Anda di halaman 1dari 17

(Printed) ISSN 2598-3202

(Online) ISSN 2599-316X

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PROSES PEMBELAJARAN


DI SEKOLAH DASAR

Diani Febriasari1, Wenny Wijayanti2

Email: diani_febriasari@yahoo.com

Universitas Katolik Widya Mandala Madiun

Abstrak
Di dalam lingkungan sekolah, siswa harusnya lebih bisa mengendalikan tuturan mereka.Hal ini terjadi karena di lingkungan
sekolah adalah tempat mereka menuntut ilmu dan membentuk karakter. Akan tetapi pada kenyataannya dalam proses
pengajaran masih ditemukan beberapa siswa yang menggunakan bahasa tidak santun kepada teman bahkan kepada guru.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bentuk pematuhan dan pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa pada siswa
kelas V Sekolah Dasar.Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Data penelitian berupa dialog maupun
konversasi siswa dengan temannya dan siswa dengan guru. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode
observasi, teknik rekam, dan wawancara. Dari hasil penelitian ditemukan adanya tuturan siswa yang mematuhi maksim
kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim penghargaan, maksim kesederhanaan, maksim permufakatan, dan maksim
kesimpatisan. Akan tetapi adapula tuturan siswa yang melanggar maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim
penghargaan, maksim kesederhanaan, maksim permufakatan, dan maksim kesimpatisan.

kata kunci: kesantunan berbahasa, pembelajaran

Abstract
In the school environment, students should be able to have better control of their speech. This happens because school
environment is the place where they study and form the characters. However, the reality in teaching process, there are still
some students who use impolite language to friends even to the teachers. The research aims to describe the forms of
compliance and violation politenessprinciples at fifth grade students of Elementary School.This study employs descriptive
qualitative approach. The data of the research are dialogues and conversations among the students and students with
teachers.The data collecting technique of this research are observation, recording and interview.The findings of this study
showed that there were students’ utterances that complytact maxim,generosity maxim, approbation maxim, modesty maxim,
and sympathymaxim. However, there were also students’ utterances that violates tact maxim,generosity maxim,
approbation maxim, modesty maxim, and sympathymaxim.

keywords: language politeness, learning

PENDAHULUAN Semakin berkembangnya


budaya, semakin banyak anak-anak
Manusia menggunakan yang kurang santun dalam bertutur
bahasa untuk berinteraksi dan sehingga dapat menyinggung
bersosialisasi denganharapan terjadi perasaan mitra tutur.Anak yang
keharmonisan dalam masyarakat. kurang mendapat perhatian dalam
Akan tetapi penggunaan bahasa ini bertutur dari orang tua dan guru akan
tidak semudah yang dibayangkan. menjadi momok dalam lingkungan
Hal ini terjadi karena dalam masyarakat. Hal ini terjadi karena
berkomunikasi harus memperhatikan apabila orang tua memberikan
mitra tutur dan situasi tuturan agar contoh yang kurang baik dalam
tujuan dari komunikasi dapat bertutur, anak pun akan
tersampaikan dengan baik. menirukannya (Kusno, 2014:
Masyarakat harus memperhatikan 13).Dalam permasalahan ini orang
sopan santun dalam berbicara jangan tua dan guru merupakan faktor utama
sampai mengeluarkan kata-kata yang dalam pembentukan kesopanan
menyinggung perasaan atau berbahasa pada anak.Maka dari itu,
kehormatan orang lain (Dwijawijaya, orang tua dan guru diharapkan bisa
1974: 80). menjadi pembimbing dan panutan
140 | Jurnal Kredo
Vol. 2 No. 1 Oktober 2018
anak untuk belajar bahasa dengan (kemudian disusul
baik. dengan beberapa siswa lain
Dengan maraknya bahasa yang ikut
gaul di masyarakat, anak mempunyai Memberikan
penilaian bahwa dengan dukungan)
menggunakan bahasa tersebut ia Siswa : “iya bu, Ibu harus
dapat diterima oleh teman-temannya jelasin lagi, kami kan gak
dan telah mengikuti trend di paham”
lingkungannya. Hal ini
mengakibatkan lunturnya Dari data yang dipaparkan
penggunaan bahasa Indonesia dalam tuturan tersebut terlihat ada
dengan baik dan benar oleh anak prinsip kesopanan yang dilanggar.
terutama saat berkomunikasi secara Selain itu, terdapat juga
formal seperti di dalam kelas.Di ketidaksantunan yang diperlihatkan
dalam lingkungan sekolah, siswa siswa melalui penggunaan tuturan
harusnya lebih bisa mengendalikan langsung yang berupa penolakan.
tuturan mereka. Hal ini terjadi karena Seperti terlihat pada tuturan tersebut
di lingkungan sekolah adalah tempat yang konteksnya adalah guru baru
mereka menuntut ilmu dan selesai memaparkan materi
membentuk karakter. Akan tetapi pelajaran, lalu guru menanyakan
pada kenyataannya dalam proses mengenai pemahaman siswa terkait
pengajaran masih ditemukan materi yang baru saja dipaparkannya.
beberapa siswa yang menggunakan Dalam bahasa Indonesia ucapan
bahasa tidak santun kepada teman tidak santun terlihat dari pemakaian
bahkan kepada guru. Penggunaan kaidah bahasa yang tidak tepat, yaitu
bahasa tidak santun pada siswa ucapan tidak baku dalam bahasa
terlihat dari tuturan, seperti dudul Indonesia. Contoh pemakaian
(bodoh), lambreta (lambat), lola bahasa Indonesia yang tidak baku,
(mikir lama), serta mengucapkan yaitu kata “ngumpetin” seharusnya
berbagai jenis nama binatang dengan “menyembunyikan”, “biarin”
nada tinggi dan tidak sesuai dengan seharusnya “biarkan”, “makasih”
konteks seperti “jangkrik, pitik, asu, seharusnya “terima kasih”, “gak”
dan sebagainya. seharusnya “tidak” , “maap”
seharusnya “maaf”, “udah”
Dalam penelitiannya, Nuryani seharusnya “sudah” dan lain-lain.
menerangkan adanya pelanggaran Dari latar belakang tersebut,
kesantunan berbahasa dalam proses peneliti tertarik untuk melakukan
belajar mengajar seperti contoh penelitian tentang Kesantunan
tuturan berikut. Berbahasa dalam Proses
Pembelajaran di Sekolah Dasaryang
Siswa : “Belum paham bertujuan untukmengetahui bentuk
semuanya bu” pematuhan dan pelanggaran terhadap
(salah seorang siswa prinsip-prinsip kesantunan berbahasa
kemudian melanjutkan) pada siswa kelas V Sekolah Dasar.
Siswa : “Ibu jelasin lagi
dong!”

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PROSES PEMBELAJARAN | 141


DI SEKOLAH DASAR
Diani Febriasari1, Wenny Wijayanti2
KAJIAN TEORI atau pepatah yang memiliki nasihat
yang harus ditaati agar penutur
Hakikat Tindak Tutur dalam bertutur memenuhi prinsip-
Tindak tutur atau dalam prinsip kesantunan.Prinsip-prinsip
istilah Inggris speech act merupakan kesantunan beserta maksimnya
aktivitas mengujarkan atau diuraikan sebagai berikut.
menuturkan tuturan dengan maksud
tertentu (Rustono, 1999:33). Maksim Kebijaksanaan (Tact
Menurutnya tindak tutur merupakan Maxim)
entitas yang bersifat sentral dalam Pemikiran utama maksim
pragmatik.Maka dari itu, tindak tutur kebijaksanaan/tact maximdalam
menjadi hal yang penting dan prinsipkesantunan yaitu peserta
berperan dalam analisis topik petuturan sebaiknya berpegang
pragmatik seperti terhadap prinsip agar meminimalkan
perikutan,implikatur percakapan, keuntungan bagi diri sendiri
praanggapan, prinsip kerja sama, dan sertamemperbanyak keuntungan
prinsip kesantunan. Menurutnya pihak lain saat berkomunikasi.
rasionalitas munculnya istilah tindak Apabila dalam bertutur orang
tutur yang didasarkan pendapat berpegang teguh pada maksim
Purwo (1990) adalah di dalam kebijaksanaan, ia akan dapat
mengucapkan ekspresi, pembicara menghindarkan sikap dengki, iri hati,
tidak semata-mata mengatakan dan sikap-sikap lain yang kurang
sesuatu dengan mengucapkan santun terhadap mitra tutur (Rahardi,
ekspresi itu. Dalam pengucapan 2005: 60).
ekspresi itu ia juga menindakkan
sesuatu.Hal penting yang perlu Maksim Kedermawanan
disebutkan sehubungan dengan (Generosity Maxim)
pengertian tindak tutur itu adalah Dengan maksim
ujaran (berapapunjumlahnya) kedermawaanatau kemurahan hati,
bisadikelompokkan dalam lima peserta pertuturan dihimbauuntuk
kategori, yakni representative, menghormati sesama. Penghormatan
direktif, ekspresif, komisif, dan terhadap orang lain akan terjadi
deklaratif (Searle, 1975). apabila orang dapat mengurangi
keuntungan bagi dirinya sendiri dan
Kesantunan Berbahasa memaksimalkan keuntungan bagi
Kesantunan berbahasa dalam pihak lain (Rahardi, 2005: 61).
tuturan pada hakikatnya tergantung
pada tiga kaidah yang seharusnya Maksim Penghargaan
ditaati.Menurut Chaer (2010: 10) (Approbation Maxim)
kaidah tersebut terdiri dari Di dalam maksim
formalitas, ketidaktegasan, dan penghargaan/approbation maxim
kesekawanan atau kesamaan. dipaparkan jika seseorang dikatakan
Kesantunan berbahasa pada santun bila saat berbicara berusaha
tuturan juga dipengaruhi bidal- untuk memberi penghargaan kepada
bidal.Menurut Leech (dalam rekan bicara. Penutur dan mitra tutur
Rustono, 1999:70-77) prinsip yang saling mencaci pada saat
kesantunan didasarkan pada kaidah- berkomunikasi dapat digolongkan
kaidah.Kaidah tersebut adalah bidal sebagai manusia yang tidak baik
142 | Jurnal Kredo
Vol. 2 No. 1 Oktober 2018
maka perbuatan itu harus dihindari Indikator Kesantunan dalam
dalam pergaulan sesungguhnya Topik Pertemuan Resmi Proses
(Rahardi, 2005: 62-63). Belajar Mengajar
Indikator kesantunan dalam
Maksim Kesederhanaan (Modesty proses belajar mengajar digolongkan
Maxim) menjadi empat katagori, yaitu sangat
Di dalam maksim santun, santun, tidak santun, dan
kesederhanaan/modesty maxim, sangat tidak santun. Dalam kegiatan
peserta tutur dihimbau untuk bertanya atau konfirmasi tentang
memiliki sikap rendah hati. sesuatu penutur dikategorikan santun
Kerendahhatian ini dilakukan dengan apabila memakai kata “mohon maaf”
mengurangi pujian kepada diri dan tidak berprasangka buruk kepada
sendiri. Orang dikategorikan lawan tutur. Dikatakan tidak santun
congkak hati atau sombong bila apabila penutur dalam bertutur
dalam berbicara sering memuji diri menuduh apalagi melakukan fitnah
sendiri. Dalam masyarakat bahasa kepada lawan tutur.
dan budaya Indonesia, Ketika seseorang menolak
kesederhanaan dan kerendahan hati terhadap sesuatu sebaiknya tuturan
banyak digunakan sebagai parameter disampaikan dengan tulus dan jujur
penilaian kesantunan seseorang. sehingga tuturan penutur dapat
(Rahardi, 2005: 64). dikategorikan sebagai tuturan yang
sangat santun. Sedangkan apabila
Maksim Permufakatan (Agreement penutur menolak dengan kebohongan
Maxim) dan nada kasar maka tuturan tersebut
Dalam maksim dikatakan sangat tidak santun.
permufakatan/agreement maxim ini Dalam mengomentari
diharapkan supaya peserta tutur bisa pendapat atau mengkritik karya
membina kemufakatan saat pihak lain sebaiknya dilakukan
berbicara. Di dalam masyarakat tutur dengan sangat santun dengan
Jawa, orang tidak diperbolehkan menggunakan kata “maaf”, tidak
memenggal atau bahkan membantah berpikir buruk dan menyinggung hati
secara langsung apa yang dituturkan pihak lain, serta memberi masukkan
oleh pihak lain (Rahardi, 2005: 64). dengan pilihan kata yang baik. Jika
penutur memberikan saran dengan
Maksim Kesimpatisan (Sympath langsung menggunakan bahasa kasar
Maxim) dan menjelekkan pihak lain di depan
Pada maksim umum maka penutur dianggap sangat
kesimpatisan/sympath maxim, tidak santun.
menghimbau kepada peserta tutur Penutur dikatakan sangat
agar memaksimalkan sikap simpati santun dalam mengajukan pendapat
antar manusia dalam berbicara. bila memakai kata “terima kasih”,
Orang yang bersikap sinis terhadap menghormati orang lain, tidak
pihak lain, akan dianggap sebagai congkak, dan tidak merendahkan
orang yang tidak tahu sopan santun argumen pihak lain. Bila dalam
di dalam masyarakat (Rahardi, 2005: berpendapat penutur terlihat arogan,
65). congkak, dan superior maka ia akan
terlihat sangat tidak santun.

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PROSES PEMBELAJARAN | 143


DI SEKOLAH DASAR
Diani Febriasari1, Wenny Wijayanti2
Jika menegur peserta didik, didapat pada awal sampai akhir
penutur yang sangat santun akan penelitian.
mengatakan “maaf”, memilih kata
yang sesuai, dan tahu tentang nasihat HASIL DAN PEMBAHASAN
yang mendidik. Berbeda dengan
penutur yang sangat tidak santun, ia Berdasarkan hasil analisis
akan menasihati menggunakan suara terhadap tuturan dalam lima rekaman
keras, memilih kata kasar, serta video pembelajaran di kelas terdapat
menjelekkan pihak lain di depan tuturan-tuturan yang mematuhi dan
orang banyak ketika menegur peserta melanggar prinsip kesantunan
didik. (Diadaptasi dari penelitian berbahasa. Pematuhan kesantunan
Zamzani et al, 2011) berbahasa dalam proses
pembelajaran di Sekolah Dasar
METODE PENELITIAN meliputi pematuhan maksim
kebijaksanaan, maksim
Penelitian ini menggunakan kedermawanan, maksim
desain penelitian deskriptif kualitatif penghargaan, maksim
untuk menemukan pelanggaran kesederhanaan, maksim
prinsip kesantunan berbahasa pada permufakatan, dan maksim
siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri kesimpatisan. Dalam rekaman video
di Kota Madiun. Data terdiri dari 5 tersebut juga ditemukan tuturan
rekaman video pembelajaran di yang melanggar prinsip kesantunan
kelas.Pengumpulan data berbahasa. Pelanggaran tersebut
dilaksanakan dengan metode terdiri dari pelanggaran maksim
observasi, teknikrekam, dan kebijaksanaan, maksim
wawancara. kedermawanan, maksim
Tahapan yang peneliti penghargaan, maksim
lakukan pada teknik ini adalah (1) kesederhanaan, maksim
Pengumpulan data, yaitu permufakatan, dan maksim
mengumpulkan tuturan siswa dengan kesimpatisan. Berikut bentuk
guru serta tuturan antarsiswa. Data pematuhan dan pelanggaran prinsip
dikumpulkan dengan merekam kesantunan berbahasa dalam proses
tuturan-tuturan di dalam kelas dan pembelajaran di Sekolah Dasar.
mencatat sesuatu yang dianggap
penting untuk mendukung data; (2) 1. Pematuhan Kesantunan
Reduksi data dilakukan dengan cara Berbahasa dalam Proses
memilih data penting lalu Pembelajaran di Sekolah
menyingkirkan yang tidak tidak. Dasar
Hasil video rekaman tuturan siswa a. Pematuhan Maksim
dengan guru serta tuturan antarsiswa Kebijaksanaan
tersebut dipilih sesuai dengan fokus Pematuhan terhadap maksim
penelitian kemudian dihubungkan kebijaksanaan dalam situasi formal
dengan pendidikan orang tua; (3) sering dijumpai.Hal tersebut dapat
Penyajian data, yaitu dilihat pada kutipan berikut.
mengklasifikasikan data sejenis; (4) 1) Guru :
Penarikan simpulan, yaitu membuat Berikutnya yang
simpulan dari semua data yang sudah romawi II.
AWA : 5 Bu.
144 | Jurnal Kredo
Vol. 2 No. 1 Oktober 2018
Konteks: Guru dan siswa agar semua teman-
sedang membahas soal. temannya tidak bingung.
AWA meluruskan
pernyataan guru yang Data tuturan (1), (2), dan (3)
seharusnya dibahasa mencerminkan kesantunan yang
setelah nomor empat mendasarkan pada maksim
adalah nomor lima. kebijaksanaan. Hal ini terjadi karena
mitra tutur memaksimalkan
2) Guru keuntungan bagi guru dan siswa
: Nomor 9. yang lain agar tidak salah membahas
Semua siswa : (Diam) soal.
Guru : Nomor 9 4) AV : Sa…. Sa….
siapa? nyileh
DHW : Nomor 11 stipo Sa….
Bu. Oleh?
Konteks: Penutur (Guru) Konteks: Siswa AV hendak
dan semua siswa sedang meminjam tipe-x ke
membahas soal. Guru temannya.
menyuruh siswa yang
bertugas menjawab Data tuturan tersebut
pertanyaan nomor 9 untuk menunjukkan bahwa AV telah
segera menjawab. Akan memenuhi kesantunan berbahasa
tetapi semua siswa diam maksim keijaksanaan karena pada
karena binggung, lalu tuturan tersebut siswa AV berusaha
DHWmeluruskan meminta izin dengan mengucapkan
pernyataan guru yang kata “oleh?” yang menunjukkan
seharusnya dibahas permintaan persetujuan dari pemilik
adalah nomor 11 agar barang (tipe-x).
semua teman-temannya
tidak bingung. 5) BRN
: Ini lho
3) Penutur Konteks: memberikan
: Nomor 4. pentunjuk kepada temannya
Semua siswa : (Diam)
AS : Nomor 2 Tuturan tersebut mematuhi
Bu. prinsip kesantunan berbahasa
Konteks: Guru dan siswa maksim kebijaksanaan. Hal tersebut
sedang membahas soal. karena pada tuturan tersebut BRN
Guru menyuruh siswa berusaha untuk memberikan
yang bertugas menjawab keuntungan pada pihak lain dengan
soal nomor 4 untuk segera memberikan petunjuk akan apa yang
menjawab. Akan tetapi dilakukannya.
semua siswa diam karena
bingung, lalu b. Pematuhan Maksim
ASmeluruskan pernyataan Permufakatan
guru yang seharusnya Maksim permufakatan juga
dibahas adalah nomor 2 dipatuhi dalam tuturan berikut.

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PROSES PEMBELAJARAN | 145


DI SEKOLAH DASAR
Diani Febriasari1, Wenny Wijayanti2
6) DAKP : Jika contoh cara menghargai
bermain orang lain.

Bola…agar… Data (7) menaati kesantunan


piye yo? berdasarkan pada maksim
Siswa : Jika permufakatan terlihat ketika RDK
bermain menguatkan pernyataan guru untuk
bola dapat menghargai orang lain.
sebaiknya
berhati- 8) ALNA : Ini lho udah
hati.
DAKP : Lha ngono Tuturan tersebut merupakan
lho. tuturan yang menerapkan maksim
Konteks: Siswa saling permufakatan. Ini terjadi karena pada
berdiskusi mengerjakan tuturan (8) siswa ALNA memberikan
tugas. kesepahamannya bahwa apa yang
telah dikerjakan memang telah
Tuturan tersebut dipandang selesai.
sebagai tuturan yang santun karena
memenuhi maksim 9) CEJ : Selesai…
permufakatan.Dalam tuturan tersebut sudah
telah mengusahakan kesepakatan Pak..Pak!
antara penutur (DAKP) dan mitra Konteks: Pada saat guru
tutur (teman DAKP) yang dapat menanyakan apakah
dilihat dari tuturan “Lha ngono pekerjaan yang dilakukannya
lho.”Tuturan ini merupakan bentuk telah selesai dilakukan.
kesepakatan yang diungkapkan
antara penutur dan mitra tutur. Tuturan tersebut merupakan
tuturan yang mematuhi maksim
7) Guru : Kalau permufakatan. Hal tersebut karena
temanmu pada tuturan itu CEJ ingin
memiliki menyepakati apa yang dikehendaki
kelebihan, oleh guru bahwa tugas yang
kamu juga dikerjakan telah selesai dilakukan.
harus bisa
menghargai, c. Pematuhan Maksim
memuji. Kesimpatian
RDK : Bu… Bu… Maksim kesimpatian juga
Bu… terdapat dalam proses pembelajaran.
tidak Hal ini terlihat dalam kutipan
mencontoh berikut.
dan
mencemooh 10) Guru : Yang kedua
kebudayaan sudah
orang menemukan?
lain. Hayo
Konteks: Guru dan siswa siapa?
membahas dan memberi RRC : Wulan Bu
146 | Jurnal Kredo
Vol. 2 No. 1 Oktober 2018
FJ : Wulan Bu 12) DAKP : Dinilaikan
Guru : O… Wulan. nggak
Oiya Bu?
Wulan dulu. Guru : Dinilaikan.
Konteks: Guru menyuruh TVAB : Tinggal satu
siswa mengerjakan soal di Bu.
papan tulis. Ketika Wulan MYFM : Tinggal satu
sudah di depan, guru tidak Bu.
melihat dan tetap Konteks: Ketika proses
menawarkan kepada siswa mengerjakan tugas.
lain untuk maju. Akhirnya
RRC dan FJ memberitahu Data tuturan (12) juga
kepada guru kalau sudah mencerminkan pematuhan maksim
ada yang maju kesimpatisan karena DAKP, TVAB,
mengerjakan soal, yaitu dan MYFM memperlihatkan sikap
Wulan. simpati mereka terhadap tugas yang
diberikan guru.
Pada data (10)
memperlihatkan kesantunan yang 13) ADS : Bu, satu
mendasarkan pada maksim nomor satu
kesimpatisan karena RRC dan FJ tanggapan?
memberikan simpati kepada Wulan Guru : Bagaimana
yang sedang mengerjakan tugas di teman-
depan kelas ketika Guru tidak tau teman?
kalau Wulan sudah menyawab Konteks: Ketika proses
pertanyaan di depan. mengerjakan tugas.

11) Guru : Sudah Tuturan ADS


selesai? memperlihatkan kesimpatiannya
DAKP : Kurang dua dalam mengerjakan tugas. Hal ini
Bu! terlihat ketika ADS bersemangat
ARP : Kurang tiga mengerjakan tugas dan bertanya
Bu! ketika ia tidak tahu.
Konteks: Guru
menanyakan tentang d. Pematuhan Maksim
keselesaian tugas siswa. Kedermawanan
14) AHCB : Buku kuwi
Tuturan DAKP dan ARP lho.
dianggap sebagai tuturan yang Konteks: Ahnaf menunjukkan
santun. Hal ini terjadi karena mereka sebuah buku kepada
memperlihatkan kesimpatisannya temannya.
dalam mengerjakan tugas yang
diberikan guru.Kesimpatisan mereka Tuturan AHCB tersebut
juga terlihat ketika guru menanyakan dikategorikan santun sebab
tentang keselesaian tugas, meskipun memenuhi prinsip kesantunan Leech,
mereka belum selesai mengerjakan yakni maksim kedermawanan. Hal
tugas tetapi mereka tetap bersimpati ini terjadi karena AHCB
untuk menjawab pertanyaan guru. memberikan keuntungan dengan
KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PROSES PEMBELAJARAN | 147
DI SEKOLAH DASAR
Diani Febriasari1, Wenny Wijayanti2
menunjukkan sebuah buku kepada dilihat pada kata “suwun” yang
temannya. bermakna terima kasih karena telah
diberikan pinjaman penghapus. Hal
15) GH : Nomer 7 ki itu tentu merupakan suatu bentuk
piye? Iki penghormatan atau penghargaan
aku nulis kepada pihak lain. Maka tuturan (17)
puisi? merupakan tuturan yang sudah
Konteks: bertanya pada mematuhi prinsip kesantunan
teman yang lainnya berbahasa.

Tuturan yang dilakukan oleh e. Pematuhan Maksim


GH adalah tuturan yang mematuhi Penghargaan
maksim kedermawanan. Ini terjadi 18) KLF : Amit ya.
karena GH berusaha untuk Konteks: Keisha melewati
menghormati atau menghargai orang beberapa teman yang
lain (temannya) dengan mengajukan menggambar di depan.
pertanyaan akan apa yang harus dia
lakukan. Tentu hal tersebut Tuturan yang disampaikan
merupakan bentuk sebuah KLF tersebut mematuhi maksim
penghargaan bagi orang lain, penghargaan karena ia memberikan
sehingga tuturan tersebut merupakan penghormatan kepada temannya
tuturan yang mencerminkan ketika ia berjalan melewati temannya
kesantunan berbahasa. dengan mengucapkan kata “amit”
yang bermakna “permisi”.
16) ALNA : Ki lho neng
kene! 2. Pelanggaran Kesantunan
Konteks: Memberikan Berbahasa dalam Komunikasi
jawaban atas pertanyaan Formal Ditinjau dari
yang diberikan oleh mitra Pengaruh Pendidikan Orang
tutur. Tua
a. Pelanggaran Maksim
Tuturan yang terjadi di atas Kebijaksanaan
adalah tuturan yang mematuhi Dalam lingkup formal
maksim kedermawanan. Ini terjadi ternyata peneliti juga menemukan
karena ALNA lebih memberikan banyak pelanggaran terhadap
keuntungan pada pihak lain dengan maksim kebijaksanaan seperti
memberikan informasi yang berikut.
dibutuhkan oleh orang lain tersebut.
19) ALNA : Awakmu
17) YAC : Suwun sing nulis!
Konteks: Mengucapkan Konteks: Siswa ALNA
terima kasih karena telah menyuruh temannya untuk
dipinjami pengahpus oleh menulis hasil diskusi
temannya. mereka.

Tuturan (17) termasuk Tuturan ALNA tersebut


tuturan yang mematuhi maksim merupakan tuturan yang melanggar
kedermawanan. Hal tersebut dapat maksim kebijaksanaan.Hal tersebut
148 | Jurnal Kredo
Vol. 2 No. 1 Oktober 2018
karena pada tuturan tersebut siswa orang lain dengan menertawakan
ALNA tidak memberikan nama orang lain.
keuntungan bagi temannya karena
menyuruh temannya untuk menulis b. Pelanggaran Maksim
hasil diskusi dan beban tersebut tidak Kedermawanan
diambilnya sendiri yaitu dengan 23) Guru : Cari sepuluh
bersedia menulis hasil diskusi persoalan
kelompok. yang ada
di dalam
20) YDS : Tak jiplak kelas
gambare! secara
Konteks: Siswa mendapat berkelompok!
tugas menggambar. Siswa : Ayo cah
papat
Tuturan YDS tersebut Siswa : Sing mikir
melanggar maksim kebijaksanaan. sopo?
Hal ini terjadi karena ketika guru Guru : Hayo gak
memberi tugas menggambar, ia usah
membuat keuntungan sebesar ngomong ae
mungkin kepada dirinya. tapi
Keuntungan tersebut ia lakukan ndang ngarap
dengan mempermudah pekerjaannya, tugas!
yaitu dengan menjiplak gambar. ARP : Lha aku?
Konteks: guru meminta
21) JFH : Tidak tahu! siswa mengerjakan tugas
Konteks: Menyela ketika secara berkelompok. Akan
penutur berbicara tetapi ARP protes kepada
teman dekatnya karena ia
Tuturan tersebut telah tidak mendapat kelompok
melanggar kesantunan berbahasa bersama mereka.
maksim kebijaksanaan. Hal tersebut
karena dalam tuturan, JFH menyela Cara bertutur ARP
pembicaraan orang lain dengan berlawanan dengan maksim
mengatakan ”Tidak tahu”. kedermawanan. Hal tersebut karena
Seharusnya dalam tuturan tersebut ARP menginginkan dirinya untuk
JFH mendengarkan terlebih dahulu mendapatkan kelompok
apa yang disampaian penutur tanpa (menguntungkan dirinya) yang
menyela. seharusnya seharusnya ia bermurah
hati untuk pindah ke kelompok lain
22) JFH : sehingga ia dapat mengurangi
Ani…Ani…Ani. keuntungan bagi dirinya.
Konteks: Menertawakan
nama “Ani” 24) Siswa : Bolpenku
mengko
JFH terlihat melanggar tambah ilang.
maksim kebijaksanaan karena ia ARP : Aku sik
tidak menghormati/menghargai Ju…. Aku

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PROSES PEMBELAJARAN | 149


DI SEKOLAH DASAR
Diani Febriasari1, Wenny Wijayanti2
sik…. 27) MCM : Itu tok? Itu
Sumpah! tok?
Konteks: Berebut bolpoin. Konteks: MCM menanyakan
secara terus menerus
Dari ucapan ARP, terlihat mengenai jawaban yang
kalau ARP ingin memperbanyak diberikan oleh temannya.
keuntungannya. Hal ini dilakukannya
dengan cara berusaha merebut Tuturan tersebut telah
bolpoin untuk mengerjakan tugas. melanggar prinsip kesantunan
Pada tuturan tersebut telah terjadi berbahasa maksim
pelanggaran kesantunan berbahasa kedermawanan.Hal tersebut karena
yaitu pelanggaran maksim dalam tuturan tersebut MCM tidak
kedermawanan. berusaha menghormati penutur
dengan menanyakan secara berulang
25) JFH : Tidak tahu mengenai jawaban yang diberikan.
Konteks: JFH menyela
pembicaraan guru 28) MVA : Uwis?
Konteks: Bertanya pada
Tuturan tersebut melanggar mitra tutur apakah
maksim kedermawanan karena pekerjaannya telah selesai
peserta pertuturan (JFH) tidak
memberikan pernghormatan kepada Tuturan MVA melanggar
orang lain/penutur dengan menyela maksim kedermawanan. Hal tersebut
tuturan penutur.Seharusnya ketika terlihat pada ucapan MVA yang
menjadi mitra tutur, JFH harus tidak menghormati mitra tuturnya
menghormati penuturnya dengan dengan pilihan kata yang digunakan
tidak menyela pembicaraan penutur. yaitu dengan bahasa jawa ngoko
“uwis”.
26) YAP : Rana go….
Aja ning c. Pelanggaran Maksim
kene! Penghargaan
Konteks: YAP mengusir 29) MMS : Awas kowe,
temannya yang sedang kowe
duduk mengerjakan tugas engko nek
karena ia mau maju ke njupuk
depan. kualat.
Konteks: MMS menuduh
Tuturan YAP tersebut temannya menggambil
dianggap tidak santun yaitu barangnya.
melanggar maksim
kedermawanan.Dalam tuturan MMS melanggar maksim
tersebut YAP tidak menunjukkan Leech dalam menyampaikan
penghormatan kepada mitra tutur tuturannya.Ia melanggar maksim
dengan memaksimalkan keuntungan penghargaan karena menuduh
pada diri sendiri dengan mengusir temannya mengambil barangnya.
mitra tuturnya untuk pindah tempat. Secara tidak langsung ia
merendahkan orang lain di depan

150 | Jurnal Kredo


Vol. 2 No. 1 Oktober 2018
umum sehingga dapat dikatakan Konteks: Guru
kalau Mahen tidak santun. menerangkan tentang cara
menghormati orang lain.
30) Guru : Mau masuk
mas? Keempat siswa tersebut telah
Kelasnya melanggar maksim penghargaan
mana? karena dalam tuturan tersebut
Mau masuk tampak bahwa mereka
sini? Iya mengejek/merendahkan salah satu
mau masuk teman mereka.Tuturan tersebut
sini? terlihat merendahkan dan
AHCB : Masuk memojokkan temannya sehingga
konoooooh! dapat dikatakan sangat tidak santun.
Konteks: Guru bertanya
kepada anak-anak yang 32) Guru : Hayo siapa
ada di luar yang sedang yang
melihat kelas 5. Dengan selalu
suara keras dan mengejek, begitu?
AHCB menyuruh mereka BAS : Lha iki
masuk. malah, Deva.
Konteks: Guru
Tuturan AHCB tersebut menerangkan tentang cara
dianggap tidak santun karena menghormati orang lain.
melanggar maksim penghargaan.Dia
menyela obrolan guru dan anak-anak Dalam tuturan tersebut BAS
di luar kelas dengan mengatakan juga melanggar maksim penghargaan
“Masuk konooooh”.AHCB karena ikut mengejek dan
seharusnya menghargai keputusan memojokkan Deva dengan kata-kata
guru, bukannya malah mengejek dan yang keras.
menyuruh anak-anak tersebut masuk
ke kelas. 33) Guru : Selain yang
kamu
31) Guru : Sudah tahu sampaikan
mengolok- tadi.
olok itu Coba cari
tidak baik, persoalan
tetapi yang betul-
masih selalu betul
dilakukan. terjadi di
Siapa yang dalam
sering kelas. Coba
melakukan? yang
FINF : Deva! pertama tadi
YAP : Deva! apa?
RNPA : Deva! Siswa : Kelas ramai,
DEA : Deva! main
bola di dalam
kelas,
KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PROSES PEMBELAJARAN | 151
DI SEKOLAH DASAR
Diani Febriasari1, Wenny Wijayanti2
suka 35) FINF : Caca
mengotori pacaran!
kelas, suka Konteks: Ketika
mengolok- mengerjakan tugas, tiba-
olok tiba FINF menyeletuk dan
teman. memojokkan temannya.
Guru : Yang lain?
MYFM : Seneng Cara bertutur FINF tidak
misuh. Hayo mencerminkan kesantunan terutama
Amin. maksim penghargaan. Hal ini terjadi
IM : Amin Bu! karena FINF mengejek temannya di
Konteks: Guru meminta dalam kelas yang didengar oleh guru
siswa untuk menemukan dan semua siswa.
tindakan-tindakan yang
tidak baik di dalam kelas. 36) Guru : Siapa yang
kemarin
MYFM dan IM melanggar tidak izin ya?
maksim penghargaan dalam Siswa : (dua siswa
menyampaikan tuturannya. Tuturan angkat
mereka terlihat memaksimalkan tangan)
kecaman terhadap temannya dengan Guru : Kenapa kok
mengatakan kekurangan dari Amin begitu?
yang suka misuh. Dari tuturan MN : Gak duwe
MYFM tersebut terlihat kalau kertas….
mereka menjelekkan dan Gak duwe
memojokkan temannya. amplop!
Konteks: Guru bertanya
34) FINF : Kowe ora alasan kedua siswa yang
mikir! tidak datang tanpa izin.
Konteks: Dalam
mengerjakan tugas MN telah melanggar maksim
kelompok, FINF mengolok penghargaan dengan tuturan yang
teman sekelompoknya. merendahkan dan memojokkan
kedua temannya di depan guru dan
FINF telah melanggar teman sekelasnya dengan nada sinis.
maksim penghargaan dalam
penyampaian tuturannya. Seharusnya d. Pelanggaran Maksim
ia meminimalkan kecaman terhadap Kesederhanaan
teman sekelompoknya, akan tetapi 37) JFH : Siapa yang
FINF malah dengan jelas dan keras maju?
mengatakan kekurangan teman Aku maju
sekelompoknya. Tuturan tersebut Konteks: Pada saat diskusi
cenderung menjelekkan teman yang berlangsung, guru
seharusnya diajak bekerjasama, menunjuk siswa yang akan
maka tuturan tersebut menjadi tidak maju. Setelah itu, siswa
santun. JFH menunjuk diri sendiri
untuk maju

152 | Jurnal Kredo


Vol. 2 No. 1 Oktober 2018
Tuturan tersebut melanggar dipilih sangat singkat yaitu cukup
maksim kesederhanaan karena siswa dengan kata “udah”.
JFH memberikan kesan sombong
terhadap dirinya sendiri dengan 41) MA : Iki lho
menunjuk dirinya sendiri untuk maju Konteks: Menunjukkan
dan tidak memberikan kesempatan sesuatu kepada mitra tutur
kepada teman yang lain untuk maju.
Terjadi pelanggaran
38) ADS : Iki lho! kesantunan berbahasa pada tuturan
(sambil tersebut yaitu pelanggaran maksim
kesederhanaan.Hal tersebut karena
melemparkan buku MA tidak mau merendahkan diri dan
ketemannya) justru bersikap sombong dengan
Konteks: Afriza menunjukkan pekerjaannya kepada
memberikan jawaban mitra tutur.
kepada temannya.
42) JFH : Udah
Tuturan tersebut melanggar Konteks: menjawab
maksim kesederhanaan karena pertanyaan yang diberikan
dituturkan dengan keras. ADS berkaitan dengan tugas yang
terlihat sombong saat ia memberikan diberikan
jawabannya dengan cara melempar
buku ke temannya. Tuturan yang diungkapkan
oleh JFH merupakan tuturan yang
39) ALNA : Uwis tak melanggar prinsip kesantunan
jawab berbahasa yaitu maksim
Konteks: memberi tahu kesederhanaan.Hal tersebut karena
temannya bahwa tugas yang pada tuturan tersebut JFH tidak
ada di buku sudah dikerjakan berusaha merendahkan diri dan
mengurangi pujian terhadap diri
Tuturan tersebut telah sendiri. Diksi ‘udah’ merupakan
melanggar maksim kesederhanaan bentuk diksi yang menyatakan
karena tuturan tersebut siswa ALBA kesombongan diri penutur.
menyombongkan diri bahwa tugas
yang ada dalam buku tersebut telah 43) JFH : Tiga
selesai dikerjakan (sudah dijawab). Konteks: Saat akan
melanjutkan pembahasan,
40) CGRM : Udah JFH hanya menyebutkan
Konteks: menjawab kata”tiga”.
pertanyaan
Tuturan ini merupakan
Tuturan CGRM merupakan tuturan yang melanggar prinsip
tuturan yang melanggar prinsip kesantunan berbahasa maksim
kesantunan berbahasa maksim kesederhanaan. Hal tersebut
kesederhanaan karena pada tuturan dikarenakan pada tuturan ini penutur
tersebut CGRM menyombongkan (JFH) tidak menggunakan diksi
diri saat ditanya apa pekerjaannya lainnya dan hanya menyebutkan kata
sudah selesai dan pilihan kata yang “tiga”, sehingga pada tuturan ini
KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PROSES PEMBELAJARAN | 153
DI SEKOLAH DASAR
Diani Febriasari1, Wenny Wijayanti2
penutur tampak merendahkan pihak 46) GH : Wi ora
lain (mitra tutur). dijawab
Konteks: pada saat diskusi
e. Pelanggaran Maksim GH mengatakan pada
Permufakatan temannya bahwa nomor yang
44) FINF : Yo to…. ditunjuk tidak perlu dijawab
Tinggali….
Urung nyatet Tuturan GH telah melanggar
pisan. maksim permufakatan karena GH
Konteks: Guru menyuruh langsung mengatakan bahwa nomor
siswa mengumpulkan yang ditunjuk tidak perlu dijawab
tugas. tanpa memberikan alternatif jawaban
lain pada temannya.
Dalam data tersebut terlihat
kalau FINF menggerutu karena 47) YAC : Ogak yo!
terjadi ketidakcocokan antar guru Konteks: pada saat diskusi
dan dirinya. Seharusnya YAC menyatakan bahwa
ketidakcocokan tersebut disampaikan jawabannya tidak seperti itu.
dengan baik sehingga ia tidak
terkesan memberontak. Berdasarkan tuturan tersebut,
ujaran YAC terlihat melanggar
45) Guru : Kelompok maksim permufakatan. Ini terjadi
yang lain karena YAC tidak berusaha
bagaimana? membina kecocokan atau
Semuanya kemufakatan dengan mitra tutur
sama? dengan membantah pernyataan mitra
atau belum? tutur.
Bagaimana?
Afifah piye? 48) GH : Iki opo tugas
AZ : Belum Bu. to?
Yang Opo tugas?
lain. Konteks: menanyakan tugas
Konteks: Guru dan siswa secara terus menerus kepada
berdiskusi untuk mitar tuturnya.
menjawab pertanyaan.
Pada tuturan tersebut telat
Data tuturan tersebut terjadi pelanggaran maksim
dipandang sebagai bentuk tuturan permufakatan karena pada tuturan
yang tidak santun karena tersebut penutur berusaha menyela
meminimalkan kesepakatan antara pembicaraan tanpa melakukan
guru dan siswa. Seharusnya kesepakatan bahwa latihan yang ada
walaupun AZ belum selesai di buku merupakan tugas yang harus
mengerjakan tugasnya, ia tidak dikerjakan.
menyuruh guru untuk menunjuk
siswa yang lain untuk menjawab 49) YAC : Ndang to!
pertanyaan. Konteks: menyuruh mitra
tutur untuk cepat

154 | Jurnal Kredo


Vol. 2 No. 1 Oktober 2018
Dalam tuturan tersebut telah SIMPULAN
terjadi pelanggaran prinsip
kesantunan berbahasa yaitu maksim Dari hasil analisis dapat
permufakatan. Hal itu terjadi karena disimpulkan bahwa dalam rekaman
YAC tidak memberikan alternatif video ditemukan tuturan siswa yang
pada pihak lain dan justru mematuhi dan melanggar prinsip
memaksakan kehendak pada pihak kesantunan berbahasa.Pematuhan
lain untuk segera melakukan apa prinsip kesantunan berbahasa
yang diinginkan oleh penutur (YAC). tersebut terdiri dari pematuhan
maksim kebijaksanaan,
50) ALNA : Haish… kedermawanan, penghargaan,
Konteks: Pada saat kondisi kesederhanaan, permufakatan, dan
tidak sesuai yang diharapkan kesimpatisan. Pada rekaman video
oleh ALNA tersebut juga ditemukan tuturan
siswa yang melanggar prinsip
Pada tuturan itu terjadi kesantunan berbahasa yang terdiri
pelanggaran maksim permufakatan. dari pelanggaran maksim
Ini terlihat saat ALNA berada pada kebijaksanaan, kedermawanan,
situasi diskusi dan pada saat penghargaan, kesederhanaan,
mendengarkan pendapat lainnya, si permufakatan, dan kesimpatisan.
penutur justru mengucapkan kata Apabila dibandingkan, dalam proses
“Haish” sehingga dikatakan bahwa pembelajaran masih banyak siswa
penutur telah melanggar prinsip yang menggunakan bahasa tidak
kesantunan berbahasa karena tidak santun daripada siswa yang
berupaya menyepakati situasi tutur. menggunakan bahasa santun
terhadap guru atau siswa yang lain.
51) GDK : Sek..sek Hal ini terjadi karena mereka
urung mengganggap pembelajaran akan
Konteks: Pada saat terasa lebih santai apabila
latihan/tugas dituntut untuk menggunakan bahasa yang tidak
sudah selesai dilakukan formal.

Tuturan tersebut merupakan UCAPAN TERIMA KASIH


tuturan yang melanggar prinsip
kesantunan berbahasa maksim Peneliti mengucapkan terima
permufakatan. Dikatakan melanggar kasih kepada Direktorat Jendral
kesantunan berbahasa karena pada Penguatan Ristekdikti yang telah
tuturan tersebut, penutur (GDK) membiayai Penelitian Dosen Pemula
berusaha untuk tidak menyepakati (PDP) pada pendanaan tahun 2018
yang disampaikan dengan tidak ini. Peneliti juga mengucapkan
mengiyakan tuturan mitra tuturnya terima kasih kepada 5 Sekolah Dasar
dan justru melakukan penawaran di Kota Madiun yang telah
dengan “sek..sek urung”. membantu menyiapkan data
penelitian.

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PROSES PEMBELAJARAN | 155


DI SEKOLAH DASAR
Diani Febriasari1, Wenny Wijayanti2
Daftar Pustaka

Austin, J.L. 1962. How to Do Thing with Words. Cambridge, Mass. Harvard
University Press.

Brown, Penelope and S.C Levinson. 1987. Politeness: Some University in


Language. Cambridge University Press.

Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta.

Dwijawijaya, dkk. 1974. Sopan Santun Di Dalam Pergaulan. Yogyakarta:


Kanisius.

Kusno, Ali. 2014. Kesantunan Bertutur Oleh Orang Tua kepada Anak Di
Lingkungan Rumah Tangga. Jurnal Dinamika Ilmu Vol. 14. No 1: 13-25.

Leech, Geofery. 1983. Principles of Pragmatics. London: Longman.

Nuryani.Penerapan Kesantunan Berbahasa dalam Kegiatan


Pembelajaran.http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3
1824/3/NURYANI-FITK.pdf. (Diunduh 24 Mei 2017)

Purwo, Bambang Kaswanti. 1990. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa. Menyibak


Kurikulum 1984. Yogyakarta: Kanisius.

Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.


Jakarta: Erlangga.

Rustono. 1999. Pokok-Pokok Pragmatik. Semarang: CV. IKIP Semarang Press.

Searle, J. R. 1975.” Indirect Speech Acts”.Dalam P. Cole dan J. Margon


(Penyunting), syntax and semantics. Vol. 3: Speech Acts. New York:
Academic Press.

Sumantri, Mulyani. 2014. Perkembangan Peserta Didik. Tangerang Selatan:


Universitas Terbuka.

Widiyawanti.Teori Pendidikan. http://widiya.blogs.uny.ac.id/2015/11/02/teori-


pendidikan/. Diakses tanggal 26 April 2017.

Zamzani, Tadkiroatun Musrifoh, Siti Maslakhah, Ari Listyorini, dan Yayuk Eny
R. 2011. “Pengembangan Alat Ukur Kesantunan Bahasa Indonesia dalam
Interaksi Sosial Bersemuka”.Litera, Volume 10, Nomor 1, April 2011,
halaman 35-50.

156 | Jurnal Kredo


Vol. 2 No. 1 Oktober 2018

Anda mungkin juga menyukai