendengaran.
29
- Menjaga telinga dari kebisingan
5. Definisi gangguan komunikasi
Yaitu gangguan yang dialami seseorang dalam penyampaian informasi
baik melalui verbal, non verbal, tekanan, intonasi, kualitas suara dsb.
6. Klasifikasi gangguan komunikasi
Diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar, yaitu
a. Gangguan bicara (speech disorder)
- Artikulasi
- Kelancaran
- Suara
- Bicara – oraficial
- Bicara – kerusakan saraf
b. Gangguan bahasa (language disorder)
- Bentuk bahasa (fonologi, morfologi, dan sintaksis)
- Isi bahasa (semantik)
- Fungsi bahasa (pragmatik)
- Aphasia
7. Penyebab gangguan komunikasi
Gangguan komunikasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya:
faktor kehilangan pendengaran, kelainan organ bicara, gangguan emosi,
keterlambatan perkembangan, mental retardasi, kerusakan otak, serta
faktor lingkungan.
Cara pencegahan terjadinya komunikasi memonitor tumbuh kembang
anak, melakukan intervensi dini terhadap kelainan yang ditemukan,
memberi dukungan dengan banyak memberikan stimulasi bunyi-bunyi
bahasa, serta menghindarkan penggunaan dwi bahasa pada awal masa
perkembangan bahasa.
30
- Fase true speech (12-18 bulan), anak mengatakan kata pertamanya
biasanya berupa suku kata tunggal seperti “ma” atau dua suku kata
seperti “mama”.
31
Pengembangan bahasa melalui percakapan, dikenal dengan
Metode Maternal Reflektif (MMR). Metode ini menekankan pada
guru untuk menerapkan metode tangkap dan peran ganda. Guru
harus dapat menangkap apa yang diungkapkan anak melalui
suara/isyarat atau gerakan tubuh anak, kemudian
membahasankannya.
Dalam MMR, percakapan dibagi menjadi percakapan dari
hati ke hati (perdati) dan percakapan linguistik. Percakapan perdati
dibagi lagi menjadi perdati murni/bebas dan perdati melanjutkan
informasi. Namun anak yang sulit sekali berkomunikasi secara
verbal, diberikan layanan non verbal yang meliputi abjad jari,
isyarat konseptual, serta bahasa isyarat formal/struktural. Selain
dari itu berkomunikasi non verbal dapat dibantu dengan melakukan
komunikasi augmentative, melalui gesture, gambar, pantomim,
ekspresi wajah, isyarat mata, dsb.
- Layanan bina bicara/ Latihan artikulasi
Upaya meningkatkan kemampuan dalam mengucapkan
bunyi-bunyi bahasa dalam rangkaian kata-kata, agar dapat
dimengerti atau diinterprestasikan oleh orang yang mengajak
bicara.
Tujuannya agar anak tunarungu memiliki dasar ucapan yang
benar sehingga dapat dimengerti orang lain, memberi keyakinan
bahwa bunyi/suara melalui organ bicaranya harus mempunyai
makna, membedakan satu ucapan dengan ucapan lainnya, serta
memfungsikan organ-organ bicaranya yang kaku. Layanan bina
bicara meliputi:
a) Latihan prabicara: keterarahan wajah, keterarahan suara dan
pelemasan organ bicara.
b) Latihan pernafasan
c) Latihan pembentukan suara
d) Pembentukan fonem/huruf dalam rangkaian kata
e) Penggemblengan, pembetulan, serta penyadaran irama/aksen.
32
Memberikan layanan melalui gerakan bibir dan mimik yang
dilakukan berhadapan muka dalam jarak yang tidak terlalu jauh
(face to face), penerangan yang cukup, serta ucapan harus jelas.
b. Layanan bina persepsi bunyi dan irama (BPPI)
Memberikan layanan untuk melatih kepekaan/penghayatan
terhadap bunyi dan irama. Secara umum layanan bina persepsi bunyi
dan irama bertujuan agar kepekaan sisa pendengaran dan perabaan
vibrasi siswa semakin terlatih untuk memahami makna berbagai bunyi
terutama bunyi bahasa yang sangat menentukan keberhasilan dalam
berkomunikasi dengan lingkungannya dengan atau tanpa
menggunakan alat bantu mendengar (ABM) (Depdiknas 2007).
Adapun tujuan secara khusus diharapkan siswa dapat:
1) Mendekteksi bunyi
2) Mengidentifikasi bunyi
3) Mendiskriminasi bunyi
4) Memahami bunyi
33
d. Kebutuhan anak dengan gangguan komunikasi karena autis yaitu
membutuhkan layanan komunikasi fungsional. Menurut Judarwanto, W.
(2009) yaitu memperhatikan hal yang paling menyenangkan;
mengetahui kemampuan anak; menciptakan situasi yang nyaman;
menerapkan perilaku komunikasi; evaluasi kemampuan anak serta
konsisten dalam menjalankannya.
34
5) Media pembelajaran: media visual, audio dan audio-visual
6) Fasilitas pendukung: ruang sumber dilengkapi dengan berbagai
media.
7) Penilaian (Asessment), dalam penilaian terhadap siswa tunarungu
ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan yaitu penilaian dilakukan
secara berkesinambungan, penilaian harus menyeluruh, penilaian
dilakukan atas dasar obyekktif dan adaptif, penilaian (pendagogis)
bermanfaat untuk perbaikan dan peningkatan perilakunya.
4. Profil pendidikan anak dengan gangguan komunikasi
Untuk membantu siswa yang mengalami hambatan dalam berbahasa dan
berbicara yang perlu dilakukan guru yaitu mengadakan kerjasama sebagai
berikut
1) Kerjasama dengan tenaga ahli, terapi dan pembelajaran yang
intensif, terapis menjadi tim pengajar, terapis memberikan terapi
indiviual tradisional atau kelompok kecil, terapis sebagai konsultan
bagi guru-guru, terapis memberikan pelatihan kepada guru dan staf
sekolah lainnya.
2) Kerjasama dengan orang tua, orang tua dapat meneruskan latihan-
latihan pada anak dirumah sehingga memperkuat hasil yang dicapai.
3) Kerjasama dengan teman sebaya, guru perlu memberikan
pemahaman dan mempengaruhi siswa pada umumnya sehingga timbul
sikap positif pada diri mereka dalam bergaul dengan temannya yang
memiliki kebutuhan khusus.
4) Intervensi gangguan artikulasi
Prosedur umum layanan intervensi gangguan komunikasi meliputi:
- Pelaksanaan asessment
- Analisis hasil asessment
- Pembuatan program intervensi
- Pelaksanaan program intervensi
Latihan pendengaran
Latihan pengucapan
Latihan kinestetik
Latihan percakapan/pengucapan secara spontan
- Penilaian dan tindak lanjut
35
7). Intellectual disable (PBB)
8). Development mental disability
b. Pengertian
1) Definisi yang dirumuskan oleh Grossman (1983) yang
secara resmi digunakan AAMD (American Association on Mental
Deficiency) yaitu ketunagrahitaan mengacu pada fungsi intelektual
umum yang secara nyata (signifikan) berada di bawah rata-rata
(normal) bersamaan dengan kekurangan dalam tingkah laku
penyesuaian dan berlangsung (termanifestasi) pada masa
perkembangannya.
2) AFMR (Vivian Navaratman, 1987:403) menggariskan
bahwa seseorang yang dikategorikan tunagrahita harus melebihi
komponen keadaan kecerdasannya yang jelas-jelas dibawah rata-
rata, adanya ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri dengan
norma dan tuntutan yang berlaku di masyarakat.
36
Klasifikasi anak tunagrahita yang telah lama dikenal adalah debil,
imbesil dan idiot. Sedangkan kaum pendidik di Amerika
mengklasifikasikan educable mentally retarded (mampu didik), trainable
mentally retarded (mampu latih) dan totallycustodial dependent (mampu
rawat)
Klasifikasi yang digunakan sekarang adalah yang dikemukakan
oleh American Asosiation on Mental Deficiency (Hallahan, 1982:43),
sebagai berikut
1). Mild mental retardation (tunagrahita IQ-nya 70 – 55 ringan)
2). Moderate mental retardation (tunagrahita IQ-nya 55 – 40 sedang)
Several mental retardation (tunagrahita IQ-nya 40 – 25 berat)
3). Profound mental retardation (tunagrahita IQ-nya 25 kebawah sangat
berat)
37
1) Intermitten needs, butuh bantuan
secara berkala atau tidak selalu membutuhkan bantuan
2) Limited needs, sering
membutuhkan bantuan
3) Extensive needs, membutuhkan
bantuan dalam jangka lama dan bantuannya serius.
4) Pervasive needs, membutuhkan
bantuan sepanjang waktu.
38
KB 2. Dampak Ketunagrahitaan
1. Dampak ketunagrahitaan secara umum
1) Dampak terhadap kemampuan akademik
Kemampuan mengenai hal-hal abstrak terbatas, cenderung menghindar
dari perbuatan berpikir, sukar memusatkan perhatian dan lapang
minatnya sedikit, cenderung cepat lupa, susah membuat kreasi baru
serta rentang perhatiannya pendek.
2) Sosial/Emosional
Ketidakmampuannya dalam menerima dan melaksanakan norma
sosial dan pandangan masyarakat yang masih menganggap bahwa anak
tunagrahita tidak dapat berbuat sesuatu. Tidak memiliki kemampuan
memahami aturan sosial dan keluarga, sekolah, serta masyarakat.
Dalam pergaulan tidak dapat mengurus diri, memelihara dan
memimpin diri, ketika masih muda mereka harus dibantu, cenderung
bergaul atau bermain bersama anak lebih muda darinya.
Tidak mampu menyatakan rasa bangga atau kagum, mempunyai
kepribadian yang kurang dinamis, mudah goyah, kurang menawan dan
tidak berpandangan luas, mudah disugesti atau dipengaruhi.
3) Fisik/Kesehatan
Baik struktur maupun fungsi kurang dari anak normal seperti baru
dapat berjalan dan berbicara pada usia yang lebih tua dari anak normal,
sikap dan gerakannya kurang indah, mengalami cacat bicara,
penglihatan dan pendengaran kurang sempurna.
39
3. Dampak dilihat dari waktu terjadinya ketunagrahitaan
1) Dampak masa kanak-kanak mempengaruhi dalam bermain,
rekasinya lambat, cepat tetapi tidak tepat.
2) Dampak pada masa sekolah, yaitu mengalami kesulitan pada
hampir semua mata pelajaran terutama pada mata pelajaran membaca,
berhitung dan membaca
3) Dampak pada masa puber, perkembangan berpikir dan kepribadian
berada di bawah usianya, mengalami kesulitan dalam pergaulan dan
mengendalikan diri.
40
c. Berat dan sangat berat, adalah (1) agar dapat mengurus diri
secara sederhana (memberi tanda atau kata-kata apabila
menginginkan sesuatu seperti makan); (2) agar dapat melakukan
kesibukan yang bermanfaat; (3) agar dapat bergembira
a. Tempat pendidikan
Sekolah khusus
Kelas Jauh
Guru Kunjung
Lembaga Perawatan (Institusi khusus)
b. Di sekolah umum dengan sistem integrasi (terpadu)
Di kelas biasa tanpa kekhususan baik bahan pelajaran
maupun guru
Di kelas biasa dengan guru konsultan
Di kelas biasa dengan guru kunjung
Di Kelas biasa dengan ruang sumber
Di kelas khusus sebagian waktu
Kelas khusus
c. Di sekolah biasa dengan sistem Inklusif (di sekolah
inklusif)
2) Ciri Khas Pelayanan
a. Ciri-ciri khusus
Bahasa yang digunakan
Penempatan anak tunagrahita di kelas
Ketersediaan program khusus
b. Prinsip khusus
Prinsip skala perkembangan mental
Prinsip kecepatan motorik
Prinsip keperagaan
Prinsip pengulangan
Prinsip individualisasi
3) Materi
Materi harus mengutamakan yang mempunyai ciri kecepatan motorik
atau yang mengandung unsur praktek serta berkaitan dengan
kehidupan anak-anak sehari dan sesuai dengan keadaan
lingkungannya.
4) Strategi Pembelajaran
a. Strategi pengajaran yang diindividualisasikan
Pengelompokkan murid
Pengaturan lingkungan belajar
Mengadakan pusat belajar (learning center)
b. Strategi kooperatif
c. Strategi modifikasi tingkah laku
5) Media
41
Media yang harus disediakan yaitu form board, puzle, latihan
kematangan indra, alat latihan untuk mengurus diri sendiri, alat latihan
konsentrasi, alat latihan membaca, berhitung dll.
6) Sarana
Sarana belajar perlu memperhatikan ukuran, warna alat tidak
mencolok, dan bentuk dimodifikasi sesuai dengan keadaan anak
tunagrahita.
7) Fasilitas
Alat terapi bicara, alat permainan, miniatur yang berkaitan dengan
pelajarannya.
8) Evaluasi
a. Waktu mengadakan evaluasi
b. Alat evaluasi
c. Kriteria keberhalisan
d. Pencatatan hasil evaluasi
42
6. Evaluasi
43
1. Menjelaskan Definisi anak Berkesulitan Belajar
2. Menjelaskan Karakteristik anak berkesulitan belajar
3. Menjelaskan Bagaimana mengintervensi anak berkesulitan belajar
Dari penelitian para ahli diagnostik, ditemukan empat faktor yang dapat
memperberat gangguan dalam belajar (Kirk/Gallager, 1989:197) sebagai
berikut:
1. Kondisi fisik
2. Faktor lingkungan
3. Faktor motivasi
4. Kondisi psikologis
44
C. Karakteristik khusus anak berkesulitan menulis
1. Menulis dengan Tangan
Loviit (1989:225) mengemukakan bahwa anak berkesulitan
belajar memiliki masalah dalam menulis tangan (1) menulis dengan
lambat; (2) salah dalam menulis huruf dan angka; (3) tulisannya
terlalu miring; (4) jarak tulisannya terlalu rapat; (5) kesulitan
mengikuti garis lurus; (6) tulisan tidak terbaca; (7) tekanan pensil
yang terlalu kuat atau terlalu lemah; serta (8) tulisan yang
berbayang.
Lerner (1985:402) mengemukakan bahwa kemampuan
menulis dipengaruhi oleh faktor motorik, perilaku, persepsi,
memori, kemampuan memahami instruksi.
2. Mengeja
Kesulitan mengeja dalam bentuk tulisan ditandai dengan adanya:
a. Penambahan huruf yang tidak diperlukan
(Bandung~bandunga);
b. Penghilangan huruf (Bandung ~ badung);
c. Muncul pola bicara dialektis (Bandung~ embandung);
d. Muncul penggantian huruf seperti kesalahan ucapan
(roti~wroti);
e. Memutar balikkan huruf dalam kata seperti ibu ditulis ubi;
f. Memutar balikkan penempatan konsonan atau vokal dalam
kata, seperti berjalan ditulis bejrlan;
g. Memutar balikkan suku kata dalam kata seperti laba ditulis
bala;
h. Kombinasi dari kesalahan-kesalahan di atas.
3. Menulis Ekspresi
Yaitu mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui tulisan yang dapat
dipahami oleh para pembaca sebahasa ditandai dengan kurang
terampilnya mengungkapkan pikiran melalui tulisannya.
4. Karakteristik Khusus Anak Berkesulitan Matematika/Berhitung
Kesulitan mengenal simbol seperti : +,-,x,=,<,>
Kesulitan mengoperasikan hitungan
Sering salah membilang secara urut
Ketidaksesuaian dalam menghitung benda secara berurutan
sambil menyebut bilangannya.
Sering salah membedakan angka
Sulit membedakan bangun-bangun geometri.
45
- Mengulang kata (Ali pergi ke Jakarta ~ A A Ali ….
- Menambahkan kata yang tidak ada dalam bacaan
- Menghilangkan kata yang ada dalam bacaan
2. Asessmen kemampuan membaca
Asesmen formal
- Tes survei
- Tes diagnostik
Asesmen informal antara lain Informal Reading Inventories
(IRI) kebanyakan dibuat oleh guru dengan menggunakan bahan-
bahan-bahan yang biasanya diajarkan di kelas; dan Cloze
Procedure teknik ini dikembangkan oleh Taylor (1983).
Asessmen minat baca, Farr dan Roses dalam Lovitt
(1989:205) mengemukakan empat cara yaitu observasi, inventori
minat, wawancara dengan anak, dan wawancara dengan orang tua
3. Prosedur intervensi kesulitan membaca
Identifikasi masalah
Diagnosis
Penyusunan program pelayanan
Evaluasi
4. Pendekatan dan teknik dalam intervensi kesulitan membaca
Teknik Gillingham dan Stilman
Teknik Fernald
Pendekatan untuk membaca pemahaman
B. Intervensi terhadap anak berkesulitan menulis
1. Tipe-tipe kesulitan menulis
Kesalahan dalam menulis bentuk huruf
Ukuran huruf yg tdk normal
Ukuran huruf tidak proporsional
Bentuk huruf tidak menentu
Menulis tidak lancar
Tulisan terlalu miring
Kesulitan menentukan besarnya jarak per huruf
Idak tepat menulis pada garis horisontal
kotor
2. Asessmen kesulitan menulis
Asessmen formal
Salah satu asessmen formal untuk anak berkesulitan menulis
adalah Basic School Skills Inventory-Diagnostic yang
dikemukakan oleh Hammill & Leigh (1983) untuk anak usia 4 – 7
½ tahun
Asessmen informal, dapat dilakukan melalui observasi dan
menganalisis tulisan siswa. Observasi dilakukan pada saat anak
menulis. Analisa pola-pola kesalahan tulisan siswa mencakup
bentuk huruf, proporsional, ukuran, proporsional dan kesejajaran,
46
kualitas garis, jarak huruf, kemiringan huruf, dan kecepatan
menulis.
Perbaikan terhadap kesalahan anak dalam menulis
dilakukan melalui pengajaran remedi yang sesuai dengan tipe
kesalahannya.
3. Diagnostik dan remediasi
Mencakup menulis dengan tangan (hand writing), mengeja, dan
menulis ekspresif (expressive writing)
C. Intervensi terhadap anak berkesulitan belajar matematika
1. Pola-pola kekeliruan khusus
Jumlah angka satuan dan puluhan ditulis tanpa
memperhatikan penempatan nilai
Keseluruhan angka dijumlahkan
Ketika kolom puluhan dijumlahkan, angka kesatuan hasil
penjumlahan bilangan satuan tidak turut dijumlahkan melainkan
dijumlahkan sebagai ratusan
Angka dijumlahkan dari kiri kekanan, dan bila jumlahnya
lebih dari 10, kesatuan angka tersebut dibawa pada kolom sebelah
kanan serta tidak memperhatikan penempatan nilai.
Setiap bilangan lebih kecil merupakan pengurangan dari
bilangan yang lebih besar tanpa memperhatikan penempatan
bilangan tersebut.
Melakukan peminjaman angka, yang sebenarnya tidak
diperlukan
Apabila peminjaman angka diperlukan lebih dari satu kali,
anak tidak melakukan pengurangan bilangan pada kolom kedua
Kesatuan angka hasil perkalian bilangan satuan
ditambahkan pada bilangan puluhan dan diikutkan pada operasi
perkalian
Kesatuan angka hasil perkalian bilangan satuan, tidak
ditambahkan pada hasil perkalian bilangan puluhan
Antara pembagi dan yang dibagi, terbalik.
2. Asessmen kesulitan belajar matematika
a. Teknik wawancara diagnostik (diagnostik interview)
b. Teknik test survey yang dibuat guru
3. Pengajaran remedi
a. Nilai tempat
b. Penjumlahan
Pengajaran remedi yang diberikan kepada anak berkesulitan belajar
matematika harus sistematis, yaitu harus sesuai dengan urutan dari
tingkat konkret, semi konkret, dan tingkat abstrak.
4. Pengurangan, untuk masalah pengurangan, pengetahuan penjumlahan
dapat digunakan
47
Modul 9. Mendidik Anak Berkebutuhan Khusus di SD Biasa
KB 1. Identifikasi dan Asessment Anak Berkebutuhan Khusus
A. Identifikasi ABK
Identifikasi adalah proses untuk menemukan adanya gejala kelainan
pada siswa, yang berujung pada adanya dugaan bahwa seorang anak
menyandang kelainan. Identifikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara
seperti observasi, wawancara dan tes sederhana. Keberhasilan identifikasi
tergantung dari banyak faktor, antara lain mantapnya pengetahuan guru
tentang karakteristik perilaku ABK dari berbagai jenis, serta kepekaan
guru terhadap munculnya gejala kelainan. Jika hasil identifikasi
menunjukkan bahwa seorang anak menyandang kelainan, hasil ini harus
dilanjutkan dengan asessmen.
1. Tenik observasi
Observasi dapat dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja.
Untuk membantu observasi yang kita lakukan (dugaan) bahwa
seseorang anak menderita kelainan, perlu melengkapi diri dengan
lembar observasi meskipun sifatnya informal. Kepekaan terhadap
perilaku anak merupakan salah satu syarat keberhasilan identifikasi.
Proses identifikasi dapat digambarkan sebagai berikut:
48
tingkat kemampuan yang dimiliki anak sehingga kebutuhan layanan
pendidikan yang diperlukan dapat diberikan. Langkah inilah yang
disebut asessmen.
B. Asessmen
Kata asessmen berasal dari bahasa Inggri asessment, yang berarti
penafsiran atau penilaian. Asessmen ABK diartikan sebagai menilai atau
menaksir kemampuan yang dimiliki oleh anak sehingga hasil asessmen
dapat digunakan untuk menaksir bantuan yang diperlukan oleh anak
tersebut.
McLaughlin & Lewis (1985:5) mengutip definisi dari Wallace &
Mclaughlin sebagai berikut:
“Satu proses sistematis dalam mengajukan pertanyaan pendidikan yang
relevan tentang perilaku belajar seorang siswa dengan tujuan penempatan
dan pembelajaran”
Informasi yang diperoleh dari asessmen digunakan untuk
menempatkan anak pada sekolah atau kelas yang sesuai, serta
mengembangkan program pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan
ABK. Ada lima kode etik asessmen yang harus dipegang teguh
sebagaiman diungkapkan oleh Mclaughlin & Lewis (1985:608), yaitu
sebagai berikut:
1. Tidak ada kecerobohan dalam pengadministrasian.
Pengadministrasian dilakukan secara cermat dan akurat meliputi proses
pengumpulan informasi, pencacatan hasil tes dan identitas siswa.
2. Tidak ada jalan pintas dalam merancang rencana asessmen seorang
siswa. Langkah-langkah asessmen harus diikuti secara cermat tidak ada
langkah yang dilampaui/dilewati.
3. Tidak ada kecurangan dalam pemberian skor, artinya skor harus
diberikan secara objektif sehingga menggambarkan perilaku/kemapuan
anak yang sesungguhnya.
4. Dalam pertemuan, anggota tim tidak boleh diwakili. Anggota tim
wajib ikut dalam pertemuan yang membahas berbagai aspek asessmen.
Sehingga hasil pembahasan akan sesuai dengan persepsi snggota tim
yang sesungguhnya.
5. Tidak ada tindakan yang bersifat diskriminatif. Semua siswa harus
diperlakukan sama dalam asessmen tidak ada pilih kasih
49
Kebutuhan layanan bagi ABK tentu berbeda-beda dan bersifat
sangat unik, artinya kebutuhan antara satu ABK dengan ABK lain hampir
tidak ada yang sama. Hasil asesmen merupakan rujukan utama untuk
menentukan kebutuhan layanan pendidikan bagi ABK. Oleh karena itu,
penafsiran hasil asesman haru dilakukan secara akurat dan cermat.
Untuk melakukan penafsiran hasil asesmen, rambu-rambu berikut
dapat kita jadikan acuan.
1. Tujun asesmen adalah mengukur atau menafsirkan kemampuan yang
dimiliki oleh siswa dalam bidang yang kita duga ia mengalami
masalah/kelainan.
2. Hasil asesmen akan digunakan untuk mengembangkan program
bantuan/program pembelajaran bagi anak tersebut.
3. Penafsiran terutama berdasarkan pada informasi yang relevan,
sedangkan informasi lain hanya digunakan sebagai penunjang.
50
identitasnya dicantumkan secara eksplisit, sedangkan rencana
pembelajaran yang biasa dibuat untuk satu kelas.
C. Pelaksanaan program
Berbagai hal yang berkaitan dengan pelaksanaan program yang
perlu dipersiapkan, antara lain:
1. Jadwal pelaksanaan harus disiapkan sesuai dengan rencana pada PPI.
2. Materi pelajaran serta media yang akan digunakan, seperti kartu kata,
kalimat dan paragraf serta rekaman bacaan harus disiapkan secara
tuntas.
3. Pemberitahuan kepada orang tua harus dilakukan sebelum pelaksanaan
dimulai.
4. Jika guru akan dibantu oleh anggota tim lain, misalnya guru lain, tim
harus menetapkan langkah-langkah pelaksanaan dan peran masing-
masing anggota tim.
51
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Anak berkebutuhan khusus (dulu disebut sebagai anak luar biasa)
didefinisikan sebagai anak yang memerlukan pendidikan dan layanan khusus
untuk mengembangkan potensi kemanusiaan mereka secara sempurna.
Penyebutan sebagai anak berkebutuhan khusus, dikarenakan dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, anak ini membutuhkan bantuan layanan pendidikan, layanan
sosial, layanan bimbingan dan konseling, dan berbagai jenis layanan lainnya yang
bersifat khusus.
Dalam penanganan anak berkebutuhan khusus, terdapat tiga hal yang perlu
diperhatikan, diantaranya yaitu penguatan kondisi mental orang tua yang memiliki
anak berkebutuhan khusus, dukungan sosial yang kuat dari tetangga dan
lingkungan sekitar anak berkebutuhan khusus tersebut, dan yang terakhir adalah
peran aktif pemerintah dalam menjadikan pelayanan kesehatan dan konsultasi
bagi anak berkebutuhan khusus.
3.2. SARAN
Setelah mengetahui, memahami dan menguasai segala sesuatu hal tentang
anak berkebutuhan khusus, sangat diharapkan bagi masyarakat Indonesia terutama
bagi para pendidik dalam menyikapi dan mendidik anak yang menyandang
berkebutuhan khusus dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan. Karena
pada dasarnya anak seperti itu bukan malah dijauhi akan tetapi didekati dan
diperlakukan sama dengan manusia normal lainnya akan tetapi caranya yang
berbeda.
52
DAFTAR PUSTAKA
53