Anda di halaman 1dari 19

Makalah Sintaksis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam dunia kebahasaan kita mempelajari beberapa macam ilmu yangsangat penting. Dari beberapa
cabang ilmu tersebut kita mengenal dengan salahcabang ilmu yang disebut sintaksis. Secara etimologi,
sintaksis berasal dari bahasa Yunani yaitu Sun “dengan” dan tattein “bersama-sama,
menempatkan”. Dari kata yang telah disebutkan, maka kita dapat mengambil suatu pengertian tentang
sintaksis yaitu suatu cabang ilmu yang mempelajari tentang penempatan secara bersama-sama kata-
kata menjadi kelompok kata atau kalimat dan kelompok-kelompok kata menjadi kalimat atau dengan kata
lain sintaksis adalah suatu cabang ilmu dalam kebahasaan yang mempelajari tentang bagaimana
menyusun suatu kelompok kata menjadi kalimat.
Salah satu kajian sintaksis yaitu kalimat yang merupakan alat interaksi dan kelengkapan pesan atau
isi yang akan disampaikan, didefinisikan sebagai susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang
lengkap. Sedangkan dalam kaitannya dengan satuan-satuan sintaksis yang lebih kecil (kata, frase, dan
klausa), kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa
klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final.
Kalimat juga merupakan satuan bahasa yang terdiri dari dua kata atau lebih yang mengandung satu
pengertian dan mempunyai pola intonasi akhir serta bagian ujaran yang didahului dan diikuti oleh
kesenyapan, serta memiliki fungsi-fungsi gramatikal.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah tersebut mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Apa pengertian sintaksis ?
2. Apa pengertian kalimat beserta seluk beluknya?
3. Analisis fungsi apa saja yang ada dalam kalimat ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penelitian tersebut mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian sintaksis
2. Untuk mengetahui pengertian kalimat dan seluk beluknya
3. Untuk mengetahui analisis fungsi yang ada dalam kalimat
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian Sintaksis
Sintaksis adalah cabang ilmu bahasa (linguistik) yang memfokuskan kajian tentang
kalimat. Sintaksis sering juga disebut sebagai ilmu tata kalimat. Ilmu yang lebih memfokuskan
kajiannya pada kata, kelompok kata (frase), klausa, dan kajian yang berkaitan dengan jenis-jenis
kalimat. Sebelum melakukan kajian sintaksis secara luas, perlu dipahami dahulu tentng definisi
dari kata sintaksis itu sendiri. Ada beberapa pendapat dari para ahli yang berkaitan dengan
definisi kata sintaksis tersebut. Verhaar (1993:70) mengatakan bahwa dari segi etimologi, kata
sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata sun yang berarti dengan dan kata tattein
yang berarti menempatkan. Maka kata suntattein berarti menempatkan kata atau ilmu tentang
penempatan kata atau ilmu tata kalimat. Dengan demikian, secara etimologi kata sintaksis berarti
dengan menempatkan. Jadi kata sintaksis secara etimologis berarti menempatkan bersama-sama
kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. Sintaksis adalah tata bahasa yang membahas
hubungan antarkata dalam tuturan. Sama halnya dengan morfologi, akan tetapi morfologi
menyangkut struktur gramatikal di dalam kata.Unsur bahasa yang termasuk di dalam sintaksis
adalah frase, kalusa,dan kalimat. Tuturan dalam hal ini menyangkut apa yang dituturkan orang
dalam bentuk kalimat.
Sementara Pateda (1988:85)mengatakan bahwa kata sintaksis diserap dari bahasa Belanja
yaitu dari kata syntaxis (Inggris:syntax). Namun secara luas, kata sintaksis dalam ilmu bahasa
Indonesia diterjemahkan sebagai ilmu tentang seni merangkai kalimat sesuai kaidah-kaidah
bahasa Indonesia yang benar. Para ahli bahasa menerjemahkan kata sintaksis dengan beraneka
ragam. Masing-masing ahli tidak memiliki kesamaan pandangan menurut sudut pandang masing-
masing ndalma mendefinisikan kata sintaksis tersebut. Hal ini sebagaimana yang dapat dilihat
sebagai berikut :
1. Sintaksis adalah ilmu bahasa yang menyelidiki semua hubungan antarkata dan antarkelompok
kata (frasa) dalam satuan dasar, yaitu kalimat (Verhaar, 1982:70)
2. Sintaksis adalah studi tentang kaidah kombinasi kata menjadi satuan yang lebih besar. Frasa, dan
kalimat (Moeliono, 1976:103)
3. Sintaksis adalah salah satu cabang tata bahasa yang membicarakan strukturkalimat, klausa, dan
frasa (Tarigan, 1983:4)
4. Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari atau membicarakan dasar-dasar serta
proses pembentukankalimat dalam suatu bahasa seperti kata, intonasi, dan system tata bahasa
yang dipakai (Keraf, 1984:137)
5. Sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa,
dan frasa berbeda dengan morfologiyang membicarakan seluk beluk kata dan morfem (Ramlan,
1987:21)
6. Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari proses pembentukan kalimat, ata
menganalisiss kalimat atas bagian-bagiannya
(http://endonesa.wordpress.com/category/bahasa/:27 Oktober 2009)
7. Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari proses pembentukan kalimat atau
yang menganalisis kalimat atas bagian-bagiannya (hi-in facebook.com: 27 Oktober 2009)
8. Sintaksis adalah subsistem bahasa yang mencakup kata sering dianggap bagian dari grametika
yaitu morfologi dan cabang linguistic yang mempelajari tentang kata
(www.idonbiu.com/.../sintaksis-pengertian-dan-con-toh.html: 30 Oktober 2009)
9. Syntax maybe roughly defined as the principles of arrangement of the contruction (word) into
large contructipons of various kinds. Artinya Sintaksis mungkin dikaitkan dari definisi prinsip
pengaturan kontruksi (kata) ke dlaam kontruksi besar dari bermacam-macam variasi
(www.idonbiu.com/ …/sintaksis-pengertian-dan-contoh.html: 30 Oktober 2009)
10. Ramlan (1981:1) mengatakan: “Sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang
membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase”.
11. para linguis crystal (1980:346) mendefinisikan sintesis sebagai telaah tentang kaidah-kaidah
yang mengatur cara kata-kata dikombinasikan untuk membentuk kalimat dalam suatu bahasa.
12. Paul Robert (1964:1) mendefinisikan sintesis sebagai bidang tata bahasa yang menelaah
hubungan kata-kata dalam kalimat, cara-cara menyusun kata-kata itu untuk membentuk kalimat.
13. Francis (1958:31) menyatakan bahwa sintaksis adalah sub bagian tata bahasa yang menelaah
tentang struktur kelompok–kelompok kata.
14. Fromkin dn rodman (1983:200) sintaksis adalah bagian dari pengetahuan linguistik yang
menelaah struktur kalimat.
15. O’Grady dan Dobrovolsky (1989:126) sintaksis adalah sistem kaidah dan kategori yang
memungkinkan kata-kata dikombinasikan untuk membentuk kalimat.
16. Gleason (1955:128) sistaksis adalah prinsip-prinsip penyusunan kontruksi yang dibentuk oleh
proses derivasi dan infleksi (kata-kata) kedalam kontruksi yang lebih besar yang bermacam-
macam jenisnya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ilmu sintaksis adalah ilmu yang berkaitan dengan
kajian tentang kata, klausa dan kalimat.

B. Pengertian Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, yang sekurang-
kurangnya memiliki sebuah subjek dan predikat, intonasi final, dan secara aktual ataupun
potensial terdiri atas klausa. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan
pikiran (Widjono:146). Manaf (2009:11) lebih menjelaskan dengan membedakan kalimat
menjadi bahasa lisan dan bahasa tulis. Dalam bahasa lisan, kalimat adalah satuan bahasa yang
mempunyai ciri sebagai berikut: (1) satuan bahasa yang terbentuk atas gabungan kata dengan
kata, gabungan kata dengan frasa, atau gabungan frasa dengan frasa, yang minimal berupa
sebuah klausa bebas yang minimal mengandung satu subjek dan prediket, baik unsur fungsi itu
eksplisit maupun implisit; (2) satuan bahasa itu didahului oleh suatu kesenyapan awal, diselingi
atau tidak diselingi oleh kesenyapan antara dan diakhiri dengan kesenyapan akhir yang berupa
intonasi final, yaitu intonasi berita, tanya, intonasi perintah, dan intonasi kagum. Dalam bahasa
tulis, kalimat adalah satuan bahasa yang diawali oleh huruf kapital, diselingi atau tidak diselingi
tanda koma (,), titik dua (:), atau titik koma (;), dan diakhiri dengan lambang intonasi final yaitu
tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!).

C. Batasan Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relative dapat berdiri sendiri, yang mempunyai
pola intonasi akhir dan yang terdiri atas klausa (Cook,1971:39-40; Elson and Pickett. 1969: 82 ).
Ada beberapa ahli yang telah mengemumukan pandangannya berkaitan dengan batasan kalimat.
Rumusan batasan kalimat itu sebagai berikut:
1. Sutan Takdir Alisyahbana (STA)
STA (1983:72) merumuskan batasan kalimat sebagai satuan kumpulan kata-kata yang
terkecil dan mengandung pikiran lengkap. Maksud daripikiran yang lengkap adalah informasi
atau maksud yang jelas. Sementara yang dimaksud dengan satuan kumpulan kata-kata terkecil
adalah memenuhi syarat sebagai bangun kalimatyang telah ditetapkan dalam kaidah-kaidah
berbahasa. Jika dua hal ini telah dipenuhi, STA menggolongkannya ke dalam hal yang disebut
kalimat.
2. Sutan Muhammad Zein
Sutan Muhammad Zein memberikan batasan kalimat satuan sebagai satuan susunan kata-
kata yang disusun atas system yang berlaku yang berguna untuk menyampaikan maksudatau
buah pikiran si pembicara pada lawan bicaranya. Batasan kalimat yang dikemukakan Sutan
Muhammad Zein ini lebih mengarah pada bahasa lisan. Selain itu, dari pandangan Muhammad
Zein tersebut terkandung unsure-unsur yang membangun kalimat. Unsure tersebut adalah kata-
kata, sistem/kaidah, dan maksud/pikiran. Jika ketiga unsur ini ada, menurut Zein dapat
dikelompokkan sebagai kalimat.
3. Fokker
Fokker (1983:11) merumuskan batasan kalimat sebagai ucapan bahasa yang memiliki arti
penuh (pikiran dan maksud) dan turunnya suara menjadi cirinya sebagai batas keseluruhan.
Fokker memberikan cirri-ciri sebuah kkalit adalah ucapan/bahasa, memiliki pikiran, memilki
maksud, dan ditandai turunnya suara. Jika memenuhi ke empat syarat tersebut, dapat
digolongkan ke dalam hal yang disebut kalimat.
4. C.A. Mees
C.A. Mees merumuskan batasan kalimat sebagai susunan kata-kata yang teratur,
menyatakan buah pikiran seseorang dengan cukup jelas untuk mereka yang mengetahui
bahasanya. Berdasarkan pandangan Mees tersebut, tersirat bahwa kalimat disusun atas kata-kata
yang teratur dan berisi buah pikiran seseorang.

5. Anton M. Moeliono
Moeliono memberikan batasan kalimat sebagai bagian terkecil ujaran atau teks yang
mengungkapkan pikiran atau utuh secara ketatabahasaan. Rumusan yang dikemukakan Moeliono
ini lebih menekankan bahwa kalimat adlah bagian ujaran yang mengungkapkan pikiran secara
utuh. Berdasarkan pandangan para ahli tersebut maka dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
kelompok yang lebih menekankan pada bahasa lisan dan kelompok bahasa tulis. STA, Sutan
Muhammad Zein, Fokker, dan CA. mees lebih mengarah pada batasan bahasalisan. Sementara
Moeliono lebih mengarah pada batasan bahasa tulis.
6. Sumber lain
Kalimat adalah kesatuan bahasa atau ujaran yang berupa kata atau kumpulan kata disertai
intonasi yang menunjukkan bahwa kesatuan itu sudah lengkap. Setiap kalimat mewakili satu
gagasan utama (hi-in facebook.com: 27 Oktober 2009)
D. Jenis-jenis Kalimat
Jenis kalimat dapat ditinjau dari sudut-sudut antara lain menurut jumlah klausa
pembentuknya, bentuk/fungsi isinya, kelengkapan unsurnya dan menurut susunan subjek dan
predikatnya. Jenis-jenis kalimat tersebut meliputi:
1. Menurut jumlah klausa pembentuknya :
a. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa. Kalimat tunggal dapat dibeda-
bedakan lagi berdasarkan kategori predikatnya menjadi kalimat berpredikat verbal, kalimat
berpredikat adjektiva, kalimat berpredikat nominal (termasuk pronominal), kalimat berpredikat
numeral, dan kalimat berpredikat frasa preposisional.
Misalnya :
(a) Dia akan pergi
(b) Kamu mahasiswa Unnes
Kalimat tunggal berdasarkan kategori predikatnya :
1. Kalimat Berpredikat Verbal
Kalimat yang berpredikat verbal dibagi menjadi tiga macam : (1) kalimat taktransitif, (2) kalimat
ekstransitif, dan (3) kalimat dwitransitif
2. Kalimat Taktransitif
Kalimat yang berobjek dan tak berpelengkap, hanya memiliki dua unsur fungsi
wajib, yakni subjek dan predikat.
Contoh :
Bu Camat sedang berbelanja
S P
Pak Halim belum dating
S P
3. Kalimat Ekstransitif
Kalimat Ekstransitif adalah kalimat tunggal yang predikatnya hanya memerlukan objek tanpa
diikuti pelengkap.
Contoh :
Saya makan nasi goreng
S P O
Ibu mencuci pakaian
S P O
4. Kalimat Dwitransitif
Dalam bentuk aktif, verba transitif secara semantis mengungkapkan hubungan tiga wujud.
Dalam kalimat dwitransitif maujud itu masing-masing adalah subjek, objek dan pelengkap.
Contoh :
Ida sedang mencarikan adiknya pekerjaan
Pada contoh tersebut ada dua nomina yang terletak dibelakang verba predikat. Kedua nomina itu
masing-masing berfungsi sebagai objek dan pelengkap. Objek dalam kalimat aktif berdiri
langsung dibelakang verba tanpa preposisi dan dapat dijadikan subjek dalam kalimat pasif.
5. Kalimat Pasif
Pemasifan dalam bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
a. menggunakan verba prefiks di-,
b. menggunakan verba tanpa prefiks di-.
Cara yang digunakan dalam pembentukan kalimat pasif :
a. Cara Pertama
1. Pertukarkanlah S dengan O
2. Gantilah prefiks meng- dengan di- pada P
3. Tambahkanlah kata oleh dimuka unsur yang tadinya S
Contoh :
Pak Toha mengangkat asisten baru menjadi seorang asisten baru diangkat oleh pak Toha
b. Cara kedua
1. Pindahkan O ke awal kalimat
2. Tinggalkan prefiks meng- pada P
3. Pindahkan S ke tempat yang tepat sebelum verba
Contoh :
Saya sudah mencuci mobil itu menjadi mobil itu sudah saya cuci
6. Kalimat Berpredikat Adjektival
Kalimat tunggal yang predikatnya berupa kata sifat.
Contoh :
Ibunya bahagia
S P
Pernyataan orang itu benar
S p
7. Kalimat Berpredikat Nominal
Dalam bahasa Indonesia ada rmacam-macam kalimat yang predikatnya terdiri atas nomina
(termasuk pronomina) atau frasa nomina. Dengan demikian, kedu nomina atai farsa nomina yang
dijejerkan dapat membentuk kalimat asalkan syarat untuk subyek dan predikatnya terpenuhi.
Syarat untuk kedua unsur itu penting karena jika tidak terpenuhi, maka jejeran nomina tadi tidak
akan membentuk kalimat.
Contoh :
Buku itu cetakan Bandung
Contoh diatas membentuk kalimat karena penanda batas frasa itu memisahkan kalimat menjadi
dua frasa nomina dengan cetakan bandung sebagai predikatnya. Kalimat yang predikatnya
nomina sering pula dinamakan kalimat persamaan atau kalimat ekuatif.
8. Kalimat Berpredikat Numeral
Ada pula kalimat dalam bahasa Indonesia yang predikatnya berupa frasa numeral.
Contoh :
a. Anaknya banyak
b. Uangnya hanya sedikit
c. Istrinya dua orang
Pada contoh diatas tampak bahwa predikat yang berupa numerial (kata bilangan) tak tentu
(banyak, sedikit) tidak dapat diikuti dengan kata penggolong, sedangkan predikat yang berupa
numerial tentu dapat diikuti dengan penggolong.
9. Kalimat Berpredikat Frasa Preposisional
Predikat kalimat dalam bahasa Indonesia dapat pula berupa frasa preposisional.
Contoh :
Ibu sedang ke pasar
Mereka ke rumah kemarin
b. Kalimat majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat turunan yang terbentuk dari dua atau lebih kalusa
bebas dengan dihubungkan dengan sebuah konektor dan dengan pola intonasi akhir tertentu.
Kalimat majemuk juga dapat dibagi lagi atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk
bertingkat, penjelasannya yaitu :
1. Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara yakni kalimat yang terdiri dari dua atau lebih kalimat tunggal yang
dihubungkan oleh kata lalu dan kemudian ,untuk menandakan suatu kejadian yang berurutan dan
memiliki kedudukan yang setara.
Contoh :
Mula-mula disebutkan nama-nama juara melukis tingkat SD, kemudian disebutkan nama-nama
juara melukis tingkat SMP.
2. Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat yakni kalimat yang terdiri dari dua buah klausa yang kedudukannya
tidak setara. Kalimat majemuk bertingkat juga dapat diartikan sebagai kalimat yang terdiri dari
perluasan kalimat tunggal sehingga membuat kalimat baru. Kalimat majemuk bertingkat
memiliki ketentuan yaitu sisa kalimat sumber yang disebut induk kalimat, kalimat bentukan
disebut anak kalimat, dan anak kalimat diberi nama sesuai dengan nama unsur kalimat sumber
yang digantikan.
Contoh :
Kedatangannya disambut oleh rakyat kemarin
2. Menurut bentuk/fungsi isinya
Kalimat lazim dibagi atas kalimat deklaratif atau kalimat berita, kalimat imperative atau
kalimat perintah, kalimat interogatif atau kalimat Tanya, atau kalimat eksklamatif atau kalimat
seruan. Penggolongan kalimat berdasarkan bentuk sintaksisnya itu tidak terkait dengan fungsi
pragmatic atau niali komunikatifnya, yakni fungsi pemakaian bahasa yang bertujuan untuk
komunikasi. Kalimat interogatif, misalnya memang lazim digunakan untuk meminta informasi
atau untuk bertanya, tetapi dalam konteks wacana tertentu dapat bermakna permintaan.
a. Kalimat Deklaratif
Kalimat deklaratif juga dikenal sebagai kalimat berita, dalam pemakaian bahasa bentuk kalimat
deklaratif umumnya digunakan oleh pembicara atau penulis untuk membuat pernyataan sehingga
isinya merupakan berita bagi pendengar atau pembaca. Kalimat beritadapat berupa bentuk
kalimat apa saja asalkan isinya merupakan pemberitaan.
Contoh :
Tadi pagi ada tabrakan mobil di dekat Monas
Saya lihat ada bus masuk Ciliwung tadi pagi
b. Kalimat Imperatif
Perintah atau suruhan dan permintaan jika ditinjau dari isinya dapat diperinci menjadi empat
golongan :
1. Perintah atau suruhan jika pembicara menyuruh lawan bicaranya
2. Perintah halus
3. Permohonan
4. Ajakan
5. Larangan atau perintah negatif
6. Pembiaran
c. Kalimat Imperatif Taktransitif
Kalimat imperative taktransitif dibentuk dari kalimat deklaratif (taktransitif) yang dapat
berpredikat dasa, frasa adjectival, dan frasa verbal yang berprefiks ber- atau meng- ataupun frasa
preposisional. Contoh :
Engkau masuk!
Tenang!
d. Kalimat Imperatif Transitif
Kalimat imperaatif yang berpredikat verba transistif mirip dengan konstruksi kalimat deklaratif
pasif. Petunjuk bahwa verba kalimat dapat dianggap berbentuk pasif adalah kemyataan bahwa
lawan bicara yang dalam kalimat deklaratif berfungsi sebagai subjek pelaku menjadi pelengkap
pelaku, sedangkan objek sasaran dalam kalimat deklaratif menjadi sunbjek sasran dalam kalimat
imperative.
Contoh :
Carilah percakapan apa saja!
Belikan adikmu sepatu baru!
e. Kalimat Imperatif Halus
Ada sejumlah kata yang digunakan untuk menghaluskan isi kalimat imperative, seperti kata
tolong, coba, silakan, dan kiranya.
Contoh :
Tolong kirimkan kontrak ini.
Silahkan ke situ dulu.
f. Kalimat Imperatif Permintaan
Kalimat imperative juga dapat digunakan untuk mengungkapkan permintaan, kalimat seperti itu
ditandai dengan kata mohon atau minta. Subjek pelaku imperative permintaan adalah pembicara
yang sering tidak dimunculkan.
Contoh :
Minta perhatian, Saudara-saudara!
Mohon diterima dengan baik.

g. Kalimat Imperatif Ajakan dan Harapan


Di dalam kalimat imperative, ajakan dan harapan tergolong kalimat yang biasanya didahului kata
ayo (lah), mari (lah), harap, dan hendaknya.
Contoh :
Ayolah masuk!
Mari kita makan.
h. Kalimat Imperatif Larangan
Kalimat imperative dapat bersifat larangan dengan adanya jangan (lah).
Contoh :
Jangan berangkathari ini.
Janganlah kau hiraukan tuduhannya.
i. Kalimat Imperatif Pembiaran
Yang juga termasuk golongan kalimat imperative ialah pembiaran yang dinyatakan dengan kata
biar(lah) atau biarkan(lah). Sebetulnya dapat diartikan bahwa kalimat itu menyuruh membiarkan
supaya sesuatu terjadi atau berlangsung. Dalam perkembangannya kemudian pembiaran berarti
meminta izin agar sesuatu jangan dihalangi, Contoh :
Biarlah saya pergi dulu.
j. Kalimat Interogatif
Kalimat interogatif juga dikenal dengan nama kalimat Tanya, secara formal ditandai oleh
kehadiran kata Tanya seperti apa, siapa, berapa, kapan, dan bagaimana.
Contoh :
Apa dian istri Pak Ahmad?
k. Kalimat Eksklamatif
Kalimat ekslamatif juga dikenal sebagai kalimat seru, secara formal ditandai dengan alangkah,
betapa, atau bukan main. Kalimat ekslamatif juga disebut serbagi kalimat interjeksi biasa
dinyatakan untuk menyebut kekaguman atau heran.
3. Menurut Kelengkapan Unsurnya
Dilihat dari segi kelengkapan unsurnya, kalimat dapat dibedakan atas kalimat lengkap
atau kalimat major dan kalimat tak lengkap atau kalimat minor.
a. Kalimat Tak Lengkap
Kalimat tak lengkap atau kalimat minor adalah kalimat yang tidak ada subjek dan unsur
predikatnya. Hal tersebut biasa terjadi di dalam wacana karena unsur yang tidak muncul itu
sudah diketahui pada kalimat sebelumnya.
Contoh :
Amir : Kamu tinggal dimana, Min?
Amin : Di kampung Melayu.
Bentuk di kampung Melayu sebenarnya merupakan bagian dari bentuk kalimat lengkap Saya
tinggal di kampung Melayu
b. Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap adalah kalimat yang ada subjek, predikat dan unsure-unsurnya. Contoh :
Dwi belajar di rumah
S P K
4. Susunan Subjek dan Predikatnya
Dari segi susunan subjek dan predikat, kalimat dapat dibedakan atas kalimat versi dan
kalimat inversi.
a. Kalimat Versi
Kalimat versi adalah kalimat yang susunan dari unsure-unsur kalimatnya sesuai dengan pola
kalimatt dasar bahasa Indonesia (S-P-O-K)
Contoh :
Aku dan dia bertemu di café ini
S P K
b. Kalimat Inversi
Urutan fungsi dalam bahasa Indonesia boleh dikatakan mengikuti pola :
1. subjek,
2. predikat,
3. objek (jika ada),
4. pelengkap (jika ada).
Kalimat inversi yakni kalimat yang urutannya terbalik, umumnya mensyaratkan subjek yang tak
terdefit. Akan tetapi ada satu pola kalimat dalam bahasa Indonesia yang predikatnya selalu
mendahului subjek. Kata atau frase tertentu yang pertama muncul yang akan menjadi kunci
dalam mempengaruhi makna yang dapat menimbulkan kesan tertentu, dibandingkan jika kata
atau frasa ditempatkan pada urutan ke dua. Kalimat ini biasanya dipakai untuk penekanan atau
ketegasan makna.
Contoh :
Ambilkan Koran diatas kursi itu !
P S
5. Menurut Pengucapan
Kalimat dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
a. Kalimat langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan orang. Kalimat langsung
juga diartikan sebagai kalimat yang memberitakan bagaimana ucapan dari orang lain. Kalimat ini
biasanya ditandai dengan tanda petik dua (“…..”) dan dapat berupa kalimat Tanya atau kalimat
perintah.
Contoh :
Ibu berkata : “Rohan, jangan meletakkan sepatu disembarang tempat! “
b. Kalimat Tak Langsung
Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan atau perkataan orang
lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi dengan tanda petik dua dan sudah diubah menjadi
kalimat berita.

Contoh :
Ibu berkata, bahwa dia senang sekali aku lulus ujian.

E. Analisis Fungsi dalam Kalimat


Analisis kalimat adalah pemisahan unsur-unsur yang membentuk kalimat dengan criteria
tertentu. Fungsi sintaksis pada hakikatnya adalah ”tempat” atau ”laci” yang dapat diisi oleh
bentuk bahasa tertentu (Manaf, 2009:34). Wujud fungsi sintaksis adalah subjek (S), prediket (P),
objek (O), pelengkap (Pel.), dan keterangan (ket). Tidak semua kalimat harus mengandung
semua fungsi sintaksis itu. Unsur fungsi sintaksis yang harus ada dalam setiap kalimat adalah
subjek dan prediket, sedangkan unsur lainnya, yaitu objek, pelengkap dan keterangan merupakan
unsur penunjang dalam kalimat. Fungsi sintaksis akan dijelaskan berikut ini.
1. Subjek
Fungsi subjek merupakan pokok dalam sebuah kalimat. Pokok kalimat itu dibicarakan atau dijelaskan
oleh fungsi sintaksis lain, yaitu prediket.
Ciri-ciri subjek adalah sebagai berikut:
1. Jawaban apa atau siapa,
2. Dapat didahului oleh kata bahwa,
3. Berupa kata atau frasa benda (nomina)
4. Dapat diserta kata ini atau itu,
5. Dapat disertai pewatas yang,
6. Tidak didahului preposisi di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dan lain-lain,
7. Tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat diingkarkan dengan kata bukan.
2. Predikat
Predikat merupakan unsur yang membicarakan atau menjelaskan pokok kalimat atau subjek.
Hubungan predikat dan pokok kalimat dapat dilihat pada contoh.

Predikat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:


1. Bagian kalimat yang menjelaskan pokok kalimat,
2. Dalam kalimat susun biasa, predikat berada langsung di belakang subjek,
3. Predikat umumnya diisi oleh verba atau frasa verba,
4. Dalam kalimat susun biasa (S-P) predikat berintonasi lebih rendah,
5. Predikat merupakan unsur kalimat yang mendapatkan partikel –lah,
6. Predikat dapat merupakan jawaban dari pertanyaan apa yang dilakukan (pokok kalimat) atau
bagaimana (pokok kalimat).
Hubungan subjek dan predikat dapat dilihat pada contoh-contoh di bawah ini.
Adik bermain.
S P
Ibu memasak.
S P
3. Objek
Fungsi objek adalah unsur kalimat yang kehadirannya dituntut oleh verba transitif pengisi predikat
dalam kalimat aktif. Objek dapat dikenali dengan melihat verba transitif pengisi predikat yang
mendahuluinya seperti yang terlihat pada contoh di bawah ini :
Dosen menerangkan materi.
S P O
Ibu menyuapi adik.
S P O
Objek mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Berupa kata benda,
b. Tidak didahului kata depan,
c. Mengikuti secara langsung di belakang predikat transitif,
d. Jawaban apa atau siapa yang terletak di belakang predikat transitif, dan dapat menduduki fungsi
subjek apabila kalimat itu dipasifkan
e. Berupa nomina atau frasa nominal seperti contoh berikut,

Ayah membaca koran.


S P O
Adik memakai tas baru.
S P O
f. Berada langsung di belakang predikat (yang diisi oleh verba transitif) seperti contoh berikut,
Ibu memarahi kakak.
S P O
Guru membacakan pengumuman.
S P O
g. Dapat diganti enklitik –nya, ku atau –mu, seperti contoh berikut :
Kepala sekolah mengundang wali murid.
S P O
Kepala sekolah mengundangnya.
S P O
h. Objek dapat menggantikan kedudukan subjek ketika kalimat aktif transitif dipasifkan, seperti
contoh berikut :
Ani membaca buku.
S P O
Buku dibaca Ani.
S P Pel.
4. Pelengkap
Pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi, mengkhususkan objek, dan
melengkapi struktur kalimat. Pelengkap (pel.) bentuknya mirip dengan objek karena sama-sama diisi oleh
nomina atau frasa nominal dan keduanya berpotensi untuk berada langsung di belakang predikat.
Kemiripan antara objek dan pelengkap dapat dilihat pada contoh berikut :
Bu Minah berdagang sayur di pasar pagi.
S P pel. ket.
Bu Minah menjual sayur di pasar pagi.
S P O ket.
Pelengkap mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Pelengkap kehadirannya dituntut oleh predikat aktif yang diisi oleh verba yang dilekati oleh
prefiks ber dan predikat pasif yang diisi oleh verba yang dilekati oleh prefiks di- atau ter-, seperti
contoh berikut.
Bu Minah berjualan sayur di pasar pagi.
S P Pel. Ket.
Buku dibaca Ani.
S P Pel.
b. Pelengkap merupakan fungsi kalimat yang kehadirannya dituntut oleh verba dwitransitif pengisi
predikat seperti contoh berikut.
Ayah membelikan adik mainan.
S P O Pel.
c. Pelengkap merupakan unsur kalimat yang kehadirannya mengikuti predikat yang diisi oleh
verba adalah, ialah, merupakan, dan menjadi, seperti contoh berikut.
Budi menjadi siswa teladan.
S P Pel.
Kemerdekaan adalah hak semua bangsa.
S P Pel.
d. Dalam kalimat, jika tidak ada objek, pelengkap terletak langsung di belakang predikat, tetapi
kalau predikat diikuti oleh objek, pelengkap berada di belakang objek, seperti pada contoh
berikut.
Pak Ali berdagang buku bekas.
S P Pel.
Ibu membelikan Rani jilbab.
S P O Pel.
e. Pelengkap tidak dapat diganti dengan pronomina –nya, seperti contoh berikut.
Ibu memanggil adik.
S P O

Ibu memanggilnya.
S P O
Pak Samad berdagang rempah.
S P Pel.
f. Satuan bahasa pengisi pelengkap dalam kalimat aktif tidak mampu menduduki fungsi subjek
apabila kalimat aktif itu dijadikan kalimat pasif seperti contoh berikut.
Pancasila merupakan dasar negara.
S P Pel.
Dasar negara dirupakan pancasila (?)
5. Keterangan
Keterangan adalah unsur kalimat yang memberikan keterangan kepada seluruh kalimat.
Sebagian besar unsur keterangan merupakan unsur tambahan dalam kalimat. Keterangan kalimat
berfungsi menjelaskan atau melengkapi informasi pesan-pesan kalimat. Tanpa keterangan,
informasi menjadi tidak jelas. Hal ini dapat dirasakan kehadirannya terutama dalam surat
undangan, laporan penelitian, dan informasi yang terkait dengan tempat, waktu, sebab, dan lain-
lain.
Ciri-ciri keterangan :
a. Bukan unsur utama kalimat, tetapi kalimat tanpa keterangan, pean menjadi tidak jelas, dan tidak
lengkap. Misalnya surat undangan, tanpa keterangan tidak komunikatif.
b. Tempat tidak terikat posisi, pada awal, tengah atau akhir kalimat.
c. Umumnya merupakan keterangan tambahan atau unsur yang tidak wajib dalam kalimat. Dapat
berupa: keterangan waktu, tujuan, tempat, sebab, akibat, syarat, cara, posesif (posesif ditandai
kata meskipun, walaupun, atau biarpun, misalnya: saya berupaya meningkatkan kualitas kerja
meskipun sulit diwujudkan.) dan pengganti nomina (menggunakan kata bahwa. Keterangan
sebagai unsur tambahan dalam kalimat dapat dilihat pada contoh berikut :
Ibu membeli kue di pasar.
S P O Ket. tempat
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sintaksis adalah cabang ilmu bahasa (linguistik) yang memfokuskan kajian tentang kalimat.
Sintaksis sering juga disebut sebagai ilmu tata kalimat. Ilmu yang lebih memfokuskan
kajiannya pada kata, kelompok kata (frase), klausa, dan kajian yang berkaitan dengan jenis-jenis
kalimat. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik
dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik
turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh
kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi ataupun proses
fonologis lain. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan
tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!); dan di dalamnya dapat disertakan tanda baca
seperti koma (,), titik dua (:), pisah (-), dan spasi. Dan kalimat dapat dibagi menjadi beberapa
macam.

Anda mungkin juga menyukai