Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus (Tunadaksa, Tunalaras, Berbakat dan


Berkesulitan Belajar)

“Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Pendidikan Inklusi”

Dosen Pengampu:
Vita Fitriatul Ulya, M.Pd
Disusun Oleh :

1. A. Syihabuddn
2. Yiyin Ivana P
3. Feri Pauzidatul W

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAYAH

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM AL HIKMAH TUBAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga
makalah ini dapat diselesaikan, untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Luar Biasa dengan
Judul ”Klasifikasi Anak Tunadaksa, Tunalaras, Berbakat dan Berkesulitan Belajar”. Penulisan
makalah ini dapat terlaksana atas dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu atas segala
bentuk bantuannya, disampaikan terima kasih kepada yang terhormat :

Makalah ini dalam penyusunannya masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari pembaca yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi perkembangan
ilmu pendidikan.

Tuban, 26 Mei 2023

Penulis

İİ
DAFTAR ISI

Lalaman

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii

DA@TAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I PENDALULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................... 2

BAB II PEMBALASAN ..................................................................................... 3

A. Anak Berkebutuhan Khusus............................................................................ 3


1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus................................................... 3
2. Jenis dan Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus............................... 5
3. Kebutuhan Pembelajaran Untuk Anak Berkebutuhan Khusus................. 5
B. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus.......................................................... 11
1. Klasifikasi Anak Tunadaksa...................................................................... 11
2. Klasifikasi Anak Tunalaras....................................................................... 12
3. Klasifikasi Anak Berbakat......................................................................... 13
4. Klasifikasi Anak Berkesulitan Belajar...................................................... 14

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 15

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 17

İİİ
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tidak setiap anak mengalami perkembangan normal. Banyak di antara
mereka yang dalam perkembangannya mengalami hambatan, gangguan, kelambatan, atau
memiliki faktor-faktor resiko sehingga untuk mencapai perkembangan optimal diperlukan
penanganan atau intervensi khusus. Kelompok inilah yang kemudian dikenal sebagai anak
berkebutuhan khusus. Kelainan dari segi fisik berupa kecacatan fisik, misalnya orang yang
tidak memiliki kaki sebelah kiri, matanya buta sebelah dan sejenisnya. Kelainan dari segi
fsikis atau aspek kejiwaan (psikologis). Misalnya orang yang menderita keterbelakangan
mental akibat dari

intelegesi yang dimiliki di bawah normal. Kelainan dari segi sosial, misalnya orang yang tidak
dapat melakukan interaksi dan komunikasi sosial, sehingga mereka tidak
dapat di terima secara sosial oleh masyarakat sekitarnya yang mnyebabkan mereka kurang
bergaul dan merasa rendah diri yang berlebihan, dan kelainan dari segi moral dapat berupa
ketidakmampuan seseorang untuk mengendalikan emosi dan hati nuraninya sehingga orang
tersebut berbuat amoral di tengah masyarakatnya.1
Anak berkeutuhan khusus di klasifikasikan atas beberapa kelompok sesuai dengan
jenis kelainan anak. Klasifikasi tersebut mencakup kelompok anak yang mengalami
keterbelakangan mental, ketidakmampuan belajar, gangguan emosional,

kelainan fisik, kerusakan atau gangguan pendengaran, kerusakan atau gangguan penglihatan,
gangguan bahasa dan wicara, dan kelompok anak yang berbakat.
Karakteristik spesifik anak berkebutuhan khusus pada umumnya berkaitan dengan tingkat
perkembangan fungsional. Karakteristik spesifik tersebut meliputi tingkat perkembangan
sensorik motor, kognitif, kemampuan berbahasa, keterampilan diri, konsep diri, kemampuan
berinteraksi social, serta kreatifitasnya. Adanya perbedaan karakteristik setiap peserta didik
berkebutuhan khusus di SD, akan memerlukan kemampuan khusus guru kelas. Guru dituntut
memiliki kemampuan berkaitan dengan cara mengombinasikan kemampuan dan bakat setiap
anak dalam beberapa

1 Agustin, I. (2019). Penerapan Identifikasi, Asesmen Dan Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan
sie.pJturnbaelrP
2e0n2d0i.dikan Dasar. 3
Khusus Di Sekolah Dasar Penyelenggara Deindid
sesikP
aandIan2
klu
ak 1S em
(2), Hal : 72-74
;

aspek. Aspek-aspek tersebut meliputi kemarnpuan berpikir, melihat, mendengar, berbicara,


dan cara bersosialisasi. Hal-hal tersebut diarahkan pada keberhasilan dari tujuan akhir
pembelajaran, yaitu perubahan perilaku ke arah pendewasaan.

Kemampuan guru semacam itu merupakan kemahiran seorang guru dalam menyelaraskan
keberadaanya dengan kurikulum yang ada, kemudian diramu
menjadi sebuah program pembelajaran individual.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud anak berkebutuhan khusus ?
2. Apa saja jenis dan karakteristik dari anak berkebutuhan khusus ?
3. Jelaskan apa saja kebutuhan pembelajaran anak berkebutuhan khusus ?
4. Jelaskan Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus Tunadaksa, Tunalaras,

Berbakat dan Berkesulitan Belajar ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud anak berkebutuhan khusus
2. Untuk mengetahui apa saja jenis dan karakteristik dari anak berkebutuhan khusus ?
3. Untuk mengetahui apa saja kebutuhan pembelajaran anak berkebutuhan khusus
4. Untuk mengetahui klasifikasi anak berkebutuhan khusus tunadaksa, tunalaras, berbakat
dan berkesulitan belajar
BAB II

PEMBAHASAN

A. Anak Berkebutuhan Khusus


4. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
Menurut Rapisa (2019:17) mengemukakan bahwa konsep dari anak berkebutuhan
khusus memiliki arti yang lebih luas dibandingkan dengan pengertian anak luar biasa.
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang dalam pendidikan memerlukan pelayanan
yang spesifik, berbeda dengan anak pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus ini
mengalami hambatan dalam belajar dan perkembangan. Oleh sebab itu mereka
memerlukan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan belajar masing-masing
anak.2
Secara umum rentangan anak berkebutuhan khusus meliputi dua kategori yaitu:
anak yang memiliki kebutuhan khusus yang bersifat permanen, yaitu akibat dari kelainan
tertentu, dan anak berkebutuhan khusus yang bersifat temporer, yaitu mereka yang
mengalami hambatan belajar dan perkembangan yang disebabkan kondisi dan situasi
lingkungan. Misalnya, anak yang mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri akibat
kerusuhan dan bencana alam, atau tidak bisa membaca karena kekeliruan guru mengajar,
anak yang mengalami kedwibahasaan (perbedaan bahasa di rumah dan di sekolah), anak
yang mengalami hambatan belajar dan perkembangan karena isolasi budaya dan karena
kemiskinan dsb. Anak berkebutuhan khusus temporer, apabila tidak mendapatkan
intervensi yang tepat dan sesuai dengan hambatan belajarnya bisa menjadi permanen.
Setiap anak berkebutuhan khusus, baik yang bersifat permanen maupun yang
temporer, memiliki perkembangan hambatan belajar dan kebutuhan belajar yang berbeda-
beda. Hambatan belajar yang dialami oleh setiap anak, disebabkan oleh tiga hal, yaitu:
(1) faktor lingkungan (2) faktor dalam diri anak sendiri, dan
(3) kombinasi antara faktor lingkungan dan faktor dalam diri anak.

2 Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan Mengidentifikasi Siswa Berkesulitan Belajar.
Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan. Jakarta. 1977.
9

Pengertian anak berkebutuhan khusus menurut para ahli yaitu :

Menurut Hermanto (2010:7) Anak kebutuhan khusus adalah anak yang secara
signifikan mengalami kelainan atau penyimpangan baik secara fisik,
mental-intelektual, sosial dan emosional dalam proses pertumbuhan dan
perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya sehingga
mereka memerlukan adanya pelayanan pendidikan khusus. Dengan demikian, meskipun
seorang anak mengalami kelainan atau penyimpangan tertentu, namun tidak signifikan
sehingga mereka tidak memerlukan pelayanan pendidikan khusus, maka anak tersebut
tidak termasuk anak kebutuhan khusus. Namun sebaliknya walaupun kelihatannya mereka
secara fisik, mental-intelektual, sosial dan emosional tidak mengalami kelainan namun
apabila dalam pendidikannya mereka memerlukan layanan khusus maka anak tersebut
dikatakan sebagai anak
berkebutuhan khusus. Untuk memahami lebih lanjut anak berkebutuhan khusus dalam
konteks pendidikan maka pengenalan mengenai anak berkebutuhan
khusus sangat diperlukan. Pengertian dari anak berkebutuhan khusus khusus berkembang
sejalan dengan adanya kesadaran dan kemajuan peradaban kita. Anak berkebutuhan
khusus yang dulunya disebut sebagai anak cacat.3
Menurut Hallahan dan Kauffman (dalam Agustin, 2019:72) Anak berkebutuhan
khusus (dulu di sebut sebagai anak luar biasa) di definisikan sebagai anak yang
memerlukan pendidikan dan layanan khusus untuk mengembangkan potensi kemanusiaan
mereka secara sempurna.
Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik unik yang berbeda
dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada
ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Anak yang mengalami keterbatasan atau
keluarbiasaan yang berpengaruh secara signifikan dalam proses pertumbuhan atau
perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain yang seusia dengannya. Anak
berkebutuhan khusus secara pendidikan memerlukan layanan khusus (Sumantri dalam
Ainin dan Nada, 2006:2).

Hermanto. (2010). Kemampuan Guru Dalam Melakukan Identifikasi Anak


Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Dasar Penyelenggara
Pendidikan Inklusi. Jurnal Ilmu Pendidikan. 1 (2), Hal:7-20.
>

Menurut Heri Purwanto dalam (Hermanto, 2010:7) yaitu :


”Anak-anak berkebutuhan khusus, adalah anak-anak yang memiliki keunikan
tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan mereka dari
anak-anak normal pada umumnya. Keadaan inilah yang
menuntut pemahaman terhadap hakikat anak berkebutuhan khusus. Keragaman
anak berkebutuhan khusus terkadang menyulitkan guru dalam upaya menemu
kenali jenis dan pemberian layanan pendidikan
yang sesuai”.4

Untuk kelas-kelas rendah atau di sekolah dasar, adanya anak-anak yang termasuk
anak berkebutuhan khusus sangat mungkin kita temukan di sana. Namun keberadaan anak
ini biasanya belum begitu dikenali oleh guru pengampunya. Hal ini terjadi karena guru
belum memiliki wawasan mengenai anak berkebutuhan khusus. Guru di sekolah dasar
kebanyakan baru mengetahui mengenai anak tunanetra, tunarungu, tunadaksa dan autisme
saja karena relatif mudah dikenali dan dideteksi. Biasanya yang lain belum begitu banyak
dikenali sehingga sangat mungkin memberikan perlakuan yang salah. Bagi yang telah
terbiasa bergelut atau menangani anak berkebutuhan khusus tentu telah banyak memiliki
wawasan dan kemampuan mengidentifikasi anak berkebutuhan khusus. Hal ini, tentu
sangat berbeda dengan mereka yang belum terbiasa atau bukan bidangnya sehingga
banyak memiliki keterbatasan pengetahuan dan keterampilan dalam memahami anak
berkebutuhan khusus.

2. Jenis dan Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

Menurut Hermanto (2010:8) adapun beberapa jenis anak berkebutuhan khusus


sebagai berikut:
a) Anak Tunadaksa
Anak tunadaksa adalah anak yang mengalami kelainan atau cacat yang
menetap pada alat gerak (tulang, sendi, otot) dan syaraf sedemikian rupa sehingga
memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Anak tunadaksa jenisnya sangat banyak
dan saat ini yang sering kita temukan adalah anak tunadaksa jenis cerebral palsy dan
poliomylitis.
Adapun karakteristik anak tunadaksa adalah:

4 Rapisa, R. D. (2010). Kemampuan Guru Dalam Melakukan Identifikasi Anak


Berkebutuhan Khusus. Jurnal Ilmu Pendidikan. 2 (2), Hal : 17-
6

1) Anggota gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh.


2) Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur/tidak terkendali). 3)
Terdapat bagian anggota gerak yang tidak lengkap/tidak

sempurna/lebih kecil dari biasa.


4) Terdapat cacat pada alat gerak.
5) Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam.
6) Kesulitan pada saat berdiri/berjalan/duduk, dan menunjukan sikap tubuh tidak
normal.

Jenis anak tunadaksa ini mungkin guru sudah mampu mengenali namun sangat
mungkin guru belum sampai memahami jenis apa dan bagaimana memberikan
pelayanan yang tepat bagi peserta didik.

b) Anak Tunalaras
Anak tunalaras yaitu anak yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri
dan bertingkah laku tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan
kelompok usia maupun masyarakat pada umumnya, sehingga merugikan dirinya
maupun orang lain dan karenanya memerlukan pelayanan pendidikan khusus demi
kesejahteraan dirinya maupun lingkungannya.5
Anak tunalaras secara umum memiliki karakteristik sebagai berikut;
1) Bersikap membangkang.

2) Mudah terangsang emosinya/emosional/ mudah marah.


3) Sering melakukan tindakan agresif, merusak dan mengganggu.
4) Sering bertindak melanggar norma sosial atau norma susila atau hukum.

Anak tunalaras ini dalam pengkajian selanjutnya sering disebut sebagai anak
dengan gangguan emosi dan perilaku. Dikatakan anak dengan gangguan emosi dan
perilaku karena lebih menitikberatkan pada faktor

5 Rita, J. (1977). Educating of Children and Young People With Autism.


Birmingham. University. United Kingdom.
2

penyebab dan kemungkinan tindakan untuk memberikan layanan bagi anak tersebut.

g) Anak Berbakat
Anak berbakat adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan atau inteligensi,
kreativitas tinggi, dan tanggungjawab terhadap tugas atau task commitment di atas
anak-anak seusianya atau anak normal, sehingga untuk mewujudkan potensinya
menjadi prestasi nyata, memerlukan pelayanan pendidikan khusus Sangat banyak.6
Karakteristik yang melekat pada anak berbakat antara lain:
1) Membaca pada usia lebih muda.
2) Membaca lebih cepat dan lebih banyak.
3) Memiliki perbendaharaan kata yang luas.
4) Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat.
5) Mempunyai minat yang luas.
6) Mempunyai inisiatif dan dapat berkeja sendiri.
7) Menunjukkan keaslian (orisinalitas) dalam ungkapan verbal.
8) Dapat memberikan banyak gagasan.
9) Luwes dalam berpikir.
10) Terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan.
11) Mempunyai pengamatan yang tajam.
12) Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu panjang, terutama terhadap tugas
atau bidang yang diminati.
13) Berpikir kritis, juga terhadap diri sendiri.
14) Senang mencoba hal-hal baru.
15) Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi.
16) Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan-pemecahan
masalah.
17) Cepat menangkap hubungan sebab akibat.
18) Berperilaku terarah pada tujuan.

6 Rofiah, H. N. (2015). Proses Identifikasi untuk Mengenal Anak Kesulitan Belajar Tipe Dileksia Bagi Guru Sekolah
Dasar Inklusi. Jurnal Inklusi. 2 (1), Hal : 112:115.
<

19) Mempunyai daya imajinasi yang kuat.


20) Mempunyai daya ingat yang kuat.
21) Tidak cepat puas dengan prestasinya, dan sebagainya.

d) Anak Berkesulitan Belajar


Anak berkesulitan belajar adalah anak yang secara nyata mengalami kesulitan
dalam tugas-tugas akademik khusus terutama dalam hal kemampuan membaca,
menulis dan berhitung atau matematika. Anak berkesulitan belajar spesifik diduga
disebabkan karena faktor disfungsi neugologis, bukan disebabkan karena faktor
inteligensinya. Kebanyakan anak berkesulitan belajar spesifik memiliki inteligensi
normal bahkan ada yang di atas normal tetapi mereka memerlukan pelayanan
pendidikan

khusus. Anak berkesulitan belajar spesifik dapat berupa kesulitan belajar membaca
(disleksia), kesulitan belajar menulis (disgrafia) atau kesulitan
belajar berhitung (diskalkulia) sedangkan mata pelajaran lain mereka tidak mengalami
kesulitan yang signifikan atau berarti. Anak yang mengalami kesulitan membaca
(disleksia) maka perkembangan kemampuan membacanya terlambat, kemampuan
memahami isi bacaan rendah dan kalau membaca sering banyak salah. Anak yang
mengalami kesulitan belajar menulis (disgrafia) yaitu kalau menyalin tulisan sering
terlambat selesai, sering salah menulis huruf b dengan p, p dengan q, v dengan u, 2
dengan 5, 6

dengan 9 dan sebagainya. Hasil tulisannya jelek dan tidak terbaca, tulisannya banyak
salah/terbalik/huruf hilang, sulit menulis dengan lurus pada kertas
tak bergaris. Adapun anak yang mengalami kesulitan belajar berhitung
(diskalkulia) adalah mereka yang sulit membedakan tanda-tanda: +, -, x, :, >,
<, =, sulit mengoperasikan hitungan/bilangan, sering salah membilang dengan
urut, sering salah membedakan angka 9 dengan 6; 17 dengan 71, 2 dengan 5, 3
dengan 8, dan sebagainya, dan sulit membedakan bangun- bangun geometri.
5

7. Kebutuhan Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)


Menurut Hermanto (2010:18) mengatakan cara memenuhi kebutuhan dalam
proses pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus sebagai berikut :

a) Kebutuhan Pembelajaran Anak Tunadaksa


Guru sebelum memberikan pelayanan dan pembelajaran bagi anak tundaksa
harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Segi kesehatan anak maksudnya apakah ia memililki kelainan khusus seperti
kencing manis atau pernah dioperasi, kalau digerakkan sakit sendinya, dan
masalah lain seperti harus meminum obat dan sebagainya
2) Kemampuan gerak dan mobilitas maksudnya apakah anak ke sekolah
menggunakan transportasi khusus, alat bantu gerak, dan sebagainya. Hal ini
berhubungan dengan lingkungan yang harus dipersiapkan.

3) Kemampuan komunikasi maksudnya apakah ada kelainan dalam berkomunikasi,


dan alat komunikasi yang akan digunakan (lisan, tulisan,
isyarat) dan sebagainya.
4) Kemampuan dalam merawat diri maksudnya apakah anak dapat melakukan
perawatan diri dalam aktivitas sehari-hari atau tidak. Misalnya; dalam berpakaian,
makan, mandi dll.
5) Posisi maksudanya bagaimana posisi anak tersebut pada waktu menggunakan alat
bantu, duduk pada saat menerima pelajaran, waktu istirahat, di kamar kecil
(toilet), saat makan dan sebagainya. Sehinga

physical therapis sangat diperlukan.

b) Kebutuhan Pembelajaran Anak Tunalaras

Kebutuhan pembelajaran bagi anak tunalaras yang harus diperhatikan guru


antara lain adalah

1) Perlu adanya penataan lingkungan yang kondusif (menyenangkan) bagi setiap


anak.
43

2) Kurikulum hendaknya disesuaikan dengan hambatan dan masalah yang dihadapi


oleh setiap anak.
3) Adanya kegiatan yang bersifat kompensatoris sesuai dengan bakat dan minat
anak.
4) Perlu adanya pengembangan akhlak atau mental melalui kegiatan
sehari-hari dan contoh dari lingkungan.

c) Kebutuhan Pembelajaran Anak Cerdas Istimewa dan Bakat


Istimewa
1) Program pengayaan horisontal, yaitu:
• Mengembangkan kemampuan eksplorasi.
• Mengembangkan pengayaan dalam arti memperdalam dan memperluas
hal-hal yang ada di luar kurikulum biasa.

• Excekutif intensiνe dalam arti memberikan kesempatan untuk


mengikuti program intensif bidang tertentu yang diminati
secara tuntas dan mendalam dalam waktu tertentu
2) Program pengayaan vertikal, yaitu:
• Acceleration, percepatan/maju berkelanjutan dalam mengikuti program
yang sesuai dengan kemampuannya dan jangan dibatasi oleh jumlah
waktu, atau tingkatan kelas.
• Independent study, memberikan seluas-luasnya kepada anak untuk
belajar dan menjelajahi sendiri bidang yang diminati.

• Mentorship, memadukan antara yang diminati anak gifted dan


tallented dengan para ahli yang ada di masyarakat.

d) Kebutuhan Pembelajaran Anak Berkesulitan Belajar Khusus


Anak berkesulitan belajar khusus memiliki dimensi kelainan dalam beberapa
aspek yang perlu diperhatikan dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran,
diantaranya:
1) Materi pembelajaran hendaknya disesuikan dengan hambatan dan masalah yang
dihadapi anak.
44

2) Memerlukan uratan belajar yang sistimatis yaitu dari pemahaman yang konkrit
ke yang abstrak.
3) Menggunakan berbagai media pembelajaran yang sesuai dengan

hambatannya.
4) Pembelajaran sesuai dengan urutan dan tingkatan pemahaman anak
5) Pembelajaran remedial.

B. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus


Ada banyak klasifikasi anak berkebutuhan khusus, mencakup anak-anak yang
kelainan fisik, mental emosional, maupun masalah akademik yaitu :
1. Anak-Anak Berkelainan Fisik
 Klasifikasi Anak Tunadaksa
Anak tunadaksa adalah anak-anak yang mengalami kelainan fisik, atau cacat
tubuh, yang mencakup kelainan anggota tubuh maupun yang mengalami kelainan
gerak dan kelumpuhan, yang sering disebut sebagai cerebral palsy (CP), dengan
klasifikasi sebagai berikut :
Menurut tingkat kelainannya, anak-anak tunadaksa dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
a) Cerebral Palsy (CP) :
1) Ringan, dapat berjalan tanpa alat bantu, mampu berbicara dan dapat
menolong dirinya sendiri.
2) Sedang, memerlukan bantuan untuk berjalan, latihan berbicara, dan
mengurus dirinya sendiri.
3) Berat, memerlukan perawatan tetap dalam ambulansi, berbicara, dan
menolong diri sendiri.
b) Berdasarkan letaknya
1) Spastic, kekakuan pada sebagian atau seluruh ototnya
2) Dyskenisia, gerakannya tak terkontrol (athetosis), serta terjadinya
kekakuan pada seluruh tubuh yang sulit digerakkan (rigid).
4;

3) Ataxia, gangguan keseimbangan, koordinasi mata dan tangan tidak


berfungsi, dan cara berjalannya gontai.
4) Campuran, yang mengalami kelainan ganda.

c) Polio
1) Tipe spinal, kelumpuhan pada otot-otot leher, sekat dada, tangan dan
kaki.
2) Tipe bulbair, kelumpuhan fungsi motorik pada satu atau lebih saraf tepi
yang menyebabkan adanya gangguan pernafasan.
3) Tipe bulbispinalis, gangguan antara tipe spinal dan bulbair.
4) Encephalitis, yang umumnya ditandai dengan adanya demam,
kesadaran menurun, tremor, dan kadang-kadang kejang.

2. Anak Berkelainan Mental Emosional


 Klasifikasi Anak Tunalaras
Anak tunalaras adalah anak-anak yang mengalami gangguan perilaku, yang
ditunjukkan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, baik di sekolah maupun dalam
lingkungan sosialnya. Pada hakekatnya, anak-anak tunalaras memiliki kemampuan
intelektual yang normal, atau tidak berada dibawah rata-rata.kelainan lebih banyak
terjadi pada perilaku sosialnya.
Beberapa klasifikasi yang menonjol dari anak-anak berkebutuhan khusus
yang mengalami kelainan perilaku social ini adalah :

a. Berdasarkan perilakunya
1) Beresiko tinggi ; hiperaktif suka berkelahi, memukul, menyerang, merusak
milik sendiri atau orang lain, melawan, sulit berkonsentrasi, tidak mau bekerja
sama, sok aksi, ingin menguasai orang lain, mengancam, berbohong, tidak
bisa diam, tidak dapat dipercaya, suka mencuri, mengejek, dan sebagainya.
2) Beresiko rendah ; autism, khawatir, cemas, ketakutan, merasa tertekan, tidak
mau bergaul, menarik diri, kurang percaya diri, bimbang, sering menangis,
malu, dan sebagainya.
47

3) Kurang dewasa ; suka berfantasi, berangan-angan, mudah dipengaruhi, kaku,


pasif, suka mengantuk, mudah bosan, dan sebagainya.

4) Agresif ; memiliki gang jahat, suka mencuri dengan kelompoknya, loyal


terhadap teman jahatnya, sering bolos sekolah, sering pulang
larut malam, dan terbiasa minggat dari rumah.

b. Berdasarkan kepribadian
1) Kekacauan perilaku
2) Menarik diri(withdrawll)
3) Ketidakmatangan(immaturity) 4)
Agresi social

3. Anak Berkelainan Akademik


 Klasifikasi Anak Berbakat
Anak berbakat dalam konteks ini adalah anak-anak yang mengalami kelainan
intelektual di atas rata-rata. Berkenaan dengan kemampuan intelektual ini Cony
Semiawan (1997:24) mengemukakan ,bahwa diperkirakan satu persen dari populasi
total penduduk Indonesia yang rentangan IQ sekitar 137 keatas, merupakan manusia
berbakat tinggi (highly gifted) ,sedangkan mereka yang rentagannya berkisar 120-
137 yaitu yaitu

yang mencakup rentangan 10 persen di bawah yang satu persen itu disebut
moderately gifted . Mereka semua memiliki talen akademik (academic talented) atau
keberbakatan intelektual .
Beberapa kalsifikasi yang menonjol dari anak-anak berbakat umumnya hanya
dilihat dari tigkat inteligensinya ,berdasarkan standar Stanford Binet , yang meliputi :
1) Kategori rata-rata tinggi ,dengan tingkat kapasitas intelktual (IQ) : 110- 119
2) Kategori superior , dengan tingkat kapasitas intelektual (IQ) : 120-139
49

3) Kategori sangat superior ,dengan tingkat intelektual (IQ) : 140-169

 Klasifikasi Anak Berkesulitan belajar

Berkesulitan belajar merupakan salah satu jenis anak berkebutuahan khusus


yang ditandai dengan adanya kesulitan untuk mencapai standar
kompetensi (prestasi) yang telah ditentukan dengan mengikuti pembelajaran
konvensional. Learning disability merupakan salah satu istilah yang mewadahi
berbagai jenis kesulitan yang dialami anak terutama yang berkaitan dengan masalah
akademis .
Adapun klasifikasi anak berkesulitan belajar spesifik yang merupakan jenis
kelainan unik tidak ada kesamaan antara penderita satu dengan yang lainnya.Untuk
mengklasifikasikan anak berkesulitan belajar spesifik dapat

dilakukan berdasar pada tingkat usia dan juga jenis kesulitannya, yaitu:
a. Kesulitan Belajar Perkembangan
Pengelompokkan kesulitan belajar pada anak usia di bawah 5 tahun
(balita) adalah kesulitan belajar perkembangan ,hal ini dikarenakan anak balita
belum belajar secara akademis ,tetapi belajar dalam proses kematangan prasyarat
akademis ,seperti kematangan persepsi νisual- audiotory,wicara,daya
diferensiasi,kemampuan sensory-motor dsb.

b. Kesulitan Belajar Akademik

Anak-anak usia sekolah yaitu usia di atas 6 tahun masuk dalam kelompok
kesulitan belajar akademik anak-anak ini mengalami kesulitan
bidang akademik di sekolah yang sangat spesifik yaitu kesulitan dalam satu
jenis/bidang akademik seperti berhitung/matematika (diskalkulia), kesulitan
membaca (disleksia), kesulitan menulis (disgraphia), kesulitan bebahasa
(dysphasia), kesulitan tidak terampil (dispraksia), dsb .
4>

Ada klasifikasi lain yang berdasarkan jenis gangguan atau kesulitan yang
dialami anak yaitu:
1) Dispraksia: merupakan gangguan pada keterampilan motorik, anak
terlihat kurang terampil dalam melakukan aktivitas motorik. Seperti sering
menjatuhkan benda yang di pegang, sering memecahkan gelas
kalau minum.
2) Disgraphia: kesulitan dalam menulis ada yang memang karena gangguan pada
motoris sehingga tulisannya sulit untuk dibaca orang lain, ada yang sangat lambat
aktivitas motoriknya, dan juga adanya hambatan pada ideo motorik sehingga
sering salah atau tidak sesuai apa yang dikatakan dengan yang ditulis .
3) Diskalkulia: adalah kesulitan dalam berhitung dan matematika hal ini

sering dikarenakan adanya gangguan pada memori dan logika


4) Disleksia: merupakan kesulitan membaca baik membaca permulaan maupun
pemahaman
5) Disphasia: kesulitan berbahasa dimana anak sering melakukan kesalahan dalam
berkomunikasi baik menggunakan tulisan maupun lisan.
6) Body awareness: Anak tidak memiliki akan kesadaran tubuh sering salah prediksi
pada aktivitas gerak mobilitas seperti sering menabrak bila berjalan.7

7 Suparno, (2008). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta:Dirjen DIKTI


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Anak dengan kebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang secara signifikan
(bermakna) mengalami kelainan/penyimpangan (phisik, mental-intelektual, social, emosional)
dalam proses pertumbuhan/ perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya
sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Ada banyak klasifikasi anak
berkebutuhan khusus, mencakup anak-anak yang kelainan fisik, mental emosional, maupun
masalah akademik. Dan setiap anak yang memilki keterbelakangan memiliki karakteristik
yang berbeda dengan anak yang normal. Setiap anak yang berkebutuhan khusus memiliki
karakteristik masing-

masing yang berbeda-beda.


Anak berkebutuhan khusus di klasifikasikan atas beberapa kelompok sesuai dengan
jenis kelainan anak. Klasifikasi tersebut mencakup kelompok anak yang mengalami
keterbelakangan mental, ketidakmampuan belajar, gangguan emosional, kelainan fisik,
kerusakan atau gangguan pendengaran, kerusakan atau gangguan penglihatan, gangguan
bahasa dan wicara, dan kelompok anak yang berbakat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, I. (2019). Penerapan Identifikasi, Asesmen Dan Pembelajaran Bagi Anak


Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Dasar Penyelenggara
P
DeinakdsidesikPanadIan2k1luSsie.pJtuem
rnbaelrP2e0n2d0i.dikan Dasar. 3 (2), Hal : 72-74

Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan Mengidentifikasi Siswa


Berkesulitan Belajar. Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana
Pendidikan. Jakarta. 1977.

Hermanto. (2010). Kemampuan Guru Dalam Melakukan Identifikasi Anak


Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Dasar Penyelenggara
Pendidikan Inklusi. Jurnal Ilmu Pendidikan. 1 (2), Hal:7-20.
Rapisa, R. D. (2010). Kemampuan Guru Dalam Melakukan Identifikasi Anak
Berkebutuhan Khusus. Jurnal Ilmu Pendidikan. 2 (2), Hal : 17-
.

Rita, J. (1977). Educating of Children and Young People With Autism.


Birmingham. University. United Kingdom.

Rofiah, H. N. (2015). Proses Identifikasi untuk Mengenal Anak Kesulitan Belajar Tipe
Dileksia Bagi Guru Sekolah Dasar Inklusi. Jurnal Inklusi. 2 (1), Hal :
112:115.
Suparno, (2008). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta:Dirjen DIKTI

12

Anda mungkin juga menyukai