Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Faktor Penyebab Preeklamsia Berat


Pada kasus Ny. K terjadinya preeklamsia berat pada ibu diduga karena usia
ibu > 35 tahun. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Fatkhiyah, dkk, tahun 2016 menunjukkan bahwa faktor umur ibu yang hamil
pada umur < 20 tahun dan > 35 tahun berisiko terjadi preeklamsia 7,875 kali
dibandingkan ibu usia reproduksi sehat (20-35 tahun). Insiden preeklamsia
tertinggi pada wanita hamil dengan usia paling muda. Kecenderungan umur ibu
yang kurang dari 20 tahun mempunyai resiko terjadi preeklamsia. (Fatkhiyah,
dkk, 2016)
Menurut asumsi penulis, Ny. K yang berusia 39 tahun merupakan faktor
penyebab terjadinya preeklamsia berat pada Ny. K. Sesuai dengan teori dan
hasil penelitian yang telah disebutkan bahwa usia ibu yang lebih dari 35 tahun
merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya preeklamsia berat. Selain itu
adapun faktor pendukung lain yang diduga menyebabkan Ny.K mengalami
preeklamsia berat yaitu pekerjaan ibu sebagai ibu rumah tangga. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lombo, dkk tahun 2017 yang
menyimpulkan bahwa pasien dengan kelompok ibu rumah tangga lebih
dominan mengalami preeklampsia berat yaitu sebanyak 40%. Penelitian ini
didukung oleh Djannah, dkk tahun 2010 yang menunjukkan bahwa kejadian
preeklampsia didominasi oleh kelompok ibu yang hanya bekerja di rumah
sebanyak 63,5%. Karena pekerjaan dikaitkan dengan adanya aktifitas fisik dan
stress yang merupakan faktor resiko terjadinya preeklamsia.

25
B. Penegakan Diagnosis Preeklamsia Berat
Dalam kasus Ny. K, bidan di IGD-K menegakkan diagnosa preeklamsia
berat berdasarkan hasil pemeriksaan yang didapatkan yaitu TD 160/100 mmHg
dan protein urin yang didapatkan dari hasil pemeriksaan lab yaitu 500 mg/dl dan
oedema pada kedua tungkai kaki.
Hal ini sejalan dengan teori dari PNPK tahun 2016 yang mendefinisikan
bahwa preeklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai
dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai protein uria dan
atau disertai oedema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
Berdasarkan asumsi penulis, diagnosa yang ditegakan oleh bidan di RSUD
Waled telah sesuai dengan teori yang ada.

C. Penatalaksanaan Preeklamsia Berat


Pada kasus ini, setelah ditegakan diagnosa preeklamsia berat pada Ny.K,
bidan melakukan informed consent kepada keluarga pasien sebagai bukti
persetujuan yang diberikan atas suatu tindakan medik yang akan dilakukan,
setelah mendapatkan informasi yang jelas tentang tindakan tersebut. Setelah
ditegakkan diagnosa preeklamsia berat di RS, bidan melakukan kolaborasi
dengan dokter SpOG, lalu dokter memberikan advice :
1. Infus RL
2. Dower Cateter
3. Metildopa 2 x 500 mg
4. Amlodipin 1 x 10 mg
5. Protap PEB
6. Drip Oxytocin 5 IU dalam D5% 500 ml.
Lalu bidan melakukan tindakan sesuai advice dari dokter Sp.OG diantaranya
melakukan pemasangan infuse Ringer Laktat dengan tetesan 28 tetes/menit,
memasang DC, kemudian bidan memberikan terapi MgSO4 dosis awal yaitu
4gr MgSO4 (10 ml MgSO4 40%) dilarutkan dengan 10 ml aquabides lalu
disuntikan per-IV bolus selama 20 menit dan dosis rumatan 6 gr MgSO4 (15 ml

26
MgSO4 40%) drip RL 500 ml dengan tetesan 28tetes/menit selama 6 jam.
Setelah itu, bidan memberikan Ny.K obat metildopa dan amlodipin.
Untuk tindakan pemberian MgSO4 bidan telah sesuai dengan teori
Saifuddin 2014 yang menyatakan bahwa penanganan umum pada preeklamsia
berat diantaranya pasang infuse Ringer Laktat, kateterisasi urin, pemberian
MgSO4 dosis awal, dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan sebanyak 6 gram
dalam larutan RL selama 6 jam dan pemberian anti hipertensi peroral.
Induksi adalah proses stimulasi untuk merangsang kontraksi rahim sebelum
kontraksi alami terjadi, dengan tujuan untuk mempercepat proses persalinan.
Induksi persalinan mengisyaratkan stimulasi kontraksi sebelum awitan spontan
persalinan dengan atau tanpa pecah ketuban. Indikasi umum untuk induksi
persalinan antara lain adalah ketuban pecah tanpa awitan spontan persalinan,
hipertensi ibu, status janin meragukan, dan gestasi pascamatur. Seperti pa da
kasus yang terjadi pada Ny. K yang mengalami preeklampsia berat, dilakukan
induksi untuk mempercepat proses persalinan.
Infus oksitosin biasanya mengandung 10 sampai 20 unit ekuivalen dengan
10.000 sampai 20.000 mU dicampur dengan 1000 ml larutan ringer laktat,
masing-masing menghasilkan konsentrasi oksitosin 10 sampai 20 mU/ml. Teori
ini sesuai dengan kasus yg dialami oleh Ny. M yaitu mendapatkan drip
oksitosin 5 unit di campur dengan Dextrose 500 ml.

27

Anda mungkin juga menyukai