Dosen Pengampu:
Vita Fitriatul Ulya, M.Pd
Disusun Oleh :
1. A. Syihabuddn
2. Yiyin Ivana P
3. Feri Pauzidatul W
FAKULTAS TARBIYAH
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga
makalah ini dapat diselesaikan, untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Luar Biasa dengan
Judul ”Klasifikasi Anak Tunadaksa, Tunalaras, Berbakat dan Berkesulitan Belajar”. Penulisan
makalah ini dapat terlaksana atas dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu atas segala
bentuk bantuannya, disampaikan terima kasih kepada yang terhormat :
Makalah ini dalam penyusunannya masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari pembaca yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi perkembangan
ilmu pendidikan.
Penulis
İİ
DAFTAR ISI
Lalaman
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 17
İİİ
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tidak setiap anak mengalami perkembangan normal. Banyak di antara
mereka yang dalam perkembangannya mengalami hambatan, gangguan, kelambatan, atau
memiliki faktor-faktor resiko sehingga untuk mencapai perkembangan optimal diperlukan
penanganan atau intervensi khusus. Kelompok inilah yang kemudian dikenal sebagai anak
berkebutuhan khusus. Kelainan dari segi fisik berupa kecacatan fisik, misalnya orang yang
tidak memiliki kaki sebelah kiri, matanya buta sebelah dan sejenisnya. Kelainan dari segi
fsikis atau aspek kejiwaan (psikologis). Misalnya orang yang menderita keterbelakangan
mental akibat dari
intelegesi yang dimiliki di bawah normal. Kelainan dari segi sosial, misalnya orang yang tidak
dapat melakukan interaksi dan komunikasi sosial, sehingga mereka tidak
dapat di terima secara sosial oleh masyarakat sekitarnya yang mnyebabkan mereka kurang
bergaul dan merasa rendah diri yang berlebihan, dan kelainan dari segi moral dapat berupa
ketidakmampuan seseorang untuk mengendalikan emosi dan hati nuraninya sehingga orang
tersebut berbuat amoral di tengah masyarakatnya.1
Anak berkeutuhan khusus di klasifikasikan atas beberapa kelompok sesuai dengan
jenis kelainan anak. Klasifikasi tersebut mencakup kelompok anak yang mengalami
keterbelakangan mental, ketidakmampuan belajar, gangguan emosional,
kelainan fisik, kerusakan atau gangguan pendengaran, kerusakan atau gangguan penglihatan,
gangguan bahasa dan wicara, dan kelompok anak yang berbakat.
Karakteristik spesifik anak berkebutuhan khusus pada umumnya berkaitan dengan tingkat
perkembangan fungsional. Karakteristik spesifik tersebut meliputi tingkat perkembangan
sensorik motor, kognitif, kemampuan berbahasa, keterampilan diri, konsep diri, kemampuan
berinteraksi social, serta kreatifitasnya. Adanya perbedaan karakteristik setiap peserta didik
berkebutuhan khusus di SD, akan memerlukan kemampuan khusus guru kelas. Guru dituntut
memiliki kemampuan berkaitan dengan cara mengombinasikan kemampuan dan bakat setiap
anak dalam beberapa
1 Agustin, I. (2019). Penerapan Identifikasi, Asesmen Dan Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan
sie.pJturnbaelrP
2e0n2d0i.dikan Dasar. 3
Khusus Di Sekolah Dasar Penyelenggara Deindid
sesikP
aandIan2
klu
ak 1S em
(2), Hal : 72-74
;
Kemampuan guru semacam itu merupakan kemahiran seorang guru dalam menyelaraskan
keberadaanya dengan kurikulum yang ada, kemudian diramu
menjadi sebuah program pembelajaran individual.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud anak berkebutuhan khusus ?
2. Apa saja jenis dan karakteristik dari anak berkebutuhan khusus ?
3. Jelaskan apa saja kebutuhan pembelajaran anak berkebutuhan khusus ?
4. Jelaskan Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus Tunadaksa, Tunalaras,
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud anak berkebutuhan khusus
2. Untuk mengetahui apa saja jenis dan karakteristik dari anak berkebutuhan khusus ?
3. Untuk mengetahui apa saja kebutuhan pembelajaran anak berkebutuhan khusus
4. Untuk mengetahui klasifikasi anak berkebutuhan khusus tunadaksa, tunalaras, berbakat
dan berkesulitan belajar
BAB II
PEMBAHASAN
2 Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan Mengidentifikasi Siswa Berkesulitan Belajar.
Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan. Jakarta. 1977.
9
Menurut Hermanto (2010:7) Anak kebutuhan khusus adalah anak yang secara
signifikan mengalami kelainan atau penyimpangan baik secara fisik,
mental-intelektual, sosial dan emosional dalam proses pertumbuhan dan
perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya sehingga
mereka memerlukan adanya pelayanan pendidikan khusus. Dengan demikian, meskipun
seorang anak mengalami kelainan atau penyimpangan tertentu, namun tidak signifikan
sehingga mereka tidak memerlukan pelayanan pendidikan khusus, maka anak tersebut
tidak termasuk anak kebutuhan khusus. Namun sebaliknya walaupun kelihatannya mereka
secara fisik, mental-intelektual, sosial dan emosional tidak mengalami kelainan namun
apabila dalam pendidikannya mereka memerlukan layanan khusus maka anak tersebut
dikatakan sebagai anak
berkebutuhan khusus. Untuk memahami lebih lanjut anak berkebutuhan khusus dalam
konteks pendidikan maka pengenalan mengenai anak berkebutuhan
khusus sangat diperlukan. Pengertian dari anak berkebutuhan khusus khusus berkembang
sejalan dengan adanya kesadaran dan kemajuan peradaban kita. Anak berkebutuhan
khusus yang dulunya disebut sebagai anak cacat.3
Menurut Hallahan dan Kauffman (dalam Agustin, 2019:72) Anak berkebutuhan
khusus (dulu di sebut sebagai anak luar biasa) di definisikan sebagai anak yang
memerlukan pendidikan dan layanan khusus untuk mengembangkan potensi kemanusiaan
mereka secara sempurna.
Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik unik yang berbeda
dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada
ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Anak yang mengalami keterbatasan atau
keluarbiasaan yang berpengaruh secara signifikan dalam proses pertumbuhan atau
perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain yang seusia dengannya. Anak
berkebutuhan khusus secara pendidikan memerlukan layanan khusus (Sumantri dalam
Ainin dan Nada, 2006:2).
Untuk kelas-kelas rendah atau di sekolah dasar, adanya anak-anak yang termasuk
anak berkebutuhan khusus sangat mungkin kita temukan di sana. Namun keberadaan anak
ini biasanya belum begitu dikenali oleh guru pengampunya. Hal ini terjadi karena guru
belum memiliki wawasan mengenai anak berkebutuhan khusus. Guru di sekolah dasar
kebanyakan baru mengetahui mengenai anak tunanetra, tunarungu, tunadaksa dan autisme
saja karena relatif mudah dikenali dan dideteksi. Biasanya yang lain belum begitu banyak
dikenali sehingga sangat mungkin memberikan perlakuan yang salah. Bagi yang telah
terbiasa bergelut atau menangani anak berkebutuhan khusus tentu telah banyak memiliki
wawasan dan kemampuan mengidentifikasi anak berkebutuhan khusus. Hal ini, tentu
sangat berbeda dengan mereka yang belum terbiasa atau bukan bidangnya sehingga
banyak memiliki keterbatasan pengetahuan dan keterampilan dalam memahami anak
berkebutuhan khusus.
Jenis anak tunadaksa ini mungkin guru sudah mampu mengenali namun sangat
mungkin guru belum sampai memahami jenis apa dan bagaimana memberikan
pelayanan yang tepat bagi peserta didik.
b) Anak Tunalaras
Anak tunalaras yaitu anak yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri
dan bertingkah laku tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan
kelompok usia maupun masyarakat pada umumnya, sehingga merugikan dirinya
maupun orang lain dan karenanya memerlukan pelayanan pendidikan khusus demi
kesejahteraan dirinya maupun lingkungannya.5
Anak tunalaras secara umum memiliki karakteristik sebagai berikut;
1) Bersikap membangkang.
Anak tunalaras ini dalam pengkajian selanjutnya sering disebut sebagai anak
dengan gangguan emosi dan perilaku. Dikatakan anak dengan gangguan emosi dan
perilaku karena lebih menitikberatkan pada faktor
penyebab dan kemungkinan tindakan untuk memberikan layanan bagi anak tersebut.
g) Anak Berbakat
Anak berbakat adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan atau inteligensi,
kreativitas tinggi, dan tanggungjawab terhadap tugas atau task commitment di atas
anak-anak seusianya atau anak normal, sehingga untuk mewujudkan potensinya
menjadi prestasi nyata, memerlukan pelayanan pendidikan khusus Sangat banyak.6
Karakteristik yang melekat pada anak berbakat antara lain:
1) Membaca pada usia lebih muda.
2) Membaca lebih cepat dan lebih banyak.
3) Memiliki perbendaharaan kata yang luas.
4) Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat.
5) Mempunyai minat yang luas.
6) Mempunyai inisiatif dan dapat berkeja sendiri.
7) Menunjukkan keaslian (orisinalitas) dalam ungkapan verbal.
8) Dapat memberikan banyak gagasan.
9) Luwes dalam berpikir.
10) Terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan.
11) Mempunyai pengamatan yang tajam.
12) Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu panjang, terutama terhadap tugas
atau bidang yang diminati.
13) Berpikir kritis, juga terhadap diri sendiri.
14) Senang mencoba hal-hal baru.
15) Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi.
16) Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan-pemecahan
masalah.
17) Cepat menangkap hubungan sebab akibat.
18) Berperilaku terarah pada tujuan.
6 Rofiah, H. N. (2015). Proses Identifikasi untuk Mengenal Anak Kesulitan Belajar Tipe Dileksia Bagi Guru Sekolah
Dasar Inklusi. Jurnal Inklusi. 2 (1), Hal : 112:115.
<
khusus. Anak berkesulitan belajar spesifik dapat berupa kesulitan belajar membaca
(disleksia), kesulitan belajar menulis (disgrafia) atau kesulitan
belajar berhitung (diskalkulia) sedangkan mata pelajaran lain mereka tidak mengalami
kesulitan yang signifikan atau berarti. Anak yang mengalami kesulitan membaca
(disleksia) maka perkembangan kemampuan membacanya terlambat, kemampuan
memahami isi bacaan rendah dan kalau membaca sering banyak salah. Anak yang
mengalami kesulitan belajar menulis (disgrafia) yaitu kalau menyalin tulisan sering
terlambat selesai, sering salah menulis huruf b dengan p, p dengan q, v dengan u, 2
dengan 5, 6
dengan 9 dan sebagainya. Hasil tulisannya jelek dan tidak terbaca, tulisannya banyak
salah/terbalik/huruf hilang, sulit menulis dengan lurus pada kertas
tak bergaris. Adapun anak yang mengalami kesulitan belajar berhitung
(diskalkulia) adalah mereka yang sulit membedakan tanda-tanda: +, -, x, :, >,
<, =, sulit mengoperasikan hitungan/bilangan, sering salah membilang dengan
urut, sering salah membedakan angka 9 dengan 6; 17 dengan 71, 2 dengan 5, 3
dengan 8, dan sebagainya, dan sulit membedakan bangun- bangun geometri.
5
2) Memerlukan uratan belajar yang sistimatis yaitu dari pemahaman yang konkrit
ke yang abstrak.
3) Menggunakan berbagai media pembelajaran yang sesuai dengan
hambatannya.
4) Pembelajaran sesuai dengan urutan dan tingkatan pemahaman anak
5) Pembelajaran remedial.
c) Polio
1) Tipe spinal, kelumpuhan pada otot-otot leher, sekat dada, tangan dan
kaki.
2) Tipe bulbair, kelumpuhan fungsi motorik pada satu atau lebih saraf tepi
yang menyebabkan adanya gangguan pernafasan.
3) Tipe bulbispinalis, gangguan antara tipe spinal dan bulbair.
4) Encephalitis, yang umumnya ditandai dengan adanya demam,
kesadaran menurun, tremor, dan kadang-kadang kejang.
a. Berdasarkan perilakunya
1) Beresiko tinggi ; hiperaktif suka berkelahi, memukul, menyerang, merusak
milik sendiri atau orang lain, melawan, sulit berkonsentrasi, tidak mau bekerja
sama, sok aksi, ingin menguasai orang lain, mengancam, berbohong, tidak
bisa diam, tidak dapat dipercaya, suka mencuri, mengejek, dan sebagainya.
2) Beresiko rendah ; autism, khawatir, cemas, ketakutan, merasa tertekan, tidak
mau bergaul, menarik diri, kurang percaya diri, bimbang, sering menangis,
malu, dan sebagainya.
47
b. Berdasarkan kepribadian
1) Kekacauan perilaku
2) Menarik diri(withdrawll)
3) Ketidakmatangan(immaturity) 4)
Agresi social
yang mencakup rentangan 10 persen di bawah yang satu persen itu disebut
moderately gifted . Mereka semua memiliki talen akademik (academic talented) atau
keberbakatan intelektual .
Beberapa kalsifikasi yang menonjol dari anak-anak berbakat umumnya hanya
dilihat dari tigkat inteligensinya ,berdasarkan standar Stanford Binet , yang meliputi :
1) Kategori rata-rata tinggi ,dengan tingkat kapasitas intelktual (IQ) : 110- 119
2) Kategori superior , dengan tingkat kapasitas intelektual (IQ) : 120-139
49
dilakukan berdasar pada tingkat usia dan juga jenis kesulitannya, yaitu:
a. Kesulitan Belajar Perkembangan
Pengelompokkan kesulitan belajar pada anak usia di bawah 5 tahun
(balita) adalah kesulitan belajar perkembangan ,hal ini dikarenakan anak balita
belum belajar secara akademis ,tetapi belajar dalam proses kematangan prasyarat
akademis ,seperti kematangan persepsi νisual- audiotory,wicara,daya
diferensiasi,kemampuan sensory-motor dsb.
Anak-anak usia sekolah yaitu usia di atas 6 tahun masuk dalam kelompok
kesulitan belajar akademik anak-anak ini mengalami kesulitan
bidang akademik di sekolah yang sangat spesifik yaitu kesulitan dalam satu
jenis/bidang akademik seperti berhitung/matematika (diskalkulia), kesulitan
membaca (disleksia), kesulitan menulis (disgraphia), kesulitan bebahasa
(dysphasia), kesulitan tidak terampil (dispraksia), dsb .
4>
Ada klasifikasi lain yang berdasarkan jenis gangguan atau kesulitan yang
dialami anak yaitu:
1) Dispraksia: merupakan gangguan pada keterampilan motorik, anak
terlihat kurang terampil dalam melakukan aktivitas motorik. Seperti sering
menjatuhkan benda yang di pegang, sering memecahkan gelas
kalau minum.
2) Disgraphia: kesulitan dalam menulis ada yang memang karena gangguan pada
motoris sehingga tulisannya sulit untuk dibaca orang lain, ada yang sangat lambat
aktivitas motoriknya, dan juga adanya hambatan pada ideo motorik sehingga
sering salah atau tidak sesuai apa yang dikatakan dengan yang ditulis .
3) Diskalkulia: adalah kesulitan dalam berhitung dan matematika hal ini
A. Kesimpulan
Anak dengan kebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang secara signifikan
(bermakna) mengalami kelainan/penyimpangan (phisik, mental-intelektual, social, emosional)
dalam proses pertumbuhan/ perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya
sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Ada banyak klasifikasi anak
berkebutuhan khusus, mencakup anak-anak yang kelainan fisik, mental emosional, maupun
masalah akademik. Dan setiap anak yang memilki keterbelakangan memiliki karakteristik
yang berbeda dengan anak yang normal. Setiap anak yang berkebutuhan khusus memiliki
karakteristik masing-
16
DAFTAR PUSTAKA
Rofiah, H. N. (2015). Proses Identifikasi untuk Mengenal Anak Kesulitan Belajar Tipe
Dileksia Bagi Guru Sekolah Dasar Inklusi. Jurnal Inklusi. 2 (1), Hal :
112:115.
Suparno, (2008). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta:Dirjen DIKTI
12