Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Angka Kematian Ibu (AKI) menurut target Millenium Development Goals


(MDG’s) tahun 2015 yaitu 102/100.000 kelahiran hidup, untuk itu diperlukan
upaya yang maksimal dalam pencapaian target tersebut. Kejadian kematian Ibu
bersalin sebesar 49,5%, hamil 26,0% nifas 24%. Penyebab terjadinya angka
kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan 60-70%, infeksi 10-20%,
preeklampsia dan eklampsia 20-30%. Penyebab angka kematian di Indonesia
adalah perdarahan 38,24% (111,2 per 100.000 kelahiran hidup), infeksi 5,88%
(17,09 per 100.000 kelahiran hidup), preeklampsia dan eklampsia 10-20% (30,7
per 100.000) [5].

Preeklamsi pada ibu dapat berkomplikasi sebagai hemolysis, elevated liver


enzymes, dan thrombocytopenia (HELLP Syndrome), gagal ginjal, kejang,
gangguan hati, stroke, penyakit jantung hipertensi, dan kematian sedangkan pada
fetus dapat mengakibatkan persalinan preterm, hipoksia neurogenik, kecil masa
kehamilan (KMK), dan kematian (Hersi dkk, 2013; Nurul dkk, 2014). Secara
global 80 % kematian ibu tergolong pada kematian ibu langsung. pola penyebab
langsung dimana-mana sama yaitu perdarahan (25%, biasanya perdarahan pasca
persalinan), sepsis (15%), hipertensi dalam kehamilan (12%), partus macet (8%),
komplikasi aborsi tidak aman (13%), dan sebab-sebab lain (8%) (Sarwono, 2014).

Persalinan menurut Al-Quran dalam surat Yunus ayat 57 yang Artinya : “Hai
manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman”.

Hadits riwayat ibnu Atsir : “ Bila seorang wanita menderita sakit saat
persalinan dan dia mengikhlaskan rasa sakitnya itu maka ia mendapat pahala
setara dengan pahala seorang prajurit yang berperang dijalan Allah dalam keadaan
berpuasa”.

4 Seorang wanita mau tidak mau akan mendapatkan rasa sakit ketika
melahirkan, akan tetapi ada faedah yang terdapat dalam rasa sakit tersebut, yaitu :
1. Rasa sakit tersebut akan menggugurkan dosa-dosanya 2. Akan mengangkat
derajatnya jika ia sabar dan mengharapkan pahala disisi Allah SWT 3. Seorang
wanita akan menyadari kedudukan seorang ibu, yang mana seorang ibu merasakan
apa yang ia rasakan 4. Menambah rasa sayang dan rindu kepada anaknya. Sebab
setiap kali anak mengalami kesulitan, sang ibu akan lebih merasa kasihan dan
merindukannya. Maka yang wajib bagi seorang wanita adalah hendaknya bersabar
dan mengharapkan pahala disisi Allah SWT. Hendaknya pula ia tetap melahirkan
dengan cara yang normal, karena itu lebih baik baginya dari sisi kesehatan dan
finansial.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas maka didapatkan rumusan masalah yaitu


bagaimana penatalaksanaan asuhan kebidanan pada Ny. dengan Preeklamsi Berat?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan asuhan kebidanan pada Ny.
dengan PEB?
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui penatalaksanaan Asuhan Kebidanan pada pelayanan
Antenatal Ny. Dengan Preeklamsi Berat.
2. Untuk mengetahui penatalaksanaan Asuhan Kebidanan pada
Pelayananan Intranatal Ny. dengan Preeklamsi Berat.
3. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada Pelayanan Postpartum Ny.
dengan Preeklamsi Berat.
4. Untuk mengetahui penatalaksanaan Asuhan Kebidanan pada
Pelayanan Bayi Baru Lahir dan Neonatus pada Bayi Ny. dengan
Preeklamsi Berat.

1.4.Manfaat Penulisan

1.4.1. Manfaat Untuk Penulis

Menambah pengetahuan dan kemampuan penulis dalam mendeskripsikan


kasus dan menganalisa kasus menurut berbagai referensi.

1.4.2. Manfaat Untuk Institusi

Menjadi tambahan referensi dalam proses kegiatan perkuliahan.

1.4.3. Manfaat Untuk Lapangan Praktik

Melalui penulisan ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam


manajemen penatalaksanaan Preeklamsi Berat sesuai dengan standar
pelayanan yang berlaku.

1.4.4. Manfaat Untuk Tenaga Kesehatan

Memberikan pengetahuan dan keterampilan dalam menganalisa masalah


dengan terjun langsung sehingga dapat mengetahui penatalaksaan dan
asuhan pada ibu dengan Preeklamsi Berat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PREEKLAMSI

2.1.1 Definisi Preeklamsi

Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan oedema


akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai kejang dana tau koma yang timbul
akibat kelainan neurologi (Kapita Selekta Kedokteran edisi ke-3).

Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil,


bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, oedema dan proteinuria tetapi tidak
menunjukkan tanda-tanda kelainan vasikuler atau hipertensi sebelumnya,
sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau
lebih (Rustam Muctar, 1998)

Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, oedema dan


proteinuria yang timbul karena kehamilan (Sarwono, 2005)

Preeklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan


timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai protein uria dan atau
disertai oedema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Asuhan Patologi
Kebidanan, 2009).

Preeklampsia digolongkan berat bila satu atau lebih tanda gejala di bawah ini:

1. Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, dan tekanan diastolic 110 mmHg atau
lebih
2. Proteinuria 5 gr atau lebih dalam 24 jam, 3 atau 4 + pada pemeriksaan
kualitatif
3. Oliguria, air kencing 400 ml atau kurang dalam 24 jam
4. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium
5. Oedema paru dan sianosis (Sarwono, 2005)

2.1.2 ETIOLOGI

Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori-
teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya. Oeh
karena itu disebut, “Penyakit teori” namun belum ada memberikan jawaban yang
memuaskan. Tetapi terdapat suatu kelainan yang menyertai penyakit ini, yaitu :

 Spasmus arteriola
 Retensi Na dan air
 Koagulasi intravaskuler

Walaupun vasopasme mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit ini, akan
tetapu vasopasme ini yang menimbulkan berbagai gejala yang menyertai
eclampsia (Obstetri Patologi: 1984).

Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab preeklampsia ialah
iskemia plasenta. Akan tetapi, dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua hal
yang bertalian dengan penyakit itu. Rupanya tidak hanya satu faktor, melainkan
banyak faktoor yang menyebabkan preeklampsia dan eclampsia.

Diantara faktor-faktor yang ditemkan sering kali sukar ditentukan mana yang
sebab mana yang akibat (Sarwono, 2005).

2.1.3 PATOFISIOLOGI

Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam
dan air. Pada biopsy ginjal, ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada
beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat
dilakukan oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh
mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi
tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan
berat badan dan oedema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan
dalam ruangan interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air
dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi
perubahan pada glomerulus (Sinopsis Obstetri, Jilid I, halaman 199).

Pada preeklampsi yang berat dan eklampsi dapat terjadi perburukan patologis
pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasopasme
dan iskemia (Cunningham, 2003)

Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami peningkatan respon


terhadap berbagai substansi endogen yang dapat menyebabkan vasopasme dan
agregasi platelet. Penumpukan thrombus dan perdarahan dapat mempengaruhi
sistem saraf pusat yang ditandai dengan sakit kepala dan difisit syaraf local dan
kejang. Nekrosis ginjal dapat menyebabkan penurunan laju filtrasi glomelurus dan
proteinuria. Kerusakan hepar dan nekrosis hepatoseluler menyebabkan nyeri
epigastrium dan peningkatan tes fungsi hati.

Manifestasi terhadap kardiovaskuler melipuri penurunan volume intravaskuler,


meningkatnya kardiakoutput dan peningkatan tahanan pembuluh perifer.
Peningkatan hemolysis microangiopati menyebabkan anemia dan trobosipeni.
Infark plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan janin terhambat
bahkan kematian janin dalam rahim (Michael, 2005)

Perubahan pada organ :

1. Perubahan kardiavaskuler

Gangguan fungsi kardiovaskuler yang parah sering terjadi pada preeklampsia dan
eclampsia. Berbagai gangguan tersebut pada dasarnya berkaitan dengan
peningkatan afterload jantung akibat hipertensi, preload jantung yang secara nyata
dipengaruhi oleh berkurangnya secara patologis hypervolemia kehamilan atau yang
secara iatrogenic ditingkatkan oleh larutan onkotik/kristaloid intravena dan aktivasi
endotel disertai ekstravasasi kedalam ekstravakuler terutama paru (Cunningham,
2003)

2. Metabolisme air dan elektrolit


Hemokonsentrasi yang menyerupai preeklampsia dan eclampsia tidak
diketahui penyebabnya, jumlah air dan natrium dalam tubuh lebih banyak pada
penderita preeklampsia dan eclampsia dari pada wanita hamil biasa atau
penderita dengan hipertensi kronik. Penderita preeklampsia tidak dapat
mengeluarka dengan sempurna air dan garam yang diberikan. Hal ini
disebabkan oleh filtrasi glomerulus menurun, sedangkan penyerapan kembali
tubulus tidak berubah. Elektrolit, kristaloid dan protein tidak menunjukkan
perubahan yang nyata pada preekmlampsia. Konsentrasi kalium, natrium dan
klorida dalam serum biasanya dalam batas normal (Trijatmo, 2005)

3. Mata
Dapat dijumpai adanya oedema retina dan spasme pembuluh darah. Selain
itu, dapat terjadi ablasio retina yang disebabkan oleh oedema intraokuler dan
merupakan salah satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala
lain yang menunjukkan pada preeklampsia berat yang mengarah pada
eclampsia adalah adanya scotoma, diplopia dan amblyopia. Hal ini disebabkan
oleh adanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan dikorteks
serebri atau didalam retina (Rustam, 1998)
4. Otak
Pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan oedema dan anemia
pada korteks serebr, pada keadaan yang berlanjut dapat ditemukan perdarahan
(Trijatmo, 2005)
5. Uterus
Aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan pada
plasenta, sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan
oksigen terjadi gawat janin. Pada preeklampsia dan eclampsia sering terjadi
peningkatan tonus rahim dan kepekaan terhadap rangsangan, sehingga terjadi
partus premature.
6. Paru-paru

Kematian pada ibu pada preeklampsia dan eclampsia biasanya disebabkan


oleh oedema paru yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa juga karena
aspirasi pneumonia atau abses paru (Rustam, 1998).

2.1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG PREEKLAMPSIA

1. Pemeriksaan specimen urine mid-stream untuk menyingkirkan


kemungkinan infeksi urine
2. Pemeriksaan darah, khususnyay untuk mengetahui kadar ureum darah
(untuk menilai kerusakan pada ginjal) dan kadar hemoglobin.
3. Pemeriksaan retina, untuk mendeteksi perubahan pada pembuluh darah
4. Pemeriksaan kadar human laktogen plasenta (HPL) dan estriol di dalam
plasma serta urin untuk menilai faal unit fetoplasenta (Helen Farer,
1999)
5. Elektrokardiogram dan foto dada menunjukkan pembesaran ventrikel
dan kardiomegali

2.1.5 PENATALAKSANAAN

Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala preeklampsia


berat selama perawatan, maka perawatan dibagi menjadi :

1. Perawatan aktif, yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah


pengobatan medisinal.
2. Perawatan aktif
Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita dilakukan
pemeriksaan fetal assessment (NST dan USG) dengan indikasi:
a. Ibu
1. Usia kehamilan 37 minggu atau lebih
2. Adanya tanda-tanda atau gejala impending eclampsia, kegagalan
terapi konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi
kenaikan desakan darah atau setelah 24 jam perawatan medisinal,
ada gejala-gejala status quo (tidak ada perbaikan)
b. Janin
1. Hasil fetal assessment jelek
2. Adanya tanda IUGR (janin terhambat)
3. Laboratorium
1. Adanya “HELLP Syndrome” (hemolysis dan peningkatan fungsi hepar,
trombositopenia)
2. Pengobatan mediastinal

Pengobatan mediastinal pasien preeklampsia berat, adalah :

1. Segera masuk rumah sakit


2. Tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital perlu diperiksa setiap 30 menit.
Refleks patella setiap jam.
3. Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL (60 – 125
cc/jam) 500 cc
4. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam
5. Pemberian obat anti kejang magnesium sulfat (MgSO4)
a. Dosis awal sekitar 4 gr MgSO4 IV selama 1 gr/menit kemasan 20% dalam 25
cc larutan MgSO4. Diikuti segera 4 gram di bokong kiri dan 4 gr di bokong
kanan (40% dalam 10 cc) dengan jarum no. 21 panjang 3,7 cm. Untuk
mengurangi nyeri dapat diberikan xylocaine 2% yang tidak mengandung
adrenalin pada suntikan IM.
b. Dosis ulang: diberikan 4 gr IM 40% setelah 6 jam pemberian dosis awal lalu
dosis ulang diberikan 4 gram IM setiap 6 jam dimana pemberian MgSO4 tidak
melebihi 2-3 hari.
c. Syarat-syarat pemberian MgSO4
1. Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium gluconas 10%, 1 gr (10% dalam 10
cc) diberikan IV dalam 3 menit.
2. Refleks patella positif kuat
3. Frekuensi pernafasan lebih 16x/menit
4. Produksi urine lebih 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5 cc/KgBB/jam).

MgSO4 dihentikan bila ada tanda-tanda keracunan, yaitu kelemahan


otot, refleks fisiologis menurun, fungsi jantung terganggu, depresi SSP,
kelumpuhan dan selanjutnya dapat menyebabkan kematian karena kelumpuhan
otot pernafasan karena ada serum 10 U magnesium pada dosis adekuat adalah 4
– 7 mEq/liter.

3. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah


pengobatan medisinal
1. Indikasi : Bila kehamilan preterm kurang 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda
impending eclampsia dengan keadaan janin baik
2. Pengobatan medisina : sama dengan perawatan medisinal pada pengelolaan
aktif,
3. Pengobatan obstetric.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 METODE PENELITIAN


Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif
eksperimen.Sukmadinata (2011:194) menjelaskan penelitian eksperimen
merupakan pendekatan penelitian yang cukup khas, yaitu penelitian
eksperimental menguji secara langsung pengaruh suatu variabel terhadap
variabel lain, dan menguji hipotesis sebab akibat. Dimana peneliti
menggali secara mendalam mengenai inovasi media komik sebagai media
pembelajaran.
3.2 LOKASI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Kampus Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI Bandung Program Studi Kebidanan Karawang
yang beralamatkan di Jl. Kertabumi No. 74 Karawang Kulon, Kabupaten
Karawang.
3.3 POPULASI DAN SAMPEL
3.4 CARA PENGUMPULAN DATA
Cara pengumulan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan
lembar angket uji hedonik atau kesukaan. Dimana responden akan
mencicipi beberapa sampel biskuit “Soybean-B” yang kemudian akan
menilai beberapa poin penilaian seperti warna, aroma, rasa, dan tekstur.
Kemudian hasilnya akan diakumulasikan sesuai poin penilaian dan
dibandingkan antara biskuit satu dengan yang lainnya.

3.5 INSTRUMEN PENELITIAN


Dalam penelitian ini akan digunakan instrumen berupa lembar
angket uji hedonik atau uji kesukaan.

Anda mungkin juga menyukai