Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SINTAKSIS BAHASA INDONESIA

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konsep Dasar Bahasa Indonesia SD

Dosen Pengampu:
Faridahtul Jannah, S.Pd., M.Pd.

Oleh :
Sri Rahayu (234420002)
Holifatuz Jannah (234420028)
Risqiyatul Hasana (234420057)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCA MARGA PROBOLINGGO
2023
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat kami susun dengan baik. Sholawat dan
salam semoga tetap telimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah
membawa manusia menuju jalan kebenaran.

Makalah ini membahas tentang Sintaksis. Makalah ini ditulis dengan tujuan
memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar Bahasa Indonesia yang membahas
tentang “Sintaksis Bahasa Indonesia”. Selain itu, makalah ini diharapkan dapat
menambah wawasan kami serta para pembaca.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan


dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Probolinggo, 28 September 2023

Tim penyusun
iii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................ii
Daftar Isi ..........................................................................................................iii
Bab I. PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 RumusanMasalah.................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan...............................................................................2

Bab II. PEMBAHASAN ..................................................................................3


2.1 Hakikat Sintaksis.................................................................................3
2.2 Fungsi Kajian Sintaksis.......................................................................4
2.3 Aspek-Aspek Sintaksis........................................................................5

Bab III. PENUTUP........................................................................................... 10


3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 10
3.2 Saran ................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 12
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Dalam kehidupan manusia membutuhkan komunikasi, dan bahasa
dibutuhkan manusia di dalam berkomunikasi. Komunikasi yang berlangsung
dapat secara lisan maupun tulisan. Kedua bentuk komunikasi ini tentunya
membutuhkan keterampilan berbahasa yang memadai untuk menghasilkan
sebuah komunikasi yang efektif dan efisien. Efektifitas dan efisiensi dalam
berbahasa akan sangat dipengaruhi oleh keterampilan berbahasa khususnya
keterampilan dalam penyusunan kalimat yang akan digunakan untuk
berkomunikasi.
Penyusunan kalimat, akan berawal dari pemahaman mengenai makna
kata sebagai penyusun kalimat tersebut, yang selanjutnya akan membentuk
sebuah frasa, klausa, dan pada akhirnya terbentuklah sebuah kalimat untuk
berkomunikasi. Sehingga pentinglah pemahaman mengenai sintaksis sebagai
sebuah cabang linguistik atau ilmu bahasa untuk diketahui para penutur bahasa
Indonesia agar komunikasi menjadi efektif dan efisien.
Masih banyak orang yang belum mengetahui dan belum paham tentang
makna dan hakikat sintaksis. Padahal, penggunaanya begitu dekat dengan
masyarakat Indonesia. Yaitu berkisar tentang kalimat bahasa Indonesia yang
digunakan sebagai alat komunikasi sehari-hari. Banyak permasalahan yang ada
dalam mendalami penguasaan sintaksis dan hakikatnya. Perlu pendalaman dan
banyak mempraktekan dalam dunia kebahasaan. Karena ilmu sintaksis sangat
dekat dengan kehidupan sehari- hari.
Sebenarnya apa yang dimaksud dengan sintaksis itu? Sintaksis
merupakan ilmu yang mempelajari tentang tatabahasa. Sintaksis juga dapat
dikatakan tatabahasa yang membahas hubungan antarkata dalam tuturan.
Sintaksis merupakan cabang linguistik yang membicarakan hubungan antar
kata dalam tuturan (speech). Unsur bahasa yang termasuk di dalam lingkup
sintaksis adalah frase, klausa dan kalimat. Didalam makalah ini akan dibahas
ketika pokok bahasan tersebut secara rinci.
2

Bagi guru sekolah dasar, memiliki keterampilan berbahasa merupakan


suatu modal untuk mengembangkan kompetensi siswa-siwanya dalam
berkomunikasi, pemahaman mengenai tata kalimat dalam bahasa Indonesia
sudah tentu menjadi suatu kebutuhan dasar. Untuk itulah dalam makalah ini
kami membahas mengenai sintaksis beserta struktur internal.

1.2. RUMUSAN MASALAH


Adapun latar belakang diatas, maka diperoleh rumusan masalah sebagai
berikut:
a. Apakah pengertian dari sintaksis?
b. Apa saja fungsi kajian sintaksis?
c. Apakah saja aspek-aspek sintaksis?

1.3. TUJUAN PENULISAN


Adapun tujuan dari penulisan, adalah sebagai berikut:
a. Dapat mengetahui pengertian sintaksis.
b. Dapat mengetahui fungsi kajian sintaksis.
c. Dapat mengetahui secara jelas aspek-aspek sintaksis.
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Hakikat Sintaksis


Sintaksis dalam bahasa Belanda syntaxis, dalam bahasa Inggris syntax,
dan dalam bahasa Arab nahu adalah ilmu bahasa yang membicarakan
hubungan antar unsur bahasa untuk membentuk sebuah kalimat. Dalam bahasa
Yunani sintaksis disebut Sintaksis suntattein yang berarti sun ‘dengan’ dan
tattein ‘menempatkan’. Secara etomologis istilah tersebut berarti
menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata (frasa) atau
kalimat dan kelompok-kelompok kata (frasa) menjadi kalimat. Oleh karena
itu, dalam bahasa Indonesia, sintaksis disebut dengan ilmu tata kalimat.
Sintaksis membicarakan berbagai seluk-beluk frase dan kalimat
(M.Asfandi Adul, 1990: 41). Banyak ahli telah mengemukakan penjelasan
ataupun batasan sintaksis. Dikatakan bahwa sintaksis adalah telaah mengenai
pola-pola yang dipergunakan sebagai sarana untuk menggabung-gabungkan
kata menjadi kalimat. Sintaksis juga merupakan analisis mengenai konstruksi-
konstruksi yang hanya mengikutsertakan bentuk-bentuk bebas (Tarigan,
1984:5).
Salah satu hakikat bahasa yang sudah kita pahami dalam studi bahasa
adalah bahwa bahasa itu sistematis dan sistemis. Ada tiga subsistem bahasa
yang cukup mendasar yaitu fonologi, gramatika, dan leksikon. Subsistem
sintaksis mencakup satuan-satuan yang lebih besar dari kata, serta hubungan
antara satuan-satuan itu. Sebagai suatu subsistem bahasa sintaksis
mempersoalkan hubungan antara kata dan satuan-satuan yang lebih besar,
membentuk suatu kontruksi yang disebut kalimat. Hubungan antara satuan-
satuan itu memperlihatkan adanya semacam hierarki atau tata urut tingkatan.
Dalam uraian mengenai hakikat bahasa telah dijelaskan bahwa tata urut
tingkatan bahasa tertera dari urutan yang paling besar atau paling tinggi
(wacana) ke yang paling kecil (rendah) adalah bunyi (fonem). Dalam
subsistem gramatika tataran yang paling kecil adalah morfem.
4

Dari beberapa pernyataan yang telah dikemukakan dapat disimpulkan


bahwa sintaksis merupakan bagian dari ilmu bahasa yang didalamnya
mengkaji tentang kata dan kelompok kata yang membentuk frasa, klausa, dan
kalimat.

2.2. Fungsi Kajian Sintaksis


Fungsi kajian sintaksis terdiri dari beberapa komponen. Diantaranya
adalah subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan. Memperjelas
tentang hakikat dari subjek dan predikat, objek dan pelengkap, serta
keterangan. Semuanya akan dijelaskan sebagai berikut
a. Subjek dan Predikat
Subjek merupakan bagian yang diterangkan predikat. Subjek dapat
dicari dengan pertanyaan ‘Apa atau Siapa yang tersebut dalam predikat’.
Sedangkan predikat adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek.
Predikat dapat ditentukan dengan pertanyaan ‘yang tersebut dalam subjek
sedang apa, berapa, di mana, dan lain-lain’.
Subjek berupa frasa nomina atau pengganti frasa nomina.
Sedangkan predikat bisa berupa frasa nomina, verba, adjektiva, numeralia,
atau pun preposisi. Jika diubah menjadi kalimat tanya, subjek tidak dapat
diberi partikel -kah. Predikat dapat diberi partikel -kah.
Contoh dari kalimat yang memiliki subjek dan predikat adalah, “Adik
sedang makan”. “Adik” menduduki fungsi subjek, sedangkan “sedang
makan” menduduki fungsi predikat.
‘Adik sedang makan’
S P
b. Objek dan Pelengkap
1. Objek berupa frasa nomina atau pengganti frasa nomina, sedangkan
pelengkap berupa frasa nomina, verba, adjektiva, numeralia, preposisi,
dan pengganti nomina.
2. Objek mengikuti predikat yang berupa verba transitif (memerlukan
objek) atau semi transitif dan pelengkap mengikuti predikat yang
5

berupa verba intransitif (tidak memerlukan objek). Objek dapat diubah


menjadi subjek dan pelengkap tidak dapat diubah menjadi subjek.
c. Keterangan
1. Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek, predikat,
objek atau pelengkap.
Berupa frasa nomina, preposisi, dan konjungsi.
Mudah dipindah-pindah, kecuali diletakkan diantara predikat dan
objek atau predikat dan pelengkap.
Contoh kalimat yang memiliki keterangan adalah ‘Kemarin, Pak Anwar
membeli buah-buahan di pasar induk’. ‘Kemarin’ dan ‘di pasar induk’
merupakan keterangan, untuk ‘Pak Anwar’ menduduki fungsi subjek. Kata
‘membeli’ merupakan predikat dan ‘buah- buahan’ adalah fungsi objek.

‘Kemarin , Pak Anwar membeli buah-buahan di pasar induk’.


Ket.Waktu S P O Ket.Tempat

2.3. Aspek-Aspek Sintaksis


Aspek-aspek yang dikaji dalam sintaksis meliputi frasa, klausa, dan
kalimat. Dibawah ini merupakan uraian dari ketiga aspek tersebut.
a. Frasa
Frasa dapat dihasilkan dari perluasan sebuah kata. Sebuah frasa dengan
perluasannya tidak menimbulkan jabatan atau fungsi lain sehingga tidak
melebihi batas fungsi semula. Jika perluasan itu ternyata menimbulkan
jabatan fungsi baru atau membentuk pola subjek-predikat, perluasan itu
sudah menjadi klausa.
Contoh : karya sastra (frasa)
Diperluas menjadi :
1) karya sastra indah itu (frasa)
2) karya sastra itu indah (klausa)
Frasa dapat dibagi atas empat jenis, sebagai berikut :
a) Frase eksosentris
6

Frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua


unsurnya. Misalnya : di pasar, ke sekokalah, dari kampung.
Frase ditinjau dari segi persamaan distribusi dengan golongan atau
kategori kata, frase eksosentris terdiri terdiri atas:
1) Frase verbal adalah satuan bahasa yang terbentuk dari dua kata
atau lebih dengan verba sebagai intinya dan tidak merupakan
klausa. Secara sintaktis, frasa verba terdapat (dapat diberi) kata
“sedang” untuk verba aktif, dan kata “sudah” untuk verba
keadaan. Frasa verba tidak dapat diberi kata “sangat”, dan
biasannya menduduki fungsi predikat.
Contoh : Sedang melamun
Saya sedang mencuci
2) Frasa nominal, yaitu frasa yang intinya berupa kata benda.
Contoh : Buku Pelajaran ips
Gagang pintu patah
3) Frasa adjektiva adalah frasa yang intinya berupa kata sifat.
Contoh : Kasar sekali
Amat lembut
4) Frase pronominal adalah frasa yang intinya berupa kata ganti.
Contoh : Kalian semua
Kamu dan dia
5) Frase numeralia yaitu frasa yang intinya berupa kata bilangan.
Contoh : Tujuh dan delapan
Lima ekor ayam sedang terbang
6) Frasa preposisi yaitu frasa yang ditandai adanya preposisi atau
kata depan sebagai penanda dan diikuti kata atau kelompok kata
(bukan klausa) sebagai petanda.
Contoh : ke rumah teman
dari sekolah
7) Frasa konjungsi yaitu frasa yang ditandai adanya konjungsi atau
kata sambung sebagai penanda dan diikuti klausa sebagai petanda.
Contoh: sejak kemarin dia terus diam (P) di situ.
7

b) Frasa Endosentris
Frasa endosentris adalah frasa yang unsur-unsur pembentuknya dapat
menggantikan kedudukan frasa itu secara keseluruhan.
Contoh : Mereka menempati rumah baru.
Frasa rumah baru mempunyai inti. Mencari inti frasa dapat diuji
dengan membuat kalimat berterima dan tidak berterima:
Mereka menempati rumah, berarti rumah menjadi inti frasa. Mereke
menempati baru, Kalimat ini tidak berterima dan tidak mempunyai
makna, berarti baru bukanlah inti frasa.
Jenis frasa endosentris :
1) Frasa Endosentris Koordinatif
Masing-masing unsur memiliki kedudukan sederajat yang tidak
saling menerangkan unsur yang lain. Sifat kesetaraan itu dapat
dibuktikan oleh kemungkinan menyisipkan kata penghubung dan
atau.
Contoh : Anak itu sudah tidak mempunyai ibu bapak. (ibu dan
bapak)
2) Frasa Endosentris Apositif
Frasa yang berhubungan antara unsur-unsurnya dapat saling
menggantikan.
Contoh : Aminah, Anak Pak Lurah sangat cantik.
Frasa anak Pak Lurah adalah unsur keterangan tambahan untuk
menerangkan aminah.
3) Frasa Endosentris Atributif
Frasa yang salah satu unsurnya dapat menggantikan frasa itu secara
keseluruhan. Frasa ini memiliki unsur pusat dan unsur atribut. Inti
frasa ditandai dengan D (diterangkan) dan unsur atribut ditandai
dengan M (menerangkan)

Contoh: Rumahnya sangat besar


M D
Kata sangat adalah atribut atau penjelas untuk kata besa
8

Contoh : Anak nakal sangat marah


MDM D
c) Frasa Ambigu
Frasa ambigu adalah frasa yang menimbulkan makna ganda atau
tidak jelas.
Contoh :
Lukisan Ayah dipajang di ruang tamu.
1) Frasa lukisan ayah mempunyai makna:
2) Lukisan milik Ayah
3) Lukisan mengenai diri Ayah
4) Lukisan buatan Ayah

d) Frasa Idiomatik
Frasa idiomatik adalah frasa yang mempunyai makna sampingan atau
bukan makna sebenarnya.
Contoh : Orang tua itu sudah banyak makan garam kehidupan.

b. Klausa
Klausa merupakan bagian dari kalimat yang berisi subjek dan predikat.
Klausa memiliki unsur subjek dan predikat,tetapi tidak mengandung
intonasi,jeda,tempo,dan nada.
Ada pembagian jenis dalam klausa, yaitu jenis klausa yang diperbedakan
berdasarkan strukturnya dan berdasarkan kategori segmental yang menjadi
predikatnya. Berdasarkan strukturnya terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Klausa bebas
Klausa bebas adalah klausa yang mempunyai unsur-unsur lengkap,
sekurang-kurangnya mempunyai subjek dan predikat, contoh: nenekku
masih cantik dan kakekku gagah berani.
b. Klausa terikat
Klausa terikat adalah klausa yang tidak mempunyai struktur lengkap.
Unsur yang ada dalam klausa ini mungkin hanya subjek saja, mungkin
9

hanya objeknya saja, atau juga hanya berupa keterangannya saja, contoh:
ketika kami sedang belajar (dia pingsan ketika kami sedang belajar).
Adapun berdasarkan kategori unsure segmental yang menjadi predikatnya,
dapat dibedakan menjadi:
a. Klausa verbal
Klausa verbal adalah klausa yang predikatnya berkategori verbal,
misalnya: nenek mandi, kakek menari, sapi tiu berlari, nenek menulis surat
(transitif), nenek menangis (intransitif), nenek sedang berdandan
(refleksif).
b. Klausa nominal
Klausa nominal adalah klausa yang predikatnya berupa nomina atau frase
nominal, misalnya: kakeknya petani di desa itu, dia dulu dosen linguistik,
dan pacarnya satpam bank swasta. (apabila contoh tersebut diberi kata
adalah atau ialah maka klausa-klausa tersebut bukanlah klausa nominal,
melainkan klausa verbal).
c. Klausa ajektifal
Klausa ajektifal adalah klausa yang predikatnya berkategori ajektif, baik
berupa kata maupun frase, misalnya: ibu dosen itu cantik sekali, bumi ini
sangat luas, gedung itu sudah tua sekali.
d. Klausa adverbial
Klausa adverbial adalah klausa yang prediketnya berupa adverbel.
Misalnya, klausa bandelnya teramat sangat.
e. Klausa preposional
Klausa preposional adalah klausa yang predikatnya berupa frase
berkategori proposisi. Misalnya, nenek di kamar, dia dari Medan.
f. Klausa numeral
Klausa numeral adalah klausa yang predikatnya berupa kata numeralia.
Misalnya, gajinya lima juta sebulan (gajinya adalah lima juta sebualan).

c. Kalimat
Kalimat adalah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang
yang disertai nada akhir naik dan turun (Ramlan, 1981:6). Kalimat
10

merupakan satuan bahasa, berupa kata atau rangkaian kata, yang dapat
berdiri sendiri dan menyatakan maknanya secara lengkap, ragam resmi,
baik lisan maupun tertulis sekurang-kurangnya harus memiliki S dan P.
Jenis kalimat terbagi dalam berbagai jenis, diantaranya:
1. Kalimat Tunggal
Kalimat Tunggal, yaitu kalimat yang hanya terdiri atas satu pola
(SP, SPO, SPOK) atau kalimat yang hanya terdiri atas satu klausa
serta mengandung maksud.
Contoh : Koko pergi ke pasar
S P Ket waktu
Toni menanam biji jarak di kebun
S P O Ket
Berdasarkan predikatnya, kalimat tunggal terbagi atas:
Kalimat nominal adalah kalimat tunggal yang predikatnya berupa
kata benda.
Contoh : Ayahnya seorang pelukis.
Ayahku pegawai kantor pajak.
2. Kalimat majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yag terdiri atas dua pola kalimat
atau lebih. Kalimat majemuk tersusun dari beberapa kalimat
tunggal. Kalimat majemuk dapat dibedakan atas pertama, kalimat
majemuk koordinatif adalah kalimat majemuk yang klausa-
klausanya memiliki status yang sama, yang setara, atau yang
sederajat, misalnya: nenek melirik, kakek tersenyum, dan adik
tertawa. Kedua kalimat majemuk subordinatif adalah kalimat
majemuk yang hubungan antara klausa-klausanya tidak setara atau
tidak sederajat. Kalimat ini biasanya dihubungkan dengan
konjungsi seperti kalau, ketika, meskipun, dank arena. Misalnya:
kalau nenek pergi, kakek pun akan pergi, nenek membaca komik
ketika kakek tidak ada di rumah. Ketiga, kalimat majemuk
kompleks adalah kalimat majemuk yang terdiri dari tiga klausa
atau lebih di mana ada yang dihubungkan secara koordinatif dan
11

ada pula yang dihubungkan secara subordinatif, misalnya: nenek


membaca komik karena kakek tidak ada di rumah dan tidak ada
pekerjaan lain yang harus diselesaikan. (dari kalimat ini, terdapat
tiga buah klausa, yaitu nenek membaca komik, kakek tidak ada di
rumah, dan tidak ada pekerjaan lain yang harus diselesaikan).
3. Kalimat Langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang menirukan ujaran orang
lain. Contoh : Ibu berkata “Saya tidak senang melihat rambut
gondrong”.
4. Kalimat Tidak Langsung
Kalimat tidak langsung adalah kalimat yang menyampaikan
kembali ujaran orang lain. Contoh: Ibu mengatakan bahwa Ia tidak
senang melihat rambut gondrong
5. Kalimat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya menjadi pelaku. Ciri
utama kalimat aktif adalah predikatnya berupa kata dasar atau
berimbuhan me(N)- dan ber-.
Contoh : Ibu sedang membuat martabak telur.
6. Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan.
Ciri-ciri kalimat pasif adalah sebagai berikut: pertama, predikatnya
berisi kata kerja berawalan di-ter-, dan kofiks ke-an.
Contoh : Ina kehujanan tadi malam. Kedua, bentuk diri atau
persona ku-, kau-.
Contoh : Coba kau lihat bunga ini.
7. Kalimat Mayor
Kalimat mayor adalah kalimat sekurang-kurangnya mejangandung
dua unsur pusat, dapat berupa S-P, S-P-O atau S-P-O-K.
Contoh : Saya mengantuk. Presiden berkunjung ke Australia. Saya
meminjam novel dari perpustakaan.
8. Kalimat Minor
12

Kalimat Minor adalah kalimat yang mengandung satu unsure


pusat. Unsur pusat tersebut biasanya berupa predikat.
Contoh : Pergi!Tidur! Minggu depan.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwasannya:
1) Sintaksis adalah cabang linguistik yang membahas struktur internal
kalimat dan merupakan bagian dari ilmu bahasa yang didalamnya
mengkaji tentang kata dan kelompok kata yang membentuk frasa, klausa,
dan kalimat.
2) Fungsi kajian sintaksis terdiri dari beberapa komponen. Diantaranya
adalah subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan
3) Aspek-aspek kajian sintaksis adalah frasa, klausa dan kalimat.
4) Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif atau
lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis
di dalam kalimat. Klausa adalah sebuah konstruksi yang di dalamnya
terdapat beberapa kata yang mengandung unsur predikatif. Klausa
berpotensi menjadi kalimat, hanya saja yang membedakan klausa dan
kalimat adalah intonasi final di akhir satuan bahasa itu. Kalimat diakhiri
dengan intonasi final, sedangkan klausa tidak diakhiri intonasi final.
Sedangkan kalimat itu sendiri adalah satuan bahasa terkecil yang
merupakan kesatuan pikiran.
5) Klausa adalah bagian dari kalimat yang berisi subjek dan predikat. Klausa
merupakan satuan bahasa yang memiliki makna dan dapat memenuhi
fungsi sintaksis dalam sebuah kalimat sehingga terbentuklah sebuah
kalimat sederhana.
6) Kalimat adalah satuan bahasa, berupa kata atau rangkaian kata, yang dapat
berdiri sendiri dan menyatakan maknanya secara lengkap.
13

7) Pembelajaran bahasa adalah proses memberi rangsangan belajar kepada


siswa dalam upaya siswa mencapai kemampuan berbahasa (yaitu
kemampuan mengorganisasi pemikiran, keinginan, ide, pendapat atau
gagasan dalam bahasa lisan maupun tulis. Kemampuan setiap siswa
tergantung pada frekuensi dan kualitas materi yang didengar, berbicara
dan menulis yang dilakukannya. Untuk itu perlu diupayakan agar siswa
memperoleh pengalaman yang berbobot dalam bidang bahasa.

B. SARAN
Berdasarkan beberapa penjelasan diatas, diharapkan pembaca dapat lebih
Dengan disusunnya makalah “sintaksis” ini kami mengharapkan pembaca
dapat mengetahui kajian sintaksis dan pembaca dapat mengetahui sebenarnya
sintaksis itu erat hubungannya dengan bahasa yang kita gunakan. Untuk
makalah ini kami sadar bahwa makalah yang kami susun tidak luput dari
kesalahan oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai
pihak yang bersifat mebangun demi lebih baiknya makalah ini.
14

DAFTAR PUSTAKA

Gani, S., & Arsyad, B. (2019). KAJIAN TEORITIS STRUKTUR INTERNAL


BAHASA (Fonologi, Morfologi, Sintaksis, dan Semantik). `A Jamiy : Jurnal
Bahasa Dan Sastra Arab, 7(1), 1. https://doi.org/10.31314/ajamiy.7.1.1-
20.2018
Hasanudin, C. (2018). JPE ( Jurnal Pendidikan Edutama ) Vol . 5 No . 2 Juli
2018 KAJIAN SINTAKSIS PADA NOVEL SANG PENCURI WARNA
KARYA. 5(2), 19–30.
Tarmini, W., & dan Sulistiawati. (2019). Uhamka Jakarta 2019 Klausa. Sintaksis
Bahasa Indonesia, 1–138.

Anda mungkin juga menyukai