Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH MATA KULIAH SINTAKSIS

PENGERTIAN, CIRI, DAN JENIS KLAUSA

Pengampu : Prof. Dr. Markhamah, M.Hum.

Disusun oleh:

Kelompok V

1. Syahrizal Hanif Fatkhurrohman (A310190110)


2. Berlian Izza Fachruddin (A310190111)
3. Zani Tri Widiatama (A310190112)
4. Irvan Nova Ananda (A310190113)

PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021
KULTUM

Al-haj (220;ayat 24)


‫اط ْال َح ِم ْي ِد‬ ِ ‫ب ِمنَ ْالقَوْ ۚ ِل َوهُد ُْٓوا اِ ٰلى‬
ِ ‫ص َر‬ ِ ِّ‫َوهُد ُْٓوا اِلَى الطَّي‬
Al-Hajj:24
Dan mereka diberi petunjuk kepada ucapan-ucapan yang baik dan ditunjuki (pula) kepada
jalan (Allah) yang terpuji

 Mereka diberi petunjuk di dunia kepada ucapan-ucapan yang baik yaitu kalimat la illaaha
illallaah / tidak ada Tuhan selain Allah dan mereka ditunjuki pula kepada jalan yang terpuji
yakni jalan Allah yang terpuji dan agama-nya. Dan diayat ke 24 kita bisa tahu bahwa orang baik
akan diberi petunjuk, dengan ucapan yang baik pula. ucapan ini berhubungan dengan kalimat la
illaha illAllah atau tiada tuhan selain Allah. Allah SWT akan memberi petunjuk pada semua
orang yang ia beri hidayah, jalan yang baik menuju ke jalannya. Kita semua tahu bahwa tidak
ada tuhan selain Allah. Sedangkan untuk orang kafir yang menghalangi jalan Allah, akan
mendapatkan azab atau siksanya tersendiri. 

Dan mereka diberi petunjuk kepada ucapan-ucapan yang baik.

Makna ayat ini ditafsirkan oleh ayat lain melalui firman-Nya:


Dan dimasukkanlah orang-orang yang beriman dan beramal saleh ke dalam surga yang mengalir
di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dengan seizin Tuhan mereka. Ucapan
penghormatan mereka dalam surga itu ialah 'Salam'. (Ibrahim:23)
sedangkan malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu, (sambil
mengucapkan), "Saldmun 'alaikum bimd sabartum.” Maka alangkah baiknya tempat kesudahan
itu. (Ar Ra'du:23-24)'

Dan firman Allah Swt.:


Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan yang
menimbulkan dosa, tetapi mereka mendengar ucapan salam. (Al Waaqi'ah:25-26)
Yakni mereka diberi petunjuk ke tempat yang di dalamnya mereka mendengar perkataan yang
baik-baik saja. Dan firman Allah Swt. lainnya yang menyebutkan: dan mereka disambut dengan
penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya. (Al Furqaan:75)
Keadaan mereka berbeda dengan ahli neraka yang terus-menerus dihina, dicela, dan dikecam.
Dikatakan kepada mereka:
Firman Allah Swt :

dan ditunjuki (pula) kepada jalan (Allah) yang terpuji.

Yaitu ke tempat yang di tempat itu mereka memuji Tuhannya atas kebaikan-Nya kepada mereka
yang telah memberikan segala nikmat itu kepada mereka. Di dalam sebuah hadis sahih
disebutkan:
Sesungguhnya mereka (ahli surga) diberi ilham untuk bertasbih dan bertahmid sebagaimana
mereka diberi ilham untuk bernapas.
Sebagian ulama tafsir mengatakan sehubungan dengan takwil firman-Nya:
Dan mereka diberi petunjuk kepada ucapan-ucapan yang baik..
Bahwa yang dimaksud adalah Al-Qur'an.
Menurut pendapat lain, kalimat La ilaha Illallah (Tidak ada Tuhan selain Allah).
Sedangkan menurut pendapat yang lainnya lagi, zikir-zikir yang dianjurkan oleh syariat.
dan ditunjuki (pula) kepada jalan (Allah) yang terpuji.
Yakni jalan yang lurus ketika di dunianya

Dari tafsir ibnu katsir

I. PENDAHULUAN

Bahasa  adalah fenomena yang menghubungkan dunia makna dan dunia bunyi. Lalu,
sebagai penghubung diantara kedua dunia itu, bahasa dibangun oleh tiga buah komponen,
yaitu komponen leksikon, komponen gramatika, dan komponen fonologi (Chaer, 2009:1).
Sistem gramatika biasanya dibagi atas subsistem morfologi dan subsistem sintaksis.
Subsistem sintaksis membicarakan penataan dan pengaturan kata-kata itu kedalam
satuan-satuan yang lebih besar, yang disebut satuan-satuan sintaksis, yakni kata, frase,
klausa, kalimat, dan wacana (Chaer, 2009:3).
 Dilihat dari segi bentuknya, kalimat dapat dirumuskan sebagai salah satu konstruksi
sintaksis yang terdiri dari dua kata atau lebih. Hubungan struktural antara kata dan kata,
atau kelompok kata dengan kelompok kata yang lain berbeda-beda. Antara “kalimat” dan
“kata” terdapat dua satuan sintaksis antara, yaitu “klausa”dan “frase”. Klausa merupakan
satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata, atau lebih, yang mengandung unsur predikasi.
Sedangkan frase merupakan satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata, atau lebih, yang
tidak mengandung unsur predikasi  (Hasan Alwi, 2003:312). Berdasarkan uraian tersebut
maka dapat dikatakan bahwa klausa berkedudukan sebagai bagian dari suatu kalimat, dan
oleh karena itu klausa tidak dapat dipisahkan dari kalimat.
Untuk keperluan  berbahasa sehari-hari yang baik dan benar, baik dalam bahasa lisan
maupun bahasa tulis, dituntut kemampuan untuk  membuat konstruksi kalimat yang baik
dan benar pula.  Maka pengetahuan tentang jenis-jenis klausa dan strukturnya  menjadi
sangat penting, karena sebuah kalimat merupakan satuan sintaksis yang terdiri dari satu
atau lebih klausa.

II. RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan klausa?
2. Apa sajakah ciri- ciri klausa?
3. Apa sajakah jenis-jenis klausa?

III. TUJUAN PENULIS


1. Mampu menjelaskan pengertian klausa
2. Mampu menjelaskan ciri-ciri klausa
3. Mampu menjelaskan jenis-jenis klausa

IV. PEMBAHASAN

1. Pengertian Klausa
Klausa adalah satuan sintaksis yang bersifat predikatif. Artinya, didalam
satuan atau konstruksi itu terdapat sebuah predikat, bila dalam satuan itu tidak
terdapat predikat, maka satuan itu bukan sebuah klausa (Chaer,2009:150).
Klausa merupakan  satuan gramatik yang terdiri atas subjek dan predikat, baik
disertai objek, pelengkap, dan keterangan maupun tidak (Ramlan melalui Sukini,
2010:41). Sedangkan Cook melalui Tarigan (2009:76) memberikan batasan
bahwa klausa adalah kelompok kata yang hanya mengandung satu
predikat. Dengan ringkas, klausa ialah S P (O) (PEL) (KET). Tanda kurung
menandakan bahwa yang terletak dalam kurung itu bersifat manasuka, artinya
boleh ada, boleh juga tidak ada (Sukini, 2010:41-42).
Bahasa  adalah fenomena yang menghubungkan dunia makna dan dunia
bunyi. Lalu, sebagai penghubung diantara kedua dunia itu, bahasa dibangun oleh
tiga buah komponen, yaitu komponen leksikon, komponen gramatika, dan
komponen fonologi (Chaer, 2009:1). Sistem gramatika biasanya dibagi atas
subsistem morfologi dan subsistem sintaksis. Subsistem sintaksis membicarakan
penataan dan pengaturan kata-kata itu kedalam satuan-satuan yang lebih besar,
yang disebut satuan-satuan sintaksis, yakni kata, frase, klausa, kalimat, dan
wacana (Chaer, 2009:3).
  Dilihat dari segi bentuknya, kalimat dapat dirumuskan sebagai salah satu
konstruksi sintaksis yang terdiri dari dua kata atau lebih. Hubungan struktural
antara kata dan kata, atau kelompok kata dengan kelompok kata yang lain
berbeda-beda. Antara “kalimat” dan “kata” terdapat dua satuan sintaksis antara,
yaitu “klausa”dan “frase”. Klausa merupakan satuan sintaksis yang terdiri atas
dua kata, atau lebih, yang mengandung unsur predikasi. Sedangkan frase
merupakan satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata, atau lebih, yang tidak
mengandung unsur predikasi  (Hasan Alwi, 2003:312). Berdasarkan uraian
tersebut maka dapat dikatakan bahwa klausa berkedudukan sebagai bagian dari
suatu kalimat, dan oleh karena itu klausa tidak dapat dipisahkan dari kalimat.
Untuk keperluan  berbahasa sehari-hari yang baik dan benar, baik dalam
bahasa lisan maupun bahasa tulis, dituntut kemampuan untuk  membuat
konstruksi kalimat yang baik dan benar pula.  Maka pengetahuan tentang jenis-
jenis klausa dan strukturnya  menjadi sangat penting, karena sebuah kalimat
merupakan satuan sintaksis yang terdiri dari satu atau lebih klausa.

2. Ciri-ciri Klausa
 Merupakan deretan kata yang merupakan satuan gramatik, satuan
sintaksis atau bentuk inguistik
 Memiliki hanya satu predikat
 Mengandung unsur S P (O) (PEL) (KET)
 Belum memiliki intonasi akhir atau tanda baca tertentu
 Jadi tidak semua kelompok kata dapat dikatakan sebagai klausa, karena
kata yang membentuk konstruksi klausa harus mengandung ciri tersebut

3. Jenis klausa berdasarkan struktunya


a) Jenis kalus Klausa Bebas
Klausa bebas ialah salah satu klausa yang berpotensi menjadi sebuah
kalimat, artinya jika dalam sebuah penulisannya diawali dengan huruf
kapital dan dapat diakhiri tanda baca, maka klausa ini bisa menjadi
sebuah kalimat. Biasanya ada dalam sebuah kalimat, inti dari kalimat
tersebut berupa klausa bebas. Klausa bebas dalam kalimat majemuk
subordinatif disebut klausa atasan, dan klausa terikat disebut klausa
bawahan (Chaer,2009:161). Disebut klausa bebas jika unsur-unsur
fungsinya lengkap dan jika diberi intonasi final dapat menjadi kalimat.
Sedangkan  klausa terikat unsur-unsur fungsinya tidak lengkap.
Klausa Bebas adalah klausa yang mampu berdiri sendiri sebagai kalimat
sempurna, tidak menjadi bagian yang terikat pada klausa yang
lain (Sukini, 2010:44).
 Arifin (2008: 34) mengatakan bahwa klausa bebas adalah klausa yang
berpotensi menjadi kalimat lengkap.
Contoh :
a.Kamu harus pergi
b.Dia menangis
c.Ayah sangat marah
b) Klausa Terikat
Klausa terikat yaitu suatu klausa yang tidak berpotensi menjadi kalimat
walaupun dalam penulisannya diawali oleh huruf kapital dan diakhiri oleh
tanda baca. Biasanya ia menjadi pelengkap dalam sebuah kalimat.
Contoh :
a.Supaya kita sadar
b.Ketika ibu tidur
c.Dekat kantor kelurahan
4. Jenis klausa berdasarkan fungsinya
a) Klausa Subjek
Klausa subjek ialah salah satu klausa yang berkedudukan sebagai Subjek
dalam sebuah kalimat. Arifin (2008: 35) menjelaskan dan memberi
contoh bahwasanya subjek adalah bagian klausa yang berwujud nomina
atau frase nominal yang menandai apa yang dinyatakan oleh pembicara
(penulis). Di dalam bahasa Indonesia, subjek biasanya mendahului
predikat.
Contoh :
a.Berlibur kami sekeluarga
b.Berenang itu menyehatkan
Kedua klausa itu disebut klausa inti karena terdiri atas subjek (kami
sekeluarga, berenang itu)serta predikat (berlibur, menyehatkan). Kedua
klausa itu dapat menjadi inti kalimat, yang bagian-bagiannya juga tetap
menduduki fungsi subjek dan predikat, seperti:
a. Kami sekeluarga bulan yang lalu berlibur di Bali.
b. Berenang itu ternyata dapat turut menyehatkan fisik dan mental.
b) Klausa Objek
Klausa Objek yakni sebuah klausa yang berkedudukan sebagai objek
dalam sebuah kalimat. Objek adalah bagian klausa yang berwujud nomina
atau frase nominal yang melengkapi verba transitif. Objek dikenai
perbuatan yang disebutkan dalam predikat verbal. Objek dapat dibagi
menjadi objek langsung dan objek tak langsung.
Objek langsung adalah objek yang langsung dikenai perbuatan yang
disebutkan dalam predikat verbal; objek tak langsung adalah objek yang
menjadi penerima atau diuntungkan oleh perbuatan yang terdapat dalam
predikat verbal.
Contoh :
a. bibi sedang menanak nasi
b. ibu membawa minuman
Nasi pada contoh diatas merupakan objek bagi verba menanak dan
minuman menjadi objek bagi verba membawa.
Contoh objek tak langsung:
a. bibi sedang menanakkan nasi untuk kita semua
b. ibu membawakan minuman untuk Ayah
 Kita semua objek tak langsung bagi verba menanakkan, sedangkan untuk
Ayah objek taklangsung bagi verba membawakan.
Contoh :
Ibu sedang menyusun daftar belanjaan.
c) Klausa Keterangan
Klausa keterangan yaitu suatu klausa yang berkedudukan sebagai
Keterangan dalam sebuah kalimat. klausa Keterangan Arifin (2008: 36-
37) menjelaskan dan memberi contoh bahwasanya klausa keterangan
adalah klausa yang menjadi bagian luar inti, yang berfungsi meluaskan
atau membatasi makna subjek atau makna predikat.
Contoh:
a. keterangan akibat: penjahat itu dihukum mati
b. keterangan sebab: karena sakit, ia tidak jadi ikut
c. keterangan jumlah: bagai pinang dibelah dua
d. keterangan alat: dinaikkan dengan mesin pengangkat
e. keterangan cara: diterima dengan baik, disetujui dengan musyawarah
f. keterangan kualitas: berlari bagai kilat, menggelegar seperti guntur
g. keterangan modalitas: tidak mungkin itu terjadi, mustahil ia berbohong
h. keterangan pewatas: keterangan lebih lanjut, diceritakan lebih detail
i. keterangan subjek: guru yang baik, rumah yang bersih, anak yang rajin
j. keterangan syarat: tolonglah kalau kau bisa, angkatlah jika kuat
k. keterangan objek: mencari pengusaha yang jujur, menjadi isteri
yang baik
l. keterangan tujuan: bekerja untuk hidup, makan demi kesehatan
m. keterangan tempat: datang dari Barat, pergi ke Lampung
n. keterangan waktu: ditunggu sampai besok pagi, berangkat masih subuh
o. keterangan perlawanan: meskipun lambat, selesai juga dikerjakannya
d) Klausa Pelengkap
Klausa pelengkap adalah salah satu jenis klausa yang berkedudukan
sebagai pelengkap dalam sebuah kalimat.
Contoh :
Aku dianggap sudah mati.
5. Jenis klausa berdasarkan kelengkapan unsur
a) Klausa pelengkap
Klausa yang memiliki sebuah unsur Subjek (S) dan Predikat (P). Jika
subjeknya di awal disebut Klausa Lengkap Susun biasa, jika Subjeknya
berada di belakang Predikat maka disebut Klausa Lengkap Susun Balik
(Inversi).klausa yang terdiri atas nomina, frasa nominal, adjektiva, atau
frase adjektival yang merupakan bagian dari predikat verbal.
Contoh :
a. abangku menjadi pilot
b. kami bermain bola
c. aku dianggap patung
d. persoalan itu dianggap sepi
e. adik menari Bali
f. Paman berdagang kain
g. negara kita berdasarkan Pancasila
Kata-kata yang dicetak miring berfungsi sebagai pelengkap.
b) Klausa Tak Lengkap
Klausa tak lengkap merupakan suatu jenis klausa yang hanya memiliki
unsur Predikat (P) tanpa Subjek.
Contoh :
Terpaksa berhenti dari pekerjaannya
Sudah pergi dari tadi siang
Sedang membuat kue
6. Jenis klausa berdarkan ada tidaknya unsur negasi pada predikat
a) Klausa negatif
Klausa negatif ialah klausa yang predikatnya memiliki unsur negasi.
Unsur negasi adalah unsur yang mengandung pengingkaran, seperti kata
tidak, tak, bukan, tiada, belum, dan jangan.
Contoh:
orang tuanya sudah tiada
yang dicari bukan dia
pak ketua tidak hadir hari ini
tak seorangpun yang mau
mertua itu masih belum dianggap sebagai ibunya
mereka bertanding tanpa pelatih
b) Klausa positif
ialah klausa yang tidak memiliki kata negasi/pengingkaran pada fungsi
Predikat.
Contoh :
mereka diliputi oleh perasaan senang
mertua itu sudah dianggap sebagai ibunya
pak ketua hadir hari ini
Lili seorang penari
orang tuanya masih ada
yang dicari hanya dia
7. Jenis klausa berdasarkan kategori pengisi fungsi predikat
Berdasarkan kategori pengisi fungsi predikat, klausa diklasifikasikan atas klausa
verbal, dan klausa nonverbal (Cook melalui Tarigan, 2009:76).
Sedangkan menurut Arifin (2008: 38), berdasarkan strukturnya, klausa dapat
dibedakan menjadi klausa verbal dan klausa nonverbal.
Menurut Chaer (2009: 151), berdasarkan kategori pengisi fungsi P dapat
dibedakan adaanya: klausa verbal, klausa nominal, klausa ajektifal, klausa
preposisional, klausa numeral.Dalam pembahasan ini klasifikasi klausa
berdasarkan kategori pengisi fungsi predikat terdiri dari klausa verbal dan klausa
nonverbal. Klausa verbal terbagi menjadi klausa transitif dan klausa intransitif.
Klausa transitif berdasarkan hubungan aktor aksi,diklasifikasikan menjadi klausa
aktif, klausa pasif, klausa medial dan klausa resiprokal. Klausa nonverbal terdiri
atas klausa nominal, adjektival, numeral, dan preposisional.
a) Klausa Verbal
Klausa Verbal adalah klausa yang predikatnya berkategori kata kerja
(Sukini, 2010:46).Klausa Verbal adalah klausa yang berpredikat verbal
(Tarigan, 2009:77).Arifin (2008: 38) mengatakan bahwa klausa verbal
adalah klausa yang predikatnya verba.Jadi klausa verbal memiliki
predikat yang berupa kata kerja.
Contoh:
a. petani mengerjakan sawahnya dengan tekun
b. dengan rajin, bapak guru memeriksa karangan murid
c. mereka memancing di sungai
d. kita menyanyi bersama
e. adik menangis
f. kami bermain bola
Berdasarkan struktur internalnya, klausa verbal dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu klausa transitif dan klausa intransitif (Tarigan, 2009:77).
Menurut Arifin (2008: 38), klausa verbal terdiri atas klausa verbal aktif
transitif dan klausa verbal aktif tak transitif.
b) Klausa Transitif
Klausa transitif adalah klausa yang mengandung kata kerja transitif, yaitu
kata kerja yang menghendaki hadirnya objek(Sukini, 2010:46).
Menurut (Tarigan, 2009:44), Klausa transitif adalah klausa yang
mengandung kata kerja transitif, yaitu kata kerja yang mempunyai
kapasitas memiliki satu atau lebih obyek.
Contoh:
a. Rudi mengagumi Yuli
b. ayah membelikan adik sepatu roda
Klausa transitif jika dilihat dari hubungan aktor aksi, dapat pula
diklasifikasikan menjadi klausa aktif, klausa pasif, klausa medial dan
klausa resiprokal (Tarigan, 2009:77).
c) Klausa Aktif
Klausa aktif adalah klausa yang subyeknya berperan sebagai pelaku atau
aktor.Arifin (2008:38) menjelaskan bahwa klausa aktif transitif adalah
klausa yang predikat verbalnya mempunyai sasaran dan/ atau mempunyai
objek. Verba yang menjadi predikatnya berimbuhan meng-, meng-/-I,
atau meng-/-kan.
Contoh:
a. Ayah melihat saya menulis surat
b. saya melarang kamu mencangkul kebun itu
c. ibu menyuruh dia memanggil nenek
d. siapa menyaksikan ibu makan nasi itu
e. dokter menganjurkan ayah minum kopi
f. bibi menjual makanan
g. aku mengirimkan surat
h. anak-anak memetiki mangga
d) Klausa Pasif
Klausa pasif adalah klausa yang subyeknya berperan sebagai penderita.
Arifin (2008:39) menjelaskan bahwa klausa verbal pasif adalah klausa
yang menunjukkan bahwa subjek dikenai pekerjaan atau sasaran
perbuatan seperti yang disebutkan dalam predikat verbalnya. Verba yang
menjadi predikatnya berimbuhan di-,ter-, atau ber-/-an, atau diawali kata
kena.
Contoh:
a. ayah tahu benar surat itu kutulis
b.saya tidak mau tahu kebun itu kau cangkul
c. kenapa kamu melarang nenek dipanggil oleh adik
d. semua tahu nasi itu di makan ibu
e. saya melihat sendiri kopi itu diminum oleh ayah
f. kurban ditembak kami kehujanan
g. kakak bercukur kurban tertembak
h. melarikan diri
i. menghindarkan diri
j. melepaskan diri
k. memperkaya diri
e) Klausa Medial
Klausa medial adalah klausa yang subyeknya berperan baik sebagai
pelaku maupun penderita.
Contoh:
a. dia menghibur hatinya
b. dia menyiksa dirinya
c. kamu menyusahkan dirimu melulu
d. aku menusuk jariku
e. aku merenungi nasibku
f. aku menenangkan pikiranku
g. si Ani mengamati wajahnya sendiri
f) Klausa Resiprokal
Klausa Resiprokal atau klausa refleksif adalah klausa yang subyek dan
obyeknya melakukan perbuatan yang berbalas-balasan (Tarigan,2009:
49).
Contoh:
a. saya tidak suka kalau kalian baku hantam dengan mereka
b. ayah menganjurkan agar kami saling mengasihi dengan saudara
g) Klausa Intransitif
Klausa Intransitif adalah klausa yang predikat verbalnya tidak
memerlukan kehadiran objek (Sukini, 2010:47).Cook melalui Tarigan
(2009: 49) menjelaskan bahwa klausa intransitif adalah klausa yang
mengandung kata kerja intransitif, yaitu kata kerja yang tidak
memerlukan obyek.
Contoh:
a. para siswa berbaris di lapangan
b. matahari terbit di timur
h) Klausa Nonverbal
Klausa nonverbal adalah klausa yang predikatnya berkategori selain kata
kerja. Unsur pengisi fungsi P yang tidak berkategori verbal, antara lain
nominal, adjektival, numeral, dan preposisional (Sukini, 2010:46).
Sementara itu Tarigan (2009:50) memberikan batasan bahwa klausa
nonverbal adalah klausa yang berpredikat nomina, ajektif, atau adverbia.
Klausa nonverbal ini dapat pula dibagi atas: klausa statif dan klausa
ekuasional.
i) Klausa nominal
Klausa nominal adalah klausa yang predikatnya berkategori kata benda.
Elson dan Pickett melalui Tarigan (2009: 51) mengatakan bahwa klausa
ekuasional adalah klausa yang berpredikat nomina.
Contoh:
a. saudaranya guru
b. yang dibeli orang itu sepeda
j) Klausa Adjektival
Klausa adjektival adalah klausa yang predikatnya berkategori kata
keadaan.Elson dan Pickett melalui Tarigan (2009: 51) mengatakan bahwa
klausa statif adalah klausa yang berpredikat ajektif atau yang dapat
disamakan dengan ajektif.Chaer (2009: 158) mengatakan bahwa klausa
ajektifal memiliki fungsi wajib S dan P. Klausa ajektifal dapat disusun
dari fungsi S yang berkategori N dan fungsi P yang berkategori A.
Contoh:
a. harga buku sangat mahal
b. udaranya panas sekali
c. anak itu pintar
d. neneknya kaya
e. mereka capek
k) Klausa Numeral
Klausa numeral adalah klausa yang predikatnya berkategori kata
bilangan.Chaer (2009: 160) mengatakan bahwa klausa numeral adalah
klausa yang fungsi P nya diisi oleh frase numeral.
Contoh:
a. roda truk itu enam
b. kerbau petani itu dua ekor
c. gajinya dua juta sebulan
Klausa numeral lazim digunakan bahasa ragam lisan dan ragam bahasa
nonformal. Dalam ragam formal fungsi P akan diisi oleh sebuah verba;
dan frase numeral berubah fungsi menjadi keterangan.
Contoh:
a. roda truk itu ada enam
b. kerbau petani itu hanya dua ekor
c. gajinya ada dua juta sebulan
d. uangnya sebesar seratus ribu rupiah
e. anak pak Amat berjumlah lima orang
l) Klausa Preposisional
Klausa preposisional adalah klausa yang predikatnya berkategori kata
depan.Chaer (2009: 159) mengatakan bahwa klausa preposisional adalah
klausa yang fungsi P nya diisi oleh frase preposisional.
Contoh:
a. pegawai itu ke kantor setiap hari
b. kakak di kampus
c. ibu dan ayah ke pasar
d. mereka dari Medan
e. ayah dan kakek di kampung
f. uangnya di bank
g. berangkatnya dari rumah
Klausa preposisional ini lazim digunakan dalam bahasa ragam lesan dan
ragam bahasa nonformal. Dalam ragam formal fungsi P akan diisi oleh
sebuah verba; dan frase preposisinya berubah fungsi menjadi keterangan.
Contoh:
a. pegawai itu pergi ke kantor setiap hari
b. kakak ada di kampus
c. ibu dan ayah berangkat ke pasar
d. mereka ampon dari Medan
e. ayah dan kakek berada di ampong
V SIMPULAN
Klausa merupakan satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang
sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat. Klausa atau
gabungan kata itu berpotensi menjadi kalimat. Klausa memiliki ciri-
ciri:
a. merupakan deretan kata yang merupakan satuan gramatik,
b. meliliki hanya satu predikat,
c. mengandung unsur S P (O) (PEL) (KET),
d. belum memiliki intonasi atau tanda baca tertentu.
Dalam bahasa Indonesia terdapat bermacam-macam klausa.
Masing-masing ahli bahasa memiliki perbedaan dalam membuat
klasifikasi tentang klausa, tergantung pada sudut pandangnya.
Berdasarkan kelengkapan unsur intinya, klausa diklasifikasikan
atas klausa lengkap, dan klausa tak lengkap , berdasarkan struktur
internalnya klausa dibedakan atas klausa berstruktur runtut dan klausa
berstruktur inversi, berdasarkan distribusinya, klausa diklasifikasikan
atas klausa bebas, dan klausa terikat, berdasarkan ada tidaknya unsur
negasi pada predikat, klausa diklasifikasikan atas klausa positif, dan
klausa negatif, berdasarkan kategori pengisi fungsi predikat, klausa
diklasifikasikan atas klausa verbal, dan klausa nonverbal.
Pengklasifikasian klausa dari berbagai segi, dapat menghasilkan
berbagai macam klausa.
VI DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton M.
Moeliono.
2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Edisi III,cet. ke-6).
Jakarta: Balai
Pustaka.
Arifin,Zaenal, Juniah H.M.2008. Sintaksis Bahasa Indonesia.Jakarta:
Grasindo.
Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses).
Jakarta: Rineka Cipta.

karya mahasiswa

Kutafsirkan bisumu

Yang tak menjawab deras riduku

Kubayangkan aku jadi tanah dan kau adalah langkah

Jejakmu adalah lara

Yang jauh mengiringiku ke utara

Kini, kau duduk di kepalaku

Menolak kursi kecil

Di renggang bait yang kuramu.

Kubiarkan puisi ini liar menelurkan tanya

Biar sulit kau buru maknanya

Anda mungkin juga menyukai