ABSTRAK
Perkembangan teknologi informasi dalam sepuluh tahun terakhir mempengaruhi gaya hidup
seseorang. Kemunculan aplikasi social networking seperti: Facebook, Twitter, MySpace, Blogs
dibarengi dengan perangkat komunikasi bersifat mobile. Hadirnya e-bookreader, PC tablet, digital
music players, telepon selular terbaru membuat seseorang untuk staying connected. Digital natives
merupakan generasi yang lahir pada era digital, dengan ciri multitasking, selalu berjejaring, akses
secara random, preferensi pada informasi bentuk multimedia interaktif. Diperkirakan generasi
digital natives dalam waktu akan datang menjadi pengguna perpustakan perguruan tinggi.
Representasi materi literasi informasi dalam dokumen hypertext berpotensi untuk memperkaya
lingkungan pembelajaran, beragam, fleksibel dan berpotensi untuk interaktif. Peluang
perpustakaan perguruan tinggi merepresentasikan literasi informasi dengan menggunakan
teknologi web tidak menghilangkan esensi literasi informasi secara tatap muka bahkan
memperluas akses layanan perpustakaan kepada pengguna.
5
Jurnal Pustakawan Indonesia Volume 11 No. 1
6
Jurnal Pustakawan Indonesia Volume 11 No. 1
dan ini berdampak pula dengan penyediaan teknologi. Seorang individu yang lahir pada
dan layanan perpustakaan. abad digital, tumbuh dan memperoleh
Pew Research Center (2010) membagi pendidikan pada tingkat sekolah dasar dengan
generasi manusia dalam 5 kategori perangkat komputer, individu tersebut
berdasarkan kurun waktu tahun kelahiran dianggap sebagai generasi digital natives. Mulai
yaitu: (a) the Greatest Generation (sebelum dari pendidikan dasar sudah dihadapkan
1928); (b) the Silent Generation (1928-1945); dengan penggunaan komputer, seperti, kuiz
(c) the Baby Boomer (1946-1964); (d) interaktif online, video games, handphone,
Generation X (1965-1980); (e) Millennial internet, e-mail dan sebagainya. Sedangkan
Generation (1981-1993). Sedangkan Oblinger guru dianggap sebagai generasi digital
& Oblinger (2005) membagi generasi immigrants yang bisa saja keterampilan literasi
manusia dalam 4 kategori: (a) Matures (1900- komputer didapatkan pada masa kuliah atau
1946); (b) the Baby Boomer (1946-1964), (c) memasuki dunia kerja.
Generation X (1965-1982); (d) Net Bila dicari perbandingan, seseorang
Generation (1982-1991). Generasi manusia yang lahir tahun 1970, diprediksi mulai
yang dikemukakan Jim Marteney (2010) yang menggunakan komputer pada saat kuliah
dikutip Hasugian (2011) dibagi dalam 6 (setelah usia 17 tahun). Bandingkan dengan
kategori yaitu: (a) the Greatest Generation seseorang yang lahir pada tahun 1994 dan
(world war II, 1901-1924), (b) the Silent sesudahnya. Dari ilustrasi tersebut bisa
Generation (1925-1942); (c) the Baby terlihat bagaimana perbedaan individu dari
Boomers (1943-1960); (d) Generasi X (1961- generasi berbeda memperlihatkan perbedaan
1981); (e) Millennial (1982-2002); (f) Digital keterampilan komputer.
Natives (Generasi Z atau Internet Ku & Soulier, 2009; Wilson (2004)
Generation), mulai tahun 1994 sampai akhir yang dikutip Li et al., (2007) menyebutkan
tahun sekarang. Generasidigital natives kadang karakteristik digital natives sebagai orang yang
disebut the native gadgetyang lahir pada abad ‘opportunistic’ dan ‘omnivorous’ yang menikmati
digital (Avarez, 2009; Brynko, 2009; Prensky, sesuatu dalam lingkungan yang serba online
2001). (ingin mendapatkan informasi dengan cepat);
Pembagian generasi manusia dari menyukai kolaborasi dari satu orang ke orang
ketiga versi di atas mengacu konteks generasi lain (secara berjejaring); multitasking; menyukai
manusia di Amerika Serikat dan proses kerja secara pararel; menyukai sesuatu
menunjukkan adanya kemiripan dari yang berbentuk gambar interaktif dibanding
beberapa pembagian tahun kelahiran. Sebagai dengan teks; menyukai bekerja sebagai suatu
contoh, generasi Baby Boomer menurut Pew ‘games’; mengharapkan suatu penghargaan,
Research Center dan Oblinger & Oblinger puas dengan sesuatu yang serba instan; akses
berkisar tahun 1946-1964, sedangkan secara random (hypertext). Lingkungan
menurut Jim Marteney berkisar pada tahun hypertext muncul seiring perkembangan
1954-1960. Pada prinsipnya dengan melihat internet sehingga berdampak pada cara yang
pembagian generasi manusia di atas, kita berbeda dalam menggunakan informasi.
dapat melihat cara seseorang mengadopsi dan Internet memfasilitasi perbedaan mengakses
menggunakan teknologi dan pengaruh pada informasi bagi seorang individu dengan
kehidupan terutam interaksi sosialnya. informasi sama tetapi dengan proses berbeda.
Generasi digital natives mengganggap Braston (2006); Prensky (2001)
perangkat komunikasi sebagai bagian integral menyebutkan kesenangan bermain games dari
dari kehidupannya. Sedangkan orang-orang generasi digital natives memunculkan konsep
yang tidak lahir pada abad digital tetapi ‘gaming is learning tool’ dan bisa digabungkan
mengadopsi teknologi baru dianggap sebagai dengan pengetahuan dan informasi dan
digital immigrants, karena ada proses adaptasi menarik bagi pendidik. Konsep ini sudah
pada lingkungan dengan mengadopsi banyak diadopsi oleh perusahaan yang
7
Jurnal Pustakawan Indonesia Volume 11 No. 1
8
Jurnal Pustakawan Indonesia Volume 11 No. 1
teknologi menurut definisi the International sesi selama satu hingga dua jam tidak
Technology Education Association sebagai menjamin bahwa peserta pelatihan akan
kemampuan untuk menggunakan, mengelola, memahami materi literasi informasi dengan
menilai dan memahami teknologi. baik karena kecakapan teknologi berbeda dari
Kemampuan seperti itu berpengaruh pada setiap mahasiswa. Cara penyampaian materi
masyarakat saat ini. literasi informasi lebih banyak dalam bentuk
Kay dan Darrow yang dikutip Owusu- kertas, monoton di ruang kelas dan
Ansah (2003) mendefinisikan literasi komputer. Kondisi seperti inipun tidak
komputer sebagai bagian dari perangkat lunak memberikan kepuasan bagi pustakawan.
dan keras dipandang sebagai kemampuan Adolphus (2009) mengemukakan
individu untuk menggunakan komputer hampir 30 tahun ini, sudah banyak
untuk memenuhi kebutuhan yang diinginkan. pustakawan menggunakan metode online
Sedangkan literasi web sebagai ‘subset’ dari untuk menyampaikan literasi informasi.
literasi informasi yang mensyaratkan Kondisi ini sudah terlihat dengan hadirnya
kemampuan untuk mengakses, mencari, aplikasi teknologi web 2.0 dengan fitur-fitur
memanfaatkan, mengkomunikasikan dan interaktif yang dimanfaatkan oleh
menciptakan informasi pada world wide web. pustakawan, seperti Facebook, Blogs, Flickr
Keterampilan literasi informasi perlu dan lain-lain, sebagai media penyebaran
dukungan dari berbagai perangkat teknologi informasi atau berkomunikasi dengan
informasi yang ada. Tidak lagi sekedar penggunanya.
prasarana komputer, internet di perpustakaan Mendisain literasi informasi dengan
tapi aspek penyampaian literasi informasi dukungan teknologi, mensyaratkan
kepada pengguna bisa mempengaruhi pustakawan perlu memahami kemampuan
efektifitas penerapan literasi informasi, teknologi dari mahasiswa yang berbeda.
seperti yang dikemukakan Eisenberg et al., Tantangan terberat adalah menyesuaikan
(2004) menyebutkan bahwa teknologi di masa dengan kebutuhan dan kemampuan dari
akan datang menjadi landasan penyampain digital immigrant dibanding digital natives yang
informasi. relatif lebih baik. Literasi informasi
Deleo et al. (2009) mengemukakan mensyaratkan keterampilan komputer karena
kendala literasi informasi yang biasa muncul banyak sumber-sumber informasi
dari mahasiswa karena: a) pengetahuan literasi direpresentasikan dalam multi format digital.
informasi dari pembelajar dewasa sangat Kunci utama pelatihan literasi
bervariasi, b) keterbasan pengetahuan informasi secara online harus difokuskan
komputer pembelajar dewasa sering kali pada kebutuhan mahasiswa tentang perlunya
menimbulkan keraguan secara teknologi, c) pemahaman antara literasi informasi dan
saat ini kapabilitas teknologi mensyaratkan pembelajaran online. Reynolds yang dikutip
untuk melakukan riset kepustakaan, dan d) Lindsay (2004) menyebutkan aspek gaya
perbedaan dan inkonsisten kerap kali muncul belajar dan disain literasi informasi yang
antara harapan pengajar dengan apa yang sedapat mungkin bisa membantu interaksi
dilakukan mahasiswa dalam menyelesaikan dan tercipta suasana ‘kelas’ dalam ruang
tugas-tugas perkuliahan. virtual. Model pembelajaran online sangat
Selain faktor-faktor di atas, riskan bila tidak memperhatikan hal ini.
pustakawan memiliki persepsi yang berbeda Karena pembelajaran online bukanlah sesuatu
akan kemampuan mahasiswa. Pustakawan yang mudah dilakukan.
mengasumsikan jika mahasiswa telah
melewati beberapa semester perkuliahan Literasi Informasi Multimedia Berbasis
dianggap sudah memahami sumber-sumber Web
informasi, tapi ternyata tidak. Pelatihan Penting disadari oleh pustakawan
literasi informasi yang diberikan dalam satu bahwa pengguna perpustakaan perguruan
9
Jurnal Pustakawan Indonesia Volume 11 No. 1
tinggi khususnya yang memiliki pengguna dasar mahasiswa; (d) concept-based, artinya
dari berbagai generasi menjadi peluang untuk tujuan pendekatan problem-based memfasilitas
menata kembali layanan atau literasi pengguna dapat mentransfer apa yang sudah
informasi sehingga masih diminati oleh dipelajari untuk penggunaan berikutnya; (e)
penggunanya. Perpustakan perlu memadukan interactive, pengguna terlibat aktif dalam
layanan dan koleksi yang sesuai dengan proses pelatihan. Interaktif bisa dalam bentuk
keragaman penggunanya. Robinson (2007) simulasi, sehingga memunculkan pengalaman
mengemukakan literasi informasi bukan sesungguhnya.
sekedar akses ke sumber informasi, tetapi Dari pendapat Smith di atas terkait
bagaimana cara memanipulasi informasi dengan penggunaan pre-test, kuis dan tugas
sebagai sesuatu yang kegiatan biasa. Perilaku yang dikombinasikan dalam materi literasi
pencarian informasi dari generasi digital natives informasi interaktif, pustakawan perlu
dijadikan peluang bagi perpustakaan untuk memahami aspek pedagogi dan gaya belajar.
menata ulang layanannya sesuai dengan Hampir sebagian besar mahasiswa memiliki
karakteristik yang dipaparkan di atas. gaya belajar berbeda, berkelompok atau
Smith (2006) menyatakan manfaat dari mandiri yang membutuhkan privasi tersendiri
penggunaan aplikasi berbasis web, karena atau berkelompok dengan didampingi seorang
fitur-fitur yang dimiliki web selain interaktif pustakawan. Disamping itu perlu diperhatikan
juga sebagai umpan balik segera dari penyusunan dan struktur kalimat yang dalam
mahasiswa akan materi pelatihan, pengguna modul pelatihan bersifat interaktif. Kalimat
dapat mengakses materi pelatihan tanpa yang disampaikan melalui interaktif akan
dibatasi waktu dan ruang. Suatu pelatihan berbeda bila disampaikan secara tatap muka.
perpustakaan berbasis web yang efektif dan Susunan kalimatpun dapat meningkatkan atau
bisa diadopsi dalam pengembangan menurunkan motivasi dalam mengikuti kuis
representasi literasi informasi harus atau permainan, atau keinginan menyelesai-
memperhatikan aspek: (a) penetapan garis kan suatu instruksi hingga selesai.
besar tujuan dan hasil yang diharapkan harus
jelas; (b) struktur susunan literasi informasi Representasi literasi informasi multi-
ditampilkan jelas yang merefleksikan tujuan media berbasis web
dan dapat memfasilitasi linear dan nonlinear Penulis tidak membahas model-model
learning; (c) latihan interaktif; (d) beri literasi informasi, tetapi berfokus pada cara
perhatian pada konsep-konsep; (e) menampilkan literasi informasi secara
menggunakan topik dan bahasa yang umum, interaktif, karena model-model literasi
ringkas dan tidak kaku; (f) terdapat cara informasi sudah terstandarkan dan dipakai di
untuk menghubungi pustakawan; (g) bila sekolah atau perguruan tinggi di seluruh
sudah representasi literasi informasi
dunia. Perpustakaan perguruan tinggi
diterapkan, dapat dikaitkan dengan tugas-
Indonesia sudah banyak yang menerapkan
tugas.
literasi informasi kepada mahasiswa dan
Pustakawan perlu juga memperhatikan
fitur yang akan dimasukkan dalam literasi dosen.
informasi berbasis web seperti yang Penulis mengamati pada beberapa
dikemukakan Tancheva (2003) yang dikutip website perpustakaan perguruan tinggi luar
Smith (2006) yaitu: (a) preliminary assessment, negeri sudah mengadopsi teknologi
artinya penggunaan pre-test untuk multimedia sebagai representasi literasi
memastikan tahapan pengguna; (b) branching informasi. Di bawah ini beberapa usulan yang
capabilities, artinya struktur yang bisa bisa dilakukan perpustakaan perguruan tinggi
menunjukkan melalui kemajuan dari respon di Indonesia untuk mendisain literasi
pengguna terhadap materi; (c) problem-based, informasi dalam bentuk multimedia dan
artinya pemberian tugas sebagai kebutuhan ditampilkan secara online, dengan tujuan
10
Jurnal Pustakawan Indonesia Volume 11 No. 1
11
Jurnal Pustakawan Indonesia Volume 11 No. 1
12
Jurnal Pustakawan Indonesia Volume 11 No. 1
13
Jurnal Pustakawan Indonesia Volume 11 No. 1
14
Jurnal Pustakawan Indonesia Volume 11 No. 1