Anda di halaman 1dari 2

PERAN DIKSI DALAM BERKOMUNIKASI DI MEDIA SOSIAL

Berdasarkan pelaksanaan penelitian dapat ditemukan 65 diksi yang dipilih berdasarkan

kelengkapan penulisan dalam kaidah kebahasaan. Dari 65 diksi tersebut teridentifikasi

dalam 5 jenis diksi. Jenis diksi tersebut adalah diksi berdasarkan makna denotasi, diksi

berdasarkan makna konotasi, kata ilmiah dan kata popular, kata umum dan kata khusus

serta kata asing. Jika dikalkulasikan terdapat 24 kata untuk bentuk diksi berdasarkan

makna denotasi. Terdapat 17 kata untuk diksi berdasarkan makna denotasi konotasi, 12

diksi untuk kata ilmiah dan kata popular dan 5 diksi untuk kata umum dan kata khusus

serta terdapat 5 diksi berkategori kata asing.

Sumber : jurnal, DIKSI DAN GAYA BAHASA DI FACEBOOK DALAM KOMUNITAS PEDULI
SKIZOFRENIA INDONESIA, Gilang Ramadhan, Sri Pamungkas, Eny Setyowati ,Prodi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, STKIP PGRI Pacitan

Mendeskripsikan wujud kesalahan penggunaan bahasa Indonesia di instagram.

Dalam penggunaan bahasa Indonesia masih terdapatnya kesalahan dalam berbahasa

seperti pada caption dan komentar warganet pada akun instagram masing - masing.

Seiring berjalannya waktu banyak sekali variasi bahasa yang digunakan masyarakat

dalam mengungkapkan kata - kata ataupun kalimat yang dituang dalam media sosial.

Dengan lalainya bahasa sering kali menggunakan kesalahan penggunaan kata-kata

yang ejaan, pemakaian diksi, struktur tata bahasa, dan bahasa campuran misal bahasa

Indonesia dicampur dengan bahasa Inggris. Dalam pengungkapannya dalam

instagram netizen bisa sesuka hati dalam berkomentar tanpa memperdulikan efek

yang dijadikan setelah mengungkapkan bahasa yang digunakannya setiap unggahan.

Sumber : jurnal, Analisis Kesalahan Gaya Berbahasa Pada Sosial Media Instagram
dalam Caption dan Komentar,Umi Kholifah dan Atiqa Sabardila
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah SSurakarta

Data 1. Mahasiswa: “Assalamualaikum, Pak. Kita bisa Gmeet jam09.15 kan, Pak? Terimakasih.”Dari
data (1) dapat dilihat ketidaklaziman penggunaan diksi Oleh mahasiswa yang ditujukan kepada
dosen. Dalam data tersebut, terlihat diksi yang digunakan tidak sesuai dengan konteks Dalam diksi
tersebut. Pada data ini terlihat konteksnya berupa Semiformal, yaitu konteks ketika perkuliahan
hendak dimulai. Data tersebut berupa pertanyaan yang seharusnya menggunakan Diksi “apakah”
sebagai bentuk tingkat keformalan data tersebut. Lalu, diksi kan juga menunjukkan ketidaklaziman
yang digunakan. Seharuskan, diksi kan ini jangan digunakan karena bermaksud sebagai penekatan.
Yang maksud penekatan ini dapat mengarah kepada tuntutan mahasiswa kepada dosen yang harus
segera dijawab.

Sumber: : jurnal, KETIDAKLAZIMAN DIKSI DALAM PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL OLEH


MAHASISWA Syahriandi, Radhiah, Dosen Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas
Malikussaleh, Aceh Utara.

Dengan banyakanya pengguna media sosial Instagram tidak sedikit kita temui orangorang yang
melakukan penyelewengan dalam penulisan diksi, seperti kata kamu diubah menjadi lu, u, loe, l. Ada
juga diksi yang dulunya kasar digunakan menjadi sebutan panggilan seperti anjir, bangsat, kampret,
tai, dan masih banyak lagi. Bagi beberapa orang menggunakan diksi seperti itu menjadikan ia terlihat
lebih gaul, dan trendy. Walupun tidak ada larangan untuk menggunakan diski tersebut tapi
sebaiknya nilai kesopan santunan dalam berkomunikasi harus tetap dijaga.

Sumber : jurnal, PEMAKAIAN DIKSI DALAM PENULISAN CAPTION MEDIA SOSIAL


INSTAGRAM, Amanda Maharani, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Diksi dan gaya bahasa sangat dibutuhkan pada bentuk tulisan argumentasi persuasif yaitu tulisan
yang menyajikan suatu komposisi dengan sasaran utama mempengaruhi dan mengubah sikap
maupun pendapat orang lain. Ciri khas tulisan argumentasi yang berusaha membuktikan suatu
kebenaran hasil penalaran penulis (Keraf, 2001: 120). Pembuktian kebenaran disampaikan untuk
mendapatkan kesepakatan dengan sifat persuasif yang dimiliki tulisan tersebut. Istilah-istilah
tersebut akan dibahas lebih mendalam lagi satu per satu.

Sumber : http://eprints.walisongo.ac.id/3519/3/101211038_Bab2.pdf

Anda mungkin juga menyukai