Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

DASAR-DASAR SINTAKSIS BAHASA INDONESIA

KELAS 1A

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 :

1. REKMAN A1G022022

2. ADINDA DWI ANGGRAINI A1G022030

3. HIDAYATUL ANARIA A1G022034

4. WINE PRAKOSE A1G022042

Dosen Pengampu : Dra. Resnani, M.Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan

karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Dasar-Dasar Sintaksis Bahasa Indonesia”

dapat kami selesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Pada kesempatan kali ini,tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dra.

Resnani, M.Si., selaku dosen pengampu pada Mata Kuliah Kajian Kebahasaan yang telah

membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini. Kami juga berterima kasih kepada

semua pihak yang turut berkontribusi dan membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi

sistematika maupun isinya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari pembaca guna menyempurnakan makalah ini ke depannya. Penulis berharap

agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bengkulu, 13 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I – PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Masalah

BAB II – PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sintaksis


2.1.1 Pengertian Sintaksis Secata Etimologi
2.1.2 Pengertian Sintaksis dari Berbagai Ahli
2.2 Wilayah Cakupan Sintaksis
2.2.1 Frasa Bahasa Indonesia
2.2.2 Klausa Bahasa Indonesia

BAB III – PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dalam kehidupan manusia membutuhkan komunikasi, dan bahasa dibutuhkan
manusia didalam berkomunikasi. Komunikasi yang berlangsung dapat secara lisan
maupun tulisan. Kedua bentuk komunikasi yang berlangsung dapat secara lisan maupun
tulisan. Kedua bentuk komunikasi ini tentunya membutuhkan keterampilan berbahasa
yang memadai untuk menghasilkan sebuah komunikasi yang efektif dan efektif dan
efesiensi dalam berbahasa akan sangat dipengaruhi oleh keterampilan berbahasa
khususnya keterampilan dalam penyusunan kalimat yang akan digunakan untuk
berkomunikasi.
Penyusunan kalimat, akan berawal dari pemahaman mengenai makna kata
sebagai penyusunan kalimat tersebut, yang selanjutnya akan membentuk sebuah frasa,
klausa, dan pada akhirnya terbentuklah sebuah kalimat untuk berkomunikasi.Sehingga
petinglah pemahaman mengenai sintaksis sebagai sebuah cabang linguistik atau ilmu
bahasa untuk diketahui para penutur bahasa Indonesia agar komunikasi menjadi efektif
dan efisien.Setiap bahasa mempunyai sistem-sistem yang khusus untuk mengikat kata-
kata atau kelompok-kelompok kata ke dalam suatu gerak yang dinamis.

Oleh karena itu tidap dapat dibenarkan untuk menyusun tata kalimat suatu bahasa
dengan menerangkan begitu saja sintaksis bahasa lain, seperti yang dilakukan oleh ahli-
ahli tata bahasa lama. Sintaksis suatu bahasa haruslah merupakan perumusan dari
berbagai macam gejala susun peluk kata-kata dalam suatu bahasa..Bagi guru sekolah
dasar, memiliki ketrampilan berbahasa merupakan suatu modal untuk mengembangkan
kompentensi siswa-siswanya dalam berkomunikasi, pemahaman mengenai tata kalimat
dalam bahasa Indonesia sudah tentu menjadi suatu kebutuhan dasar. Untuk itulah dalam
makalah ini kami membahasa mengenai sintaksis beserta struktur internal kalimatnya
yang berupa frasa, klausa, dan kalimat itu sendiri.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari Sintaksis?
2. Apa saja Lingkup Cakupan Sintaksis?
3. Apa itu Frasa Bahasa Indonesia?
4. Apa itu Klausa Bahasa Indonesia?

1.3 Tujuan Masalah


1. Mengetahui pengertian dari Sintaksis.
2. Mengetahui Lingkup Cakupam Sintaksis.
3. Mengetahui Frasa Bahasa Indonesia.
4. Mengetahui Klausa Bahasa Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sintaksis


2.1.1 Pengertian Sintaksis Secara Etimologi
Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu Sun yang berarti ‘dengan’ dan
kata Tattein yang berarti ‘menempatkan’. Jadi, secara etimologi berarti ;
menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. Selain
dari bahasa Yunani, sintsksis juga berasal dari bahasa Belanda yaitu Syntaxis.
Sintaksis juga berasal dari bahasa Inggris yaitu Syntax. Istilah (Belanda, Syntaxis)
ialah bagian atau cabang dari ilmu bahaas yang membicarakan tentang seluk beluk
wacana, kalimat, klausa, dan frasa.

2.1.2 Pengertian Sintaksis Dari Berbagai Ahli


1. Menurut Gleason (1955) “Syntax maybe roughly defined as the principles of
arrangement of the construction (word) into large contructions of varioud
kinds.” Artinya adalah sintaksis mungkin dikaitkan dari definisi prinsip
aransemen konstruksi (kata) ke dalam konstruksi besar dari bermacam-macam
variasi,
2. Robert (1964:1) yang berpendapat bahwa sintaksis adalah bidang tata bahasa
yang menelaah hubungan kata-kata dalam kalimat dan cara-cara menyusun
kata-kata. Verhaar mengatakan bahwa sintaksis adalah terdiri dari susunan
subjek (s), predikat (p), objek (o) dan keterangan yang merupakan tempat-
tempat kosong yang tidak mempunyai arti apa-apa.
3. Prof. Drs. M.Ramlan mengatakan bahwa sintaksis merupakan cabang ilmu
bahasa (linguistic) yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa,
dan frasa.
4. Prof. Dr. Suparman Herusantosa mengatakan bahwa sintaksis merupakan studi
tentang hubungan antara kata yang satu dengan kata yang lain.
Dari beberapa pernyataan yang telah dikumukakan dapat disimpulkan
bahwa sintaksis merupakan bagian dari ilmu bahasa yang didalamnya
mengkaji tentang kata dan kelompok kata yang membentuk frasa,
klausa, dan kalimat.

2.2 Wilayah Cakupan Sintaksis


1. Menurut Ramlan (1978:21) cakupan sintaksis yaitu meliputi frasa, klausa, kalimat,
dan wacana.
2. Menurut Chaer (1994:219) satuan terkecil adalah kata, yang secara hierarkial
menjadi komponen pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar yaitu frasa, klausa,
dan kalimat. Sedangkan unsur pembentuk wacana adalah wacana.

2.2.1 Frasa Bahasa Indonesia


A. Pengertian Frasa

Frasa atau frase dapat didefinisikan sebagai kelompok kata yang terdiri
dari dua kata atau lebih. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan Kreaf (1984:138)
bahwa frasa adalah suatu konstruksi yang terdiri dari dua kata atau lebih kedua
kata tersebut dapat berfungsi sebagai inti atau hanya salah satunya saja berupa
inti. Namun, satu hal perlu dipahami berkaitan dengan frasa ini adalah masing-
masing kata yang membentuk konstruksi tersebut merupakan suatu kesatuan yang
utuh.

Ramlan (1987:153) dalam bukunya berjudul, lmu Bahasa


Indonesia:Sintaksis mendefinisikan frasa sebagai satuan gramatik yang terdiri dari
dua kata atau lebih dan tidak melampaui batas fungsi unsur klausa. Sementara
yang dimaksud Ramlan tidak melampaui batas fungsi klausa adalah tidak
melampaui batas fungsinya di dalam kalimat, apakah sebagai subjek, predikat,
objek, pelengkap, atau keterangan. Jika sudah melewati batas fungsi tersebut, dia
tidak lagi tergolong frasa, mungkin sudah masuk sebagai klausa atau kalimat.

Tokoh linguistik lain seperti Pateda (1988:89) dalam bukunya berjudul,


Linguatik (Sebuah Pengantar) mendefinisikan frasa sebagai kelompok kata yang
terdiri dari dua kata atau lebih. Frasa lebih kecil dari klausa, diantara kata-kata
tersebut terdapat hubungan. Definisi yang lebih dikemukan Pateda ini lebih
memfokuskan bahwa frasa lebih kecil dari klausa. Dengan demikian, frasa tidak
mungkin dapat menggantikan klausa di dalam kalimat karena tidak atau belum
memenuhi syarat sebagai klausa.

Selanjutnya Parera (1988:32) dalam bukunya berjudul, Pengantar


Linguistik Umum Bidang Sintaksis Seri C merumuskan kata frasa sebagai suatu
kontruksi yang dapat dibentuk dua kata atau lebih, baik dalam bentuk pola dasar
kalimat, maupun tidak. Suatu frasa minimal terdiri dua anggota pembentuk, yaitu
bagian frasa terdekat atau langsung yang membentuk frasa itu sendiri. Rumusan
yang dikemukakan oleh Parera ini lebih menekankan bahwa frasa dibangun atas
dua kata atau lebih. Dua tau lebih kata tersebut memiliki hubungan yang sangat
dekat.

Lain pula Traingan (1983:50) dalam bukunya berjudul Prinsip-Prinsip


Dasar Pembelajaran Sintaksis merumuskan frasa sebagai satuan linguistik yang
secara pontesial merupakan gabungan dua kata atau lebih atau tidak mempunyai
ciri-ciri sebagai klausa. Rumusan yang dikemukakan Taringan hampir sama
dengan yang dikemukakan ahli terdahulu, yaitu frasa dibangun atas beberapa atas
beberapa kata (dua atau lebih) kemudian belum memenuhi syarat sebagai klausa.

Rumusan tentang frasa juga dapat dijumpai pada sumber lain yang
menyatakan frasa sebagai kata yang membentuk satu kesatuan dan menduduki
satu fungsi gramatikal dalam kalimat. Frasa tidak bersifat predikat dan tidak
mempunyai predikat.

Bertolak dari beberapa rumusan yang telah dikemukakan para ahli


linguistik tersebut dapat disimpulkan bahwa frasa adalah kelompok kata yang
biasanya dibangun atas dua kata atau lebih. Bangun yang dibentuk dari dua
kata atau lebih yang tidak boleh melebihi satu fungsi, baik sebagai subjek,
predikat, objek, pelengkap, maupun keterangan.

B. Ciri-Ciri Frasa
1. Terdiri dari 2 kata/lebih.
2. Belum melampaui batas fungsi (S P O K).
3. Belum memenuhi syarat klausa.
4. Frasa lebih kecil daripada klausa.
5. Dapat dipertukarkan letaknya sejauh tidak mengubah arti kalimat
semula.
C. Macam-Macam Frasa
 Berdasarkan Jenis Kata
a) Frasa Verbal
b) Frasa Adverbial
c) Frasa Adjectiva
d) Frasa NominaL
e) Frasa Nuumeralial
f) Frasa Preposisional
 Berdasarkan Kedudukan
a) Frasa Setara
b) Frasa Bertingkat
 Berdasarkan Makna
a) Frasa Lugas
b) Frasa Ideomatis
2.2.2 Klausa Bahasa Inonesia
A. Pengertian Klausa

Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli yang berkaitan
dengan klausa. Ramlan (1981:62) mengatakan bahwa klausa adalah satuan
gramatik yang terdiri dari predikat (P), baik diikuti oleh unsur subjek (S), objek
(S), pelengkap (Pel.) keterangan (K), maupun tidak. Selanjutnya Tarigan
(1998:21) mendefinisikan klausa sebagai kelompok kata yang hanya mengandung
satu predikat (P). Kemudian, Parera (1988:21) mendefinisikan klausa sebagai
sebuah kalimat yang hanya memenuhi salah satu pola dasar kalimat inti dengan
satu atau lebih unsur pusat (UP). Selanjutnya Keraf (1984:138) mendefinisikan
klausa sebagai suatu kontruksi yang didalamnya terdapat beberapa kata yang
mengandung hubungan fungsional, yang dalam tata bahasa lama dikenal dengan
subjek, predikat,objek, dan keterangan. Sebuah klausa sekurang-kurangnya harus
mengandung subjek dan predikat.

Jadi dapat disimpulkan bahwa klausa adalah satuan gramatikal (sesuai


aturan) yang berupa gabungan dari dua kata/lebih byang mengandung
unsur predikat serta baik jika diikuti oleh objek, keterangan dan pelengkap.

B. Ciri-Ciri Klausa
1. Merupakan kelompok kata.
2. Memiliki unsur predikat (P).
3. Satu klausa memiliki satu predikat.
4. Dalam klausa mungkin terdapat frasa, namun dalam frasa tidak mungkin
ada klausa.
5. Berpotensi menjadi sebuah kalimat.
6. Sekurang-kurangnya mengandung satu subjek.

C. Macam-Macam Klausa
 Berdasarkan Potensinya Menjadi Kalimat
a) Klausa Bebas
Klausa yang memiliki unsur-unsur lengkap, dengan sekurang-
kurangnya tersusun atas subjek dan predikat. Klausa ini
berpotensi menjadi kalimat mayor. Klausa ini bisa berdiri
sendiri. Contoh :
 Ibu memasak
 Ayah memancing dan
 Adik belajar
b) Klausa Terikat
Klausa yang tidak bisa berdiri sendiri. Artinya dalam
penulisannya klausa ini membutuhkan konjungsi. Contoh :
 Pak Joko telah menetap di Jakarta sejak tahun 1989
 Dia dibawa ke rumah sakit akibat kecelakaan lalu
lintas
 Aku masih bekerja ketika karyawan lain pulang
 Berdasarkan Katagori Unsur Segmental Predikat
a) Klausa Nomina
K;ausa yang predikatnya merupakan kata benda. Contohnya
Seorang Guru.
b) Klausa Verbal
K;ausa yang predikatnya merupakan kata kerja. Contohnya Di
Pergi Ke Toko.
c) Klausa Adjectiva
K;ausa yang predikatnya merupakan kata sifat. Contohnya
Rumah Itu Sudah Tua.
d) Klausa Preposisional
K;ausa yang predikatnya merupakan kata depan. Contohnya
Bukunya Diatas Laci.
e) Klausa Numeral
K;ausa yang predikatnya merupakan kata bilangan. Contohnya
Mahasiswanya empat orang.
 Berdasarkan Kata Negatifnya
a) Klausa Positif
Klausa positif ialah klausa yang tidak memiliki kata negatif
sehingga predikatnya bersifat positif. Contonya :
 Saya berhasil melakukannya (saya = subjek, berhasil
melakukannya = predikat)
 Kami sudah menjadi anggota (kami = subjek, menjadi
anggota = predikat)
b) Klausa Negatif
Klausa negatif yaitu klausa yang punya kata negatif seperti
“tidak”,”bukan”,”jangan”, jadi predikatnya itu bersifat negatif.
Contohnya :
 Ibu belum pergi (Ibu = subjek, belum pergi = predikat)
 Bukan saya yang melakukannya (saya = subjek, yang
melakukan = predikat)
 Berdasarkan Struktur Internal
a) Klausa Lengkap
Klausa yang terdiri atas subjek dan predikat. Contohnya :
 Kami sedang bekerja (Kami = subjek, sedang bekerja
= predikat)
 Ibu memasak (Ibu = subjek, memasak = predikat)
 Andi sekolah hari ini (Andi = subjek, sekolah =
predikat, hari ini = keterangan)
b) Klausa Tidak Lengkap
klausa tidak lengkap dapat diamati dengan ketidaklengkapan
unsur yang menyusunnya. Alias klausa ini hanya terdiri dari
unsur predikat tanpa subjek. Contohnya :
 Terpaksa berhenti dari pekerjaannya
 Sudah pergi dari tadi siang
 Sedang membuat kue
 Berdasarkan Kriteria Tatarannya Dalam Kalimat
a) Klausa Atasan
Klausa yang berkedudukan sebagai induk kalimat. Contohnya :
 Ketika paman datang, kami sedang belajar
 Paman pergi ke kantor, disaat hujan deras
 Ani selalu rajin belajar, meskipun tidak ada PR
b) Klausa Bawahan
Klausa yang berkedudukan sebagai anak kalimat. Contohnya :
 Ketika paman datang, kami sedang belajar
 Paman pergi ke kantor, disaat hujan deras
 Ani selalu rajin belajar, meskipun tidak ada PR
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Sintaksis merupakan
bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk kalimat, Klausa
dan Frasa.
Frasa sendiri adalah kesatuan yang lebih besar dari kata dan lebih kecil dari
kalimat. Sedangkan Klausa sendiri merupakan satuan gramatikal (sesuai aturan) yang
berupa gabungan dari dua kata/lebih yang mengandung unsur predikat serta baik jika
diikuti oleh objek, keterangan dan pelengkap.

3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyarankan kepada para pembaca
khususnya kepada mahasiswa yang mengambil jurusan PGSD Kelas jenjang S1 untuk
dapat meningkatkan pemahamannya mengenai sintaksis (tata kalimat Bahasa Indonesia)
guna terwujudnya pelaksanaan proses pembelajaran yang baik khususnya pembelajaran
bahasa di Sekolah Dasar.
Kami pun menyadari makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh
sebab itu kami menyarankan kepada para pembaca untuk tetap terus menggali sumber-
sumber yang menunjang terhadap pembahasan makalah ini untuk perbaikan yang akan
datang.
DAFTAR PUSTAKA

Agustia, D. (2015, September 5). Makalah Sintaksis Disusun sebagai Syarat Mata Kuliah
Bahasa Indonesia. Retrieved September 17, 2022, from Academia:
https://www.academia.edu/23164193/MAKALAH_SINTAKSIS_Disusun_sebagai_S
yarat_Mata_Kuliah_Bahasa_Indonesia
Dahlia, R. (2018, November 15). Makalah Sintaksis Bahasa Indonesia-1. Retrieved
September 17, 2022, from Scribd:
https://id.scribd.com/document/469454040/MAKALAH-SINTAKSIS-BAHASA-
INDONESIA-1
Keraf, G. (1991). Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Santoso, dkk, A. (2013). Materi dan Pembelajaran Bahasa Inonesia SD. Tanggerang Selatan:
Universitas Terbuka.
Syailan, M. (2019, Oktober 20). Makalah Lengkap Sintaksis Bahasa Indonesia. Retrieved
September 17, 2022, from Dunia Pendidikan:
https://muhammadsyailan.blogspot.com/2019/10/makalah-lengkap-sintaksis-
bahasa.html?m=0

Anda mungkin juga menyukai