Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR DENGAN


PENERAPAN BIRTHBALL
Diajukan Untuk Mememuhi Salah Satu Tugas Praktik Profesi Stase IV Persalinan
dan Bayi Baru Lahir

Disusun oleh :

NUNING NURBIYANTI
P20624820025

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
PROFESI KEBIDANAN
2020

1
KATA PENGANTAR

Alhamdullilah puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan berbagai kemudahan, petunjuk serta karunia yang tak terhingga
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan pendahuluan yang berjudul
“Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir dengan Penerapan Birthball “ dengan
baik dan tepat waktu.
Laporan pendahuluan ini penulis susun untuk memenuhi salah satu tugas
praktik profesi stase IV asuhan persalinan dan bayi baru lahir di Politeknik
Kemenkes Tasiklamaya. Dalam penyusunan Laporan Pendahuluan ini penulis
telah mendapatkan banyak bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu,
pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Uly
Aartha Silalahi , SST, M.Keb selaku pembimbing stase IV , Ibu Siti Patimah,
SST, M.Keb selaku penguji stase IV, dan Bidan Sukmawati, Amd.Keb, selaku
mentor yang juga telah memberikan bimbingan, arahan serta motivasi kepada
penulis dalam penulisan tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa dalam tugas ini masih jauh dari kesempurnaan,
hal ini karena adanya kekurangan dan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh
karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan tugas ini.
.
Penulis,

Nuning Nurbiyanti
NIM. P20624820025

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................2

PENDAHULUAN...................................................................................................2

A. Latar Belakang............................................................................................2

B. Rumusan Masalah.......................................................................................2

C. Tujuan..........................................................................................................2

D. Manfaat........................................................................................................2

BAB II.....................................................................................................................2

TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................2

A. Dismenorhea................................................................................................2

B. Kompres Dingin..........................................................................................2

BAB III....................................................................................................................2

TINJAUAN KASUS...............................................................................................2

BAB IV....................................................................................................................2

PEMBAHASAN.....................................................................................................2

BAB V......................................................................................................................2

PENUTUP...............................................................................................................2

A. Kesimpulan..................................................................................................2

B. Saran............................................................................................................2

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan merupakan suatu proses fisiologis yang dialami oleh


wanita. Pada proses ini terjadi serangkaian perubahan besar yang terjadi
pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir (Decherney
et al, 2007). Tujuan dari pengelolaan proses persalinan adalah mendorong
kelahiran yang aman bagi ibu dan bayi sehingga dibutuhkan peran dari
petugas kesehatan untuk mengantisipasi dan menangani komplikasi yang
mungkin terjadi pada ibu dan bayi, sebab kematian ibu dan bayi sering
terjadi terutama saat proses persalinan (Koblinsky et al, 2006).
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2012 Angka Kematian Ibu (AKI) akibat persalinan di Indonesia masih
tinggi yaitu 208/100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi
(AKB) 26/1.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2013). Angka Kematian
Ibu merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesejahteraan
perempuan dan target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan
Millennium Development Goals (MDGs) tujuan ke 5 yaitu meningkatkan
kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah
mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu atau 102/100.000
kelahiran hidup, maka dari itu upaya untuk mewujudkan target tersebut
masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus
(Kemenkes RI, 2013).
Nyeri dan persalinan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada masyarakat kuno,
persalinannya lebih lama dan nyeri, sedangkan masyarakat yang telah
maju 7-14% bersalin dengan nyeri yang minimal dan sebagian besar
(90%) disertai rasa nyeri yang tidak terhindarkan. Data ibu bersalin
primigravida di Indonesia, sebanyak 54% merasakan nyeri berat, sebanyak

4
46% mengalami nyeri sedang dan nyeri ringan (Marpaung, 2011). Data
ibu bersalin multigravida di Indonesia yang mengalami nyeri berat
sebanyak 37%, nyeri sedang dan ringan sebanyak 63%.
Berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan nyeri pada
persalinan, baik secara farmakologi maupun nonfarmakologi. Ketika
proses persalinan berjalan maka nyeri itu akan muncul akibat dari
kontraksi uterus. Meski bersifat alami, banyak calon ibu hamil takut
terhadap proses nyeri persalinan sehingga mempertimbangkan
menggunakan teknologi pereda nyeri secara medis. (Nasrullah,dkk,2012)

Nyeri persalinan atau rasa nyeri muncul akibat reflek fisik dan respon
psikis ibu. Ketegangan emosi akibat rasa cemas sampai rasa takut dapat
memperberat persepsi nyeri selama peralinan. Nyeri yang dialami ibu
ketika menghadapi persalinan dapat merangsang ketakutan sehingga
timbul kecemasan yang berakhir dengan kepanika. Hal ini dapat
menimbulkan respon fisiologi yang mengurangi kemampuan rahim untuk
berkontraksi dengan akibat akan memperpanjang waktu persalinan.

Nyeri kala I persalinan merupakan nyeri yang berat dengan waktu


yang lebih lama. Untuk itu perlu diperhatikan penanganan untuk mengatasi
nyeri pada kala I persalinan. Ketakutan ketegangan dan ansietas sangat
diperburuk oleh nyeri. Ketidak nyamanan, rasa takut dan rasa nyeri
merupakan masalah bagi ibu bersalin. Hal tersebut merupakan rintangan
terbesar dalam persalinan dan jika tidak diatasi akan berdampak pada
terhambatnya kemajuan persalinan. Ibu bersalin yang sulit beradaptasi
dengan rasa nyeri persalinan dapat menyebabkan tidak terkoodinasinya
kontraksi uterus yang dapat mengakibatkan perpanjangan kala I persalinan
dan kesejahteraan janin terganggu. Tidak ada kemajuan persalinan atau
kemajuan persalinan yang lambat merupakan salah satu komplikasi
persalinan yang mengkhawatirkan, rumit, dan tidak terduga.
(Kurniawati,dkk, 2017.)

Menurut penelitian (Saryono, 2012) Perbedaan tingkat nyeri


persalinan normal pada Ibu primigravida dan Multigravida, pada Ibu
primigravida yang mengalami nyeri berat melahirkan saat kala 1 sebanyak
61,5% dan 20 responden ibu Multigravida mengalami nyeri berat
melahirkan kala 1 sebanyak 38,5%. Nyeri melahirkan di sebabkan oleh
faktor dilatasi serviks yaitu kekuatan primer membuat serviks
menipis/effacement, berdilatasi dan janin turun.

Penekanan pada ujung-ujung saraf menimbulkan nyeri disebabkan


karena antara serabut otot dari korpus fundus uterus, adanya iskemik
miomerium dan serviks karena kontraksi sebagai konsekuensi dari
pengeluaran darah dari uterus atau karena adanya vasokontriksi akibat
aktivitas berlebihan dari saraf simpatis, adanya proses peradangan pada
otot uterus, kontraksi pada serviks dan segmen bawah rahim menyebabkan
rasa takut yang memacu aktivitas berlebih dari systemsaraf simpatis,
adanya dilatasi dari serviks dan segmen bawah Rahim. (Kampono, 2008)

Manajemen nyeri secara farmakologi lebih efektif dibandingkan


dengan metode nonfarmakologi namun metode farmakologi lebih mahal
dan berpotensi menimbulkan efek yang kurang baik dan tidak semua
fasilitas kesehatan menyediakan layanan tersebut. Sehingga banyak terapi
nonfarmakologi yang muncul untuk mengurangi nyeri pada persalinan
dimana setiap lapisan masyarakat dapat melakukannya serta pelayanan
kesehatan dapat memfasilitasi, bersifat murah, simple, efektif dan tanpa
efek yang merugikan. Salah satu metode nonfarmakologi yang dapat
digunakan untuk mengurangi nyeri persalinan adalah terapi birth ball.
(Nasrullah,dkk,2012)

Salah satu teknik relaksasi dan tindakan nonfarmakologis dalam


penanganan nyeri saat persalinan dengan menggunakan birth ball yang
juga biasa dikenal dalam senam pilates sebagai fitball, swiss ball dan petzi
ball. Birth ball adalah bola terapi fisik yang membantu ibu inpartu kala I
ke posisi yang membantu kemajuan persalinan. Sebuah bola terapi fisik
yang membantu kemajuan persalinan dan dapat digunakan dalam berbagai
posisi. Salah satu gerakannya yaitu dengan duduk di bola dan
bergoyanggoyang membuat rasa nyaman dan membantu kemajuan

6
persalinan dengan menggunakan gravitasi sambil meningkatkan pelepasan
endorfin karena elastisitas dan lengkungan bola merangsang reseptor di
panggul yang bertanggung jawab untuk mensekresi endorfin

Birth Ball memiliki arti bola lahir dimana metode ibu menduduki bola
saat proses persalinan yang memiliki manfaat membantu ibu dalam
mengurangi rasa nyeri saat persalinan dimana birth ball sangat baik
mendorong tenaga kuat ibu yang diperlukan saat melahirkan, posisi postur
tubuh yang tegak, akan menyokong dengan bagus proses kelahiran serta
membantu posisi janin berada di posisi optimal sehingga memudahkan
melahirkan dengan kondisi normal. (Nasrullah,dkk,2012)

Salah satu penelitian tentang birth ball yang dilakukan oleh Kwan et
al,yaitu evaluasi penggunaan birth ball pada intrapartum. Sebanyak 66%
melaporkan penurunan tingkat nyeri setelah menggunakan birth ball, 8%
melaporkan nyeri yang lebih dari sebelumnya, 26% melaporkan tidak ada
perubahan dalam tingkat nyerinya. Dalam hal kepuasan pemakaian, 84%
menyatakan birth ball dapat meredakan nyeri kontraksi, 79% dapat
meredakan nyeri punggung dan 95% menyatakan nyaman ketika
menggunakan birth ball.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati tahun 2017


bahwa, Hasil uji statistik pada kelompok latihan birth ball terdapat
perbedaan yang bermakna antara kelompok perlakuan latihan birth ball
pada pengukuran pertama (setelah 30 menit pertama) dan ke-2 (setelah 30
menit kedua) dibandingkan dengan tanpa latihan birth ball. Rata-rata
tingkat nyeri pada kelompok latihan birth ball 4,5 dan 4,9 dengan standar
deviasi 1,0 dan rata-rata tingkat nyeri pada kelompok tanpa perlakuan
latihan birth ball 5,4 dan 6,3 dengan standar deviasi 1,1. Berdasarkan hasil
tersebut diketahui bahwa rata-rata nyeri persalinan pada kelompok
perlakuan latihan birth ball pada pengukuran pertama maupun kedua lebih
rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hasil ini signifi kan secara
statistik yaitu nilai p-value sebesar 0,01 dan 0,002 (p<0,005). Hasil
penelitian ini menjawab hipotesis penelitian yaitu intensitas nyeri
persalinan kala I pada ibu primigravida yang melakukan latihan birth ball
lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak melakukan latihan birth ball.

Manfaat yang didapatkan dengan menggunakan birth ball selama


persalinan adalah mengurangi rasa nyeri, dan kecemasan, meminimalkan
penggunaan petidin, membantu proses penurunan kepala, mengurangi
durasi persalinan kala I, meningkatkan kepuasan dan serta kesejahteraan
ibu-ibu. Latihan birth ball dapat meningkatkan mobilitas panggul ibu
hamil. Latihan ini dilakukan dalam posisi tegak dan duduk, yang diyakini
untuk mendorong persalinan dan mendukung perineum untuk relaksasi dan
meredakan nyeri persalinan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum laporan pendahuluan ini adalah untuk memberikan asuhan
kebidanan persalinan dan bayi baru lahir yang berpusat pada
perempuan
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian data subjektif melalui anamnesa
b. Mampu mengumpulkan data objektif melalui pemeriksaan fisik.
c. Mampu menetapkan analisa berupa diagnose kebidanan, masalah
kebutuhan, diagnosa potensial dan antisipasi segera
d. Mampu memberikan penatalaksanaan berupa asuhan kebidanan
yang sesuai kebutuhan klien
C. Manfaat
1. Manfaat teoritis
Laporan pendahuluan ini dapat menambah pengetahuan dan wawancara
tentang asuhan kebidanan persalinan, khususnya untuk
penatalaksanaan pengurangan nyeri persalinan
2. Manfaat Praktis
a. Bagi tenaga kesehatan
Laporan pendahuluan ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
tenaga kesehatan agar dapat meningkatkan pelayanan kesehatan

8
dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dan bayi
baru lahir
b. Bagi ibu bersalin

Laporan pendahuluan ini diharapkan dpaat menambah


pengetahuan bagi ibu bersalin dalam mengatasi nyeri persalinan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Persalinan

1. Pengertian

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi


(janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat
hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan
lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan
sendiri). Proses ini dimulai dengan adanya kontraksi
persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks
secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta
(Sulistyawati and Nugraheny, 2010).
Persalinan merupakan proses pergerakan keluarnya
janin, plasenta, dan membran dari dalam rahim melaui
jalan lahir. Proses ini berawal dari pembukaan dan
dilatasi serviks sebagai akibat kontraksi uterus dengan
frekuensi, durasi dan kekuatan yang teratur (Rohani,
Saswita and Marisah, 2011).
2. Tanda – tanda persalinan

Menurut Kurniarum (2016), yang merupakan tanda pasti dari


persalinan adalah:
a. Timbulnya kontraksi uterus

Bisa juga disebut dengan his persalinan yaitu his


pembukaan yang mempunyai sifat sebagai berikut :
1) Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut
bagian depan.

2) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan

3) Sifatnya teratur, interval makin lama


makin pendek dan kekuatannya makin besar

10
4) Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau
pembukaan serviks.

5) Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan


kontraksi. Kontraksi uterus yang mengakibatkan
perubahan pada serviks. Kontraksi yang terjadi
dapat menyebabkan pendataran, penipisan dan
pembukaan serviks.
b. Penipisan dan pembukaan serviks

Penipisan dan pembukaan serviks ditandai dengan


adanya pengeluaran lendir dan darah sebagai tanda
pemula.
c. Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir)

Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari


canalis cervicalis keluar disertai dengan sedikit darah.
Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena
lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen
bawah rahim hingga beberapa capillair darah terputus.
d. Pengeluaran cairan

Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang


menimbulkan pengeluaran cairan. Sebagian besar
ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap.
Pecahnya ketuban menandakan persalinan akan
segera dimulai.
3. Tahapan persalinan

Menurut Sulistyawati and Nugraheny (2010), tahapan persalinan


meliputi:

a. Kala I

Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung


antara pembukaan 0- 10 cm (pembukaan lengkap).
Proses ini menjadi dua fase yaitu fase laten dimana
serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif dimana
serviks membuka 4-10 cm. kontraksi lebih kuat dan
sering terjadi selama fase aktif. Lamanya kala I untuk
primigravida berlangsung 12 jam sedangkan pada
multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurve
friedman, diperhitungkan pembukaan primigravida 1
cm perjam dan pembukaan multigravida 2 cm per
jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu
pembukaan lengkap dapat diperkirakan.

b. Kala II

Kala II adalah pengeluaran bayi, dimulai dari


pembukaan lengkap sampai bayi lahir. Uterus dengan
kekuatan hisnya ditambah kekuatan meneran akan
mendorong bayi hingga lahir. Proses ini biasanya
berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada
multigravida. Diagnosis persalinan kala II ditegakkan
dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan pembukaan sudah lengkap dan kepala
janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm.
c. Kala III

Kala III adalah waktu pelepasan dan pengeluaran


plasenta. Lepasnya plasenta dapat diperkirakan
dengan memperhatikan tanda sebagai berikut: uterus
globular, tali pusat memanjang, serta terdapat
semburan darah.
d. Kala IV

Kala IV mulai dari lahirnya plasenta. Pada kala IV


dilakukan observasi terhadap perdarahan pasca
persalinan, pada 2 jam pertama.
B. Konsep Nyeri Persalinan

1. Pengertian nyeri

12
Nyeri merupakan suatu kondisi berupa
perasaan yang tidak menyenangkan, bersifat
sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada
setiap orang dalam hal skala atau tingkatnya, dan hanya
pada orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau
mengevaluasi rasa nyeri yang dialami (Uliyah, 2015).
Nyeri persalinan merupakan bagian respon fisiologis
yang normal terhadap beberapa faktor. Pada saat kala I
persalinan nyeri yang terjadi adalah akibat dilatasi serviks
serta distensi segmen uterus bawah. Nyeri persalinan
dapat menyebabkan kecemasan pada ibu, menimbulkan
hiperventilasi sampai dengan peningkatan kebutuhan
oksigenasi, meningkatnya tekanan darah (Kurniarum,
2016).

2. Penyebab Nyeri Persalinan

Menurut Rizkiya dalam (Aini, 2020), penyebab nyeri


pada saat persalinan diantaranya yaitu :
a. Kontraksi otot Rahim

Kontraksi rahim menimbulkan penipisan serviks dan


dilatasi serta iskemia rahim sebab terjadinya kontraksi
arteri miometrium. Kontraksi Rahim adalah
gelombang kontraksi ritmis oto polos dinding uterus
yang dimulai dari daerah fundus uteri pada daerah
dimana tuba falopi memasuki dinding uterus.
b. Regangan otot dasar panggul

Pada saat mendekati persalinan kala II akan


menimbulkan rasa nyeri pada otot dasar panggul.
Jenis nyeri ini disebut dengan somatik serta dapat
menyebabkan peregangan struktur jalan lahir pada
bagian bawah akibat janin paling bawah yang
menurun.
c. Episiotomi

Nyeri dirasakan jika ada tindakan episiotomy, laserasi


ataupun rupture pada jalan lahir.
d. Kondisi Psikologis

Rasa nyeri yang berlebihan akan menyebakan


terjadinya kecemasan pada ibu . Takut, cemas serta
tegang produksi hormone prostatglandin akan
menimbulkan stress. Keadaan stress akan
mempengaruhi ibu untuk menahan kemampuannya
dalam merasakan nyeri.
3. Fisiologi nyeri persalinan

Fisiologi atau alur terjadinya nyeri dalam persalinan yaitu


sebagai berikut (Anik, 2010) :

Pada kala 1 nyeri sifatnya viseral, karena kontraksi


uterus dan dilatasi serviks oleh serabut saraf aferen
simpatis dan ditransmisikan ke medula spinalis pada
segmen Thorakal 10- Lumbal 1 melalui serabut syaraf
delta dan serabut syaraf C yang berasal dari dinding
lateral da fundus uterus. Rangsangan persalinan kala I
ditransmisikan dari serabut saraf aferen melalui pleksus
hipogastrik superior, inferior dan tengah ke medula
spinalis. Melalui rantai simpatik torakal bawah dan
lumbal, ke ganglia akar saraf posterior pada thorakal 10
sampai lumbal
1. Rasa nyeri pada kala I disebabkan oleh munculnya
kontraksi otot- otot uterus, peregangan serviks pada
waktu membuka, iskemia rahim (penurunan aliran
darah sehingga oksigen lokal mengalami defisit)
akibat kontraksi arteri miometrium. Ketidaknyamanan
dari perubahan serviks dan iskemia uterus adalah
nyeri viseral yang berkontraksi dibawah abdomen

14
menyebar ke daerah lumbal punggung dan menurun
ke paha. Biasanya nyeri dirasakan padaa saat
kontraksi saja dan hilang pada saat relaksasi.
a. Pada kala II merupakan nyeri somatik yang
ditransmisikan melalui nervus pudendal yang berasal
dari S2-S4. Pada kala II ini intensitas nyerinya lebih
terasa dan terokalisasi.
4. Pengukuran intensitas nyeri

Menurut Tjahya dalam Aini (2020), jenis-jenis skala nyeri


diantaranya :

a. Visual Analog Scale (VAS)

Skala analog visual (VAS) yaitu skala yang dilakukan


untuk menilai nyeri. Skala VAS pengukuran ini
dilakukan dengan menggunakan gambar garis
sepanjang 10cm, serta dimasing-masing ujung
terdapat tidak nyeri pada bagian titik awal dan sangat
nyeri pada titik akhir.

Gambar 2.1 Skala Nyeri VAS

b. Wong –Baker Faces Rating Scale

Skala nyeri ini biasanya digunakan pada pasien


dewasa dan anak >3 tahun yang tidak dapat
menggambarkan rasa nyerinya dengan angka. Akan
tetapi meminta pasien dengan menggambarkan rasa
nyeri dengan ekspresi wajah.

Gambar 2.2 Faces Rating Scale

c. Numeric Rating Scale (NRS)

Skala nyeri NRS sering kali digunakan saat mengukur


nyeri. Saat menggunakan ini tenaga medis akan
meminta pasien untuk memilih angka dari 0-10 yang
dijabarkan 0 tidak nyeri, 1-3 nyeri ringan, 4-6 nyeri
sedang, 7-9 nyeri berat terkontrol, 10 nyeri berat yang
tidak terkontrol.

Gambar 2.3 Numeric Rating Scale

5. Penatalaksanaan nyeri persalinan

Rasa nyeri persalinan dapat berkurang, baik


menggunakan metode farmakologis maupun non
farmakologis.
a. Metode Farmakologis

Metode farmakologi adalah suatu metode pemberian


obat- obatan analgesic yang biasanya digunakan
untuk menghilangkan nyeri. Pemberian obat analgesic
dilakukan guna mengganggu atau memblok

transmisi stimulus nyeri agar terjadi perubahan


persepsi denan cara mengurangi kortikal terhadap
nyeri. Penatalaksanaan metode farmakologis pada
nyeri persalinan meliputi analgesia yang menurunkan
dan mengurangi rasa nyeri dan anathesia yang

16
menghilangkan sensasi bagian tubuh baik parsial
maupun total. Namun penggunaan obat sering
menimbulkan efek samping (Judha M, 2015).
b. Metode Nonfarmaklologis

1) Massase

Pijat merangsang tubuh untuk melepaskan


endorfin, yang merupakan bahan penghilang rasa
sakit alami dan merangsang produksi hormone
oksitosin, menurunkan hormone stres, dan
rangsangan neurologis. Pelepasan endorphin,
mengendalikan nerve gate dan menstimulasi saraf
simpatis, sehinggadapat menimbulkan perasaan
tenang, pengurangan intensitas nyeri,dan relaksasi
otot (Solehati et al., 2018).
2) Terapi Musik

Pada saat seseorang mendengarkan musik ketika


nyeri,maka otak akan menerima dua persepsi.
Impuls music akan dipersepsikan terlebih dahulu
oleh otak daripada impuls nyeri, sehingga music
dapat memberikan distraksi atau pengalihan atau
pengurangan konsentrasi terhadap nyeri. Terapi
music tidak dapat sepenuhnya menghilangkan
nyeri, tetapi dapat menurunkan nyeri dan
mengatasi ketidaknyamanan selama proses
persalinan (Solehati et al., 2018).
3) Aromaterapi

Molekul-molekul aromaterapi yang telah dihirup


dapat diserap dengan cepat melalui system
pernapasan yang kemudian masuk ke aliran darah.
Aroma yang keluar tersebut merangsang sistim
limbik untuk melepaskan neurokimia otak,
sehingga dapat membantu mengurangi rasa sakit
dan menimbulkan efek tenang (Solehati et al.,
2018).
4) Akupresure

Teknik ini menggunakan teknik penekanan,


pemijatan, dan pengurutan sepanjang meridian
tubuh atau garis aliran energi. Teknik akupresur
ini dapat menurunkan nyeri dan mengefektifkan
waktu persalinan (Sulistyawati and Nugraheny,
2010).
5) Kompres hangat/ dingin

Kompres hangat dapat meningkatkan aliran darah


yang dapat menurunkan rasa nyeri dengan cara
sederhana serta memberikan rasa nyaman.
Kompres dingin sangat berguna untuk
mengurangi ketegangan otot dan nyeri dengan
menekan spasme otot serta memperlambat proses
penghantaran rasa sakit dari neuron ke organ
(Sulistyawati and Nugraheny, 2010).
6) Relaksasi nafas dalam

Teknik relaksasi pernafasan dianggap mampu


meredakan nyeri. Proses relaksasi pernafasan
yaitu menarik nafas lambat melalui hidung
(menahan inspirasi secara maksimal) dan
menghembuskan nafas melalui mulut secara
perlahan-lahan yang dilakukan tiap kali nyeri
tumbul (Sulistyawati and Nugraheny, 2010).

18
C. Birthball

Birthball adalah terapi fisik atau latihan sederhana


menggunakan bola. Kata birth ball dapat diartikan latihan dengan
menggunakan bola diterapkan untuk ibu hamil, ibu melahirkan dan
ibu pasca melahirkan
1. TUJUAN

Tujuan dilakukan terapi birthball adalah mengontrol,


mengurangi, dan menghilangkan nyeri pada
persalinan terutama kala I
2. INDIKASI DAN KONTRINDIKASI

a. Indikasi

1) ibu inpartu yang merasakan nyeri

2) pembukaan yang lama

3) penurunan kepala bayi yang lama

b. Kontraindikasi

1) janin malpresentasi

2) Perdarahan antepartum

3) Ibu hamil dengan hipertensi

4) Penurunan kesadaran
3. PERSIAPAN

a. Alat dan Bahan

1) Bola

Ukuran bola disesuaikan dengan tinggi badan ibu hamil. Ibu


hamil dengan tinggi badan 160 – 170 cm dianjurkan
menggunakan bola dengan diameter 55 – 65 cm. Wanita
dengan tinggi badan diatas 170 cm cocok menggunakan bola
dengan diameter75 cm.
2) Matras

3) Kursi

4) Bantal atau pengalas yang empuk

b. Lingkungan

Lingkungan `yang nyaman dan kondusif dengan penerangan yang


cukup merangsang turunnya stress pada ibu. Pastikan lantai yang
digunakan untuk terapi birthball tidaklicin dan anti selip. Privasi
`ruangan membntu ibu hamil termotivasi dalam latihan Birthball.
Dengan lingkungan yang mendukung tersebut `mengoptimalkan
keefektifan dari latihan ini yaitu nyeri `yang dirasakan klien
berkurang bahkan hilang sehingga klien dapat fokus pada
kelahiran bayinya.
c. Peserta Latihan

Peserta latihan yang dimasud adalah ibu yang akan melahirkan


yang mengalami nyeri menjelang persalinannya. Klien
dipersiapkan latihan dengan kondisi yang tidak capek dan tidak
dalam keadaan gaduh gelisah akibat nyeri yang hebat. Jika ibu
dalam kondisi capek, maka tenaga yang terkuras semakin banyak
dan mengalami kecapekan saat meneran. Keadaan gaduh gelisah
menghambat `konsentrasi ibu dalam meredakan nyerinya. Lebih
baik jika ibu bertelanjang kaki untuk mencegah tergelincir.
d. Pelaksanaan
Kebanyakan ahli menyaranka agar mematuri panduan yang
disarankan yaitu sebagai berikut :

1) Frekuensi latihan 3 sampai 5 kali perminggu

2) Intensitas sedang

3) Waktu latihan maksimal 40 menit per sesi.


4. JENIS GERAKAN

a. Duduk diatas bola`

1) Duduklah diatas bola seperti halnya duduk diatas kursi


dengan keseimbangan membuka agar keseimbangan
badan diats bola terjaga.
2) Dengan tangan diatas pinggang atau dilutut, gerakan
pinggul kesamping kanan dan kesamping `kiri
mengikuti aliran gelinding bola. Lakuran secara
berulang minimal 2x8 hitungan.
3) `tetap dengan tangan dipinggang, lakukan gerakan
pinggul kedepan dan kebelakang mengikuti
menggelinding bola. Lakukan secara berulang
minimal 2x8 hitungan.
4) Dengan tetap duduk diatas bola, lakukan gerakan
memutar pinggul searah jarum jam dan sebaliknya
seperti membentuk lingkaran atau huahoop.Kemudian
lekukan gerakan piggul seperti spiral maju dan
mundur.
b.          Duduk diatas bola bersandar ke depan

a)       Setelah menggerakkan pinggul mengikuti `aliran


menggelinding bola, lakukan fase istirahat dengan bersandar
kedepan pada kursi atau pendamping (bisa instruktur atau satu
anggota keluarga)`
b)       Sisipkan latihan tarikan nafas dalam
c)       Lakukan` teknik selama 5 menit

96
1) Berdiri bersandar diatas bola

a) Letakkn bola diatas kursi

b) Berdiri dengan kaki sedikit dibuka bersandar kedepan pada


bola `seperti merangkil bola
c) Lakukan gerakan inti selama 5 menit

1)               Berlutut dan bersandar diatas bola

a) Letakkan bola dilantai


b) Dengan menggunakan bantal atau pengalas yang empuk
lakukan posisi berlutut
c) Kemudian posisikan badan bersandar kedepan diatas bola
seperti merangkul bola
d) Dengan tetap pada posisi merangkul bola, gerakkan badan
kesamping kanan dan kiri mengikuti aliran menggelinding
bola
e) Dengan tetap merangkul bola, minta pendamping untuk
memijat atau melakukan tekanan halus pada punggung
bawah. Lakukan tindakan ini selama 5 menit.

D) Jongkok bersandar pada bola

a) letakkan bola menempel pada tembok atau papan sandaran


b) Ibu   duduk  `dilantai   dengan    posisi jongkok dan
membelakangi atau menyandar pada bola
c) Sisipkan latihan tarikan nafas dalam pada posisi ini
d) Lakukan selama 5 – 10 menit
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Asuhan Persalinan

ASUHAN PERSALINAN PADA NY. G USIA 23 TAHUN G1P0A0 DENGAN


PENERAPAN BIRTHBALL DI PMB SUKMAWATI, AMD, KEB.

Tanggal Pengkajian : 28 November 2020


Waktu Pengkajian : 03.00
Tempat Pengkajian : PMB Sukmawati Amd.Keb
Pengkaji : Nuning Nurbiyanti
Identitas
Ibu Ayah
Nama : Ny. G Tn. A
Umur : 23 Tahun 24 tahun
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : Karyawan Swasta Karyawan Swasta
Golongan Darah : O O
Alamat : Kp. Lembur Sawah RT 03 RW. 06 Kelurahan Utama Kecamatan
Cimahi Selatan, Kota Cimahi.

Data Subjektif
Ny.G datang ke pmb pukul 03.00, dengan keluhan mulas-mulas sejak
pukul 18.00, keluar lendir dari jalan lahir sejak pukul 17.00. tidak ada pengeluaran
air-air yang tidak tertahankan dari jalan lahir. Gerakan Janin aktif dirasakan
hingga saat ini.
1) Riwayat Kehamilan Sekarang
a) Hamil ke :1
b) Riwayat keguguran : tidak pernah
c) HPHT : 01 Maret 2020

98
d) HPL : 08 Desember 2020
e) Gerakan Janin : Aktif
f) Imunisasi TT : TT2, tanggal 15 Maret 2020
g) Obat/ jamu yang dikonsumsi : tidak ada. Ibu hanya mengonsumsi vitamin
dan tablet tambah darah dari bidan yang diminum setiap malam sebelum
tidur menggunakan air putih.
h) Riwayat ANC : ibu biasa memeriksakan kehamilannya di PMB bidan S.
Ibu memeriksakan kehamilannya sebanyak 9 kali ke bidan dan hasil
pemeriksaan terakhir normal, tidak ada penyulit.
2) Riwayat penikahan : penikahan yang pertama bagi ibu dan yang kedua bagi
suami, lama pernikahan 1 tahun.
3) Riwayat KB : ibu belum pernah menggunakan KB apapun dari pernikahan
hingga kehamilan.
4) Riwayat Kesehatan : ibu tidak memiliki riwayat penyakit darah tinggi,
diabetes, jantung, dan hepatitis B. tidak ada keluarga yang memiliki riwayat
penyakit darah tinggi, diabetes, jantung, hepatitis B dan penyakit menular
lainnya.
5) Riwayat Psikososial Budaya Ekonomi : Respon ibu dan keluarga terhadap
kehamilan ini baik dan mendukung, mulai adanya perasaan khawatir akan
menghadapi persalinan nanti. Pengambilan keputusan oleh suami. Tidak ada
budaya yang dianut oleh ibu dan keluarga mengenai kehamilan, persalinan,
nifas dan bayi baru lahir. Suami tidak merokok didalam rumah. Ibu melakukan
pekerjaan rumah tangga dibantu oleh keluarga.
6) Aktivitas Sehari-hari :
a) Pola makan : terakhir makan pukul 20.00 dengan nasi goring 1 porsi, pola
makan sehari-hari 3-4 kali/ hari dengan nasi dan lauk sayur. Tidak ada
pantangan makanan, tidak ada alergi makanan.
b) Pola minum : terakhir minum pukul 00.00 dengan air teh manis, pola
minum sehari-hari Ibu minum >12 gelas/ hari air putih.
c) Pola istirahat/ tidur : terakhir istirahat pukul 21.00 tidur sebentar, pola
istirahat sehar-hari ibu tidur malam sekitar 6-7 jam dan tidur siang 1-2
jam. Tidak ada pantangan istirahat.
d) Pola eliminasi : terakhir BAK pukul 23.00, tidak ada keluhan. Terakhir
BAB pukul 18.00. tidak ada keluhan.
e) Mobilisasi : ibu melakukan aktivtas pekerjaan rumah tangga setiap hari,
kadang-kadang dibantu oleh keluarga dan melakukan aktivitas ringan.
7) Personal hygiene : ibu mandi pukul 21.00 dan berseka sebelum pergi ke bidan.
setiap hari berseka dan mandi rutin. Tiap hari ganti pakaian rutin,dan celana
dalam.
8) Persiapan persalinan : ibu sudah mempersiapkan pakaian bayi dan ibu,
mempunyai BPJS, kendaraan yang akan digunakan adalah motor, rencana
tempat persalinan di BPM bidan L, pendamping persalinan suami dan orang
tua.
9) Data Penunjang :
Hb : 11.5 gr/dL, HIV : non reaktif, sifilis : non reaktif, HbSAg : non reaktif
(dilakukan di puskesmas tanggal 18 September 2020)

Data Objektif

1) Keadaan Umum : Baik


2) Kesadaran : Composmentis
3) Antropometri :
a) Berat Badan sebelum hamil : 45 kg
b) Berat badan sekarang : 57 kg
c) Tinggi badan : 151 cm
d) IMT : 19,7 kg/m2 (normal)
e) LILA : 27 cm (status gizi baik)
4) Tanda-tanda vital : tekanan darah : 100/80 mmHg , nadi : 80x/menit ,
respirasi : 17x/menit , suhu : 36,7oC
5) Pemeriksaan fisik :
a) Kepala : rambut bersih, tidak ada benjolan, edema, tidak ada kelainan
b) Wajah : tidak edema, tidak pucat. Tidak bengkak.
c) Mata : sklera putih dan konjungtiva merah muda.
d) Mulut : bibir kemerahan, tidak pucat.

100
e) Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening, kelenjar tiroid,
dan vena jugularis.
f) Payudara : simetris, bersih, putting menonjol, tidak ada nyeri tekan,
sudah ada pengeluaran kolostrum.
g) Abdomen : tidak ada luka bekas operasi. Terdapat linea nigra dan striae
gravidarum.
TFU : 28 cm
Leopold I : teraba bundar, lunak, tidak melenting (Bokong)
Leopold II : teraba keras memanjang disebelah kanan maternal
(Punggung), dan teraba bagian-bagian kecil di sebelah kiri maternal.
Leopol III: teraba keras, sudah masuk PAP (Kepala).
Leopold IV : divergen
Perlimaan : 3/5
TBBJ : 2635 gram
DJJ : 142x/menit, reguler
HIS : 2x/10’/20”, teratur
h) Pemeriksaan Genitalia :
Vulva/vagina : tidak ada kelainan
Portio : tebal lunak
Pembukaan : 3 cm
Ketuban : utuh
Presentasi : kepala
Penurunan : H. II
Bagian terkecil yang teraba : tidak ada
i) Ekstremitas Atas : tidak ada edema, tidak pucat, tidak ada varises.
j) Ekstremitas Bawah : tidak ada edema, tidak ada varises, dan refleks
patella +/+.
Analisa
Ny. G usia 23 tahun G1P0A0 inpartu aterm kala I fase laten.
Janin tunggal hidup intrauterin presentasi kepala dengan keadaan baik..
Penatalaksanaan
1) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan.
2) Menganjurkan ibu tidak menahan BAK dan selalu ditemani keluarga bila
ke toilet. Ibu mengerti.
3) Mengajarkan ibu teknik relaksasi. Ibu dapat mempraktikkannya
4) Mengajarkan ibu duduk diatas bola birth ball dan melibatkan suami untuk
mendampingi. Ibu melakukan dengan baik.
5) Menganjurkan pada ibu untuk mobilisasi bila masih kuat. Ibu mengerti.
6) Memberikan ibu teh manis. Ibu mau meminumnya.
7) Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, hidrasi, dan
istirahat, ibu makan makanan kecil, dan mau tidur sejenak.
8) Melakukan pemantauan kemajuan persalinan.
Waktu pengkajian : 07.00
Data Subjektif
Ibu mengatakan mules semakin kuat dan sering, terdapat pengeluaran
lendir bercampur darah dari jalan lahir. Ibu sudah sarapan pukul 06.00
dengan bubur 4-5 sendok. Terakhir minum 07.00 dengan air teh manis
hangat. Sudah BAK pukul 06.30. Ibu terlihat melakukan teknik
relaksasi napas dalam didampingi suami.
Data Objektif
1) Keadaan Umum : baik
2) Kesadaran : composmentis
3) Tanda vital : TD : 110/80 mmHg, N : 86x/menit, R : 20x/menit, S:
36,7oC
4) Pemeriksaan Abdomen :
HIS : 3x/10’/40”
DJJ : 144x/menit, regular
Perlimaan : 3/5
Kandung Kemih : kosong
5) Pemeriksaan Genitalia
inspeksi : tampak pengeluaran lendir bercampur darah dari jalan
lahir
Pemeriksaan dalam
Vulva/vagina : tidak ada kelainan

102
Porsio : tebal lunak
Pembukaan : 5 cm
Ketuban : utuh
Presentasi : kepala
Penurunan : H-II
Bagian kecil yang teraba : tidak ada
Analisa
Ny.G 23 tahun G1P0A0 inpartu aterm kala I fase aktif
Janin tunggal hidup intrauterine presentasi kepala dengan keadaan
baik.
Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum baik, Ibu
mengetahui hasil pemeriksaannya dan janinnya dalam keadaan baik
2. Membimbing ibu kembali menggoyangkan birthball. Ibu dapat
mempraktikkan dengan baik, dan suami mendampingi.
3. Memberikan air teh manis hangat, ibu meminumnya
4. Memberikan ibu dukungan psikologis, ibu mengatakan yakin dalam
persalinannya.
5. Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih, ibu mau
melakukannya.
6. Menganjurkan ibu mobilisasi dan miring kiri. Ibu mau melakukannya.
7. melakukan pemantauan kemajuan persalinan. Mengobservasi TTV, His,
DJJ, setiap setengah jam.
08.00 WIB: DJJ 141x/menit, HIS 3x/10’/42” , nadi : 82x/menit.
08.30 WIB: DJJ 138x/menit, HIS 3x/10’/43” , nadi : 84x/menit.
09.00 WIB: DJJ 133x/menit, HIS 3x/10’/42” , nadi : 87x/menit, Suhu
: 36,7’C
09.30 WIB: DJJ 143x/menit, HIS 3x/10’/42” , nadi : 88x/menit.
10.00 WIB : DJJ 151x/menit, HIS 4x/10’/44” , nadi : 85x/menit.
10.30 WIB : DJJ 146x/menit, HIS 4x/10’/45” , nadi : 82x/menit.
Waktu pengkajian : 11.00
Data Subjektif
Ibu mengatakan mules semakin kuat dan sering, terdapat pengeluaran
lendir bercampur darah dari jalan lahir.
Data Objektif
1. Keadaan Umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. Tanda vital : TD : 110/80 mmHg, N : 90x/menit, R : 23x/menit, S:
36,5oC
4. Pemeriksaan Abdomen :
HIS : 4x/10’/50”
DJJ : 140x/menit, regular
Perlimaan : 2/5
Kandung Kemih : kosong
6) Pemeriksaan Genitalia
inspeksi : tampak pengeluaran lendir bercampur darah dari jalan
lahir
Pemeriksaan dalam
Vulva/vagina : tidak ada kelainan
Porsio : tebal lunak
Pembukaan : 8 cm
Ketuban : utuh
Presentasi : kepala
Penurunan : H-III
Bagian kecil yang teraba : tidak ada
Analisa
G1P0A0 inpartu aterm kala I fase aktif
Janin tunggal hidup intrauterine presentasi kepala dengan keadaan
baik.
Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum baik, Ibu
mengetahui hasil pemeriksaannya dan janinnya dalam keadaan baik
2. Menganjurkan ibu melakukan teknik relaksasi, ibu melakukan Tarik
nafas dalam dengan baik.

104
3. Memberikan ibu dukungan psikologis, ibu mengatakan yakin dalam
persalinannya.
4. Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih, ibu mau
melakukannya.
5. Menganjurkan ibu mobilisasi dan miring kiri. Ibu mau
melakukannya.
6. melakukan pemantauan kemajuan persalinan. Mengobservasi TTV,
His, DJJ, setiap setengah jam.
11.30 WIB: DJJ 142x/menit, HIS 4x/10’/48” , nadi : 84x/menit.
Waktu pengkajian pukul 12.00
Data Subjektif :
Ibu mengatakan keluar air-air tak tertahankan, ibu ingin mengedan.
Data Objektif
1. Keadaan Umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. Pemeriksaan Abdomen :
HIS : 4x/10’/50”
DJJ : 140x/menit, regular
Perlimaan : 1/5
Kandung Kemih : kosong
7) PemeriksaanGenitalia
inspeksi : tampak pengeluaran lendir bercampur darah dari jalan lahir
Pemeriksaan dalam
Vulva/vagina : tidak ada kelainan
Porsio : tidak teraba
Pembukaan : 10 cm
Ketuban : jernih
Presentasi : kepala
Penurunan : H-III
Molase :0
Bagian kecil yang teraba : tidak ada
Analisa
Ny.G 23 tahun G1P0A0 inpartu aterm kala II
Janin tunggal hidup intrauterine presentasi kepala dengan keadaan baik.
Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan, ibu mengetahui hasil
pemeriksaan.
2. Mengatur posisi litotomi pada ibu dan menganjurkan suami berada
dibelakang ibu untuk memberikan semangat kepada ibu.
3. Mendekatkan alat-alat partus set ke dekat ibu.
4. Memakai APD
5. Mengajarkan ibu teknik mengedan yang baik.

6. Melakukan pertolongan persalinan sesuai dengan Standar APN.

7. Pada saat kepala bayi tampak 5-6 cm didepan vulva tangan kanan
melindungi perineum, meletakkan tangan kiri dibawah simfisis
sambil membimbing ibu meneran secara perhan-lahan, Lahirlah
kepala bayi.
8. Menunggu kepala bayi sehingga melakukan putar paksi luar,
menempatkan kepala secara biparietal di masing masing sisi muka
bayi. Melahirkan bahu depan dengan manufer kebawah lalu
melahirkan bahu belakang dengan manufer keatas. Sanggah tubuh
bayi dan susur hingga seluruh tubuh bayi berturut-turut lahir
punggung, bokong dan tungkai

9. Bayi lahir spontan pukul 13.55 WIB bayi segera menangis dan tonus
otot baik, jenis kelamin laki-laki, tidak ada cacat bawaan. Meletakkan
bayi diperut ibu, membersihkan tubuh dan membungkusnya.

Waktu Pengkajian : 13.55

Data subjektif

Ibu berbaring dengan posisi litotomi, mengucap syukur atas kelahiran


bayinya.

Data objektif

TFU setinggi pusat, uterus teraba keras, kandung kemih kosong, tampak

106
tali pusat di vulva dan darah merembes.

Analisa

Ny.G 23 tahun P1A0 kala III

Penatalaksanaan
1. Palpasi perut ibu untuk memastikan janin tunggal, kandung kemih
dan kontraksi,Tidak ada janin kedua, kandung kemih kosong,
kontraksi baik.

2. Memberitahu ibu akan disuntikkan oksitosin. Memberikan suntikan


oksitosin 10 IU secara IM di 1/3 paha kanan lateral.

3. Menjepit tali pusat dengan menggunakan arteri klem kira-kira 3 cm


dari pusat. Melakukan urutan tali pusat mulai dari klem kearah ibu
menjepit tali pusat kira-kira 2 cm dari klem pertama. Melakukan
pemotongan tali pusat diantara klem pertama dan kedua. Mengikat
tali pusat bayi dengan klem tali pusat dan melepaskan klem pada tali
pusat bayi. Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi
diperut ibu dan mengenjurkan ibu untuk memeluk bayi serta memulai
pemberian asi IMD ( Inisiasi Menyusui Dini).
4. Melakukan penegangan tali pusat terkendali dengan tangan kanan
saat ada kontraksi dan memindahkan klem tali pusat 5 cm dari vulva
ketika tali pusat semakin memanjang dan tangan kiri berada di
simfisis.
5. Saat plasenta tampak 1/3 divulva, lahirkan plasenta dengan memilin
searah jarum jam dan tangan kiri menahan bagian bawah uterus
secara dorsal cranial. Plasenta lahir pukul 14.10 WIB, melakukan
masase uterus, uterus teraba keras.
6. Memeriksa kelengkapan pasenta, plasenta lahir lengkap, plasenta
kesan lengkap
7. Melakukan masase uterus untuk mengobservasi uterus tetap baik dan
mengobservasi jumlah perdarahan : perdarahan +- 200 cc,
menganjurkan suami masase perut ibu untuk memastikan kontraksi
baik.
Waktu pengkajian : 14.10

Data Subjektif :
Ibu merasa lelah, dan masih merasa mules
Data Objektif

1. Keadaan umum: Baik, TD : 110/70

2. Pemeriksaan fisik terfokus :

a. Abdomen : TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi baik, kantong Kemih


kosong
b. Genetalia : ada laserasi di mukosa vagina, komisura posterior dan kulit
perineum dan otot perineum , Perdarahan lebih kurang 100 cc

Analisa
Ny.G 23 tahun P0A0 inpartu kala IV
Penatalaksanaan
1. Memeriksa laserasi jalan lahir, laserasi derajat II pada jalan lahir,
sehingga diperlukan dilakukan penjahitan pada laserasi.
2. Memberitahu ibu bahwa akan melakukan penjahitan luka perineum,
ibu setuju
3. Menyuntikkan lidokain 1% ke area luka perineum,
4. Melakukan penjahitan laserasi pernineum, luka sudah dijahit, tidak
ada perdarahan aktif.
5. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik
dan mengevaluasi perdarahan persalinan serta keadaan ibu,
mengajarkan kepada ibu/ keluarga cara melakukan masase uterus,
yaitu dengan meletakkan telapak tangan di atas perut ibu dan
melakukan gerakan memutar searah jarum jam. Ibu dan suami sudah
memahami bagaimana cara melakukan masase dan melakukannya
dengan benar.
6. Membersihkan ibu, dan membantu ibu berganti pakaian, ibu merasa
nyaman.
7. Melakukan dekontaminasi alat.

108
8. Menjelaskan keadaan umum ibu, memberitahukan kepada ibu bahwa
plasenta lahir lengkap dan keadaan ibu dan bayi baik, saat ini ibu
butuh istirahat dan pengawasan selama 2 jam

9. Melakukan pemantauan persalinan yaitu selama 2 jam pertama


pascapersalinan yang dilakukan setiap 15 menit selama satu jam
pertama dan setiap 30 menit saat jam kedua kala IV. dan dicatat pada
lembar balik partograf.
B. Asuhan Bayi Baru Lahir
Waktu Pengkajian : 15.15

Data subjektif

Ibu mengatakan ini anak pertama, bayi lahir pukul 13.55 WIB, jenis
kelamin laki- laki, segera menangis, sudah menetek 1 kali sudah
diberikan salep mata dan suntikan vitamin K di paha sebelah kiri. Bayi
sudah BAK dan BAB.
Data Objektif

1. Keadaan umum : Baik, warna kulit kemerahan.

2. Tanda-tanda Vital

BJA : 143x/menit, R : 49x/menit, S : 36,7’C


3. Antropometri

a) Panjang badan : 48,5 cm

b) BB : 2550 gram,

c) Lingkar Kepala : 31,5 cm

d) Lingkar Dada : 30 cm

e) Lila : 10 cm

4. Pemeriksaan Fisik

a) Kepala : Tidak terdapat caput succedenum, Sutura


lambdiodalis dan sagitalis
b) Mata : Simetris, tidak ada kotoran, Sklera putih

dan konjungtiva merah muda.

c) Hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung

d) Mulut : Tidak ada labio palatoskizis, gigi belum tumbuh.

e) Telinga : Simetris, sedikit kotor karena belum dimandikan.

f) Leher : kaku
g) Dada : Simetris.

h) Perut : Normal, bentuknya cembung bising usus ada, tidak

ada pembesaran hepar, tali pusat basah namun


tidak ada perdarahan.
i) Kulit : Kemerahan.

j) Punggung : Tidak ada spinabifida.

k) Genitalia : terdapat lubang di ujung penis, testis sudah masuk


kedalam skrotum.

l) Anus : Ada lubang dan tidak ada kelainan

m) Ekstremitas : Jari-jari tangan dan kaki lengkap

5. Pemeriksaan refleks pada bayi

a) Reflek rooting : positif

b) Reflek sucking : positif

c) Reflek moro : positif.


Analisa

Bayi Ny. G, Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan umur 2 jam
dengan keadaan baik.
Penatalaksanaan

1. Menginformasikan hasil pemeriksaan bayi kepada ibu.

Ibu mengetahui bahwa bayi dalam keadaan normal


dan sehat.
2. Memastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak bayi setiap
15 menit, apabila telapak bayi terasa dingin periksa suhu aksila bayi
dan membedong bayi dengan kain yang bersih dan kering.
3. Memberikan ASI kepada bayi oleh ibunya, Bayi sudah diberikan ASI
oleh ibunya dan tidak ada keluhan pada bayi.
4. Mengingatkan ibu agar tetap menjaga pusat bayi tetap kering
dan bersih. Ibu tetap menjaga keadaan tali pusat tetap bersih

108
dan kering.
5. Memberitahu kepada ibu bahwa bayi akan diberikan imunisasi
HB0 secara IM pada paha kanan bagian luar untuk imunisasi
dasar, Imunisasi yang harus didapatkan bayi pada saat usia 0 bulan
yaitu imunisasi HB 0, jadwal pemberian 1-7 hari setelah lahir disuntik
secara IM pada 1/3 paha bagian luar kanan bayi sebanyak 0,5 cc.
6. Mengingatkan ibu untuk tetap menjaga kehangatan dan kebersihan
bayi, mencuci tangan setiap ibu memegang bayi, dan menjaga
kebersihan daerah alat kelamin bayi membersihkan pada saat buang
air besar dan mengganti popok bayi setiap kali basah pada saat BAK
atau BAB, agar tidak terjadi ruam popok dengan menjaga kehangatan
dan kebersihan bayi.
Ibu sudah mengerti dan mau memperhatikan kebersihan bayinnya

7. Menjelaskan kepada ibu kandungan dari ASI ibu dan mensupport ibu
untuk memberikan ASI Ekslusif, Ibu berencana memberikan ASI
Ekslusif.

8. Mengawasi tanda-tanda bahaya pada bayi, seperti pernafasan lebih


cepat, suhu yang panas, tali pusat merah atau pendarahan, mata
bengkak, tidak ada BAK atau BAB dalam 24 jam.
Ibu mengerti tentang tanda-tanda bahaya pada bayi.
BAB IV
PEMBAHASAN

Asuhan persalinan pada Ny.G dilakukan di BPM Bidan S ditolong


oleh penulis dan didampingi oleh bidan. Proses persalinan berlangsung
secara normal mulai dari kala I-kala IV. Ibu datang didampingi suami dan
keluarga pukul 03.00 dengan keluhan mulas-mulas teratur sejak pukul
18.00 dan keluar lender dari jalan lahir sejak pukul 17.00.Berdasarkan
hasil pemeriksaan tanda vital normal, pembukaan 3 cm, HIS : 2x/10’/20”,
portio tebal lunak, dan ketuban utuh.
Berdasarkan hasil data pengkajian tersebut dapat disimpulkan bahwa
diagnose G1P0A0 paturient aterm kala I fase laten janin tunggal hidup,
dilakukan observasi kala I persalinan dengan terus menilai kemajuan
persalinan hingga kala II. Sesuai dengan teori (Pillitteri, 2009). Dalam
Jurnal Keperawatan dan Pemikiran Ilmiah Kurniawati, D (2017). Fase
laten adalah fase awal, dimulai pada saat adanya kontraksi yang teratur,
servik berdilatasi dari 0 sampai 3 cm. Fase laten dan fase aktif mempunyai
durasi yang berbeda. Fase laten adalah fase awal, dimulai pada saat adanya
kontraksi yang teratur , servik berdilatasi dari 0 sampai 3 cm (Pillitteri,
2009). Fase ini berlangsung sekitar 8-10 jam pada primipara dan 6 sampai
8 jam pada nulipara (Pillitteri, 2009) Kontraksi akan lebih kuat dan sering
selama fase aktif. Lamanya kala 1 pada primigravida berlangsung 12 jam
sedangkan pada multigravida sekitar 8 jam.
Saat pertama kali datang ibu terlihat senang karena waktu yang
ditunggu sudah datang. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh
jannah (2014) pada kala I Fase laten ibu biasannya merasa lega dan
bahagia karena masa kehamilannya akan segera berakhir.
Proses persalinan kala I berlangsung selama 9 jam. Berdasarkan teori
yang dikemukakan WHO (2013) bahwa batasan lama persalinan kala I
adalah 14 jam. Selanjutnya klien diberikan intervensi dengan
menggunakan birthball untuk mengurangi nyeri persalinan. Birthball
dilakukan selama 30 menit pada fase laten dan 30 menit pada fase aktif.
Untuk evaluasi, penulis memberi ibu rating scale nyeri.

110
Birth ball bermanfaat secara fisik sehingga dapat digunakan selama
kehamilan dan persalinan. Birth ball memposisikan tubuh ibu secara
optimal dan pengurangan nyeri selama kontraksi uterus memunculkan
gerakan yang dapat mengurangi rasa nyeri selama kontraksi. Alasan yang
mendasari hal ini adalah latihan birth ball dapat bekerja secara efektif
dalam persalinan. Penggunaan birth ball selama persalinan mencegah ibu
dalam posisi terlentang secara terus-menerus.
Pada proses persalinan, ketika ibu merasa mules yang adekuat maka
akan berpengaruh pada kondisi psikologis. Untuk mengintervensi keadaan
tersebut penulis menganjurkan untuk duduk diatas birthball pada kala I
fase laten, untuk mengurangi nyeri persalinan dan membuat ibu lebih
nyaman saat kontraksi. Berdasarkan data subjektif klien, setelah duduk
diatas birthball merasa lebih nyaman.
Hal ini sesuai dengan penelitian Silva tahun 2016 berjudul “Using the
Swiss ball in labor” bahwa, penggunaan birthball berpengaruh pada saat
dilatasi serviks berkisar 3-7 cm, mayoritas digunakan saat dilatasi serviks
mencapai 4 cm dapat berpengaruh menurunkan nyeri persalinan sebesar
19,7%, mempercepat kemajuan persalinan sebesar 17,1%, sebagai latihan
perineum lebih elastis, sebesar 14,5%, dan menurunkan nyeri persalinan
sebesar 11,8%.
Ketika ibu sudah tidak kuat duduk diatas bola, penulis menganjurkan
Ny.G untuk untuk berbaring dan miring kiri. Penulis melakukan pain
relief low back pain untuk mengurangi nyeri persalinan dan mengajarkan
teknik relaksasi dengan menarik nafas dari hidup dan mengeluarkan nafas
melalui mulut secara teratur, hasilnya merasa nyaman dan lebih rileks.
Ketika ibu sudah tidak kuatduduk diatas bola penulis menganjurkan
berbaring dan miring, hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan
Simskins (2005), bahwa pengaruh posisi miring pada persalinan adalah
memungkinkan ibu yang lelah untuk istirahat, gaya gravitasi netral, dapat
mengurangi hemoroid, dapat mengatasi masalah detak jantung janin,
membantu menurunkan tekanan darah tinggi khususnya posisi lateral kiri,
menghindari tekanan terhadap sakrum, dapat meningkatkan kemajuan
persalinan saat mengganti intervensi berjalan dan dapat menambah rotasi
pada bayi dengan oksiput posterior Posisi miring juga dapat memberikan
rasa santai bagi ibu yang letih, oksigenasi yang baik bagi bayi, dan
membantu pencegahan laserasi.
Kala II diawali dengan pecah ketuban berwarna jernih pada pukul
12.00, berlangsung selama 1 jam 55 menit, hal ini sesuai dengan teori
bahwa dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir proses
ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi. Ibu
mengedan diawali dengan posisi litotomi, lalu miring kiri, jongkok, dan
litotomi kembali. Hal ini sesuai dengan teori dalam Rukiyah 2009, Pada
kala pengeluaran janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadi
tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan
rasa mengedan, karena tekanan pada rectum ibu merasa seperti mau buang
air besar dengan tanda anus membuka. Pada waktu his kepala janin mulai
kelihatan, vulva membuka, perineum membuka, perineum meregang.
Dengan adanya his ibu dan dipimpin untuk mengedan, maka lahir kepala
diikuti oleh seluruh badan janin. (Rukiyah, 2009).
Menurut (Walyani, 2016) fokus utama persalinan normal adalah
persalinan bersih dan aman mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini
merupakan pergeseran paradigma dari sikap menunggu dan menangani
komplikasi, menjadi mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.
Persalinan bersih dan aman serta pencegahan komplikasi selama pasca
persalinan mampu mengurangi kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru
lahir.
Pada saat persalinan ibu ditemani suami, dengan ditemani keluarga
khususnya suami dapat membantu kelancaran proses persalinan, hal ini
sesuai dengan bahwa, Pendampingan suami saat persalinan berpengaruh
dengan kelancaran persalinan ibu, karena secara tidak langsung kehadiran
seorang suami memberikan dampak postif pada psikologis ibu sehingga
proses persalinan berjalan lancar.
Bayi lahir spontan menangis kuat tonus otot aktif lalu dilakukan
inisiasi menyusu dini. Hal ini sesuai dengan rekomendasi WHO (2013),

112
agar bidan memfasilitasi menyusui dengan segera, biasanya dalam satu
jam pertama, lebih setelah melahirkan. Tujuannya adalah melakukan
kontak kulit untuk meningkatkan kasih sayang ibu dan bayi, mengurangi
perdarahan setelah melahirkan , dan meningkatkan imunitas bayi. Selama
proses IMD terjalin kontak pertama dengan bayi, Ny. G senang bayi
berada dalam dekapannya. Ny. H mengucap syukur atas kelahiran bayi.
Sebelum dilakukan IMD bayi dikeringkan terlebih dahulu kecuali
bagian tangan. Selama 1 jam IMD dengan hasil akhir bayi dapat
menemukan putting ibu dan menghisap tangan dan putting susu ibu.
Menurut IDAI (2013) bahwa, keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan
bagian tubuh lainnya kecuali kedua tangannya. Bau cairan amnion pada
tangan bayi akan membantunya mencari puting ibu yang mempunyai bau
yang sama. Maka agar baunya tetap ada, dada ibu juga tidak boleh
dibersihkan. Mengeringkan tubuh bayi tidak perlu sampai menghilangkan
verniks karena verniks dapat berfungsi sebagai penahan panas pada bayi.
Asuhan Kala III dilakukan dengan Manajemen Aktif Kala III
berdasarkan standar pelayanan kebidanan 11 mengenai penatalaksanaan
aktif persalinan kala III yaitu dengan penyuntikkan oksitosin 10 IU dan
melakukan peregangan tali pusat terkendali ketika ada kontraksi untuk
mengeluarkan plasenta dan selaput ketuban secara lengkap. Kala III
berlangsung 10 menit, plasenta lahir spontan lengkap, jumlah darah dalam
batas normal, dan kontraksi uterus keras. Menurut Cunningham (2014)
kontraksi yang baik menandakan bahwa tidak adanya perdarahan primer
postpartum. Maka dapat disimpulkan bahwa kala III berlangsung normal
tanpa komplikasi.

Pemeriksaan pada laserasi perineum, terdapat luka perineum pada


mukosa vagina, kmisura posterior, kulit perineum dan otot perineum.
Maka, dilakukan penjahitan menggunakan teknik jelujur,oleh karena itu
dilakukan penjahitan pada mukosa vagina dan ootot perineum dan
diakukan anastesi dengan lidokain 1% IM. Hal ini sesuai dengan
permenkes no 28 tahun 2017 Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu,
Bidan berwenang melakukan Penjahitan luka dan jalan lahir tingkat I dan
II. Selain itu penulis memfasilitasi kebutuhan rasa kenyamanan ibu,
mengawasi perdarahan postpartum, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus,
tekanan darah, kandung kemih dan keadaan umum ibu. Setelah dilakukan
penjahitan, dilakukan evaluasi jalan lahir, hasilnya tidak terdapat
perdarahan aktif.

Dilakukan pengawasan kala IV setelah bayi dan plasenta lahir


dilakukan pemeriksaan pada laserasi jalan lahir yaitu derajat 2 dan
tanda vital ibu dalam batas normal, kontraksi uterus baik, kandung
kemih kosong, dan lochea rubra. Pengawasan dilakukan selama 2 jam
pertama, 1 jam pertama setiap 15 menit sekali dan 1 jam kedua setiap
30 menit sekali.
Kala IV dimulai sejak plasenta lahir sampai dengan 2 jam
sesudahnya, adapun observasi yang harus dilakukan pada kala IV yaitu
tingkat kesadaran, pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi,
pernafasan dan suhu), kontraksi uterus dan perdarahan (Sondankh,
2013). Dari pemantauan pada Ny.G didapatkan bahwa keadaan Ibu
dan bayi dalam keadaan normal. Perdarahan yang terjadi pada Ny.G
berlangsung normal, dan jumlah perdarahan juga berada dalam batas
normal.
Asuhan pada kala IV yaitu dilakukan pemantauan dengan partograf.
Seluruh hasil temuan dan pemeriksaan dicatat dalam partograf, hasil yang
didapatkan normal tidak ada komplikasi yang terjadi pada Ny.G dengan
bayi.

BAB V

114
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asuhan persalinan telah dilaksanakan sesuai dengan manajemen
kebidanan dan kewenangan bidan. Penggunaan birthball exercise
diberikan sejak kala I fase laten untuk mengurangi nyeri persalinan. Proses
persalinan, nifas berjalan normal tanpa komplikasi. Berdasarkan
pengkajian data ibu merasa nyaman ketika menggunakan birthball untuk
mengurangi nyeri persalinan. Ibu dapat mengontrol nyeri dengan teknik
relaksasi nafas dalam. Asuhan bayi baru lahir berjalan normal tidak
ditemukan komplikasi atau kelainan.
B. Saran
a. Bagi tenaga kesehatan
Diharapkan tenaga kesehatan dapat mempertimbangkan birthball untuk
mengurangi nyeri persalinan dan dapat meningkatkan kesejahteraan ibu
dan bayi baru lahir dengan menggunakan asuhan komplementer.
b. Bagi Klien
Diharapkan keluarga dapat terlibat disetiap asuhan kebidanan
untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan bayi baru lahir.

DAFTAR PUSTAKA
Ayu, MP, dkk. (2017). Pengaruh Pemberian Metode Birth Ball Terhadap
Intensitas Nyeri Persalinan Kala 1 Fase Aktif Di BPM Siti Julaeha.
Jurnal Ibu dan Anak. Volume 5, Nomor 2, November 2017
Estiwidani, D dan Maryani,T.(2016). Terapi birthBall berpengaruh
Terhadap Lama Kala II dan Intensitas Nyeri Persalinan pada Ibu
Bersalin Primigravida di RB Kasih Ibu Yogyakarta. Jurnal
Kesehatan Ibu dan Anak, Volume 10, No.2, November 2016
Halaman 22-27
Dewi, PIS, Aryawan,KY, dan Ariana PA. (2020). Intensitas Nyeri
Persalinan Kala I Fase Laten Pada Ibu Inpartu Menggunakan Birth
Ball Exercise. Jurnal Keperawatan Silampari Volume 3, Nomor 2,
Juni 2020 e-ISSN: 2581-1975 p-ISSN: 2597-7482 DOI:
https://doi.org/10.31539/jks.v3i2.1050
Indrayani, T, Riyanti, SM. (2019). Pengaruh Penggunaan Birthing Ball
Terhadap Penurunan Skor Nyeri Pada Ibu Bersalin Kala I Fase
Aktif Di Klinik Bersalin Bekasi Tahun 2018. Healthy-Mu Journal
ISSN : 2597-3851 Vol. 2 No. 2 (Februari, 2019)
Irawati,A, Susianti, dan Haryono, I. (2019). Mengurangi Nyeri Persalinan
dengan Teknik Birthing Ball. Jurnal Bidan Cerdas e-ISSN: 2654-
9352, p-ISSN:2715-9965, Vol. 2 No. 1: Desember 2019, Hal. 15-22
Kurniawati,A. Dasuki,D, dan Kartini F. (2017). Efektivitas Latihan Birth
Ball terhadap Penurunan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif pada
Primigravida. Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia ISSN 2354-7642
(Print), ISSN 2503-1856 (Online)
Sari, NM. (2020). Pengaruh Terapi Birth Ballpada Ibu Bersalin Terhadap
Penurunan Nyeri Di Praktik Mandiri Bidan Hartati Kecamatan
Sawang Kabupaten Aceh Utara.Jurnal Penelitian Kebidanan &
Kespro Vol. 3No. 1
Sutriningsih, Destri, Y, dan Shaqinatunissa. (2019). Pengaruh birthball
terhadap nyeri persalinan. wellnes and healty magazine. volume 1,
nomor 1 feberuary 2019, p 125-132. ISSN 2655-9951

116
Wenny, IPES. (2019). Pengaruh Senam Hamil Menggunakan Bola
Persalinan Terhadap Persepsi Nyeri Persalinan Dan Efikasi Diri
Primigravida. Jurnal Ilmiah Bidan, Vol.Iv, No.1, 2019
Wilda, WS, dkk. (2020). Pengaruh Pelaksanaan teknik Birth Ballterhadap
Kemajuan Persalinan. Jurnal Penelitian Kebidanan & Kespro Vol. 3
No. 1 DOI: https://doi.org/10.36656/jpk2r.v3i1.406

Anda mungkin juga menyukai