Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH SEMANTIK

“LEKSIKOGRAMATIKAL”

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Drs. I Wayan Rasna, M. Pd.

Disusun Oleh:
Ni Kadek Nik Suryantini (2112011017)
Ni Kadek Suci Lestari (2112011047)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA


SINGARAJA
TAHUN AJARAN 2022/2023

i
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan maklah yang berjudul
“Leksikogramatikal” ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Makah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sematik. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan menambah wawasan mengenai leksikogramatikal bagi para pembaca
maupun kami selaku penulis.
Tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih kepada Prof. Dr. Drs. I Wayan Rasna,
M, Pd. Yang telah bersedia memberikan tugas yang akan membantu menanmbah wawasan
kami sebagai mahasiswa. Terima kasih juga kami sampaikan kepada rekan – rekan lainnya
yang telah membantu dalam materi maupun dalam penyusunan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami selaku penulis menyadari masih banyak kesalahan yang
terdapat dalam penulisan maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan makalah di
masa mendatang.

Singaraja, 13 September 2022

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan ..........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................................2
2.1 Pengertian Leksikogramatikal .....................................................................................2
2.2 Perbedaan leksis dan leksikon .....................................................................................2
2.3 Transitivitas ...................................................................................................................4
2.4 Struktur mood ...............................................................................................................4
BAB III PENUTUP ...................................................................................................................6
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................7

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kata semantik dalam bahasa Indonesia (Inggris: semantics) diturunkan dari kata
bahasa Yunani Kuno sema (bentuk nominal) yang berarti "tanda" atau "lambang". Bentuk
verbalnya adalah semaino yang berarti menandai" atau "melambangkan". Yang dimaksud
dengan tanda atau lambang di sini sebagai padanan kata "sema" itu adalah tanda linguistik
(Prancis: signe linguistique) seperti yang dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure.
Sudah disebutkan bahwa tanda linguistik itu terdiri dari komponen penanda (Prancis:
signifie) yang berwujud bunyi, dan komponen petanda (Prancis: signifie) yang berwujud
konsep atau makna.
Setelah disepakati oleh banyak pakar bahwa, semantik ialah bidang linguistik
yang
mempelajari mengenai makna. Dalam studi mengenai makna ternyata ada pula bidang
studinya yang dinamakan semiotika (semiologi dan semasiologi).Bedanya ialah semantik
objek studinya adalah makna yang ada dalam bahasa itu, sedangkan semiotika objek
studinya adalah makna yang ada dalam semua lambang dan tanda.
Perbedaan lambang dan tanda. Lambang ialah sejenis tanda dapat berupa bunyi
bahasa, gambar, warna, gerak tubuh yang secara umum fungsinya untuk
melambangkan/menandai sesuatu. Sedangkan tanda ialah sesuatu yang menandai sesuatu
lainnya biasanya terjadi secara alamiah di lingkungan.
Pateda (2010:2) mengatakan, “Dalam ilmu semantik dapat diketahui tentang
pemahaman makna, wujud makna, jenis-jenis makna, aspek-aspek makna hal yang
berhubungan dengan makna, komponen makna, perubahan makna, penyebab kata hanya
mempunyai satu makna atau lebih, dan cara memahami makna dalam sebuah kata,
semuanya dapat ditelusuri melalui disiplin ilmu yang disebut semantik”.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari leksikogramatikal?
2. Apa perbedaan leksis dan leksikon?
3. Apa itu transitivitas?
4. Apa itu struktur mood?

1.3 Tujuan
1. Mendefinisikan apa itu leksikogramatikal.
2. Memaparkan perbedaan leksis dan leksikon.
3. Memberitahu apa itu transitivitas.
4. Memberitahukan apa itu struktur mood.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Leksikogramatikal


Leksikogramatikal merupakan perpaduan dari leksis dan gramatika di mana
perpaduan tersebut mampu menjadi perwakilan dalam merealisasikan semantik sebagai
sumber ekspresi makna yang dapat dilihat dari struktur kata. Leksikogramatika adalah
cabang ilmu yang berfokus pada pengungkapan makna melalui penggunaan kata,
konstruksi gramatika, dan pengaturan sintaksis. Leksikogramatika mengeksplorasi
bagaimana cara membuat makna dengan berkomunikasi. Leksikogramatika marupakan
kajian tentang penggunaan tanda baca pada teks untuk menyampaikan informasi tekstual.
Sebab, seseorang dapat menyampaikan informasi dengan lebih baik apabila penulis
menggunakan tanda baca.
Leksikogramatika adalah ilmu yang mempelajari kelompok kata-kata (leksis)
dalam bahasa, baik segi kosa kata, morfologi maupun sintaksis. Leksikogramatika
menyelidiki pembentukan kata-kata, hubungannya antara satu dan lainnya, dan
bagaimana mereka dipakai dalam bahasa. Sehingga, leksikogramatika mempelajari
tentang struktur bahasa atau gramatika pada tataran satuan terkecilnya, yaitu pada frasa.
Leksikogramatika juga bisa diartikan sebagai keilmuan yang mempelajari struktur dari
padanan bunyi-bunyi dengan makna yang dapat dipisahkan oleh satu atau lebih kata.

2.2 Perbedaan Leksis dan Leksikon


Leksikon berasal dari bahasa Yunani yakni, lexikόn atau lexikόs yang berarti kata,
ucapan, atau cara bicara. Istilah leksikon lazim digunakan untuk mewadahi konsep kumpulan
leksem dari suatu bahasa, baik kumpulan secara keseluruhan, maupun secara sebagian
(Chaer, 2007: 2-6). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa leksikon adalah kekayaan
kata yang dimiliki suatu bahasa; komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang
makna dan pemakaian kata dalam bahasa. Kalau leksikon disamakan dengan kosakata atau
perbendaharaan kata, maka leksem dapat disamakan dengan kata. Menurut Tarigan, Dj.
(1994) jenis kosakata dapat dikategorikan sebagai berikut ini.

1. Kosakata dasar
Kosakata dasar (basic vocabularry) adalah kata-kata yang tidak mudah berubah atau
sedikit sekali kemungkinannya dipungut dari bahasa lain. Di bawah ini yang termasuk ke
dalam kosakata dasar yaitu:
a) Istilah kekerabatan, misalnya: ayah, anak, nenek, kakek, paman, bibi, mertua, dan
sebagainya.
b) Nama-nama bagian tubuh, misalnya: kepala, rambut, lidah dan sebagainya.
c) Kata ganti (diri, petunjuk), misalnya: saya, kamu, dia, kami, kita, mereka, ini, itu, sana,
sini dan sebagainya
d) Kata bilangan, misalnya: satu, dua, sepuluh, seratus, sejuta, dan sebagainya.
e) Kata kerja, misalnya: makan, minum, tidur, pergi, dan sebagainya.

2
2. Kosakata aktif dan kosakata pasif
Kosakata aktif ialah kosakata yang sering dipakai dalam berbicara atau menulis,
sedangkan kosakata pasif ialah kosakata yang jarang bahkan tidak pernah dipakai, tetapi
biasanya digunakan dalam istilah puitisasi.
3. Bentuk kosakata baru
Kosakata baru ini muncul disebabkan adanya sumber dalam dan sumber luar bahasa.
Sumber dalam diartikan sebagai kosakata swadaya bahasa Indonesia sendiri, sedangkan
sumber luar merupakan sumber yang berasal dari kata-kata bahasa lain. Kosakata sumber
luar ini meliputi pungutan dari bahasa daerah ataupun juga bahasa asing.
4. Kosakata umum dan khusus
Kosakata umum adalah kosakata yang sudah meluas ruang lingkup pemakaiannya dan
dapat menaungi berbagai hal, sedangkan kosakata khusus adalah kata tertentu, sempit,
dan terbatas dalam pemakaiannya. Makna denotasi ini biasa disebut juga dengan makna
sebenarnya; makna yang mengacu pada suatu referen tanpa ada makna embel-embel lain;
bukan juga makna kiasan atau perumpamaan. Makna denotasi ini tidak menimbulkan
interpretasi dari pendengar atau pembaca. Makna konotasi adalah makna yang timbul dari
pendengar atau pembaca dalam menstimuli atau meresponsnya. Dalam merespons ini
terkandung emosional dan evaluatif yang mengakibatkan munculnya nilai rasa terhadap
penggunaan atau pemakaian bahasa atau kata-kata tersebut.
5. Kata tugas
Dalam Alwi (1999:287) mengatakan bahwa kata tugas dapat bermakna apabila
dirangkaikan dengan kata lain. Kata tugas ini hanya memiliki arti gramatikal seperti ke,
karena, dan, dari, dan sebagainya.
6. Kata benda (nomina)
Kata benda atau nomina dapat diklasifikasikan ke dalam tiga segi, yaitu dari segi
semantis, sintaksis, dan segi bentuk. Secara semantis kata benda adalah kata yang
mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian. Secara sintaksis
biasanya diikuti oleh kata sifat dan dapat diikuti kata ‘bukan’. Sedangkan dari segi bentuk
morfologinya, kata benda terdiri atas nomina bentuk dasar dan nomina turunan.
Perbedaan Leksis dan Leksikon
Leksis merupakan himpunan kata tertentu yang diklasifikasikan menurut beberapa kriteria
linguistik tertentu. Kata sifat leksis disebut leksikal. Leksis juga dapat dibuktikan dengan
beberapa kosakata tata bahasa seperti “Gedung Putih”, “serangan jantung”, dan lainnya.
Sehubungan dengan hal tersebut, leksis dan tata bahasa merupakan aspek-aspek yang saling
berhubungan. Makna leksikal tidak memperhatikan konteks sebab makna ini mengacu pada
arti sebenarnya dalam kebahasaan.
Leksikon adalah keseluruhan leksem yang terdapat pada suatu bahasa Kajian terhadap
leksikon mencakup apa yang dimaksud dengan kata abstrak leksem, strukturisasi kosakata,
penggunaan dan penyimpanan kata, pembelajaran kata, sejarah dan evolusi kata (etimologi),

3
hubungan antar kata, serta proses pembentukan kata pada suatu bahasa. Dalam penggunaan
sehari-hari, leksikon dianggap sebagai sinonim kamus atau kosakata.

2.3 Transitivitas
Eggins (dalam Nurrahmah. Dkk., 2020) menyatakan bahwa transitivitas adalah tata
bahasa yang mengungkapkan makna eksperensial. Dengan kata lain transitivitas adalah
sebuah sistem yang mengungkapkan pengalaman penulis dalam bentuk klausa. Jadi, klausa
digunakan sebagai penyajian atau perwakilan dari pengalaman yang diungkapkan.
Halliday dan Matthiessen (dalam Nurrahman. Dkk., 2020) mengemukakan bahwa
transitivitas sebagai sistem yang terdapat di dalam leksikogramatikal yang mengungkapkan
dunia pengalaman ke dalam sejumlah tipe proses yang disusun. Tipe proses yang dimaksud
adalah semua kegiatan atau tindakan seperti berpikir, bertutur kata harus selalu berproses.
Kridalaksana (dalam Kusumawardani dan Laksana, 2020) Istilah ketransivitasan dalam
pandangan Linguistik Sistemik Fungsional (LFS) dikenal dengan transitivitas (transitivity)
yaitu hal-hal yang menyangkut unsur gramatika yang digunakan secara sistematis untuk
mengungkapkan hubungan-hubungan antara partisipan-partisipan yang terlibat dalam suatu
perbuatan, keadaan atau peristiwa. Dalam LFS transitivitas tidak hanya berkaitan dengan
sintaksis, tetapi juga berkaitan dengan bidang semantik. Transitivitas merupakan sistem
kategorisasi semantik yang valensinya berpusat pada unsur proses.
Pendekatan LFS memandang bahwa transitivitas adalah representasi pengalaman
manusia dalam bahasa yang direalisasikan dengan bentuk pengalaman linguistik. Satu unit
pengalaman linguistik yang sempurna direalisasikan dalam bentuk tata bahasa yang berupa
klausa. Suatu klausa umumnya terdiri atas unsur proses, partisipan, dan sirkumstan. Secara
dikotomis, unsur proses dapat dibedakan atas proses utama dan proses pelengkap. Proses
utama terdiri atas proses material, mental, dan relasional. Proses pelengkap terdiri atas proses
verbal, tingkah laku, dan wujud.

2.4 Struktur Mood


Struktur gramatika proposisi terdiri atas dua komponen pokok klausa, yaitu MOOD dan
RESIDUE. MOOD dapat berupa (1) SUBJEK yang selalu diwujudkan dalam bentuk group
nominal, (2) FINITE yang senantiasa diungkapkan dalam bentuk group verbal dan diartikan
sebagai bagian klausa yang menyebabkan proposisi bersifat definit, dan (3) ungkapan polarity
– yang lazim terungkap dalam bentuk kata ‘yes’ atau ‘no’ (Halliday 1985; 2004).
Mood adalah kesatuan struktur subjek dan finit; dan residu adalah komponen sisa yang
meliputi predikator dan komponen lain yang biasanya terletak di belakang predikator, seperti
komplemen atau keterangan. Struktur mood adalah “Subjek^Finit”, sedangkan struktur residu
pada umumnya adalah
“Predikator^Pelengkap^Keterangan.

Struktur Mood dan Residu pada Klausa:Subjek^Finit^Predikator

Putri akan belajar matematika


Subjek finit predikator Komplemen

4
mood residu

Struktur Mood dan Residu pada Klausa: Subjek^Finit/Predikator

Putri belajar Matematika


Subjek Finit/predikator Komplemen
mood residu

5
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Leksikogramatika adalah ilmu yang mempelajari kelompok kata-kata (leksis)
dalam bahasa, baik segi kosa kata, morfologi maupun sintaksis.
Istilah leksikon lazim digunakan untuk mewadahi konsep kumpulan leksem dari suatu
bahasa, baik kumpulan secara keseluruhan, maupun secara sebagian (Chaer, 2007: 2-
6). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa leksikon adalah kekayaan kata yang
dimiliki suatu bahasa; komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang
makna dan pemakaian kata dalam bahasa. Jika leksikon disamakan dengan kosakata
atau perbendaharaan kata, maka leksem dapat disamakan dengan kata.
Transitivitas adalah sebuah sistem yang mengungkapkan pengalaman penulis
dalam bentuk klausa. Jadi, klausa digunakan sebagai penyajian atau perwakilan dari
pengalaman yang diungkapkan.
Struktur mood yang terdiri dari dua komponen pokok klausa, yaitu mood dan
residu.

6
DAFTAR PUSTAKA

Nurfaedah. 2017. “Analisis Hubungan Sistem Transitivitas dan Konteks Situasi dalam Pidato
Politik Hatta Rajasa: Tinjauan Sistemik Fungsional”. Jurnal Retorika, 10(1), (halaman 33-
34).

Nurrahman., dkk. 2020. “Transitivitas Pada Teks Cerpen Harian Kompas (Kajian Linguistik
Fungsional Sistemik)”. Jurnal Dedikasi Pendidikan. Vol.4(1). (halaman 150-154).
http://jurnal.abulyatama.ac.id/index.php/dedikasi.

Andriany, Liesna. 2015. Konsep Dasar Leksikogramatika Interpersonal (Kajian Linguistik


Fungsional Sistemik dalam Pembelajaran). Pekanbaru: PT. Anugerah Semesta Persada.

Kusumawardani, Sri dan I Ketut Darma Laksana. 2020. “Sistem Transitivitas dalam Teks
Pidato Pelantikan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo” (halaman 70-72). Jurnal
Linguistika, Vol.27(1). https://doi.org/10.24843/ling.2020.v27.i01.p08.

Chaer, Abdul, and Liliana Muliastuti. Makna Dan Semantik.


http://repository.ut.ac.id/4770/1/PBIN4215-M1.pdf.

Claria, D. A. (2021). Leksikogramatika pada Iklan Parfum Power Musk . Jurnal Bahasa dan Sastra,
160-168.

Idham, M. (2020). Karakteristik Leksikon Bahasa Gaul di Caption Akun Instagram @Awreceh.id dan
@Kegoblogann.unvaedah. Skripsi , 10-12.

Anda mungkin juga menyukai