Anda di halaman 1dari 26

HAND OUT

KESELAMATAN KERJA DI LABOARAOTIUM DAN


LINGKUNGAN LABORATORIUM

DIKLAT CALON KEPALA LABORATORIUM IPA SMP


Kerjasama PPPPTK IPA dan LPMP Bengkulu

21 s.d 24 Desember 2014

Oleh:
Soni Sukendar, S.Pd., M.Si., M.T.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
2014
DIKLAT CALON KEPALA LABORATORIUM IPA SMP

KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM DAN LINGKUNGAN


LABORATORIUM

Belajar sains pada hakekatnya adalah belajar tentang fenomena alam. Beberapa
ilmuwan memberikan definisi sains sesuai dengan pengamatan dan pemahamannya. Carin
mendefinisikan science sebagai The activity of questioning and exploring the universe and
finding and expressing it’s hidden order, yaitu “ Suatu kegiatan berupa pertanyaan dan
penyelidikan alam semesta dan penemuan dan pengungkapan serangkaian rahasia alam.”
(Kholil, 2009) Sementara itu menurut Depdiknas (2002) Sains mengandung makna
pengajuan pertanyaan, pencarian jawaban, pemahaman jawaban, penyempurnaan jawaban
baik tentang gejala maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis .
Berdasarkan definisi di atas, belajar sains tentunya memiliki karakteristik khusus
dibandingkan belajar ilmu-ilmu yang lain.Belajar sains tidak sekedar belajar informasi sains
tentang fakta, konsep, prinsip, hukum dalam wujud ‘pengetahuan deklaratif’, akan tetapi
belajar sains juga belajar tentang cara memperoleh informasi sains, cara sains dan teknologi
bekerja dalam bentuk pengetahuan prosedural, termasuk kebiasaan bekerja ilmiah dengan
metode ilmiah
dan sikap ilmiah. Pada hakekatnya sains terdiri atas tiga komponen, yaitu produk, proses,
dan sikap ilmiah. Jadi tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau fakta yang
dihafal, namun juga merupakan kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dalam
mempelajari rahasia gejala alam.

Pendekatan dan metode pembelajaran sains yang sesuai dengan definisi sains di atas
antara lain dengan eksplorasi, inkuiri dan eksperimen. Dalam pencapaian Standar
kompetensi yaitu kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan
penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap
kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran dan kompetensi dasar yaitu sejumlah
kemampuan yang harus dikuasai peserta didik•dalam mata pelajaran tertentu sebagai
rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran, siswa SMP,
mensyaratkan antara lain kegiatan pembelajaran yang sifatnya mengeksplorasi,
membuktikan, mengkomunikasikan.
Untuk mendukung kegiatan tersebut fasilitas laboratorium adalah sarana penunjang
yang seharusnya ada di setiap satuan pendidikan yang menyelenggarakan pembelajaran
sains (Permendiknas no 24 tahun 2007). Untuk menyelenggarakan pembelajaran sains
dengan memanfaatkan fasilitas laboratorium maka sesuai dengan Standar dan kompetensi
guru mata pelajaran sains SMP/MTs berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No
16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru diperlukan guru
yang memiliki kompetensi antara lain
a) Memahami lingkup dan kedalaman sains sekolah.
b) Kreatif dan inovatif dalam penerapan dan pengembangan sains.
c) Menguasai prinsip-prinsip dan teori-teori pengelolaan dan keselamatan kerja/belajar
di laboratorium sains sekolah.

KERJASAMA PPPPTK IPA DAN LPMP BENGKULU |1


DIKLAT CALON KEPALA LABORATORIUM IPA SMP

d) Menggunakan alat-alat ukur, alat peraga, alat hitung, dan piranti lunak komputer
untuk meningkatkan pembelajaran sains di kelas, laboratorium.
e) Merancang eksperimen sains untuk keperluan pembelajaran atau penelitian

Berdasarkan uraian di atas maka seorang guru yang menyelenggarakan pembelajaran di


laboratorium dan apalagi yang sekaligus ditugasi menjadi pengelola laboratorium wajib
menguasai prinsip-prinsip dan teori-teori pengelolaan dan keselamatan kerja/belajar di
laboratorium sains sekolah. Oleh karena itu pada makalah ini akan dibahas bagaimana
menyelenggarakan keselamatan bekerja di laboratorium sains

A. Laboratorium dan Keselamatan Kerja di Laboratorium


Laboratorium adalah tempat untuk mengaplikasikan teori keilmuan, pengujian
teoritis, pembuktian uji coba, penelitian, dan sebagainya dengan menggunakan alat
bantu yang menjadi kelengkapan dari fasilitas dengan kuantitas dan kualitas yang memadai
(Depdiknas, 2002).
Laboratorium adalah suatu tempat dimana terjadi berbagai aktivitas yang
melibatkan bahan, peralatan gelas dan instrumentasi khusus yang dapat menyebabkan
terjadinya kecelakaan bila dilakukan dengan cara yang tidak tepat. Kecelakaan itu dapat
juga terjadi karena kelalaian atau kecerobohan kerja, ini dapat membuat orang tersebut
cedera, dan bahkan bagi orang disekitarnya. Keselamatan kerja di laboratorium merupakan
kewajiban bagi setiap individu yang sadar akan kepentingan kesehatan, keamanan dan
kenyamanan kerja.
Beraktivitas dengan selamat dan aman berarti menurunkan resiko kecelakaan. Alat
dan bahan yang digunakan dalam kegiatan di laboratorium sains memerlukan perlakuan
khusus sesuai sifat dan karakteristik masing-masing. Perlakuan yang salah dalam membawa,
menggunakan dan menyimpan alat dan bahan di laboratorium sains dapat menyebabkan
kerusakan alat dan bahan, terjadinya kecelakaan kerja serta dapat menimbulkan penyakit.
Cara memperlakukan alat dan bahan di laboratorium sains secara tepat dapat menentukan
keberhasilan dan kelancaran kegiatan.
Kecelakaan menurut WHO merupakan suatu kejadian di luar kemampuan manusia,
disebabkan oleh kekuatan dari luar, terjadi dalam sekejap menimbulkan kerusakan terhadap
jasmani maupun rohani. Setiap laboratorium dengan segala desain dan aktifitasnya memiliki
potensi untuk terjadinya kecelakaan. Untuk itulah perlu diupayakan untuk menghindarkaan
atau paling tidak meminimalkan kemungkinan terjadinya kecelakaan.
Kecelakaan di laboratorium dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan dan
pemahaman mengenai bahan kimia, proses-proses dan perlengkapan atau peralatan yang tidak
jelas serta kurangnya bimbingan terhadap siswa yang sedang bekerja di laboratorium. Selain
itu tidak tersedianya perlengkapan keamanan dan pelindung untuk kegiatan, tidak mengikuti
petunjuk atau aturan yang seharusnya ditaati, tidak menggunakan perlengkapan pelindung
atau menggunakan peralatan/ bahan tidak sesuai dan tidak berhati-hati dalam kegiatan dapat
pula menjadi sumber kecelakaan.

KERJASAMA PPPPTK IPA DAN LPMP BENGKULU |2


DIKLAT CALON KEPALA LABORATORIUM IPA SMP

Pada laboratorium sains yang terdapat di sekolah guru sebagai pengelola maupun
sebagai guru mata pelajaran sains bertanggung jawab atas keselamatan kerja siswa di
laboratorium. Tanggung jawab tersebut diwujudkan dalam bentuk upaya-upaya preventif
untuk mencegah terjadinya kecelakaan di laboratorium. Upaya-upaya preventif tersebut dapat
antara lain dengan menyediakan:
1. Alat pemadam api
2. alat untuk menghindarkan terjadinya kebocoran gas
3. kotak Pertolongan Pertama Pada Kecelakanan (P3K)

Gambar 1.
Peralatan Pemadam Api, Pengaman Tabung Gas dan Kotak P3K

Selain peralatan tersebut pengelola laboratorium wajib melakukan tindakan preventif


yaitu dengan :
1. Membuat desain dan penataan ruangan yang memenuhi persyaratan keamananan
2. Mengetahui lokasi dan perlengkapan darurat
3. Menggunakan perlengkapan keselamatan pada saat bekerja
4. Memahami sifat bahan dan memahami kemungkinan bahaya yang terjadi
5. Memberikan tanda peringatan pada bahan atau alat yang berbahaya
6. Membuat aturan agar setiap pengguna bekerja dengan prosedur yang benar
7. Membuang sisa kegiatan/praktikum di tempat yang telaah disediakan dan dengan
prosedur yang benar.
8. Menjaga kebersihan dan kerapihan laboratorium

Desain dan penataan ruang yang memenuhi persyaratan keamanan dapat dilihat pada
gambar berikut ini:

KERJASAMA PPPPTK IPA DAN LPMP BENGKULU |3


DIKLAT CALON KEPALA LABORATORIUM IPA SMP

Gambar 2.
Desain Penataan Ruang Laboratorium

Ada beberapa simbol sebagai tanda peringatan dan label harus terpasang pada botol karena
sangat penting untuk untuk menghindari terjadinya kecelakaan. Contoh simbol seperti ini :

KERJASAMA PPPPTK IPA DAN LPMP BENGKULU |4


DIKLAT CALON KEPALA LABORATORIUM IPA SMP

Pelaksanaan praktikum di tingkat SMP tidak terlepas dari tuntutan Kurikulum.


Kurikulum mensyaratkan beberapa kompetensi dasar dapat dicapai dengan melaksnakan
praktikum misalnya pada materi kemagnetan, kelistrikan, gelombang dan optic, gaya dan
energy, perubahan sifat kimia, pemuaian, sistem respirasi, sistem pencernaan, sistem
peredaran darah. Semua kegiatan tersebut mengandung resiko kecelakan apabila tidak
dilaksanakan dengan hati-hati. Pada percobaan untuk menguji perubahan sifat kimia,
praktikum pengujian bahan makanan dan praktikum untuk menguji fotosintesis misalnya,
pada praktikum ini menggunakan api sebagai salah satu bahan yang harus digunakan siswa,
apabila tidak hati-hati potensi terjadinya kebakaran cukup besar. Demikian pula praktikum
yang menggunakan alat-alat gelas yang rentan pecah, maka pecahan gelas tersebut dapat
melukai siswa yang tidak hati-hati.
Penggunaan bahan-bahan kimia misalnya alcohol yang digunakan untuk melarutkan
klorofil pada daun pada praktikum fotosintesis dan penggunaan chloroform dalam
praktikum pembedahan juga harus hati-hati. Misalnya alcohol tidak boleh dipanaskan
langsung di api karena dapat meledak sehingga dalam pelaksanaannya alkohol direbus
dengan cara direbus dengan penangas air. Untuk chloroform karena sifatnya dapat
membius dan mudah menguap, maka perlu hati-hati dalam menggunaknnya.

B. Tugas Guru untuk Menjaga Keselamatan Siswa di Laboratorium


Guru wajib selalu mengingatkan siswa untuk selalu berhati-hati dalam bekerja. Siswa
diberi pengetahuan tentang symbol=symbol tanda bahaya berikut artinya, sisw juga diberi
pengetahuan akan bahan-bahan kimia berbahaya. Siswa setingkat SMP sebaiknya tidak
dibiarkan melakukan praktikum tanpa pengawasan. Guru juga harus menerapkan tata tertib
yang ketat ketika mengajak siswa bekerja di laboratorium. Siswa yang cenderung tidak focus
sebaiknya segera diperingatkan ketika bekerja di laboratorium, Siswa sudah seharusnya
dilatih untuk bertanggung jawab atas semua alat dan bahan yang digunakan dan dibiasakan
untuk selalu menjaga kebersihan laboratorium. Sisa-sisa bahan praktikum yang dapat
membusuk dan menimbulkan bau tidak sedap harus dibuang diluar laboratorium. Siswa juga
dibiasakan untuk menjaga kebersihan bak pencucian dan tidak menjadikannya sebagai
tempat sampah. Selain itu siswa sebaiknya juga dibiasakan untuk mematikan kran air dan
seluruh sumber listrik yang tidak terpakai ketika meninggalkan laboratorium.
Bila terjadi keadaan darurat maka tindakan yang harus segera dilakukan adalah
sebagai berikut :
Bila terkena bahan kimia maka yang harus dilakukan adalah :
1. Jangan panik.
2. Mintalah bantuan rekan anda yang berada didekat anda.
3. Bersihkan bagian yang mengalami kontak langsung tersebut (cuci bagian yang
mengalami kontak langsung tersebut dengan air apabila memungkinkan).

KERJASAMA PPPPTK IPA DAN LPMP BENGKULU |5


DIKLAT CALON KEPALA LABORATORIUM IPA SMP

4. Bila kulit terkena bahan Kimia, janganlah digaruk agar tidak tersebar.
5. Bawa ketempat yang cukup oksigen.
6. Hubungi paramedik secepatnya(dokter, rumah sakit).

Jika terjadi kebakaran maka yang harus dilakukan adalah


1. Jangan panik.
2. semprotkan gas pemadam api apabila api masih mungkin dipadamkan.
3. Beritahu teman anda.
5. Hindari mengirup asap secara langsung.
6. Tutup pintu untuk menghambat api membesar dengan cepat (jangan dikunci).
7. Pada gedung tinggi gunakan tangga darurat.
8. Hubungi pemadam kebakaran.

Kebiasaan-kebiasaan positif tersebut sebaiknya dengan disiplin diterapkan guru


sebagai salah satu standar untuk menjaga keselamatan bekerja di laboratorium
Penutup
Laboratorium adalah sumber pembelajaran yang penting bagi siswa. Di dalam
laboratorium tersimpan bahan-bahan dan peralatan yang berpotensi menjadi penyebab
kecelakaan apabila digunakan dengan tidak benar oleh karena itu guru sebagai pengelola
dan guru mata pelajaran IPA wajib melakukan upaya-upaya preventif baik berupa sosialisasi
terhadap perlunya berhati-hati dan menerapkan standar operasional yang baku untuk
beraktivitas di dalam laboratorium. Serta juga menerapkan disiplin dan menerapkan atjuran
yang ketat bagi siap saja yang akan melaksanakan praktikum di laboratorium.

KERJASAMA PPPPTK IPA DAN LPMP BENGKULU |6


DIKLAT CALON KEPALA LABORATORIUM IPA SMP

PENGOLAHAN LIMBAH

A. Pendahuluan

Seiring dengan meningkatnya aktivitas di laboratorium, maka laboratorium harus


memberikan kontribusi dalam menjaga kualitas lingkungannya sedemikian rupa sehingga
tercipta lingkungan yang bersih, sehat, aman dan nyaman. Di dalam laboratorium banyak
kegiatan yang secara rutin dilakukan sehingga menghasilkan limbah sisa pakai secara
langsung maupun tidak langsung perlu dibuang. Selain itu laboratorium juga menghasilkan
limbah organik dan anorganik kadang kala juga limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).
Dalam pembuangan bahan-bahan kimia tersebut harus dipikirkan dan dipahami tentang
masalah kepentingan masyarakat sekolah dan lingkungannya, terlebih apabila sekolah atau
laboratorium berada ditengah-tengah kehidupan masyarakat yang mempunyai kepadatan
penduduk yang tinggi.
Secara langsung maupun tidak langsung banyak kasus pencemaran merugikan
masyarakat dan generasi akan datang. Mendaur ulang limbah dan membuang limbah
secara aman adalah cara yang cukup baik dan efektif dilakukan, hal ini bukan berarti
dibuang tanpa memperhitungkan akibat yang ditimbulkan pada saat ini maupun pada masa
akan datang yang dampaknya dirasakan oleh generasi anak cucu kita nantinya.
Laboratorium selalu membuang bahan-bahan kimia beracun. Maka didalam proses
pembuangannya, perlu diperhatikan dampak yang akan ditimbulkan misalnya kerusakan
pada sarana pembuangan, dan keselamatan dan kesehatan kerja bagi yang
melaksanakannya dan kelestarian lingkungan. Pembuangan limbah dapat menyebabkan
turunnya efisiensi, karena di dalam limbah biasanya terdapat bahan-bahan yang masih
dapat digunakan atau dapat dimanfaatkan kembali untuk proses produksi. Sebagai contoh
adalah pembuangan sebagian sisa analisis kimia atau bahan kimia kedaluarsa atau bahan
kimia yang tak terpakai karena salah spesifikasi.
Jumlah buangan limbah yang dihasilkan laboratorium kimia analisa sampai saat ini
belum pernah dihitung secara riil, begitu pula potensia ancaman dampak pencemaran,
gangguan bagi keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungannya.

B. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah menyelesaikan materi pembelajaran ini diharapkan para peserta Bimbingan
Teknis Pengelolaan Laboratorium dapat memahami konsep-konsep yang mendasari
kegiatan pengelolaan limbah laboratorium Ilmu Pengetahuan Alam.

C. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti kegiatan Bimbingan Teknis Pengelolaan Laboratorium peserta
diharapkan mendapatkan kompetensi sebagai berikut.

KERJASAMA PPPPTK IPA DAN LPMP BENGKULU |7


DIKLAT CALON KEPALA LABORATORIUM IPA SMP

1. Menjelaskan arti limbah


2. Mengidentifikasi jenis limbah
3. Mengidentifikasi akibat dan Teknik Pengolahan Limbah
4. Menjelaskan Limbah B3
5. Menjelaskan Penanganan sisa bahan kimia

KERJASAMA PPPPTK IPA DAN LPMP BENGKULU |8


DIKLAT CALON KEPALA LABORATORIUM IPA SMP

KEGIATAN PEMBELAJARAN 1
MENGIDENTIFIKASI JENIS LIMBAH

LEMBAR INFORMASI
A.Pengertian
Limbah adalah hasil samping dari proses produksi yang tidak dapat langsung dimanfaatkan,
bisa berbentuk padat, cair, gas, getaran suara, dan lain-lain, yang dapat menimbulkan
pencemaran apabila tidak dikelola dengan benar

B.Identifikasi Jenis Limbah


Pernahkah kita memikirkan bagaimana perjalanan sampah yang kita buang, mulai dari
rumah hingga lokasi pembuangan akhir (TPA)? Gambar berikut ini adalah perjalanan
setumpuk sampah dari berbagai sumber sampah di sebuah kota menuju

Keterangan gambar:
TPS= tempat pembuangan sementara
TPA = tempat pembuangan akhir
B3 = Bahan Berbahaya dan Beracun
PPLI = Pusat Pengolahan Limbah Industri

Diperkirakan setiap harinya rata-rata setiap penduduk menghasilkan 2-3 liter sampah,
sehingga jumlah sampah yang dihasilkan oleh warga DKI mencapai 6000 ton. Percayakan
Anda bahwa jumlah ini setara dengan tumpukan sampah setinggi gedung-gedung
perkantoran di Jalan Sudirman Jakarta.

Tumpukan sampah bukan hanya mengganggu kesehatan, namun juga mengancam nyawa
manusia! Seperti yang terjadi di Bandung tahun 2005 lalu – TPA Leuwigajah – yang
menyebabkan meninggalnya lebih dari 140 nyawa tertimbun longsor sampah sejumlah

KERJASAMA PPPPTK IPA DAN LPMP BENGKULU |9


DIKLAT CALON KEPALA LABORATORIUM IPA SMP

jutaan meter kubik dalam semalam. Tahun 2006 yang lalu kejadian serupa pun terjadi di TPA
Bantargebang, yang menewaskan sejumlah pemulung. Kejadian menyedihkan ini tentunya
dapat dicegah jika sampah dapat kita kurangi dan diolah semaksimal mungkin mulai dari
sumbernya, yang salah satunya adalah lingkungan rumah tangga kita sendiri.

Jenis-jenis Limbah yang sering kita temukan sebagai berikut;


1. Limbah Padat : Plastik, logam, potongan kayu, botol bekas, sisa buangan
2. Limbah Cair : Berasal dari industri maupun rumah tangga
3. Limbah Gas : dari cerobong asap industri, kendaraan, pembakaran sampah,
pembakaran hutan

Pengertian Sampah
“Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk digunakan
secara biasa atau khusus dalam produksi atau pemakaian; barang rusak atau cacat selama
manufaktur; atau materi berkelebihan atau buangan.“ (Kamus Istilah Lingkungan, 1994)
“Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas
manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis.“ (Istilah Lingkungan
untuk Manajemen, Ecolink 1996)
“Sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya atau pemakai
semula.“ (Tandjung, Dr. M. Sc., 1982)
“Sampah adalah sumber daya yang tidak siap pakai.“ (Radyastuti, W. Prof. Ir, 1996)

Jenis Sampah
Berdasarkan asalnya, sampah padat dapat digolongkan sebagai:

 Sampah Organik
 Sampah Anorganik
 Sampah Khusus

Sampah Organik terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari
alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau yang lain. Sampah ini dengan
mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan
bahan organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa tepung,
sayuran, kulit buah, dan daun.

Sampah Anorganik berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan minyak
bumi, atau dari proses industri. Beberapa dari bahan ini tidak terdapat di alam seperti
plastik dan aluminium. Sebagian zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan
oleh alam, sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang lama. Sampah
jenis ini pada tingkat rumah tangga, misalnya berupa botol gelas, botol plastik, tas plastik,
kaleng.

KERJASAMA PPPPTK IPA DAN LPMP BENGKULU |10


DIKLAT CALON KEPALA LABORATORIUM IPA SMP

Kertas, koran, dan karton merupakan perkecualian. Berdasarkan asalnya, kertas, koran, dan
karton termasuk sampah organik. Tetapi karena kertas, koran, dan karton dapat didaur
ulang seperti sampah anorganik lain (misalnya gelas, kaleng, dan plastik), maka di buku ini
dimasukkan ke dalam kelompok sampah anorganik

C. Reduce, Reuse, Recycle (3R)

Gambar: Para ibu di Surabaya memilah sampah plastik agar dapat didaur ulang

3R adalah singkatan dari Reduce, Reuse dan Recycle. 3R adalah prinsip utama mengelola
sampah mulai dari sumbernya, melalui berbagai langkah yang mampu mengurangi jumlah
sampah yang dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Langkah utama adalah
pemilahan sejak dari sumber, seperti contoh gambar diatas.

Reduce artinya mengurangi. Kurangilah jumlah sampah dan hematlah pemakaian barang.
Misalnya dengan membawa tas belanja saat ke pasar sehingga dapat mengurangi sampah
plastik dan mencegah pemakaian styrofoam.

Reuse artinya pakai ulang. Barang yang masih dapat digunakan jangan langsung dibuang,
tetapi sebisa mungkin gunakanlah kembali berulang-ulang. Misalnya menulis pada kedua sisi
kertas dan menggunakan botol isi ulang.

Recycle artinya daur ulang. Sampah kertas dapat dibuat hasta karya, demikian pula dengan
sampah kemasan plastik mie instan, sabun, minyak, dll. Sampah organik dapat dibuat
kompos dan digunakan sebagai penyubur tanaman maupun penghijauan.

D. Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3)

1. Pengertian B3
Menurut PP No. 18 tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa suatu usaha
dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat
dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung,
dapat mencemarkan dan atau merusakan lingkungan hidup dan atau membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain.

KERJASAMA PPPPTK IPA DAN LPMP BENGKULU |11


DIKLAT CALON KEPALA LABORATORIUM IPA SMP

Intinya adalah setiap materi yang karena konsentrasi dan atau sifat dan atau jumlahnya
mengandung B3 dan membahayakan manusia, mahluk hidup dan lingkungan, apapun jenis
sisa bahannya.
Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah)
suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3)
karena sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau
jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan
lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia.

2. Tujuan pengelolaan limbah B3


Tujuan pengelolaan B3 adalah untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran atau
kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah B3 serta melakukan pemulihan
kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai dengan fungsinya kembali.
Dari hal ini jelas bahwa setiap kegiatan/usaha yang berhubungan dengan B3, baik penghasil,
pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah dan penimbun B3, harus memperhatikan
aspek lingkungan dan menjaga kualitas lingkungan tetap pada kondisi semula. Dan apabila
terjadi pencemaran akibat tertumpah, tercecer dan rembesan limbah B3, harus dilakukan
upaya optimal agar kualitas lingkungan kembali kepada fungsi semula.

3. Identifikasi limbah B3

Pengidentifikasian limbah B3 digolongkan ke dalam 2 (dua) kategori, yaitu:

1. Berdasarkan sumber
2. Berdasarkan karakteristik
Golongan limbah B3 yang berdasarkan sumber dibagi menjadi:
1. Limbah B3 dari sumber spesifik;
2. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik;
3. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan dan buangan
produk yang tidak memenuhi spesifikasi.

KERJASAMA PPPPTK IPA DAN LPMP BENGKULU |12


DIKLAT CALON KEPALA LABORATORIUM IPA SMP

Sedangkan golongan limbah B3 yang berdasarkan karakteristik ditentukan dengan:

 mudah meledak;
 pengoksidasi;
 sangat mudah sekali menyala;
 sangat mudah menyala;
 mudah menyala;
 amat sangat beracun;
 sangat beracun;
 beracun;
 berbahaya;
 korosif;
 bersifat iritasi;
 berbahayabagi lingkungan;
 karsinogenik;
 teratogenik;
 mutagenik.

Karakteristik limbah B3 ini mengalami pertambahan lebih banyak dari PP No. 18 tahun 1999
yang hanya mencantumkan 6 (enam) kriteria, yaitu:
 mudah meledak;
 mudah terbakar;
 bersifat reaktif;
 beracun;
 menyebabkan infeksi;
 bersifat korosif.
Peningkatan karakteristik materi yang disebut B3 ini menunjukan bahwa pemerintah
sebenarnya memberikan perhatian khusus untuk pengelolaan lingkungan Indonesia. Hanya
memang perlu menjadi perhatian bahwa implementasi dari Peraturan masih sangat kurang
di negara ini.

Pengelolaan dan pengolahan limbah B3


Pengelolaan limbah B3 meliputi kegiatan pengumpulan, pengangkutan, pemanfatan,
pengolahan dan penimbunan.
Setiap kegiatan pengelolaan limbah B3 harus mendapatkan perizinan dari Kementerian
Lingkungan Hidup (KLH) dan setiap aktivitas tahapan pengelolaan limbah B3 harus
dilaporkan ke KLH. Untuk aktivitas pengelolaan limbah B3 di daerah, aktivitas kegiatan
pengelolaan selain dilaporkan ke KLH juga ditembuskan ke Bapedalda setempat.
Pengolahan limbah B3 mengacu kepada Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan (Bapedal) Nomor Kep-03/BAPEDAL/09/1995 tertanggal 5 September 1995

KERJASAMA PPPPTK IPA DAN LPMP BENGKULU |13


DIKLAT CALON KEPALA LABORATORIUM IPA SMP

tentang Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun


(www.menlh.go.id)

Pengolahan limbah B3 harus memenuhi persyaratan:


 Lokasi pengolahan
Pengolahan B3 dapat dilakukan di dalam lokasi penghasil limbah atau di luar lokasi penghasil
limbah. Syarat lokasi pengolahan di dalam area penghasil harus:
1. daerah bebas banjir;
2. jarak dengan fasilitas umum minimum 50 meter;
Syarat lokasi pengolahan di luar area penghasil harus:

1. daerah bebas banjir;


2. jarak dengan jalan utama/tol minimum 150 m atau 50 m untuk jalan lainnya;
3. jarak dengan daerah beraktivitas penduduk dan aktivitas umum minimum 300 m;
4. jarak dengan wilayah perairan dan sumur penduduk minimum 300 m;
5. dan jarak dengan wilayah terlindungi (spt: cagar alam,hutan lindung) minimum 300
m.

 Fasilitas pengolahan
Fasilitas pengolahan harus menerapkan sistem operasi, meliputi:
1. sistem kemanan fasilitas;
2. sistem pencegahan terhadap kebakaran;
3. sistem pencegahan terhadap kebakaran;
4. sistem penanggulangan keadaan darurat;
5. sistem pengujian peralatan;
6. dan pelatihan karyawan.
Keseluruhan sistem tersebut harus terintegrasi dan menjadi bagian yang tak terpisahkan
dalam pengolahan limbah B3 mengingat jenis limbah yang ditangani adalah limbah yang
dalam volume kecil pun berdampak besar terhadap lingkungan.
 Penanganan limbah B3 sebelum diolah
Setiap limbah B3 harus diidentifikasi dan dilakukan uji analisis kandungan guna
menetapkan prosedur yang tepat dalam pengolahan limbah tersebut. Setelah uji
analisis kandungan dilaksanakan, barulah dapat ditentukan metode yang tepat guna
pengolahan limbah tersebut sesuai dengan karakteristik dan kandungan limbah.
 Pengolahan limbah B3
Jenis perlakuan terhadap limbah B3 tergantung dari karakteristik dan kandungan
limbah. Perlakuan limbah B3 untuk pengolahan dapat dilakukan dengan proses sbb:
1. proses secara kimia, meliputi: redoks, elektrolisa, netralisasi, pengendapan,
stabilisasi, adsorpsi, penukaran ion dan pirolisa.
2. proses secara fisika, meliputi: pembersihan gas, pemisahan cairan dan penyisihan
komponen-komponen spesifik dengan metode kristalisasi, dialisa, osmosis balik, dll.

KERJASAMA PPPPTK IPA DAN LPMP BENGKULU |14


DIKLAT CALON KEPALA LABORATORIUM IPA SMP

3. proses stabilisas/solidifikasi, dengan tujuan untuk mengurangi potensi racun dan


kandungan limbah B3 dengan cara membatasi daya larut, penyebaran, dan daya
racun sebelum limbah dibuang ke tempat penimbunan akhir
4. proses insinerasi, dengan cara melakukan pembakaran materi limbah menggunakan
alat khusus insinerator dengan efisiensi pembakaran harus mencapai 99,99% atau
lebih. Artinya, jika suatu materi limbah B3 ingin dibakar (insinerasi) dengan berat 100
kg, maka abu sisa pembakaran tidak boleh melebihi 0,01 kg atau 10 gr

E. Penanganan sisa bahan kimia


Laboratorium yang baik adalah laboratorium yang tidak hanya memperhatikan
masalah ketelitian analisa saja. Akan tetapi laboratorium yang baik juga harus
memperhatikan masalah pembuangan limbah. Limbah yang dibuang sembarangan, jika
masuk ke badan air tanah dan mengalir ke pemukiman penduduk akan menimbulkan
bahaya. Terutama logam-logam berat jika tidak ditangani dengan baik dapat
membahayakan makhluk hidup dan merusak lingkungan.
Pekerjaan dan percobaan laboratoium kimia seperti titrasi, sintesis, distilasi, dan
ekstraksi selalu menghasilkan bahan kimia sisa pakai yang perlu dibuang. Kadang-kadang
terdapat pula bahan kimia yang telah rusak atau bahan kimia yang tertumpah yang harus
dibuang.
Mengingat bahwa bahan kimia dari laboratoium kebanyakan beracun, maka
pembuangan bahan kimia tersebut harus memikirkan pula kepentingan masyarakat dan
lingkungan. Lebih-lebih jika laboratoium terletak di tengah-tengah masyarakat berpenduduk
padat. Air buangan dari laboratoium sangat mungkin masuk ke kali atau parit dimana air
tersebut dipakai penduduk untuk, mandi, mencuci, memelihara ikan, dan sebagainya.

1) Penetralan dan pengendapan


Bahan kimia yang bersifat asam atau basa, sebelum dibuang sebaiknya dinetralkan terlebih
dahulu. Sisa-sisa asam sulfat (H2SO4), asam klorida (HCI), dan asam nitrat (HNO3) dapat
dinetralkan dengan air kapur dan dilakukan pengecekan pH-nya dengan menggunakan
kertas pH. Sisa bahan kimia yang bersifat basa seperti NaOH dan amonia dinetralkan dengan
asam asetat atau asam karbonat. Setelah netral, bahan kimia dapat dibuang dalam bak
pembuangan yang dihubungkan dengan septik tank. Bahan kimia sisa yang mengandung zat-
zat logam berat yang beracun seperti Pb, Hg, As dan Cd dilakukan pengendapan terlebih
dahulu sebelum dibuang.
Endapan yang terkumpul kemudian dibakar di dalam insenerator atau dibawa ke tempat
pengolahan limbah berbahaya dan beracun (B3). Sedangkan cairan bagian atas dinetralkan
terlebih dulu sebelum dibuang ke bak pembuangan atau wastafel yang dihubungkan dengan
septik tank.
2) Pembakaran terbuka
Metoda pembakaran terbuka dapat diterapkan untuk bahan-bahan organik yang kadar
racunnya rendah dan tidak terlalu berbahaya. Bahan-bahan organik tersebut dibakar
ditempat yang aman dan jauh dari pemukiman penduduk.
3) Pembakaran dalam insenerator
Untuk zat-zat yang toksik atau zat-zat yang apabila dibakar di tempat terbuka dapat
menghasilkan zat-zat toksik, maka pembakaran akan lebih aman apabila dilakukan di dalam

KERJASAMA PPPPTK IPA DAN LPMP BENGKULU |15


DIKLAT CALON KEPALA LABORATORIUM IPA SMP

insenerator. Peralatan tersebut secara otomatis dapat membakar pada suhu ± 1000°C
sehingga terjadi pembakaran sempurna dan dilengkapi dengan penyaring (filter) gas.
4) Penimbunan dan pengumpulan di tempat tertentu
Zat-zat buangan padat yang reaktif atau beracun dapat ditimbun di dalam tanah dengan
perlindungan tertentu. Perlindungan dimaksudkan agar zat-zat beracun tidak merembes ke
dalam sumur atau mata air, dan zat-zat eksplosif tidak menimbulkan bahaya ketika
dilakukan pengolahan tanah di masa datang. Tempat penimbunan harus jauh dari sumber
air (sumur, sungai, danau), terhindar dari sinar matahari, dan dibuat dari beton supaya tidak
terjadi perembesan serta diberi tanda bahaya yang jelas.

KERJASAMA PPPPTK IPA DAN LPMP BENGKULU |16


DIKLAT CALON KEPALA LABORATORIUM IPA SMP

SANITASI DAN HYGIENE

A. Konsep Sanitasi dan Hygiene


1. Pengertian
a. Sanitasi
Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menintik beratkan pada
pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat
kesehatan manusia. Upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi
kebersihan lingkungan dari subjeknya (Depkes RI, 2004).
Pengertian Sanitasi dari beberapa sumber antara lain :
1. Menurut Hopkins adalah cara pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan yang
mempunyai pengaruh terhadap kesehatan.
2. Bagian dari Kesehatan Lingkungan yang meliputi cara dan usaha individu atau
masyarakat untuk mengontrol dan mengendalikan lingkungan hidup eksternal yang
berbahaya bagi kesehatan serta yang dapat mengancam kelangsungan hidup
manusia (Chandra, 2006)
Terkait dengan makanan, sanitasi didefinisikan sebagai penerapan atau
pemeliharaan kondisi yang mampu mencegah terjadinya pencemaran (kontaminasi)
makanan atau terjadinya penyakit yang disebabkan oleh makanan (foodborne illness
atau foodborne disease).
Contoh salah satu kegiatan dari sanitasi makanan adalah penyehatan makanan
dan minuman. Kegiatan ini merupakan upaya untuk mengendalikan faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan kuman pada makanan dan minuman. Faktor-faktor
tersebut berasal dari proses penanganan makanan, minuman, lingkungan dan
orangnya, sehingga makanan dan minuman yang disajikan rumah sakit tidak menjadi
mata rantai penularan penyakit (Ditjen PPM & PLP dan ditjen Yanmedik,Depkes
RI.Jakarta 1988).
Menghadapi kompetisi usaha dalam bidang makanan yang terjadi saat ini, maka
pengetahuan tentang sanitasi dan higiene menjadi sangat penting dan merupakan suatu
sistem yang harus dilakukan oleh semua usaha yang tergabung dalam suatu usaha
pelayanan makanan.
Sanitasi dan higiene diperlukan mulai dari perencanaan menu, pembelian bahan,
penerimaan barang, penyimpanan, pengeluaran barang, persiapan pengolahan,
pengolahan, kegiatan menjaga makanan sebelum disajikan, kegiatan penyajian, sampai
pada kegiatan pencucian dan perawatan.
Masalah sanitasi dalam bidang makanan nampaknya masih dianggap sebagai
suatu usaha yang sia-sia sehingga banyak orang yang mengabaikannya. Banyak orang
yang menganggap dalam usaha makanan yang terpenting adalah laku, enak, dan laba

KERJASAMA PPPPTK IPA DAN LPMP BENGKULU |17


DIKLAT CALON KEPALA LABORATORIUM IPA SMP

yang banyak. Tetapi bagaimana membuat penampilan yang bersih, baik, dan aman
untuk dimakan belum sepenuhnya menjadi perhatian.

b. Higiene

Menurut UU No. 2 Tahun 1996 yaitu hygiene dinyatakan sebagai kesehatan


masyarakat yang meliputi semua usaha untuk merawat, melindungi dan mempertinggi
derajat kesehatan badan, jiwa, baik untuk umum maupun perorangan yang bertujuan
memberikan dasar-dasar kelanjutan hidup yang sehat serta meningkatkan kesehatan
dalam masyarakat.
Ada beberapa pengertian higiene :

1. Higiene adalah usaha kesehatan masyarakat yang mempelajarai pengaruh kondisi


lingkungan terhadap : kesehatan manusia, upaya mencegah timbulnya penyakit
karena pengaruh lingkungan kesehatan serta membuat kondisi lingkungan terjamin
pemeliharaan kesehatannya, termasuk upaya melindungi, memelihara dan
mempertinggi derajat kesehatan manusia, sehingga berbagai faktor lingkungan yang
tidak menguntungkan tidak sampai menimbulkan gangguan terhadap kesehatan.
2. Hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara memeriksa dan melindungi kebersihan
subjeknya (Depkes RI, 2004).
3. Hygiene adalah seluruh kondisi atau tindakan untuk meningkatkan kesehatan.
4. Hygiene adalah ilmu yang berkaitan dengan pencegahan penyakit dan pemeliharaan
kesehatan. Pengertian hygiene juga mencakup usaha perawatan diri (personal
hygiene), termasuk juga perlindungan kesehatan akibat pekerjaan (Merriam W,
2009).
5. Menurut Brownell adalah bagaimana caranya orang memelihara dan melindungi
kesehatan.
6. Menurut Gosh adalah suatu ilmu kesehatan yang mencakup seluruh faktor yang
mendorong adanya kehidupan yang sehat baik perorangan maupun melalui
masyarakat.
7. Menurut Prescott hygiene terdiri dari dua aspek yaitu menyangkut individu (Personal
Hygiene) dan yang menyangkut lingkungan (Environment)
.

B. Ruang Lingkup
a. Ruang Lingkup Sanitasi

Berdasarkan pengertiannya sanitasi adalah suatu upaya pencegahan penyakit


yang menitikberatkan kegiatannya kepada usaha-usaha kesehatan lingkungan hidup
manusia. sehingga di dalam Undang-Undang Kesehatan No.23 tahun 1992 pasal 22
disebutkan bahwa kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan
kualitas lingkungan yang sehat, yang dapat dilakukan dengan melalui peningkatan
sanitasi lingkungan, baik yang menyangkut tempat maupun terhadap bentuk atau

KERJASAMA PPPPTK IPA DAN LPMP BENGKULU |18


DIKLAT CALON KEPALA LABORATORIUM IPA SMP

wujud substantifnya yang berupa fisik, kimia, atau biologis termasuk perubahan
perilaku.
Kualitas lingkungan yang sehat adalah keadaan lingkungan yang bebas dari
resiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatan hidup manusia, melalui
pemukiman antara lain rumah tinggal dan asrama atau yang sejenisnya, melalui
lingkungan kerja antra perkantoran dan kawasan industri atau sejenis.

b. Ruang Lingkup Hygiene

Masalah hygiene tidak dapat dipisahkan dari masalah sanitasi, dan pada
kegiatan pengolahan makanan masalah sanitasi dan hygiene dilaksanakan bersama-
sama. Kebiasaan hidup bersih, bekerja bersih sangat membantu dalam mengolah
makanan yang bersih pula.
Ruang lingkup hygiene meliputi:
1. Hygiene perorangan
2. Hygiene makanan dan minuman

2. Tujuan Sanitasi dan Higiene

Sanitasi dan Higiene mempunyai tujuan yaitu mengusahakan cara hidup


sehat, sehinggat terhindar dari penyakit tetapi dalam penerapannya memiliki arti
yang berbeda dimana usaha sanitasi lebh menitik beratkan pada faktor-faktor
lingkungan hidup manusia sedangkan hygiene lebih menitikberatkan usaha-
usahanya kepada kebersihan individu. Beberapa manfaat dapat kita rasakan apabila
kita menjaga sanitasi di lingkungan kita, misalnya: mencegah penyakit menular,
mencegah kecelakaan, mencegah timbulnya bau tidak sedap, menghindari
pencemaran, mengurangi jumlah (presentase sakit), lingkungan menjadi bersih,
sehat, dan nyaman.

3. Obyek Sanitasi dan higiene

Perbedaan antara hygiene dan sanitasi adalah bahwa hygiene lebih


mengarah kepada manusia atau individu (marsyarakat) sedangkan sanitasi lebih
menitik beratkan pada faktor-faktor lingkungan hidup.
Kegiatan-Kegiatan yang dilakukan dalam Usaha Sanitasi tersebut meliputi:
a. Keamanan makanan dan minuman yang disajikan.

KERJASAMA PPPPTK IPA DAN LPMP BENGKULU |19


DIKLAT CALON KEPALA LABORATORIUM IPA SMP

b. Hygiene perorangan dan pengamanan makanan oleh keryawan yang


bersangkutan.
c. keamanan terhadap penyediaan air
d. pengolahan pembuangan air limbah dan kotoran.
e. Perlindungan makanan terhadap kontaminasi selama dalam proses
pengolahan,penyajian dan penyinpanan.
f. Pencucian,kebersihan dan penyimpanan alat-alat perlengkapan pengolahan
makanan.

Upaya yang harus dilakukan dalam menjaga dan memelihara kesehatan


lingkungan adalah obyek sanitasi yang meliputi seluruh tempat tinggal/bekerja
seperti: dapur, restoran, taman, public area, ruang kantor, rumah dan sebagainya.
Obyek dari sanitasi dan higiene merupakan sumber kontaminan atau
cemaran yaitu semua benda asing yang tidak dikehendaki baik berupa debu,
kotoran, tanah, pasir, potongan tangkai, daun, jasad renik, serangga, kutu dan lain-
lain yang mencemari bahan, alat maupun ruangan pengolahan.
Kontaminan ada yang mudah dilihat wujudnya, ada pula yang tidak terlihat
(kasat mata) seperti bakteri, kapang, khamir maupun virus. Kontaminan juga belum
tentu merupakan bahan yang kotor tetapi bahan yang bersihpun dapat merupakan
cemaran apabila salah tempat. Misalnya gula yang berserakan di Meja. Begitupun
sebaliknya, bahan yang kotor tetapi masih berada dalam tempat yang tepat maka
bahan tersebut bukan suatu kontaminan.
Sumber kontaminan bisa juga berasal dari lingkungan ( udara, tanah , air )
peralatan pengolahan, pekerja pengolahan, sampah produksi, serangga, tikus dan
lain-lain. Udara sekitar terkontaminasi mikroba yang berasal dari debu, udara yang
dikeluarkan oleh penderita penyakit saluran napas dan lain-lain.
Obyek sanitasi diantaranya :

1. Sanitasi Bahan Baku

Bahan baku adalah segala macam bahan biasanya dari hasil pertanian
ataupun yang lainnya. Bahan baku menjadi komponen-komponen dasar dalam
pengolahan pangan dan produk pangan.
Sanitasi pangan adalah upaya pencegahan terhadap kemungkinan
bertumbuh dan berkembangbiaknya jasad renik pembusuk dan patogen dalam
makanan, minuman, peralatan,dan bangunan yang dapat merusak pangan dan
membahayakan manusia. Diharapkan adanya penerapan sanitasi bahan baku
akan diperoleh bahan pangan yang sehat dan aman. Keamanan Pangan adalah
kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan
cemaran biologis, kimia dan fisik yang dapat mengganggu, merugikan dan
membahayakan kesehatan manusia.

KERJASAMA PPPPTK IPA DAN LPMP BENGKULU |20


DIKLAT CALON KEPALA LABORATORIUM IPA SMP

Sanitasi yang higienis mulai dari pemilihan bahan baku sampai di outlet
tempat penjualan produk perlu diperhatikan. Sanitasi ini mulai di pekerja harus yang
bersih dan sehat, peralatan produksi dan penyajian, lingkungan produksi dan outlet
harus terang dan bersih, terhindar dari binatang peliharaan dan binatang kotor.
Saluran pembuangan limbah harus lancar dan terhindar dari kesan jorok dan terakhir
haruslah menggunakan air bersih sesuai persyaratan dan tersedia dalam jumlah yang
cukup.

2. Sanitasi Peralatan
Prinsip utama peralatan adalah harus mudah dibuka atau dipindahkan untuk
memudahkan pembersihan dengan bahan non corrosive Desain, tipe, ukuran dan
instalasi peralatan dibuat untuk menghindari dan mencegah kontaminasi selama
proses produksi.
Ketika memilih dan membeli mesin, higienitas produksi dan kemudahan
untuk pembersihan dan sanitasi harus dipertimbangkan. Kontaminasi adalah
penyebab utama kerusakan mesin. Perawatan dan penanganan yang baik di
butuhkan untuk memahami sifat merusak kontaminasi dan menyadari manfaat
untuk mencegah kontaminasi.

3. Sanitasi Pekerja

Sanitasi pekerja sangat diperlukan dalam suatu industri. Pekerja atau


karyawan yang mengolah bahan pangan harus sehat jasmani dan rohani serta
mengerti tentang kesehatan. Pekerja harus mengikuti prosedur sanitasi yang
memadai untuk mencegah kontaminasi pada makanan yang ditanganinya. Prosedur
yang penting bagi pekerja pengolah makanan adalah pencucian tangan, kebersihan
dan kesehatan diri.
Tangan yang kotor atau terkontaminasi dapat memindahkan bakteri dan
virus patogen dari tubuh, fases, atau sumber lain ke makanan. Oleh karena itu,
pencucian tangan merupakan hal pokok yang harus dilakukan pekerja yang terlibat
dalam penanganan makanan. Pekerja sebaiknya mencuci tangan sebelum memulai
pekerjaan dan setelah melakukan kegiatan pribadi (misalnya merokok , makan,
minum, bersin, batuk , dan setelah menggunakan toilet). Pencucian tangan dilakukan
dengan mengunakan sabun dan diikuti dengan pembilasan menggunakan tissue
(Hiasinta, 2001).
Rambut pekerja harus selalu dicuci secara periodik. Pekerja yang berambut
panjang harus mengikat rambutnya dan disarankan menggunakan topi atau jala
rambut (hairnet). Walaupun tidak menggunakan seragam khusus , hendaknya
pekerja memakai pakaian yang bersih, tidak bermotif, dan berwarna terang. Hal ini
dilakukan agar kotoran pada pakaian mudah terlihat (Hiasinta, 2001).

KERJASAMA PPPPTK IPA DAN LPMP BENGKULU |21


DIKLAT CALON KEPALA LABORATORIUM IPA SMP

Celemek yang digunakan oleh para pekerja juga harus bersih dan tidak boleh
digunakan sebagai lap tangan. Penggunaan sarung tangan plastik pada waktu
pengemasan dapat mencegah kerusakan makanan akibat kontaminasi dari tangan
pekerja. Karyawan/pekerja yang menangani makanan dalam suatu industri
merupakan sumber kontaminasi yang penting karena kandungan mikroba patogen
pada manusia dapat menimbulkan penyakit yang nantinya dapat ditularkan melalui
makanan.
Beberapa hal yang harus selalu dijaga oleh para pekerja yaitu kebersihan dan
kesehatan pribadi. Jika ada salah seorang pekerja yang sakit , maka diharuskan untuk
cuti hingga sembuh dari sakitnya.
Beberapa peristiwa keracunan bahan pangan yang tercemar oleh
Staphylococcus aureus diakibatkan oleh higiene yang buruk dari pengelola bahan
makanan tersebut. Apabila memungkinkan pekerja harus memakai sarung tangan,
apabila tangan pekerja terluka harus ditutup dengan plaster kain tahan air agar
mikroorganisme pada luka tidak mengkontaminasi makanan. Pekerja tidak boleh
batuk, bersin, meludah, dan merokok dalam ruangan pengolahan.

4. Sanitasi Tempat Pengolahan.

Syarat sanitasi tempat pengolahan baik dari kontruksinya, perlengkapan yang


ada maupun tata letak perlengkapan yang lazim ada di setiap pengolahan,adalah :
1. Lantai
Lantai sebaiknya harus :

 Dibuat dari bahan yag keras/rapat air, mudah dibersihkan, tahan akan
kerusakan-kerusakan dan korosi (rapuh).
 Luas lantai 35% - 40% dari luas ruangan dan tidak boleh kurangdari 15m2 –
23m2. Semua sudut antara lantai dengan dinding harus melengkung bulat
dengan tinggi (jari-jari) kurang dari 7,26 cm dari lantai.
 Lantai dibangun dari kayu, mempunyai sambungan berbentuk tupai, lantai
yang dibangun dari papan bercelah harus diletakan rapat bersama-sama,
semua terapit lantai dan dinding melengkung bulat dengan tinggi jari-jari 7,62
cm dari lantai.
 Lantai yang membutuhkan tutup/alas supaya dibuat dari linokum/bahan karat
semen yang tegang elastis, karpet/permadani.
 Lantai harus selalu dalam keadaan bersih, terpelihara sebelum dan sesudah
melakukan kegiatan.
2. Dinding
Beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya:
 Permukaan dalam dinding harus rata, halus, tidak menyerap air dan mudah
dibersihkan.

KERJASAMA PPPPTK IPA DAN LPMP BENGKULU |22


DIKLAT CALON KEPALA LABORATORIUM IPA SMP

3. Atap dan langit-langit


Beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya :
 Atap dibuat dari bahan yang rapat air dan tidak bocor.
 Lambat laun harus menutupi permukaan bawah bagian dalam atap, anti debu
dan mudah dibersihkan.
 Permukaan bawah langit-langit untuk ruangan/ kamar tempat persiapan/
pewadahan makanan dan minuman.
 Peralatan/perabotan dicuci/dibersihkan dan tempat cuci tangan harus rata tidak
menyerap dan berwarna terang.

4. Penerangan/Pencahayaan
 Intensitas minimum penerangan 20 foot candles (FC) pada titik setinggi 76,20
dari permukaan kerja.
 Intensitas penerangan ruang makan dan minum pada tempat cuci antara 30-40
FC.
 Semua penerangan harus bebas dari silau.

5. Ventilasi
 Ventilasi harus cukup untuk mencegah udara melampaui panas, dan untuk
menghilangkan bau yang tidak enak, asap dan udara kotor.
 Permukaan udara bersih dan segar untuk menjamin kenyamanan kerja di dapur,
menghilangkan asap dan bau yang tidak enak.

6. Pembuangan Asap
 Dapur harus dilengkapi dengan pengumpul asap dan cerobongnya.
 Pengeluaran asap melalui cerobong harus lancar dan tidak mengganggu
masyarakat di sekitar.

7. Harus ada penyediaan air yang cukup untuk memenuhi syarat-syarat kesehatan.

8. Harus ada tempat sampah yang memenuhi syarat- syarat kesehatan.

9. Harus ada saluran pembuangan air limbah yang memenuhi syarat-syarat


kesehatan.

10. Tersedia bak/tempat pencuci tangan dan alat-alat dapur.

11. Perlindungan dari serangga atau tikus.


 Barang-barang yang menimbulkan bahaya tidak diperbolehkan disimpan didapur
seperti racun hama, bahan peledak.
 Tersedianya alat pemadam kebakaran

KERJASAMA PPPPTK IPA DAN LPMP BENGKULU |23


DIKLAT CALON KEPALA LABORATORIUM IPA SMP

5. Sanitasi Lingkungan

Sanitasi lingkungan berkaitan erat pada perilaku menjaga kebersihan dan


kesehatan pada lingkungan tempat berada. Sanitasi lingkungan bertujuan untuk
mencegah diri sendiri maupun lingkungan untuk bersentuhan langsung dengan
kotoran atau bahan buangan/limbah lainnya.
Sanitasi lingkungan adalah segala sesuatu yang merupakan upaya untuk
menjaga kebersihan lingkungan. Misalnya membuang sampah pada tempatnya dan
melakukan pengolahan sampah dengan baik. Sehingg sampah tidak menumpuk di
sekitar tempat tinggal dan menjadi masalah baru yang berdampak negatif terhadap
kesehatan orang-orang di lingkungan.

C. Standar Kebersihan Lingkungan

Secara umum aplikasi pengelolaan lingkungan dewasa ini masih terfokus pada
pendekatan pengolahan limbah yang terlanjur dihasilkan, sehingga memerlukan biaya
investasi, operasi, serta pemeliharaan relatif tinggi. Hal itu menjadi salah satu alasan
mengapa kalangan industri tidak atau belum dapat melaksanakan pengelolaan lingkungan
secara optimal.
Berdasarkan hal tersebut perlu dikembangkan strategi pendekatan yang lebih dini
dalam menanggulangi limbah, lebih baik meminimasi jumlah dan toksisitas limbah yang
akan dihasilkan dari pada mengolah limbah. Untuk itu pada tahun 1993, BAPEDAL (Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan) memperkenalkan Produksi Bersih.
Produksi Bersih didefinisikan sebagai suatu strategi pengelolaan lingkungan yang
bersifat preventif dan terpadu yang perlu diterapkan secara terus menerus pada proses
produksi dan daur hidup produk dengan tujuan untuk mengurangi risiko terhadap manusia
dan lingkungan.

ISO 14000
Keterkaitan antara aktivitas ekonomi (dunia usaha) dengan lingkungan telah semakin
disadari oleh masyarakat dunia. Di tingkat internasional, International Organization for
Standarization (ISO) telah didorong oleh kalangan dunia usaha untuk mengembangkan
suatu seri standar manajemen lingkungan yang berlaku secara internasional, dikenal sebagai
ISO seri 14000. Bagi organisasi yang dapat memenuhi sebagian besar komponen yang
diaudit akan memperoleh sertifikat.
Penghargaan ISO 14000 diberikan kepada industri/organisasi yang telah memenuhi
kriteria yang ditetapkan, antara lain:

 Perlindungan terhadap lingkungan


 Dasar persamaan kompetitif
 Menunjukkan kesesuaian dengan peraturan

KERJASAMA PPPPTK IPA DAN LPMP BENGKULU |24


DIKLAT CALON KEPALA LABORATORIUM IPA SMP

 Pembentukan sistem pengelolaan yang efektif


 Penurunan biaya pemeliharaan lingkungan
 Peningkatan terhadap upaya pencegahan pencemaran dan upaya perbaikan yang
berkelanjutan
 Peningkatan hubungan masyarakat
 Peningkatan kepercayaan dan kepuasan konsumen
 Peningkatan perhatian manajemen puncak

KERJASAMA PPPPTK IPA DAN LPMP BENGKULU |25

Anda mungkin juga menyukai