Anda di halaman 1dari 33

SINTAKSIS

DISUSUN OLEH :

- DZIAMARA ALKAUTSAR (P173244160)


- INDAH DWI L (P173244160)
- R E G I TA (P173244160) JALUM 1A
- R O S S A R A H AY U A F ’ I D A H ( P 1 7 3 2 4 4 1 6 0 1 6 )
- SRI NUR AENI (P17324416033)
- S U S A N S U LV I A H (P173244160)
- V I V I H AV I A N I B (P17324416027)
PENGERTIAN SINTAKSIS

Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti
’dengan’ dan kata tattein yang berarti ’menempatkan’. Jadi, secara
etimologi berarti: menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi
kelompok kata atau kalimat. Selain dari bahasa Yunani, sintaksis
juga berasal dari bahasa Belanda yaitu syntaxis. Sintaksis juga
berasal dari bahasa Inggris yaitu syntax. Istilah sintaksis (Belanda,
Syntaxis) ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang
membicarakan tentang seluk beluk wacana , kaliamat, prase dan
klausa.
PENGERTIAN SINTAKSIS
MENURUT AHLI
1) Menurut Gleason (1955)
“Syntax maybe roughly defined as the principles of
arrangement of the construction (word) into large
constructions of various kinds.” Artinya adalah sintaksis
mungkin dikaitkan dari definisi prinsip aransemen
konstruksi (kata) ke dalam konstruksi besar dari
bermacam-macam variasi.
2) Robert (1964:1)
Sintaksis adalah bidang tata bahasa yang menelaah
hubungan kata-kata dalam kalimat dan cara-cara
menyusun kata-kata. Verhaar mengatakan bahwa
sintaksis adalah terdiri dari susunan subjek (s) predikat
3) Prof.Drs.M.Ramlan
mengatakan bahwa sintaksis merupakan cabang
ilmu bahasa (linguistik) yang membicarakan seluk
beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa.

4) Prof.Dr.Suparman Herusantosa
mengatakan bahwa sintaksis merupakan studi
tentang hubungan antara kata yang satu dengan
kata yang lain.
LINGKUP CAKUPAN SINTAKSIS

A. Cakupan Sintaksis menurut Ramlan (1987:21)


meliputi frasa, klausa, kalimat, dan wacana

B. Menurut Chaer (1994 : 219) satuan terkecil


adalah kata, yang secara hierarkial menjadi
komponen pembentuk satuan sintaksis yang lebih
besar yaitu frasa, klausa dan kalimat. Sedangkan
unsur penbentuk wacana adalah kalimat.
PENGERTIAN FRASA
Frasa adalah satuan linguistik yang secara
potensial merupakan gabungan dua kata atau
lebih, yang tidak mempunyai ciri-ciri klausa
atau tidak melampaui batas subjek atau
predikat dengan kata lain: sifatnya tidak
predikatif.
Venhaar (2001)
frasa adalah kelompok kata yang merupakan
bagian fungsional dari tuturan yang lebih
panjang.
Kentjono (1990)
mendefinisikan frasa sebagai satuan
gramatikal yang terdiri atas dua kata atau
lebih dari dua kata yang tidak berciri klausa
dan yang pada umumnya menjadi pembentuk
klausa.
Keraf (1991)
menyatakan bahwa frasa merupakan suatu
konstruksi yang terdiri atas dua kata atau
lebih yang membentuk suatu kesatuan.
Kridalaksana (1993)
menegaskan bahwa frasa merupakan gabungan dua kata atau
lebih yang sifatnya tidak predikatif; gabungan ini dapat rapat,
dapat renggang.

Parera (1994)
yang memberi batasan frasa sebagai suatu konstruksi yang dapat
dibentuk oleh dua kata atau lebih, baik dalam bentuk sebuah pola
dasar kalimat maupun tidak.

Chaer (1998)
menyatakan bahwa frasa merupakan gabungan dua kata atau
lebih yang merupakan satu kesatuan dan menjadi salah satu unsur
atau fungsi kalimat (subjek, predikat, objek, atau keterangan).
PENGERTIAN KLAUSA
1. Menurut kridalaksana,

klausa merupakan satuan gramatikal yang berupa gabungan kata,


minimal terdiri dari subjek dan predikat serta berpotensi menjadi
kalimat.

2. Ramlan

mengatakan bahwa klausa merupakan satuan gramatik yang terdiri


atas S, P, (O), (Pel), dan (K).

3. H. Alwi,

klausa merupakan satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata atau
lebih dan mengandung unsur predikasi.
4. Klausa adalah satuan sintaksis yang bersifat predikatif. Artinya, didalam

satuan atau konstruksi itu terdapat sebuah predikat, bila dalam satuan

itu tidak terdapat predikat, maka satuan itu bukan sebuah klausa

(Chaer,2009:150).

5. Menurut pendapat Arifin (2008:34)


klausa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang
sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat. Klausa atau
gabungan kata itu berpotensi menjadi kalimat.
PENGERTIAN KALIMAT
Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri,
yang mempunyai pola intonasi akhir dan yang terdiri dari klausa.
Pakar bahasa di Indonesia, Alisjahbana (1978)
menyatakan bahwa kalimat adalah satuan kumpulan kata
yang terkecil yang mengandung pikiran lengkap.
A.A.Fokker (1960:9), juga mengatakan: “kalimat ialah
ucapan bahasa yang mempunyai arti penuh dan turunnya
suara menjadi cirinya sebagai batas keseluruhanya”.
Gorys Keraf (1978:156), dimana dikatakannya: “suatu
bagian ujaran, yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan,
sedangkan intonasinya menunjukan bahwa bagian ujaran
itu sudah lengkap disebut kalimat”.
Kridalaksana (1993) menegaskan bahwa
kalimat adalah
I. satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri,
mempunyai pola intonasi final dan secara aktual
maupun potensial terdiri atas klausa;
II. klausa bebas yang menjadi bagian kognitif
percakapan; satuan preposisi yang merupakan
gabungan klausa atau merupakan satu klausa,
yang membentuk satuan yang bebas,; jawaban
minimal, seruan, salam, dan sebagainya; dan
III. konstruksi gramatikal yang terdiri atas satu atau
lebih klausa yang ditata menurut pola tertentu,
dan dapat berdiri sendiri sebagai satu satuan.
Alwi (2001) mengatakan bahwa kalimat adalah
satuan bahasa terkecil yang dapat mengungkapkan
pikiran yang utuh.

Ramlan (1981:6) mengatakan: “kalimat ialah


satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda
panjang yang disertai nada akhir turun atau naik”.

Parera (1978:10) mengatakan: “sebuah bentuk


ketatabahasaan yang maksimal yang tidak
merupakan bagian dari sebuah konstruksi
ketatabahasaan yang lebih besar dan lebih luas
CIRI – CIRI FRASA
A. Ciri-ciri Frasa
Sesuai dengan definisi-definisi yang dikemukakan para ahli, maka dapat
mengidentifikasi frasa sebagai suatu satuan atau konstruksi yang berciri:
(i) terdiri atas dua kata atau lebih yang berhubungan dan membentuk
suatu kesatuan,
(ii) tidak bersifat predikatif,
(iii) tidak berciri klausa,
(iv) merupakan unsur pembentuk klausa, dan
(v) menempati salah satu unsur atau fungsi dalam kalimat.
CIRI-CIRI KALUSA
1) terdiri atas S dan P baik disertai O, Pel, K maupun tidak,
2) unsur klausa berupa S dan P,
3) unsur utama klausa adalah P karena S dapat dilesapkan,
4) mempunyai rumus (S) P, (O) (Pel).
CIRI-CIRI KALIMAT
1) Sebagai satuan bahasa atau satuan gramatikal;
2) Terdiri atas satu kata atau lebih (tidak terbatas)/terdiri atas
klausa;
3) Secara relatif dapat berdiri sendiri;
4) Memiliki atau mengandung pikiran yang lengkap;
5) Mempunyai pola intonasi akhir;
6) Dalam konvensi tulis, ditandai oleh awal huruf capital dan
diakhiri tanda baca (tanda titik untuk kalimat deklaratif, tanda
tanya untuk kalimat interogatif, dan tanda seru untuk kalimat
interjektif).
JENIS-JENIS FRASE
a. Jenis-jenis Frase
1. Frase endosentrik
Frase endosentrik adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan
unsurnya. Frase endosentrik dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu:
a) Frase endosentrik yang koordinatif, yaitu: frase yang terdiri dari unsur-
unsur yang setara, ini dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu
dihubungkan dengan kata penghubung.
Misalnya: kakek-nenek, pembinaan dan pengembangan, laki bini , belajar atau
bekerja
b) Frase endosentrik yang atributif, yaitu frase yang terdiri dari unsur-
unsur yang tidak setara. Karena itu, unsur-unsurnya tidak mungkin
dihubungkan.
Misalnya: perjalanan panjang, hari libur
c) Frase endosentrik yang apositif: frase yang atributnya berupa aposisi/
keterangan tambahan.
Misalnya: Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai.
2) Frase Eksosentrik
Frase eksosentrik ialah frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama
dengan unsurnya.
Misalnya: Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di dalam kelas

3) Frase Nominal, frase Verbal, frase Bilangan, frase Keterangan.


a) Frase Nominal: frase yang memiliki distributif yang sama dengan
kata nominal.
Misalnya: baju baru, rumah sakit
b) Frase Verbal: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan
golongan kata verbal.
Misalnya: akan berlayar
c) Frase Bilangan: frase yang mempunyai distribusi yang sama
dengan kata bilangan.
Misalnya: dua butir telur, sepuluh keeping
d) Frase Keterangan: frase yang mempunyai distribusi yang sama
dengan kata keterangan.
Misalnya: tadi pagi, besok sore
4) Frase Depan: frase yang terdiri dari kata depan
sebagai penanda, diikuti oleh kata atau frase
sebagai aksinnya.
Misalnya: di halaman sekolah, dari desa
5) Frase Ambigu
Frase ambigu artinya kegandaan makna yang
menimbulkan keraguan atau mengaburkan maksud
kalimat. Makna ganda seperti itu disebut ambigu.
Misalnya: Perusahaan pakaian milik perancang
busana wanita terkenal, tempat mamaku bekerja,
berbaik hati mau melunaskan semua tunggakan
sekolahku. Frase perancang busana wanita dapat
menimbulkan pengertian ganda:
JENIS-JENIS KLASE
1) Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya
1. Klausa lengkap ialah klausa yang semua unsur
intinya hadir. Klausa ini diklasifikasikan lagi
berdasarkan urutan S dan P.
2. Klausa inversi, yaitu klausa yang P-nya
mendahului S.
3. Klausa Tidak Lengkap yaitu klausa yang tidak
semua unsur intinya hadir. Biasanya dalam
klausa ini yang hadir hanya S saja atau P saja.
Sedangkan unsur inti yang lain dihilangkan.
2) Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur
negasi yang secara gramatik menegatifkan P.
a) Klausa Positif ialah klausa yang ditandai tidak
adanya unsur negasi yang menegatifkan P.
Contoh : Pasha seorang penyanyi terkenal.

b) Klausa Negatif ialah klausa yang ditandai adanya


unsur negasi yang menegaskan P.
Contoh : Pasha bukan seorang penyanyi terkenal.
3) Klasifikasi klausa berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P.
a) Klausa Nomina ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk
kategori frasa nomina.
Contoh : Dia seorang sukarelawan.
b) Klausa Verba ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk
kategori frasa verba.
Contoh : Dia membantu para korban banjir.
c) Klausa Adjektiva ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk
kategori frasa adjektiva.
Contoh : Adiknya sangat gemuk.
d) Klausa Numeralia ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk
kategori numeralia.
Contoh : Anaknya lima ekor.
e) Klausa Preposisiona ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk
kategori frasa preposisiona.
Contoh : Sepatu itu di bawah meja.
f) Klausa Pronomia ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk
kategoi ponomial.
Contoh : Hakim memutuskan bahwa dialah yang bersalah.
4) Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat
a) Klausa Bebas ialah klausa yang memiliki potensi untuk menjadi kalimat mayor. Jadi, klausa
bebas memiliki unsur yang berfungsi sebagai subyek dan yang berfungsi sebagai predikat
dalam klausa tersebut.
Contoh : Anak itu badannya panas, tetapi kakinya sangat dingin.
b) Klausa terikat ialah klausa yang tidak memiliki potensi untuk menjadi kalimat mayor, hanya
berpotensi untuk menjadi kalimat minor.

5) Klasifikasi klausa berdasarkan criteria tatarannya dalam kalimat.


Menurutnya klausa juga dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria tatarannya dalam
kalimat.
a) Klausa Atasan ialah klausa yang tidak menduduki f ungsi sintaksis dari klausa yang
lain.
Contoh : Ketika paman datang, kami sedang belajar.
b) Klausa Bawahan ialah klausa yang menduduki fungsi sintaksis atau menjadi unsur
dari klausa yang lain.
Contoh : Dia mengira bahwa hari ini akan hujan.
Jenis-jenis Kalimat
1. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas dua unsur inti pembentukan
kalimat (subjek dan predikat) dan boleh diperluas dengan salah satu atau lebih
unsur-unsur tambahan (objek dan keterangan), asalkan unsur-unsur tambahan itu
tidak membentuk pola kalimat baru.
Kalimat Tunggal Susunan Pola Kalimat
Ayah merokok. S-P
Adik minum susu. S-P-O
Ibu menyimpan uang di dalam laci S-P-O-K

2. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat-kalimat yang mengandung dua pola kalimat
atau lebih. Kalimat majemuk dapat terjadi dari:
a) Sebuah kalimat tunggal yang bagian-bagiannya diperluas sedemikian rupa
sehingga perluasan itu membentuk satu atau lebih pola kalimat baru, di
samping pola yang sudah ada.
Misalnya: Anak itu membaca puisi. (kalimat tunggal)
Anak yang menyapu di perpustakaan itu sedang membaca puisi.
(subjek pada kalimat pertama diperluas)

b) Penggabungan dari dua atau lebih kalimat tunggal sehingga


kalimat yang baru mengandung dua atau lebih pola kalimat.
Misalnya: Susi menulis surat (kalimat tunggal I)
Bapak membaca koran (kalimat tunggal II)
Susi menulis surat dan Bapak membaca koran.
Berdasarkan sifat hubungannya, kalimat majemuk dapat dibedakan atas
kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat
majemuk campuran.
1. Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang hubungan antara
pola-pola kalimatnya sederajat. Kalimat majemuk setara terdiri atas:
Kalimat majemuk setara menggabungkan. Biasanya menggunakan kata-
kata tugas: dan, serta, lagipula, dan sebagainya.
Misalnya: Sisca anak yang baik lagi pula sangat pandai.
Kalimat majemuk serta memilih. Biasanya memakai kata tugas: atau,
baik, maupun. Misalnya: Bapak minum teh atau Bapak makan nasi.
Kalimat majemuk setara perlawanan. Biasanya memakai kata tugas:
tetapi, melainkan.
Misalnya: Dia sangat rajin, tetapi adiknya sangat pemalas.
2. Kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk yang terdiri dari perluasan kalimat tunggal, bagian
kalimat yang diperluas sehingga membentuk kalimat baru yang disebut
anak kalimat. Sedangkan kalimat asal (bagian tetap) disebut induk kalimat.
Ditinjau dari unsur kalimat yang mengalami perluasan dikenal adanya:
a) Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat penggati subjek.
Misalnya: Diakuinya hal itu
PS
Diakuinya bahwa ia yang memukul anak itu. anak kalimat pengganti
subjek
b) Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti predikat.
Misalnya: Katanyabegitu

Katanya bahwa ia tidak sengaja menjatuhkan gelas


itu. anak kalimat pengganti predikat
c) Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat
pengganti objek.
Misalnya: Mereka sudah mengetahui hal itu.
SPO
Mereka sudah mengetahui bahwa saya yang mengambilnya. anak
kalimat pengganti objek.
d) Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti
keterangan.
Misalnya: Ayah pulang malam hari
SPK
3. Kalimat majemuk campuran
Kalimat majemuk campuran adalah kalimat majemuk hasil
perluasan atau hasil gabungan beberapa kalimat tunggal
yang sekurang-kurangnya terdiri atas tiga pola kalimat.

Misalnya: Ketika ia duduk minum-minum, datang seorang pemuda


berpakaian bagus, dan menggunakan kendaraan roda empat.
Ketika ia duduk minum-minum
pola atasan
datang seorang pemuda berpakaian bagus
pola bawahan I
datang menggunakan kendaraan roda empat
pola bawahan II
4) Kalimat Inti, Luas, dan Transformasi
A. Kalimat inti
Kalimat inti adalah kalimat mayor yang hanya terdiri atas dua kata dan sekaligus
menjadi inti kalimat.
Ciri-ciri kalimat inti:
(1) Hanya terdiri atas dua kata
(2) Kedua kata itu sekaligus menjadi inti kalimat
(3) Tata urutannya adalah subjek mendahului predikat
(4) Intonasinya adalah intonasi ”berita yang netral”. Artinya: tidak boleh
menyebabkan perubahan atau pergeseran makna laksikalnya..

B. Kalimat luas
Kalimat luas adalah kalimat inti yang sudah diperluas dengan kata-
kata baru sehingga tidak hanya terdiri dari dua kata, tetapi lebih.
C. Kalimat transformasi
Kalimat transformasi merupakan kalimat inti yang sudah mengalami perubahan
atas keempat syarat di atas yang berarti mencakup juga kalimat luas. Namun,
kalimat transformasi belum tentu kalimat luas.
4. Kalimat Mayor dan Minor
A. Kalimat mayor
Kalimat mayor adalah kalimat yang sekurang-kurangnya
mengandung dua unsur inti.
Contoh: Amir mengambil buku itu.
Arif ada di laboratorium.
Kiki pergi ke Bandung.
Ibu segera pergi ke rumah sakit menengok paman, tetapi ayah
menunggu kami di rumah Rati karena kami masih berada di
sekolah.

B. Kalimat Minor
Kalimat minor adalah kalimat yang hanya mengandung satu unsur
inti atau unsur pusat.
Contoh: Diam!, Sudah siap?, Pergi!, Yang baru!
5. Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat berisikan gagasan pembicara atau
penulis secara singka, jelas, dan tepat.
Jelas : berarti mudah dipahami oleh pendengar atau
pembaca.
Singkat : hemat dalam pemakaian atau pemilihan kata-kata.
Tepat : sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku.

6. Kalimat Tidak Efektif


Kalimat tidak efektif adalah kalimat yang tidak memiliki atau
mempunyai sifat-sifat yang terdapat pada kalimat efektif.
Misal: Amara pergi ke sekolah, lantas amara pergi ke rumah
temannya untuk belajar. (tidak Efektif/Tidak Efisien)
Amara pergi ke sekolah, lantas kerumah temannya untuk
belajar. (Efektif/Efisien).
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai