Anda di halaman 1dari 31

SINTAKSIS BAHASA INDONESIA

Makalah ini disajikan sebagai pelaksanaan tugas mata kuliah


Bahasa Indonesia SD 2
Dosen pengampu: Yanuar Bagas Arwansyah, M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 5
1. Dherma Kesumayodya (17144600260)
2. Farisa Shinta R (17144600262)
3. Cindrawani (17144600264)
4. Fany Ardharini (17144600275)
5. Imam Nugraha (17144600276)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2018/2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Sintaksis Bahasa Indonesia” tepat
waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
SD 2.
Tujuan disusunnya makalah ini agar pembaca dapat memperluas ilmu dan
pengetahuan tentang “Sintaksis Bahasa Indonesia”. Ucapan terimaksih kami
haturkan kepada dosen pengampu Yanuar Bagas Arwansyah, M.Pd, teman-teman
dan semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini,terutama
pertolongan Allah SWT yang memberikan kami kesehatan sehingga makalah ini
dapat terselesaikan tepat waktu.
Dengan segala kerendahan hati, kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun, agar kami dapat menyusun makalah lebih baik
lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada khususnya
dan masyarakat umum.

Yogyakarta, 10 Oktober 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 4
A. Latar Belakang ............................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5
C. Tujuan .......................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 6
A. Pengertian Sintaksis ..................................................................................... 6
B. Satuan-Satuan Sintaksis ............................................................................... 7
1. Kata .......................................................................................................... 7
2. Frasa ....................................................................................................... 12
3. Klausa ..................................................................................................... 16
4. Kalimat ................................................................................................... 17
5. Wacana ................................................................................................... 24
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 30
A. Kesimpulan ................................................................................................ 30
B. Saran ........................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 31

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam proses berkomunikasi sehari-hari dengan orang lain tentu
perlu menggunakan kalimat dengan makna yang tepat. Disamping itu,
perlu pula memperhatikan pilihan kata agar gagasan atau ide yang
disampaikan kepada orang lain dapat terpahami secara efektif. Masih
banyak orang yang belum mengetahui dan belum paham tentang makna
dan hakikat sintaksis. Padahal, penggunaanya begitu dekat dengan
masyarakat Indonesia, yaitu tentang kalimat bahasa Indonesia yang
digunakan sebagai alat komunikasi sehari-hari.
Banyak permasalahan yang ada dalam mendalami penguasaan
sintaksis dan hakikatnya. Perlu pendalaman dan banyak mempraktekan
dalam dunia kebahasaan. Karena ilmu sintaksis sangat dekat dengan
kehidupan sehati-hari. Sebenarnya apa yang dimaksud sintaksis itu?
Sintaksis merupakan ilmu yang mempelajari tentang tata bahasa. Sintaksis
juga dapat dikatakan tata bahasa yang membahas hubungan antar kata
dalam tuturan. Sintaksis merupakan cabang linguistik yang membicarakan
hubungan antar kata dalam tuturan.
Bagaimana supaya proses komunikasi tersebut dapat berjalan
efektif, antara lain perlu memiliki pemahaman yang berkaitan dengan
sintaksis bahasa Indonesia seperti jenis frasa, klausa, diksi, kalimat dan
sebagainya. Dengan memahami bagian-bagian sintaksis bahasa Indonesia
tersebut, tentu dapat menciptakan komunikasi yang saling terpahami
denga jelas dan tepat. Didalam makalah ini akan dibahas pokok bahasan
secara rinci.

4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan sintaksis?
2. Apa yang dimaksud dengan kata dan strukturnya?
3. Apa yang dimaksud dengan frasa dan strukturnya?
4. Apa yang dimaksud dengan klausa dan strukturnya?
5. Apa yang dimaksud dengan kalimat dan strukturnya?
6. Apa yang dimaksud dengan wacana?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka masalah ini bertujuan
untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan pengertian sintaksis.
2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan pengertian kata dan
strukturnya.
3. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan pengertian frasa dan
strukturnya.
4. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan pengertian klausa dan
strukturnya.
5. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan pengertian kalimat dan
strukturnya.
6. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan pengertian wacana.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sintaksis
Menurut Awalludin (2017:32) istilah sintaksis diambil dari bahasa
Belanda, yaitu syntaxis dan bahasa Inggris, yaitu syntax. Secara tradisional
sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang disebut tata bahasa atau
gramatika (grammar). Tata bahasa meliputi dua bidang, yaitu morfologi
dan sintaksis. Kedua bidang tataran ini memang berbeda, tetapi tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Oleh karena itu, muncullah istilah yang disebut
morfosintaksis, yang merupakan gabungan dari morfologi dan sintaksis
sebagai satu bidang pembahasan. Namun, orang biasa membedakan kedua
tataran itu dengan pengertian bahwa morfologi membicarakan struktur
internal kata sedangkan sintaksis membicarakan kata dalam hubungannya
demga kata lain atau unsur-unsur lain sebagai suatu satuan ujaran. Dalam
bahasa Yunani sintaksis berasal dari kata sun yang berarti dengan dan
tattein berarti menempatkan. Jadi, secara etimologi berarti menempatkan
bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat.
Menurut Junaiyah (dalam Awalludin, 2017:33) menjelasakan
bahwa “sintaksis adalah cabang linguistic yang membicarakan hubungan
antr kata dalam tuturan (speech). Selanjutnya, Tarigan (dalam Awalludin,
2017:33) menjelaskan bahwa sintaksis adalah salah satu cabang tata
bahasa yang membicarakan struktur-struktur kalimat, klausa, dan frasa.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa sintaksis adalah salah satu cabang linguistik yang mempelajari kata
dalam hubungannya dengan kata lain untuk membentuk frasa, klausa, dan
kalimat sebagai satuan ujaran.

6
B. Satuan-Satuan Sintaksis
Menurut Awalludin (2017:34) satuan-satuan sintaksis secara
hierarkis, dibedakan menjadi empat macam, yaitu: kata, frasa, klausa, dan
kalimat. Hal ini berarti bahwa, kata merupakan satuan terkecil dan kalimat
merupakan satuan terbesar dalam kajian sintaksis. Kata adalah satuan
gramatikal yang diujarkan, bersifat berulang-ulang, dan secara potensial
ujaran itu dapat berdiri sendiri. Frasa adalah satuan gramatikal yang
berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif. Klausa adalah satuan
gramatikal yang setidak-tidaknya terdiri atas subjek dan predikat.Kalimat
adalah satuan bahasa yang secara relative berdiri sendiri, mempunyai
intonasi final (kalimat lisan), dan secara aktual ataupun potensial terdiri
atas klausa. Untuk lebih jelasnya, keempat satuan sintaksis tersebut
diuraikan sebagai berikut:
1. Kata
Pada umumnya, para tata bahasawan menentukan satuan kata
berdasarkan tiga ukuran, yaitu (1) kata sebagai satuan fonologis, (2)
kata sebagai satuan gramatis, dan (3) kata sebagai satuan arti. Lebih
lanjut, Bloomfield, menyatakan bahwa kata adalah suatu bentuk
ujaran yang bebas dan terkecil (a minimal free form).
Menurut Alisyahbana (dalam Awalludin, 2017:35) kata adalah
kumpulan fonem atau huruf yang terkecil yang mengandung
pengertian. Dalam tataran morfologi kata merupakan satuan terbesar
dan satuan terkecilnya adalah morfem, tetapi dalam tataran sintaksis
kata merupakan satuan terkecil. Sebagai satuan terkecil dalam
sintaksis, kata berperanan sebagai pengisi sintaksis, sebagai penanda
kategori sintaksis, dan sebagai perangkai dalam penyatuan satuan-
satuan atau bagian-bagian dari satuan sintaksis.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kata
adalah satuan bahasa terkecil yang dapat diujarkan secara bebas,
mempunyai satuan fonologis dan kesatuan gramatis yang mengandung
suatu pengertian atau makna.

7
a. Klasifikasi Kata
Klasifikasi kata adalah penggolongan kata atau penjenisan
kata; dalam peristilahan bahasa inggris disebut part of speech.
Sehubungan hal tersebut kata dapat diklasifikasikan berdasarkan
bentuknya (morfologinya) dan berdasarkan kelasnya atau
sintaksisnya. Untuk lebih jelasnya perhatikan uraian berikut.
1) Klasifikasi Kata Berdasarkan Bentuknya (morfologinya)
Berdasarkan bentuknya, kata dapat dibagi atas:
a) Kata dasar adalah kata yang merupakan dasar pembentukan
kara berimbuhan atau bentuk terkecil yang tidak dapat
disegmentasikan lagi. Misalnya lari, meja, beli, makan, dan
sebagainya.
b) Kata berimbuhan adalah kata-kata yang mengalami
perubahan bentuk akibat melekatnya afiks (imbuhan) baik di
awal, di tengah, di akhir, baik dengan gabungan, maupun
konfiks. Contohnya digambar, mempersembahkan, tarikan,
gemetar, dan sebagainya.
c) Kata berulang atau reduplikasi adalah kata yang mengalami
perulangan. Contohnya: buku-buku, berlari-lari, rumah-
rumah, dan lain-lain.
d) Kata majemuk atau kompositum (komposisi) adalah hasil
dan proses penggabungan morfem dasar, baik yang bebas
maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah kontruksi
yang memiliki identitas leksial yang berbeda, atau yang
baru. Contohnya: lalu lintas, daya juang, rumah sakit, dan
lain-lain.

8
2) Klasifikasi Kata Berdasarkan Kelasnya (sintakisnya)
Berdasarkan kelasnya atau perilaku sintaksisnya, kata dibagi
menjadi lima macam, yaitu:
a) Verba
Verba (kata kerja) adalah kata-kata yang menyatakan
tindakan atau perbuatan, proses dan keadaan yang bukan
merupakan kata sifat. Contohnya: pergi, makan, minum,
tidur, melihat, meledak, suka, mati, dan sebagainya.
b) Adjektiva
Adjektiva ialah kata yang menerangkan sifat, keadaan,
watak, tabiat seseorang, binatang, atau suatu benda. Di
dalam kalimat, kata, sifatnya umumnya berfungsi sebagai
penjelas subjek, predikat, dan objek.
Inilah kelompok kata yang dimaksud beserta contohnya:
(1) Keadaan/situasi; misalnya kacau, aman, tenang, gawat.
(2) Warna; misalnya ungu, merah, kuning, biru.
(3) Ukuran; misalnya berat, ringan, tinggi, besar.
(4) Perasaan; misalnya malu, sedih, bahagia, heran.
(5) Cerapan/indra; misalnya harum, manis, terang, jelas.
c) Nomina
Nomina adalah kata yang mengacu kepada sesuatu benda
(konkret ataupun abstrak), (Finoza, 2002:66). Kata benda
sangat perlu dikenali karena kata benda akan berfungsi
sebagai subjek, objek, pelengkap, dan keterangan dalam
kalimat.
d) Adverbial
Adverbial adalah suatu jenis kata yang sifatnya memberikan
keterangan (penjelasan) terhadap kata kerja (verba), kata
sifat (adjektiva) maupun kata bilangan, serta mampu dalam
memberikan keterangan (penjelasan) terhadap semua
kalimat.

9
e) Kata Tugas
Kata tugas bukanlah nama satu jenis kata, melainkan
kumpulan kata dan partakel. Kumpulan ini lebih tepat
dinamakan rumpun kata tugas. Anggota rumpun kata tugas
ada lima, yaitu:
(1) Preposisi
Kata depan adalah kata tugas yang selalu berada di
depan kata benda kata sifat, kata kerja, untuk
membentuk gabungan kata depan.
Contoh:
(1) di kantor
(2) di kota
(3) dengan memburuh
(4) oleh petugas secretariat
(5) tentang peristiwa itu, dan lain sebagainya.
(2) Konjungsi
Konjungsi adalah kata tugas yang berfungsi
menghubungkan dua kata atau dua kalimat, karena
perannya sebagai penghubung, kata sambung disebut
juga dengan istilah konjungtor.
Contoh:
(a) …… antara hidup dan mati
(b) …… anda akan berhasil kalau rajin belajar
(c) …… oleh Presiden atau Wakil Presiden RI
(d) …… bukan Amri, tetapi Amrin

10
(3) Interjeksi
Interjeksi adalah kata tugas yang dipakai untuk
mengungkapkan seruan seperti rasa kagum, sedih, heran,
dan jijik. Kata seru dipakai dalam kalimat atau kalimat
perintah.
Contoh:
(a) Ayo, maju terus pantang mundur.
(b) Aduh, gigiku sakit sekali.
(c) Wah, lagi datang untung besar.
(4) Artikulus
Artukulus atau kata sandang adalah kata-kata yang
berfungsi sebagai penentu atau mendefinitikan sesuatu
nomin, adjektiva, atau kelas lain. Artikulus yang ada
dalam bahasa Indonesia adalah si dan sang.
Contoh:
(a) Mana si gendut, sejak tadi belum muncul
(b) Sang merah putih berkibar di depan istana
(5) Partikel Penegas
Sebenarnya partikel bermakna unsur-unsur kecil dari
suatu benda. Analog dengan makna tersebut, unsur
terkecil dalam bahasa kecuali yang jelas bentuknya,
disebut partikel. Dalam kaitan dengan kata tugas,
partikel yang dibicarakan adalah berperan membentuk
kalimat tanya, yaitu –kah, dan tah ditambahi dengan –lah
yang dipakai dalam kalimat perintah dan kalimat
pernyataan serta pun yang hanya dipakai dalam kalimat
pernyataan.
Contoh:
(a) Kah; apakah, bagaimanakah, kemanakah
(b) Apalah, ambilah, pergilah
(c) Tah; siapatah, apatah

11
(d) Pun; apa pun, kilah pun.
2. Frasa
Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang besifat
nonprediktif.
Macam-macam frasa:
a. Frasa Verbal
Frasa Verbal adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata kerja,
terdiri atas tiga macam, yaitu:
1) Frasa verbal modifikatif (pewatas); terdiri atas
a) Pewatas belakang, misalnya:
(1) Ia bekerja keras setiap hari.
(2) Orang itu berjalan cepat setiap pagi.
(3) Siswa itu menulis kembali pekerjaan rumahnya.
b) Pewatas depan, misalnya:
(1) Mereka dapat mengajukan kredit BRI.
(2) Mereka akan mendengarkan lagu kebangsaan.
(3) Kami pasti menyukai pekerjaan itu.
2) Frasa verbal koordinatif adalah dua verba yang disatukan dengan
kata penghubung dan atau atau.
a) Mereka menangis dan meratapi nasibnya.
b) Kita pergi atau menunggu ayah.
3) Frasa verbal apositif yaitu sebagai keterangan yang ditambahkan
atau diselipkan, misalnya:
a) Pulogadung, tempat tinggalnya dulu, kini menjadi terminal
modern.
b) Usaha Pak Ali, berdagang kain, kini menjadi grosir.
c) Mata pencaharian orang itu, bertani dan beternak, sekarang
telah maju.

12
b. Frasa Adjektif
Frasa Adjektif adalah kelompok kata yang dibentuk dengan
kata sifat atau keadaan sebagai inti (diterangkan) dengan
menambahkan kata lain yang befungsi menerangkan, seperti: agak,
dapat, harus, kurang, lebih, paling, dan sangat.
agak baik harus baik
akan tenang kurang pandai
amat pandai lebih baik
belum baik paling tinggi
dapat palsu selalu rajin
Frasa adjektival mempunyai tiga jenis, yaitu:
1) Frasa adjektival modifikatif (membatasi), misalnya: cantik
sekali, indah nian, hebat benar.
2) Frasa adjektival koordinatif (menggabungkan), misalnya: tegap
kekar, aman tenteram, makmur dan sejahtera.
3) Frasa adjektival apositif, misalnya:
a) Bima tokoh ksatria, gagah perkasa, suka menolong kaum
yang lemah.
Frasa apositif bersifat memberikan keterangan tambahan
Bima tokoh ksatria yang tampan merupakan unsur utama
kalimat gagah perkasa merupakan keterangan tambahan.
b) Srikandi cantik, ayu rupawan, diperistri oleh Arjuna.
c) Skripsi yang berkualitas, terpuji dan terbaik, diterbitkan oleh
universitas.
c. Frasa Nominal
Frasa nominal adalah kelompok kata benda yang dibentuk dengan
memperluas sebuah kata benda ke kiri dan ke kanan. Ke kiri
menggolongkan, misalnya dua buah buku, seorang teman,
beberapa butir telur. Dan ke kanan sesudah kata benda (inti)

13
berfungsi mewatasi (membatasi), misalnya: buku dua buah, teman
seorang, telur beberapa butir.
Frasa nominal dibagi menjadi tiga, yaitu:
1) Frasa nominal modifikatif (mewatasi), misalnya: rumah mungil,
hari Minggu, buku dua buah, pemuda kampus, dan bulan
pertama.
2) Frasa nominal koordinatif (tidak saling menerangkan), misalnya:
hak dan kewajiban, sandang pangan, dunia akhirat, lahir batin,
serta adil dan makmur.
3) Frasa nominal apositif:
a) Anton, mahasiswa teladan itu, kini menjadi dosen di
universitasnya.
b) Burung cendrawasih, burung langka dari Irian itu, sudah
hampir punah.
c) Ibu Megawati, Presiden Republik Indonesia, berkenan
memberikan sambutan dalam acara itu.
d. Frasa Adverbal
Frasa adverbal adalah kelompok kata yang dibentuk dengan
keterangan kata sifat.
Farsa ini terdiri atas:
1) Frasa ini bersifat modifikatif (mewatasi), misalnya: sangat baik
kata baik merupakan inti dan sangat merupakan pewatas. Frasa
adverbal yang termasuk jenis ini: agak besar, kurang pandai,
hampir baik, begitu kuat, pandai sekali, lebih kuat, dengan
bangga, dan dengan gelisah.
2) Frasa adverbal yang bersifat koordinatif (tidak saling
menerangkan), misalnya: lebih kurang kata lebih tidak
menerangkan kurang tidak menerangkan kata lebih.
e. Frasa Pronominal
Frasa pronominal adalah frasa yang dibentuk dengan kata ganti.
Frasa ini terdiri atas tiga jenis, yaitu:

14
1) Frasa pronominal modifikatif, misalnya: kami semua, kalian
semua, anda semua, mereka semua, mereka itu, mereka berdua,
dan mereka itu.
2) Farsa pronominal koordinarif, misalnya: engkau dan aku, kami
dan mereka, serta saya dan dia.
3) Frasa pronominal apositif, misalnya: Kami, bangsa
Indonesia¸menyatakan peran melawan korupsi.
f. Frasa Numeralia
Frasa numeralia adalah frasa yang dibentuk dengan kata ganti. Frasa
ini terdiri atas tiga jenis, yaitu:
1) Frasa numeralia modifikatif, misalnya:
a) Mereka memotong dua puluh ekor sapi kurban.
b) Orang itu menyumbang pembangunan jalan kampung dua
juta rupiah.
2) Frasa numeralia koordinatif, misalnya:
a) Lima atau enam orang bertopeng melintasi kegelapan pada
gang itu.
b) Entah tiga, entah empat kali saya makan obat hari itu.
g. Frasa Interogativa Koordinatif
Frasa interogativa koordinatif adalah frasa yang berintikan pada
kata tanya. Misalnya:
1) Jawaban apa atau siapa merupakan ciri subjek kalimat.
2) Jawaban mengapa atau bagaimana merupakan pertanda jawaban
perdikat.
h. Frasa Demonstrativa Kordinatif
Frasa demonstrativa koordinatif adalah frasa yang dibentuk dengan
dua kata yang tidak saling menerangkan. Misalnya:
1) Saya bekerja di sana atau sini sama saja.
2) Saya memakai baju ini atau itu tidak masalah.
i. Frasa Proposisional Koodinatif

15
Frasa proposisional koordinatif adalah frasa yang dibentuk dengan
kata depan dan tidak saling menerangkan.

Misalnya:
1) Perjalanan kami dari dan ke Bandung, memerlukan waktu enam
jam.
2) Koperasi dari, oleh, dan untuk anggota.
3. Klausa
Klausa adalah kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas
subjek dan predikat dan berpotensi kalimat, misalnya: mereka bicara,
dosen mengajar, mereka bertanya, dan mereka tidak puas.
Ada beberapa macam klausa, antara lain:
a. Klausa Kalimat Majemuk Setara
Dalam kalimat majemuk setara (koordinatif), setiap klausa
mempunyai kedudukan yang sama. Kalimat majemuk koordinatif
dibangun dengan dua klausa atau lebih yang tidak saling
menerangkan, misalnya:
1) Rima membaca Kompas, dan adiknya bermain catur.
Klausa pertama Rima membaca Kompas. Klausa kedua adiknya
bermain catur.
2) Rima pergi ke kampus atau ke rumah temannya.
3) Rima rajin, tetapi adiknya malas.
4) Rima datang lalu pergi ke kampus.
b. Klausa Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat (subordinatif) dibangun dengan klausa
yang berfungsi menerangkan klausa lainnya, misalnya:
1) Orang itu pindah ke Jakarta setelah suaminya bekerja di Bank
Indonesia.
Klausa pertama Orang itu pindah ke Jakarta sebagai klausa
utama (lazim disebut induk kalimat) dan klausa kedua setelah

16
suaminya pindah kerja di Bank Indonesia merupakan klausa
sematan (lazim disebut anak kalimat).

2) Meskipun sudah kaya raya, ia tetap bekerja keras. (kalimat


sematan + kalimat utama)
3) Mereka mengolah kekayaan alam secara kreatif karena itu
sangat makmur. (klausa utama + klausa sematan)
c. Klausa Gabungan Kalimat Majemuk Setara dan Kalimat Majemuk
Bertingkat
Gabungan kalimat majemuk setara dan bertingkat (kalimat
subordinatif-koordinatif) terdiri dari tiga klausa atau lebih, misalnya:
1) Dia pindah ke Jakarta setelah ayahnya meninggal dan ibunya
kawin lagi. Kalimat di atas terdiri atas tiga klausa yang digabung
menjadi kalimat majemuk bertingkat dan kalimat majemuk
setara.
a) dia pidah ke Jakarta, (klausa utama)
b) setelah ayahnya meninggal, (klausa sematan) dan
c) ibunya kawin lagi. (klausa sematan)
2) Dia pindah ke Jakarta setelah ayahnya meninggal. (kalimat
majemuk bertingkat/subordinatif)
3) Ayahnya meninggal dan ibunya kawin lagi. (kalimat majemuk
setara/koordinatif).
4. Kalimat
a. Pengertian Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan
pikiran. Dalam bahasa lisan kalimat diawali dan diakhiri dengan
kesenyapan, dan dalam bahasa tulis diawali dengan huruf kapital dan
diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya.
Kalimat disusun berdasarkan pengertian di atas, unsur-unsur
tersebut mempunyai fungsi dan pengertian tertentu yang disebut bagian

17
kalimat. Ada bagian yang tidak dapat dihilangkan, ada pula bagian yang
dapat dihilangkan. Bagian yang tidak dapat dihilangkan itu disebut
kalimat, sedangkan bagian yang dapat dihilangkan bukan inti kalimat.
Bagian inti dapat membentuk kalimat dasar, dan bagian bukan inti
dapat membentuk kalimat luas.
Paragraf tersebut terdiri atas tiga buah kalimat, kalimat, (1)
berupa kalimat dasar terdiri atas dua bagian kalimat inti, yakni:
/Menulis ilmiah itu/ mudah/, Kalimat (2) berupa kalimat luas terdiri atas
dua bagian inti dan satu bagian bukan inti: Kemudahan menulis/ dapat
dirasakan/ oleh setiap orang yang mempelajarinya secara serius.
Kalimat (3) berupa kalimat luas terdiri dari dua bagian inti dan dua
bukan bagian inti: Kemudahan menulis itu dapat dikelompokkan/ ke
dalam tiga hal/ yaitu menemukan ide, mengorganisasi ide, dan
mengeksresikan ide tersebut menjadi sebuah karangan yang lengkap.
Contoh tersebut menunjukkan bahwa kalimat pertama berupa
kalimat dasar, sedangkan kalimat kedua dan ketiga berupa kalimat luas.
Ciri-ciri kalimat:
1) Dalam bahasa lisan diawali dengan kesenyapan dan diakhiri dengan
kesenyapan. Dalam bahasa tulis diawali dengan huruf capital dan
diakhiri dengan titik, tanda Tanya, atau tanda seru,
2) Kalimat aktif sekurang-kurangnya terdiri atau subjek dan predikat,
3) Predikat transitif disertai subjek, predikat interansitif dapat disertai
pelengkap,
4) Mengandung pikiran yang utuh,
5) Menggunakan urutan logis, setiap kata atau kelompok kata yang
mendukung fungsi (subjek, predikat, objek, dan keterangan) disusun
dalam satuan menurut fungsinya,
6) Mengandung satuan makna, ide, atau pesan yang jelas,
7) Dalam paragraph yang terdiri dua kalimat atau lebih, kalimat-kalimat
disusun dalam satuan makna pikiran yang saling berhubugan,

18
hubungan dijali dengan konjungsi, pronominal atau kata ganti,
repetisi, atau struktur sejajar.
b. Unsur-unsur kalimat
1) Subjek

Subjek atau pokok kalimat merupakan unsur utama kalimat,


subjek menentukan kejelasan makna kalimat. Penempatan subjek
yang tidak tepat dapat mengaburkan makna kalimat. Keberadaan
subjek dalam kalimat berfungsi: (1) membentuk kalimat dasar,
kalimat luas, kalimat tunggal, kalimat majemuk (2) memperjelas
makna, (3) menjadi pokok pikiran, (4) menegaskan (memfokuskan)
makna, (5) memperjelas pikiran ungkapan, dan (6) membentuk
kesatuan pikiran.

Ciri-ciri subjek:
a) Jawaban apa atau siapa,
b) Didahului kata bahwa,
c) Berupa kata atau farsa benda(nomina),
d) Disertai kata ini atau itu,
e) Disertai pewatas yang,
f) Kata sifat didahului kata si atau sang, si cantik, si kecil, sang
perkasa
g) Tidak didahului preposisi: di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk,
dari, menurut, berdasarkan, dan lain-lain,
h) Tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat dengan
kata bukan.
2) Predikat

Seperti halnya dengan subjek, predikat kalimat kebanyakan


muncul secara eksplisit, keberadaan predikat dalam kalimat
berfungsi: (1) membentuk kalimat dasar, kalimat tunggal, kalimat
luas, kalimat majemuk (2) menjadi unsur penjelas, yaitu

19
memperjelas pikiran atau gagasan yang diungkapkan dan
menentukan kejelasan makna kalimat, (3) menegaskan makna, (4)
membentuk kesatuan pikiran, dan (5) sebagai sebutan.

Ciri-ciri predikat
a) Jawaban mengapa, bagaimana,
b) Dapat diingkarkan dengan tidak atau bukan,
c) Dapat didahului keterangan aspek: akan, sudah, sedang, selalu,
hampir,
d) Dapat didahului keterangan modalitas: sebaiknya, seharusnya,
sejagonya, mesti, selayakmya, dan lain-lain,
e) Tidak didahului kata yang, jika didahului yang predikat berubah
fungsi menjadi perluasan subjek,
f) Didahului kata adalah, ialah, yaitu, yakni
g) Predikat dapat berupa kata benda, kata kerja, kata sifat, atau
bilangan.
3) Objek

Subjek dan predikat cenderung muncul secara eksplisit dalam


kalimat, namun objek tidaklah demikian halnya. Kehadiran objek
dalam kalimat bergantung pada jenis predikat kalimat serta cirri khas
objek itu sendiri. Predikat kalimat yang berstatus transitif
mempunyai objek. Biasanya, predikat ini berupa kata kerja
berkonfiks. Dalam kalimat, objek berfungsi: (1) membentuk kalimat
dasar pada kalimat berpredikat transitif, (2) memperjelas makna
kalimat, dan (3) membentuk kesatuan atau kelengkapan pikiran.

Ciri-ciri objek:
a) Berupa kata benda,
b) Tidak didahului kata depan,
c) Mengikuti secara langsung di belakang predikat transitif,

20
d) Jawaban apa atau siapa yang terletak di belakang predikat
transitif, dan
e) Dapat menduduki fungsi subjek apabila kalimat itu dipasifkan.

4) Pelengkap

Pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi


informasi,mengkhususkan objek, dan melengkapi struktur kalimat.

Ciri-ciri pelengkap

a) Bukan unsure utama, tetapi tanpa pelengkap kalimat itu tidak


jelas dan tidak lengkap informasinya.
b) Terletak dibelakang predikat yang bukan kata kerja transitif,
misalnya:
(1) Melengkapi struktur;
Negara Republik Indonesia / berdasarkan / pancasila.
S P Pel
Ia / menjadi / rektor
S P Pel
(2) Mengkhususkan makna objek, misalnya:
Ibu / membawakan / saya / oleh-oleh
S P O Pel
5) Keterangan
Keterangan kalimat berfungsi menjelaskan atau melengkapi
informasi pesan-pesan kalimat. Tanpa keterangan, informasi menjadi
tidak jelas. Hal ini dapat dirasakan kehadiranya terutama dalam surat
undangan, laporan penelitian, dan informasi yang terkait dengan
tempat, waktu, dan sebab.
Ciri-ciri keterangan:

21
a) Bukan unsur utama kalimat, tetapi kalimat tanpa
keterangan, pesan menjadi jelas, dan tidak lengkap,
misalnya surat undangan, tanpa keterangan tidak
komunikatif,
b) Tempat tidak terikat posisi, pada awal, tengah, atau akhir
kalimat.
c) Dapat berupa keterangan waktu, tujuan, tempat, sebab,
akibat, syarat, cara, posesif (posesif ditandai kata
meskipun, walaupun, atau biarpun, misalnya: Saya
berupaya meningkatkan kualitas kerja meskipun sulit
diwujudkan), dan pengganti nomina (menggunakan kata
bahwa, misalnya: Mahasiswa berpendapat bahwa
sekarang sulit mencari pekerjaan).
Contoh penempatan keterangan:
Pada awal kalimat: “Kemarin rektor berangkat ke Tokyo”.
Pada tengah kalimat: “Rektor kemarin berangkat ke
Tokyo”.
Pada akhir kalimat: Rektor berangkat ke Tokyo kemarin”.
d) Dapat berupa keterangan tambahan dapat berupa aposisi;
misalnya: keterangan tambahan subjek, tidak dapat
mengganti subjek, sedangkan aposisi dapat menggantikan
subjek.
Contoh :
Megawati, yang menjabat Presiden RI 2001-2004, adalah
putri Bung Karno. (keterangan tambahan)
Megawati, Presiden RI 2001-2004, adalah putri Bung
Karno. (aposisi)
6) Konjungsi
Konjungsi adalah bagian kalimat yang berfungsi
menghubungkan (merangkai) unsur-unsur kalimat dalam
sebuah kalimat (yaitu subjek, predikat, objek, pelengkap, dan

22
keterangan), sebuah kalimat dengan kalimat lain, dan (atau)
sebuah paragraf dengan paragraf yang lain.
Konjungsi dibagi menjadi dua, yakni perangkai
intrakalimat dan perangkai antarkalimat. Perangkai
intrakalimat berfungsi menghubungkan unsur atau bagian
kalimat dengan unsur atau bagian kalimat yang lain di dalam
sebuah kalimat. Adapun perangkai antarkalimat berfungsi
menghubungkan kalimat atau paragraf yang satu dengan
kalimat atau paragraf yang lain, bagian perangkai antarkalimat
ini sering juga disebut dengan istilah transisi. Kata-kata transisi
ini sangat membantu dalam menghubungkan gagasan sebelum
dan sesudahnya baik antarkalimat maupun antar paragraf.
Contoh bentuk perangkai yang sering ditemukan dalam
karangan antara lain: adalah, andaikata, apabila, atau bahwa,
bilamana, daripada, di samping itu, sehingga, ialah, jika, kalau,
kemudian, melainkan, meskipun, misalnya, padahal,
seandainya, sedangkan, seolah-olah, supaya, umpamanya,
bahkan, tetapi, karena itu, oleh sebab itu, jadi, maka, lagipula,
sebaliknya, sementara itu, selanjutnya, dan tambah pula.
Contoh penggunaan konjungsi:
a) Presiden beserta rombongan segera meninjau lokasi
bencana alam.
b) Di samping harus hati-hati menhadapi orang itu, kamu juga
harus waspada terhadap kemungkinan serangan anak
buahnya.
c) Semua soal ujian dapat kukerjakan dengan baik. Dengan
demikian, harapan lulus semakin besar bagiku.
d) Saya memanggil dokter, sedangkan ibu menjaga adik di
rumah.
e) Andaikata pemerintah belum membnagun tanggul sungai
ini, tentu kita sudah kebanjiran.

23
7) Modalitas
Modalitas dalam sebuah kalimat sering disebut keterangan
perdikat. Modalitas dapat mengubah keseluruhan makna
sebuah kalimat. Dengan modalitas tertentu makna kalimat
dapat berubah menjadi pernyataan tegas, ragu, lembut, dan
pasti. Contoh penggunaan modalitas:
a) Adik saya kemungkinan besar seorang politikus.
b) Pekerjaan itu memang tidak kusukai.
c) Dia sebetulnya seorang artis.
d) Rupanya mereka tidak setuju dengan peraturannya.
e) Jangan-jangan mereka dianggap penjaja karena
tingkah laku mereka yang sering kali aneh bagi
masyarakat sekitar.
Fungsi modalitas dalam kalimat:
a) Mengubah nada; dari nada tegas menjadi ragu-ragu atau
sebaliknya, dari nada keras menjadi lembut atau
sebaliknya. Ungkapan yang dapat digunakan antara lain:
barangkali, tentu, mungkin sering, sering, sungguh.
b) Menyatakan sikap. Jika ingin mengungkapkan kalimat
dengan nada kepastian dapat digunakan ungkapan: pasti,
pernah, tentu, sering, jarang, kerapkali.
5. Wacana
Wacana adalah rentetan kalimat yang saling berkaitan dan
menghubungkan proposisi yang satu dengan yang lainnya di dalam
kesatuan makna antarbagian di dalam suatu bangun bahasa. Wacana
merupakan suatu bahasa terlengkap dan utuh karena setiap bagian di
dalam wacana itu berhubungan secara padu. Wacana di dalam kebahasaan
menempati hirarki teratas karena merupakan satuan gramatikal tertinggi
dan terbesar. Wacana dapat berupa kata, kalimat, paragraf, atau karangan
utuh yang lebih besar, seperti buku atau artikel yang berisi amanat
lengkap. Kata yang digunakan dalam wacana haruslah berpotensi sebagai

24
kalimat, bukan kata yang lepas konteks. Wacana bergantung pada
keutuhan unsur makna dan konteks yang melingkupinya.

a. Macam-macam wacana
1) Wacana Argumentasi
Karangan argumentasi merupakan salah satu bentuk wacana
yang berusaha mempengaruhi pembaca atau pendengar agar
menerima pernyataan yang dipertahankan, baik yang didasarkan
pada pertimbangan logis dan emosional .
Argumentasi adalah semacam bentuk wacana yang berusaha
membuktikan suatu kebenaran .Sebuah argumentasi berusaha
mempengaruhi serta mengubah sikap dan pendapat orang lain
untuk menerima suatu kebenaran dengan mengajukan bukti – bukti
mengenai objek yang diargumentasikan itu.
2) Wacana Eksposisi
Karangan atau wacana eksposisi bertujuan untuk
menerangkan sesuatu hal kepada penerima ( pembaca ) agar yang
bersangkutan memahaminya.Eksposisi adalah suatu bentuk wacana
yang berusaha menguraikan suatu objek sehingga memperluas
pandangan atau pengetahuan pembaca.wacana ini digunakan untuk
menjelaskan wujud dan hakikat suatu objek.misalnya menjelaskan
pengertian kebudayaan, komunikasi, perkembangan teknologi
,pertumbuhan ekonomi kepada pembaca.
3) Wacana persuasi
Wacana persuasi adalah wacana yang bertujuan
mempengaruhi mitra tutur untuk melakukan perbuatan sesuai yang
diharapkan penuturnya.untuk mempengaruhi pembacanya

25
,biasanya digunakan segala daya dan upaya yang membuat mitra
tutur terpengaruh. Untuk mencapai tujuan tersebut ,wacana
persuasi kadang menggunakan alasan yang tidak rasiona.persuasi
sesungguhnya merupakan pernyimpangan dari argumentasi,dan
khusus berusaha mempengaruhi orang lain atau para pembaca.
persuasi lebih mengutamakan untuk menggunakan atau
memanfaatkan aspek – aspek psikologis untuk mempengaruhi
orang lain.Jenis wacana persuasi yang paling sering ditemui adalah
kampanye dan iklan.
4) Wacana Deskripsi
Wacana deskripsi adalah bentuk wacana yang berusaha
menyajikan suatu objek atau suatu hal sedemikian rupa sehingga
objek itu sepertinya dapat dilihat, dibayangkan oleh pembaca ,
seakan – akan pembaca dapat melihat sendiri. Deskripsi memiliki
fungsi membuat para pembacanya seolah melihat barang – barang
atau objeknya. Objek yang dideskripsikan mungkin sesuatu yang
bias ditangkap dengan panca indra kita, contohnya, sebuah
hamparan sawah yang hijau dan pemandangan yang indah, jalan–
jalan kota, tikus – tikus selokan, wajah seorang yang cantik molek
atau seorang yang bersedih hati, alunan musik dan sebagainya.
5) Wacana Narasi
Wacana narasi merupakan satu jenis wacana yang berisi
cerita.pada wacana narasi terdapat unsure-unsur cerita yang
penting, seperti waktu, pelaku, peristiwa. Adanya aspek emosi
yang yang dirasakan oleh pembaca dan penerima. Melalui narasi,
pembaca atau penerima pesan dapat membentuk citra atau
imajinasi.
b. Unsur-unsur pembentuk wacana.
1) Unsur Internal
Unsur internal wacana terdiri atas topik dan kalimat. Satuan
bahasa yang digunakan untuk menyatakan topik adalah kalimat.

26
a) Topik, Tema, Judul
Topik, tema, dan judul erat kaitannya. Topik merupakan
pokok persoalan yang disampaikan. Topik adalah pokok
gagasan yang dikembangkan menjadi sebuah wacana. Dalam
sebuah wacana hanya ada sebuah topik. Ganti topik berarti
ganti wacana. Untuk membentuk sebuah wacana, topik
dikembangkan dengan sebuah kalimat atau lebih.
Tema merupakan amanat utama yang ingin disampaikan
oleh pembicara dalam wacana sebagai rumusan dari topik dan
menjadi dasar untuk mencapai tujuan. Tema lebih sempit dan
abstrak daripada topik. Tema merupkan topik yang dibatasi.
Misalnya, topiknya ialah “Bahaya Narkoba”, sedangkan
temanya ialah “Cara Menanggulangi Bahaya Narkoba”. Judul
atau titel merupakan etiket, label, merek, atau nama yang
dikenakan pada sebuah wacana. Judul berguna untuk menarik
kepenasaran pesapa terhadap persoalan yang dibicarakan. Judul
merupakan slogan yang menuangkan topik dalam bentuk yang
lebih menarik. Karena itu, judul harus sesuai dan dapat
mewakili keseluruhan isi wacana, jelas, dan singkat. Judul
dapat dibuat sebelum maupun sesudah wacana selesai. Judul
dapat juga bersifat simbolis. Judul besar sekali manfaatnya.
Wacana yang sama segala-galanya, jika diberi judul berbeda,
akan dibayangkan atau ditafsirkan berbeda pula.
b) Kalimat
Kalimat termasuk unit dalam wacana. Untuk memproduksi
sebuah wacana, sekurang-kurangnya digunakan satu kalimat.
Hal ini dapat dipahami karena wacana secara konkret merujuk
pada realitas penggunaan bahasa yang disebut teks. Teks
sebagai perwujudan konkret wacana terbentuk dari untaian
kalimat-kalimat. Sebuah kalimat diakhiri dengan intonasi final.
Kalimat sering diandaikan seperti sebuah bangunan yang terdiri

27
atas beberapa ruang. Padahal, bisa saja sebuah kalimat hanya
terdiri atas satu kata. Namun, kalimat satu kata itu harus
merupakan pengungkapan atau tuturan pendek yang memiliki
esensi sebagai kalimat (satu ruang itu harus dianggap sebuah
rumah). Kalimat pendek seperti itu sering terdapat pada dialog
atau percakapan karena pada tempat dan situasi tertentu orang
cenderung bertanya jawab dengan kalimat pendek, bahkan
mungkin tidak berbentuk kalimat.
2) Unsur eksternal
a) Konteks
Konteks berarti yang berkenaan dengan teks, yakni benda-
benda atau hal-hal yang ikut bersama teks dan menjadi
kesatuan. Konteks adalah lingkungan atau keadaan tempat
bahasa digunakan. Dapat pula dikatakan bahwa konteks adalah
lingkungan teks.Konteks wacana adalah aspek-aspek internal
wacana dan segala sesuatu yang secara eksternal melingkupi
sebuah wacana.
b) Implikatur
Konsep implikatur pertama kali dikenalkan oleh untuk
memecahkan persoalan makna bahasa yang tidak dapat
diselesaikan oleh teori semantik biasa. Implikatur dipakai untuk
memperhitungkan apa yang dimaksud oleh penutur berbeda
dari apa yang dinyatakan secara harfiah.
c) Presuposisi
Presuposisi adalah sesuatu yang diasumsikan oleh penutur
sebagai kejadian sebelum menghasilkan suatu tuturan. Yang
memiliki presuposisi adalah penutur bukan kalimat.
Dari definisi praanggapan di atas dapat disimpulkan bahwa
praanggapan adalah kesimpulan atau asumsi awal penutur
sebelum melakukan tuturan bahwa apa yang akan disampaikan
juga dipahami oleh mitra tutur.

28
d) Inferensi
Inferensi yaitu proses yang dilakukan oleh pesapa untuk
memahami makna wacana yang tidak diekspresikan langsung
dalam wacana. Inferensi merupakan proses yang harus
dilakukan oleh pendengar atau pembicara untuk memahami
maksud pembicara atau penulis. Proses pemahaman seperti itu
tidak dapat dilakukan melalui pemhaman makna secara harfiah
saja, melainkan harus didasari pula oleh pemahaman makna
berdasarkan konteks sosial dan budaya.
Inferensi kewacaan diperlukan dalam memaknai wacana
yang implisit atau tidak langsung mengacu ke tujuan.
Misalnya: kasus orang yang mau meminjam uang kepada
tetangganya, tetapi dia tidak malu untuk berkata langsung
kepada orangnya. Meskipun ujaran itu tidak langsung menuju
sasaran, tetapi pesapa akan mengerti isi wacana berikut.

29
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari materi yang telah kami paparkan, maka dapat kami simpulkan
bahwa pengertian sintaksis merupakan bagian atau cabang dari ilmu
bahasa yang membicarakan tentang kata, frasa, klausa, kalimat dan
wacana. Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang besifat
nonprediktif. Frasa sendiri mempunyai segi kategori terdiri atas sembilan
macam frasa, yaitu verbal, nominal, adjektif, adverbal, pronominal,
numeralia, interogativa koordinatif, demonstrativa kordinatif,
proposisional koodinatif.
Klausa adalah kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas
subjek dan predikat dan berpotensi kalimat. Kalimat adalah satuan bahasa
terkecil yang merupakan kesatuan pikiran. Dalam bahasa lisan kalimat
diawali dan diakhiri dengan kesenyapan, dan dalam bahasa tulis diawali
dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda
tanya. Dalam kalimat terdapat beberapa unsur-unsurnya, yaitu subjek,
predikat, objek, keterangan, konjungsi dan modalitas.
B. Saran
Sebagai generasi muda kita wajib mempelajari bahasa Indonesia secara
mendalam dan menanamkan rasa kecintaan untuk mempelajari bahasa
Indonesia. Melalui kecintaan kita terhadap bahasa Indonesia dapat
memeperat rasa persatuan dalam bangsa Indonesia ini.

30
DAFTAR PUSTAKA

Widjono. 2005. Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia


Awalludin. 2017. Pengembangan Buku Teks Sintaksis Bahasa Indonesia.
Yogyakarta: CV Budi Utama
Junaiyah, Awalludin. 2017. Pengembangan Buku Teks Sintaksis Bahasa
Indonesia. Yogyakarta: CV Budi Utama
Tarigan, Awalludin. 2017. Pengembangan Buku Teks Sintaksis Bahasa Indonesia.
Yogyakarta: CV Budi Utama
Alihsyahbana, Awalludin. 2017. Pengembangan Buku Teks Sintaksis Bahasa
Indonesia. Yogyakarta: CV Budi Utama

31

Anda mungkin juga menyukai