4
Gambar 1.
Peralatan Pemadam Api, Pengaman Tabung Gas dan
Kotak P3K
5
Gambar 2.
Desain Penataan Ruang Laboratorium
6
Pelaksanaan praktikum di tingkat SMP tidak
terlepas dari tuntutan Kurikulum. Kurikulum
mensyaratkan beberapa kompetensi dasar dapat
dicapai dengan melaksnakan praktikum misalnya pada
materi kemagnetan, kelistrikan, gelombang dan optic,
gaya dan energy, perubahan sifat kimia, pemuaian,
sistem respirasi, sistem pencernaan, sistem peredaran
darah. Semua kegiatan tersebut mengandung resiko
kecelakan apabila tidak dilaksanakan dengan hati-hati.
Pada percobaan untuk menguji perubahan sifat kimia,
praktikum pengujian bahan makanan dan praktikum
untuk menguji fotosintesis misalnya, pada praktikum ini
menggunakan api sebagai salah satu bahan yang harus
digunakan siswa, apabila tidak hati-hati potensi
terjadinya kebakaran cukup besar. Demikian pula
praktikum yang menggunakan alat-alat gelas yang
rentan pecah, maka pecahan gelas tersebut dapat
melukai siswa yang tidak hati-hati.
Penggunaan bahan-bahan kimia misalnya alcohol
yang digunakan untuk melarutkan klorofil pada daun
pada praktikum fotosintesis dan penggunaan chloroform
dalam praktikum pembedahan juga harus hati-hati.
7
Misalnya alcohol tidak boleh dipanaskan langsung di api
karena dapat meledak sehingga dalam pelaksanaannya
alkohol direbus dengan cara direbus dengan penangas
air. Untuk chloroform karena sifatnya dapat membius
dan mudah menguap, maka perlu hati-hati dalam
menggunaknnya.
Pengolahan Limbah
A. Pendahuluan
11
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1
MENGIDENTIFIKASI JENIS LIMBAH
LEMBAR INFORMASI
A.Pengertian
Limbah adalah hasil samping dari proses produksi yang
tidak dapat langsung dimanfaatkan, bisa berbentuk
padat, cair, gas, getaran suara, dan lain-lain, yang dapat
menimbulkan pencemaran apabila tidak dikelola dengan
benar
Keterangan gambar:
TPS= tempat pembuangan sementara
TPA = tempat pembuangan akhir
B3 = Bahan Berbahaya dan Beracun
12
PPLI = Pusat Pengolahan Limbah Industri
Pengertian Sampah
“Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau
tidak berharga untuk digunakan secara biasa atau
khusus dalam produksi atau pemakaian; barang rusak
13
atau cacat selama manufaktur; atau materi berkelebihan
atau buangan.“ (Kamus Istilah Lingkungan, 1994)
“Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau
dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun
proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis.“
(Istilah Lingkungan untuk Manajemen, Ecolink 1996)
“Sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi,
dibuang oleh pemiliknya atau pemakai semula.“
(Tandjung, Dr. M. Sc., 1982)
“Sampah adalah sumber daya yang tidak siap pakai.“
(Radyastuti, W. Prof. Ir, 1996)
Jenis Sampah
Berdasarkan asalnya, sampah padat dapat digolongkan
sebagai:
Sampah Organik
Sampah Anorganik
Sampah Khusus
14
Kertas, koran, dan karton merupakan perkecualian.
Berdasarkan asalnya, kertas, koran, dan karton
termasuk sampah organik. Tetapi karena kertas, koran,
dan karton dapat didaur ulang seperti sampah
anorganik lain (misalnya gelas, kaleng, dan plastik),
maka di buku ini dimasukkan ke dalam kelompok
sampah anorganik
15
mengurangi sampah plastik dan mencegah pemakaian
styrofoam.
1. Pengertian B3
Menurut PP No. 18 tahun 1999, yang dimaksud dengan
limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan
yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun
yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan
lingkungan hidup dan atau membahayakan lingkungan
hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta
mahluk hidup lain.
Intinya adalah setiap materi yang karena konsentrasi
dan atau sifat dan atau jumlahnya mengandung B3 dan
membahayakan manusia, mahluk hidup dan lingkungan,
apapun jenis sisa bahannya.
Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL
(1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan
proses produksi yang mengandung bahan berbahaya
dan beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability,
reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau
16
jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan,
atau membahayakan kesehatan manusia.
2. Tujuan pengelolaan limbah B3
Tujuan pengelolaan B3 adalah untuk mencegah dan
menanggulangi pencemaran atau kerusakan lingkungan
hidup yang diakibatkan oleh limbah B3 serta melakukan
pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar
sehingga sesuai dengan fungsinya kembali.
Dari hal ini jelas bahwa setiap kegiatan/usaha yang
berhubungan dengan B3, baik penghasil, pengumpul,
pengangkut, pemanfaat, pengolah dan penimbun B3,
harus memperhatikan aspek lingkungan dan menjaga
kualitas lingkungan tetap pada kondisi semula. Dan
apabila terjadi pencemaran akibat tertumpah, tercecer
dan rembesan limbah B3, harus dilakukan upaya
optimal agar kualitas lingkungan kembali kepada fungsi
semula.
3. Identifikasi limbah B3
Fasilitas pengolahan
Fasilitas pengolahan harus menerapkan sistem operasi,
meliputi:
1. sistem kemanan fasilitas;
2. sistem pencegahan terhadap kebakaran;
3. sistem pencegahan terhadap kebakaran;
4. sistem penanggulangan keadaan darurat;
5. sistem pengujian peralatan;
6. dan pelatihan karyawan.
Keseluruhan sistem tersebut harus terintegrasi dan
menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam pengolahan
limbah B3 mengingat jenis limbah yang ditangani adalah
limbah yang dalam volume kecil pun berdampak besar
terhadap lingkungan.
Penanganan limbah B3 sebelum diolah
Setiap limbah B3 harus diidentifikasi dan dilakukan
uji analisis kandungan guna menetapkan prosedur
yang tepat dalam pengolahan limbah tersebut.
Setelah uji analisis kandungan dilaksanakan,
barulah dapat ditentukan metode yang tepat guna
pengolahan limbah tersebut sesuai dengan
karakteristik dan kandungan limbah.
Pengolahan limbah B3
Jenis perlakuan terhadap limbah B3 tergantung dari
karakteristik dan kandungan limbah. Perlakuan
limbah B3 untuk pengolahan dapat dilakukan
dengan proses sbb:
1. proses secara kimia, meliputi: redoks, elektrolisa,
netralisasi, pengendapan, stabilisasi, adsorpsi,
penukaran ion dan pirolisa.
20
2. proses secara fisika, meliputi: pembersihan gas,
pemisahan cairan dan penyisihan komponen-
komponen spesifik dengan metode kristalisasi,
dialisa, osmosis balik, dll.
3. proses stabilisas/solidifikasi, dengan tujuan
untuk mengurangi potensi racun dan kandungan
limbah B3 dengan cara membatasi daya larut,
penyebaran, dan daya racun sebelum limbah
dibuang ke tempat penimbunan akhir
4. proses insinerasi, dengan cara melakukan
pembakaran materi limbah menggunakan alat
khusus insinerator dengan efisiensi pembakaran
harus mencapai 99,99% atau lebih. Artinya, jika
suatu materi limbah B3 ingin dibakar (insinerasi)
dengan berat 100 kg, maka abu sisa
pembakaran tidak boleh melebihi 0,01 kg atau
10 gr
23
BAHAN AJAR
b. Higiene
25
Menurut UU No. 2 Tahun 1996 yaitu hygiene
dinyatakan sebagai kesehatan masyarakat yang
meliputi semua usaha untuk merawat, melindungi
dan mempertinggi derajat kesehatan badan, jiwa,
baik untuk umum maupun perorangan yang
bertujuan memberikan dasar-dasar kelanjutan
hidup yang sehat serta meningkatkan kesehatan
dalam masyarakat.
26
5. Menurut Brownell adalah bagaimana caranya
orang memelihara dan melindungi kesehatan.
27
b. Ruang Lingkup Hygiene
Masalah hygiene tidak dapat dipisahkan dari
masalah sanitasi, dan pada kegiatan pengolahan
makanan masalah sanitasi dan hygiene
dilaksanakan bersama-sama. Kebiasaan hidup
bersih, bekerja bersih sangat membantu dalam
mengolah makanan yang bersih pula.
Ruang lingkup hygiene meliputi:
1. Hygiene perorangan
2. Hygiene makanan dan minuman
2. Sanitasi Peralatan
Prinsip utama peralatan adalah harus mudah
dibuka atau dipindahkan untuk memudahkan
pembersihan dengan bahan non corrosive
Desain, tipe, ukuran dan instalasi peralatan
dibuat untuk menghindari dan mencegah
kontaminasi selama proses produksi
3. Sanitasi Pekerja
Sanitasi pekerja sangat diperlukan dalam suatu
industri. Pekerja atau karyawan yang mengolah
bahan pangan harus sehat jasmani dan rohani
serta mengerti tentang kesehatan. Pekerja harus
mengikuti prosedur sanitasi yang memadai untuk
mencegah kontaminasi pada makanan yang
ditanganinya. Prosedur yang penting bagi
pekerja pengolah makanan adalah pencucian
tangan, kebersihan dan kesehatan diri.
1. Lantai
Lantai sebaiknya harus :
Dibuat dari bahan yag keras/rapat air,
mudah dibersihkan, tahan akan kerusakan-
kerusakan dan korosi (rapuh).
Luas lantai 35% - 40% dari luas ruangan
dan tidak boleh kurangdari 15m2 – 23m2.
Semua sudut antara lantai dengan dinding
harus melengkung bulat dengan tinggi (jari-
jari) kurang dari 7,26 cm dari lantai.
Lantai dibangun dari kayu, mempunyai
sambungan berbentuk tupai, lantai yang
dibangun dari papan bercelah harus
diletakan rapat bersama-sama, semua
terapit lantai dan dinding melengkung bulat
dengan tinggi jari-jari 7,62 cm dari lantai.
33
Lantai yang membutuhkan tutup/alas
supaya dibuat dari linokum/bahan karat
semen yang tegang elastis,
karpet/permadani.
Lantai harus selalu dalam keadaan bersih,
terpelihara sebelum dan sesudah
melakukan kegiatan.
2. Dinding
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
diantaranya:
Permukaan dalam dinding harus rata,
halus, tidak menyerap air dan mudah
dibersihkan.
4. Penerangan/Pencahayaan
Intensitas minimum penerangan 20 foot
candles (FC) pada titik setinggi 76,20 dari
permukaan kerja.
Intensitas penerangan ruang makan dan
minum pada tempat cuci antara 30-40 FC.
34
Semua penerangan harus bebas dari silau.
5. Ventilasi
Ventilasi harus cukup untuk mencegah
udara melampaui panas, dan untuk
menghilangkan bau yang tidak enak, asap
dan udara kotor.
Permukaan udara bersih dan segar untuk
menjamin kenyamanan kerja di dapur,
menghilangkan asap dan bau yang tidak
enak.
6. Pembuangan Asap
Dapur harus dilengkapi dengan pengumpul
asap dan cerobongnya.
Pengeluaran asap melalui cerobong harus
lancar dan tidak mengganggu masyarakat di
sekitar.
35
5. Sanitasi Lingkungan
Sanitasi lingkungan berkaitan erat pada perilaku
menjaga kebersihan dan kesehatan pada
lingkungan tempat berada. Sanitasi lingkungan
bertujuan untuk mencegah diri sendiri maupun
lingkungan untuk bersentuhan langsung dengan
kotoran atau bahan buangan/limbah lainnya.
36
Pengendalian Dampak Lingkungan) memperkenalkan
Produksi Bersih.
Produksi Bersih didefinisikan sebagai suatu strategi
pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan
terpadu yang perlu diterapkan secara terus menerus
pada proses produksi dan daur hidup produk dengan
tujuan untuk mengurangi risiko terhadap manusia dan
lingkungan.
ISO 14000
Keterkaitan antara aktivitas ekonomi (dunia usaha)
dengan lingkungan telah semakin disadari oleh
masyarakat dunia. Di tingkat internasional, International
Organization for Standarization (ISO) telah didorong
oleh kalangan dunia usaha untuk mengembangkan
suatu seri standar manajemen lingkungan yang berlaku
secara internasional, dikenal sebagai ISO seri 14000.
Bagi organisasi yang dapat memenuhi sebagian besar
komponen yang diaudit akan memperoleh sertifikat.
Penghargaan ISO 14000 diberikan kepada
industri/organisasi yang telah memenuhi kriteria yang
ditetapkan, antara lain:
Perlindungan terhadap lingkungan
Dasar persamaan kompetitif
Menunjukkan kesesuaian dengan peraturan
Pembentukan sistem pengelolaan yang efektif
Penurunan biaya pemeliharaan lingkungan
Peningkatan terhadap upaya pencegahan
pencemaran dan upaya perbaikan yang
berkelanjutan
Peningkatan hubungan masyarakat
Peningkatan kepercayaan dan kepuasan konsumen
Peningkatan perhatian manajemen puncak
37
38