Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS KLAUSA BERDASARKAN KATEGORI DAN

PERAN UNSUR-UNSURNYA
Pengampu : Prof. Dr. Markhamah, M.Hum

Disusun oleh :

Kelompok VII

1. Tri Wahyulita (A310190119)


2. Keren Pujaning Jati ( A310190120)
3. Anggit Dwi Loventi (A310190121)
4. Zurisa Evana (A310190122)

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2021
KULTUM
QS. An-Nur (24) : ayat 51

Allah berfirman dalam surah An Nur ayat 51 dan 53 mengenai kekuasaan yang dijanjikan Allah
kepada orang-orang beriman dan beramal saleh ketika mereka mengikuti ajaran Islam. Dalam
surah An Nur ayat 51 yang berbunyi :

َ‫كَ هُ ُم ۡال ُم ۡفلِح ُۡون‬Dِ‫ولٓ ِٕٕٮ‬


ٰ ُ‫اِنَّ َما َكانَ قَ ۡو َل ۡال ُم ۡؤ ِمنِ ۡينَ اِ َذا ُدع ُۡۤوا اِلَى هّٰللا ِ َو َرس ُۡولِ ٖه ِليَ ۡح ُك َم بَ ۡينَهُمۡ اَ ۡن يَّقُ ۡولُ ۡوا َس ِم ۡعنَا َواَطَ ۡعنَا‌ؕ َوا‬

Innamā kāna qaulal-mu`minīna iżā du'ū ilallāhi wa rasụlihī liyaḥkuma bainahum ay yaqụlụ
sami'nā wa aṭa'nā, wa ulā`ika humul-mufliḥụn

Artinya : Hanya ucapan orang-orang mukmin, yang apabila mereka diajak kepada Allah dan
Rasul-Nya agar Rasul memutuskan (perkara) di antara mereka, mereka berkata, Kami
mendengar, dan kami taat.” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.

Pada ayat ini disebutkan ucapan-ucapan orang mukmin saat mereka diajak kepada Allah dan
Rasul-Nya dalam memutuskan perkara di antara mereka dan berkata, "Kami mendengar, dan
kami taat. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." Adapun orang-orang Mukmin yang
sebenarnya, maka sikap pasti mereka jika diseru untuk menetapkan hukum dalam perselisihan
mereka kepada Kitabullah dan ketetapan RasulNya, mereka menerima keputusan hukumnya dan
mengatakan, “Kami mendengar apa yang disampaikan kepada kami dan mentaati orang yang
menyeru kami kepadanya.” Mereka itulah orang-orang yang beruntung memperoleh keinginan
mereka di surga-surga yang penuh kenikmatan.

QS. An-Nur (24) : ayat 53

َ‫ ْن اَ َمرْ تَهُ ْم لَيَ ْخ ُرج ۗ َُّن قُلْ اَّل تُ ْق ِس ُموْ ۚا طَا َعةٌ َّم ْعرُوْ فَةٌ ۗاِ َّن هّٰللا َ خَ بِ ْي ۢ ٌر بِ َما تَ ْع َملُوْ ن‬Dِ‫َواَ ْق َس ُموْ ا بِاهّٰلل ِ َج ْه َد اَ ْي َمانِ ِه ْم لَ ِٕٕى‬

Wa aqsamụ billāhi jahda aimānihim la`in amartahum layakhrujunn, qul lā tuqsimụ, ṭā'atum
ma'rụfah, innallāha khabīrum bimā ta'malụn

Artinya: “Dan mereka bersumpah dengan (nama) Allah dengan sumpah sungguh-sungguh,
bahwa jika engkau suruh mereka berperang, pastilah mereka akan pergi. Katakanlah
(Muhammad), “Janganlah kamu bersumpah, (karena yang diminta) adalah ketaatan yang baik.
Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan”. Orang-orang yang beriman dan
taat itu bersumpah bakal bersungguh-sungguh jika Nabi Muhammad menyuruh mereka untuk
berjuang di jalan Allah. Jadi hendaknya kita selalu beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt.
serta selalu menaati perintah dan menjauhi segala laranganNya untuk mencapai ridhoNya.
Karena sesungguhnya orang-orang yang taat dan bersungguh-sungguh itulah yang akan
mendapatkan kemenangan pada hari akhir nanti. Semoga kita dapat menjadi golongan umat yang
taat dan bersungguh berjuang di jalan Allah untuk meraih kemenangan di hari akhir kelak.
A. PENDAHULUAN

Klausa adalah satuan gramatik yang terdiri dari subjek dan predikat baik itu disertai
dengan unsur lainnya maupun tidak. Unsur-unsur lain seperti objek, keterangan dan pelengkap
bersifat manasuka artinya boleh ada, boleh juga tidak.Klausa merupakan satuan gamatik yang
terdiri dari subjek dan predikat baik itu disertai objek, keterangan dan pelengkap maupun tidak.

Analisis klausa pertama kali didasarkan pada fungsi unsur-unsurnya. Dikatakan pertama
kali, karena analisis berikut, yaitu berdasarkan kategori dan peran unsur-unsurnya didasarkan
pada analisis fungsi tersebut. Artinya, identifikasi kategori unsur-unsur klausa berdasarkan pada
unsur yang menduduki fungsi tertentu dalam klausa. Setelah dilakukan analisis terhadap fungsi
unsur-unsur yang ada pada klausa, didapatkan struktur fungsional yang bervariasi. Yang
dimaksud struktur fungsional adalah urutan fungsi yang terdapat pada suatu klausa. Di sini
istilah struktur fungsional digunakan secara variatif dengan pola atau pola fungsional
(Markhamah, 2010:201).

Analisis kalimat dapat dilakukan dengan menggunakan tiga dasar. Pertama, analisis
kalimat berdasarkan fungsi unsur-unsurnya. Kedua, analisis bkalimat berdasarkan kategori
unsur-unsurnya. Ketiga, analisis kalimat berdasarkan makna atau peran unsur-unsurnya.
Analisis kalimat berdasarkan kategori unsur-unsurnya merupakan menentukan termasuk kategori
apakah suatu unsur dalam suatu kalimat. Analisis kategori adalah analisis terhadap jenis kata
atau kelas kata unsur-unsur pengisi fungsi tertentu dalam sebuah kalimat. Peran merupakan isi
semantik unsur-unsur satuan gramatik, baik berupa klausa maupun frase. Berdasarkan dari
pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pronomina persona merupakan kata orang
pertama yang meliputi tunggal dan jamak.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana analisis klausa berdasarkan kategori unsur-unsurnya?

2. Bagaimana analisis klausa berdasarkan peran unsur-unsurnya?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Mampu menjelaskan klausa berdasarkan kategori unsur-unsurnya

2. Mampu menjelaskan klausa berdasarkan peran unsur-unsurnya


D. PEMBAHASAN

1. Analisis klausa berdasarkan kategori unsur-unsurnya

Analisis klausa berdasarkan kategori unsur-unsurnya adalah kegiatan menentukan termasuk


kategori apakah suatu unsur dalam suatu klausa. Analisis kategori adalah analisis terhadap jenis
kata atau kelas kata unsur-unsur fungsi-fungsi tertentu dalam sebuah klausa (verhaar, 1997).
Analisis klausa berdasarkan kategorinya ini disebut analisis kategorial (Ramlan, 1987). Analisis
kategorial tidak dapat lepas dari analisis fungsional, bahkan merupakan lanjutan dari analisis
fungsional.

Unsur kategorial klausa dapat digolongkan menjadi lima bagian, yaitu (a) frasa nominal ;
(b) frasa verba ; (c) frasa adjektif; (d) frasa bilangan; dan (e) frasa depan ( frasa proposisi). Frasa-
frasa inilah yang berfungsi mengisi unsur fungsional klausa. Untuk memperjelas kaitan unsur
fungsional dengan unsur kategorialnya, perhatikanlah konstruksi klausa siswa itu akan
membacakan sebuah puisi di depan kelas. Klausa tersebut terdiri atas unsur fungsional S (siswa
itu), P (akan membacakan), O (sebuah puisi), dan K ( di depan kelas). Masing –masing unsur
fungsional ini diduduki oleh frasa yang berkategori nominal, verbal, nominal, dan preposisi.
Hubungan ini dapat digambarkan dengan bagan sebagai berikut.

Klausa : siswa ituakan membacakansebuah puisidi depan kelas

Unsur Fungsi : S P O K

Kategori : Nomina verba nomina preposisi

Dalam menganalisis klausa atas kategori unsur-unsurnya, kita dapat melakukan pembagian
atas fungsi unsur unsurnya terlebih dahulu. selanjutnya, unsur-unsur yang mengelompok dalam
satu fungsi yang sama ditentukan termasuk kategorinya. Lebih jauh analisis dapat dilanjutkan ke
dalam satuan yang lebih kecil dari unsur-unsur dalam satu fungsi titik tetapi analisis kategorial
mungkin juga hanya sebatas kategori unsur-unsur yang menduduki suatu fungsi tertentu. Dalam
melakukan analisis kategori yang perlu diingat adalah penentuan suatu unsur termasuk jenis kata
apa yang termasuk kategori apa. Dalam hubungan dengan kategori ini ada beberapa
penggolongan atau penentuan kategori kata yang berbeda-beda. Keraf (1980), misalnya,
menyebut adanya empat jenis kata, sedangkan Aristoteles (dalam Verhaar,1997) menyatakan 10
jenis kata komandan kridalaksana 1986 membagi kata menjadi 13 kelas. Di antara pembagian
yang berbeda-beda itu ada kelas-kelas yang sama-sama disebut oleh ketiganya. Misalnya,
kategori atau kelas nomina verba dan adjektiva. Diantara pengelompokan kata tersebut
pengelompokan yang dibuat oleh Keraf (1980) dan kridalaksana (1986) dipandang lebih mudah
diikuti dan dijadikan dasar dalam analisis kategorial.
Aristoteles membagi kata menjadi 10 jenis. Ke-10 jenis kata atau kategori kata yang
dimaksud adalah: kata benda, kata ganti, kata sifat, kata kerja, kata bilangan, kata sandang, kata
keterangan, kata depan, kata sambung, dan kata seru (Verhaar, 1997). Keraf (1980) membagi
kata dalam bahasa Indonesia menjadi empat macam titik ke 4 macam kata itu adalah kata benda
(nomina), kata kerja (verba), kata sifat (adjektiva), dan kata tugas. kategori nomina memiliki
dua ciri berikut. Pertama, nomina tidak memiliki potensi untuk bergabung dengan partikel tidak.
Kedua, nomina mempunyai potensi untuk didahului oleh partikel dari.

 Pronomina adalah kategori yang berfungsi untuk menggantikan nomina. Pronomina


memiliki ciri tidak berafiks dan hanya pronomina tertentu yang bisa di reduplikasi kan.
Pronomina dapat dibedakan menjadi frase pronominal seperti aku ini, kamu sekalian,
mereka semua dan lain-lain.
 Adverbia merupakan kategori yang dapat mendampingi adjektiva, numeralia atau
preposisi dalam konstruksi sintaksis. misalnya sudah, agak, hampir, boleh. Dalam klausa
adiknya sudah datang, ciri ke adverbiaan bukan karena verbanya, tetapi karena adverbia
itu bisa mendampingi verba.
 artikula adalah kategori yang mendampingi nomina dasar, nomina deverbal, pronomina
dan verba pasif. Artikula berupa partikel, jadi tidak berafiks. Contoh artikula, si, sang,
kaum dan lain-lain. berdasarkan contoh artikula ini dapat dikatakan bahwa artikula sama
dengan kata sandang menurut Aristoteles.
 konjungsi ialah kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan yang lain dalam
konstruksi hypotaksis, dan selalu menghubungkan dua satuan lain atau lebih. Konstruksi
hipotesis adalah konstruksi yang bersangkutan dengan hipotaksis. Hipotaksis diartikan
sebagai hubungan gramatikal antara klausa utama dan klausa terikat, penggabungan
kalimat dengan kalimat klausa dengan klausa frase dengan frase atau kata dengan kata
dengan menggunakan kata penghubung (kridalaksana 1993 b)
 kategori fatis adalah kategori yang berfungsi memulai, mempertahankan, atau
mengukuhkan pembicaraan antara pembicara dengan kawan bicara. Kategori ini biasanya
terdapat dalam wacana dialog atau wacana bersambutan. Kategori fatis berwujud bentuk
bebas, misalnya Kok, deh, atau selamat.
 interjeksi adalah kategori yang bertugas mengungkapkan perasaan pembicara titik secara
sintaksis interjeksi tidak berhubungan dengan kata-kata lain dalam kalimat yang
bersangkutan. Interaksi bersifat ekstrakalimat dan selalu mendahului ujaran sebagai
teriakan yang lepas atau berdiri sendiri (kridalaksana, 1986).

Dibandingkan dengan pembagian yang dilakukan oleh Aristoteles, pembagian yang


dinyatakan oleh kridalaksana ini banyak persamaannya. Ada beberapa jenis atau kategori yang
sama tetapi disebut dengan istilah yang berbeda. Kategori yang sama tetapi disebut dengan
istilah yang berbeda itu, misalnya adverbia sama dengan keterangan, preposisi sama dengan kata
depan artikula sama dengan kata sandang dan interjeksi sama dengan kata seru. disamping itu,
ada tiga kategori yang tidak terdapat dalam pembagian yang dinyatakan oleh Aristoteles, tetapi
disebut oleh kridalaksana (1986). Ketika kategori yang dimaksud adalah pronomina,
demonstrativa, dan kategori fatis. pembagian yang paling sederhana dinyatakan oleh craft 1980
dan pembagian yang paling Ringgit dinyatakan oleh kridalaksana 1986. Pembagian yang
dinyatakan oleh kridalaksana ini di samping lebih rinci juga lebih rangka. Dengan kategori yang
lebih lengkap ini diharapkan dapat dimanfaatkan dalam analisis unsur-unsur kalimat berdasarkan
kategorinya disamping itu dengan kategori yang lebih lengkap itu analisis diharapkan bisa lebih
tuntas dibandingkan dengan kategori yang kurang lengkap.

2. Analisis Klausa Berdasarkan Makna Unsur-Unsurnya

Klausa selain dapat dianalisis berdasarkan fungsi unsur-unsurnya, kategori kata atau frase
yang menjadi unsurnya, juga dapat dianalisis berdasarkan makna-maknanya. Misalnya : dia
menemani anaknya di tempat tidur beberapa waktu. Di bidang makna S klausa di atas
menyatakan makna pelaku (pel) ialah yang melakukan tindakan, P menyatakan makna tindakan
(Tind), O menyatakan makna penderita (Pend) ialah yang menderita akibat tindakan, KET¹
menyatakan makna tempat (Tem), dan KET² menyatakan makna waktu (W) (Ramlan, 1987).

Selain terdiri atas fungsi-fungsi dan kategori-kategori tertentu, sebuah klausa juga terdiri
atas unsur-unsur yang menyatakan makna tertentu. Dalam menganalisis makna unsur-unsur
klausa, juga berpijak pada fungsi unsur yang bersangkutan dalam klausa. Artinya, makna yang
dianalisis adalah makna unsur pengisi fungsi sebuah klausa. Analisis makna tidak selalu
dilakukan terhadap kata secara terpisah, tetapi dilakukan terhadap kata-kata yang telah
menduduki fungsi tertentu dalam sebuah klausa.

Makna adalah isi semantik unsur-unsur satuan gramatik, baik berupa klausa maupun frase.
Makna bersifat relasional. Maksudnya, satu unsur satuan gramatik ditentukan maknanya
berdasarkan hubungannya dengan unsur satuan gramatik yang lain (Ramlan, 1987). Interaksi
semantik di antara satuan-satuan gramatik dapat dirumuskan sebagai hubungan di antara
predikator dengan argumen dalam suatu preposisi (Kridalaksana, 1993a).

Predikator mencakup makna seperti perbuatan, cara, proses posisi, relasi, lokasi, arah,
keadaan, kuantitas, kualitas, atau identitas. Predikator berkategori verba, ajektiva, preposisi,
numeralia, atau zero. Argumen merupakan benda atau yang dibendakan. Secara konkret,
argumen berkategori nomina atau pronomina. Hubungan di antara predikator dengan argumen
disebut peran (Kridalaksana, 1993). Oleh karenanya analisis makna ini juga disebut analisis
peran unsur-unsur klausa.

Dalam hubungan dengan analisis peran atau makna belum ada kesamaan istilah untuk
menyebut semua peran atau semua makna unsur yang ada dalam klausa. Tetapi, ada juga nama-
nama peran yang sama seperti 'pelaku', 'penderita', 'tindakan' dan lain-lain. Di samping itu,
mengenai banyaknya peran juga masih berbeda-beda. Kridalaksana (1993) mengidentifikasi
adanya 15 jenis peran. Ramlan menyebutkan adanya 22 jenis peran, sedangkan Verhaar (1977)
mengatakan ada 15 jenis peran.
Berikut ini contoh analisis peran sebagaimana dinyatakan oleh Ramlan (1987) dan
Kridalaksana (1993a), peran yag sama hanya diberikan satu contoh saja.

1) Peran ‘perbuatan'
Makna perbuatan menurut Ramlan (1987) dapat diidentifikasi dengan mempertanyakan
dengan kata sedang mengapa atau diapakan.
(163) DPD I Jawa Tengah melaporkan PDI Perjuangan kepada presiden.
(164) massa melakukan perusakan identitas partai.
Unsur pengisi predikat klausa (163) melaporkan memiliki hubungan makna ‘perbuatan’
dengan unsur pengisi subjek. Makna ‘perbuatan’ pada klausa (164) dinyatakan pada kata
melakukan.

2) Peran ‘pemerolehan'
Makna pemerolehan dikatakan juga makna benefaktif. Benefaktif bermakna ‘yang
mendapatkan
keuntungan’. Artinya, partisipan yang dinyatakan oleh verba predikat tersebut adalah
partisipan yang mendapatkan keuntungan atas tindakan yang dilakukan oleh agen.
Biasanya partisipan benefaktif berfungsi sebagai subjek dan pelengkap. Makna ini
dinyatakan oleh kata-kata kerja seperti mendapat, memperoleh, memiliki, mempunyai dan
mengandung (Ramlan, 1987)
(165) wakapolwil kemarin mendapat telepon langsung dari masyarakat.
(166) kepolisian nantinya memiliki kewenangan penuh untuk menindak.

3) Peran ‘perbandingan'
Peran atau makna 'perbandingan' ditandai dengan penggunaan kata-kata depan seperti,
sebagai, laksana, dan lain-lain. Perbandingan bisa menunjukkan kesamaan atau
kemiripan.
(167) partai politik tumbuh seperti jamur.
(168) rumah itu sangat besar dan indah laksana istana.
Seperti jamur menyatakan makna 'perbandingan', karena unsur seperti jamur
membandingkan antara partai politik dengan jamur. Kata laksana istana pada klausa (168)
menyatakan makna 'perbandingan' karena kata laksana menunjukkan adanya perbandingan
antara rumah itu dengan istana.

4) Peran ‘keadaan'
Menurut Ramlan (1987) mengisi fungsi predikat Unsur sangat besar dan indah dalam
klausa (168) menyatakan peran keadaan. Unsur itu tidak bisa dipakai untuk menjawab
pertanyaan sedang mengapa, tetapi bisa digunakan untuk menjawab pertanyaan
bagaimana Unsur tumbuh pada klausa (167) juga menyatakan makna keadaan. Karena,
unsur tumbuh juga bisa menjadi jawab pertanyaan bagaimana.
5) Peran ‘pengenal'
Makna ‘pengenal’ adalah makna yang menyatakan ciri khas, atau identitas sesuatu yang
diberi pengenal, dapat diketahui dengan cara menampilkan kata adalah di mukanya.
Kridalaksana (1993a) memberi nama unsur klausa yang memiliki nama seperti ini dengan
peran ‘ciri’. Artinya, peran yang bersangkutan dengan benda yang menerangkan benda
lain, atau pokok.
(169) Tugu Yogyakarta peninggalan sejarah.
Unsur klausa (169) yang menyatakan makna ‘pengenal’adalah adalah peninggalan
sejarah. Di Tugu Yogyakarta dengan peninggalan sejarah dapat disisipkan kata adalah.

6) Peran ‘keberadaan'
Peran ‘keberadaan’dapat dikenali melalui pertanyaan dimana. Peran ini menyatakan
tempat beradanya sesuatu.
(171) pensil saya ada di dalam tas kamu
Makna ‘keberadaan’ pada klausa (171) dinyatakan oleh kata ada. Kta ada menyatakan
tempat beradanya buku saya.

7) Peran ‘jumlah'
Peran ‘jumlah’ dapat mengisi fungsi predikat. Peran ‘jumlah’dpat dapat diidentifikasi
dengan kata tanya berapa. Peran ‘jumlah’dpat adalah peran yang agak mirip dengan peran
dari Kridalaksana (1993a) disebut ukuran. Peran ‘ukuran' merupakan peran yang
bersangkutan dengan banyaknya atau ukuran benda lain.
(173) jumlah bank yang dipermasalahkan 38 bank.
(174) bankir yang masuk daftar bangkir yang bermasalah 172 orang.
Unsur klausa 38 bank pada klausa (173) bisa menjadi jawaban pertanyaan berapa jumlah
bank yang dibekukan. Oleh karenanya, unsur 38 bank dapat dikatakan makna ‘jumlah’.

8) Peran ‘penderita'
Peran yang menyatakan apa atau siapa yang menderita akibat perbuatan yang dinyatakan
dalam predikat. Menurut Ramlan (1987) makna ‘penderita’ ini dapat mengisi subjek,
objek 1, objek 2, dan pelengkap. Peran ‘penderita’ ini sejajar dengan peran ‘sasaran'
(Kridalaksana, 1993a).
(175) sejumlah kader partai politik itu disuruh menanggalkan identitasnya oleh massa.
Sejumlah kader partai politik itu pada klausa (175) mengisi subjek dan menyatakan makna
‘penderita’. Karena, unsur tersebut menderita akibat perbuatan yang dinyatakan pada
predikat dipaksa.

9) Peran ‘pengalam'
Pengalam adalah partisipan yang mengalami keadaan atau peristiwa yang dinyatakan
predikat. Peran pengalam merupakan peran unsur subjek yang predikatnya adjektiva atau
verba intransitif yang lebih menyatakan keadaan.
(179) rumah itu sangat bersih
(180) orang itu sangat sayang kepada binatang
Unsur rumah itu pada klausa (179) adalah unsur yang mengalami keadaan yang
disebutkan pada predikat sangat bersih. Unsur orang itu adalah unsur klausa (180) yang
mengalami sangat sayang kepada binatang mengisi fungsi predikat.

10) Peran ‘penerima'


11) Peran ‘alat’
12) Peran ‘tempat'
13) Peran ‘waktu'
14) Peran ‘sebab'
15) Peran ‘hasil'
16) Peran ‘keserongan'
17) Peran ‘perkecualian'
18) Peran ‘cara'
19) Peran ‘dikenal'
20) Peran ‘terjumlah'
21) Peran ‘peserta'
22) Peran ‘sumber'
23) Peran ‘jangkauan'
24) Peran ‘asal'

E. KESIMPULAN

Dalam melakukan analisis kategori yang perlu diingat adalah penentuan suatu unsur
termasuk jenis kata apa yang termasuk kategori apa. Ke-10 jenis kata atau kategori kata yang
dimaksud adalah: kata benda, kata ganti, kata sifat, kata kerja, kata bilangan, kata sandang, kata
keterangan, kata depan, kata sambung, dan kata seru (Verhaar, 1997). Keraf (1980) membagi
kata dalam bahasa Indonesia menjadi empat macam titik ke 4 macam kata itu adalah kata benda
(nomina), kata kerja (verba), kata sifat (adjektiva), dan kata tugas. Analisis klausa berdasarkan
kategori unsur-unsurnya adalah kegiatan menentukan termasuk kategori apakah suatu unsur
dalam suatu klausa. Unsur kategorial klausa dapat digolongkan menjadi lima bagian, yaitu (a)
frasa nominal ; (b) frasa verba ; (c) frasa adjektif; (d) frasa bilangan; dan (e) frasa depan ( frasa
proposisi). Dalam menganalisis makna unsur-unsur klausa, juga berpijak pada fungsi unsur yang
bersangkutan dalam klausa. Artinya, makna yang dianalisis adalah makna unsur pengisi fungsi
sebuah klausa. Dalam hubungan dengan analisis peran atau makna belum ada kesamaan istilah
untuk menyebut semua peran atau semua makna unsur yang ada dalam klausa.

F. DAFTAR PUSTAKA
Kridalaksana, Harimurti. 1993 . Kamus linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Markhamah, dan Atiqa Sabardila. 2013. Keselarasan Fungsi, Kategori & Peran Dalam
Klausa .Surakarta: Muhammadiyah University Press

G. KARYA MAHASISWA

Dari Aku Untuk Saya

Terima kasih untuk hal baik


Yang kamu lakukan hari ini
Terima kasih untuk proses
Yang sangat berarti

Tak apa jika hari ini kamu gagal dalam prosesmu


Tak apa jika orang tuamu belum memenuhi kebutuhanmu
Tak apa jika suatu saat temanmu pergi meninggalkanmu
Tak apa jika mereka menghilang darimu satu persatu

Tak apa jika kau tak menjadi seperti yang kuinginkan


Karna sejatinya hidup itu perihal
menyambut dan kehilangan
Bukan menunggu apalagi berpanggu tangan

Anda mungkin juga menyukai