MAKALAH
Dosen Pengampu:
Ahmad Syukron, S.Pd., M.Pd
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan batas waktu
yang telah ditentukan. Makalah yang penulis susun ini berjudul “Kesalahan
Berbahasa dalam Tataran Sintaksis”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
Analisis Kesalahan Berbahasa yang diampu oleh Bapak Ahmad Syukron, S.Pd.,
M.Pd.
Makalah ini membahas mengenai kesalahan berbahasa dalam tataran
sintaksis yang meliputi kesalahan berbahasa pada frasa, klausa dan kalimat. Dari
materi ini, diharapkan pembaca bisa mengetahui macam-macam kesalahan pada
tataran sintaksis beserta contoh dan pembenarannya. Materi ini disajikan sesuai
pengetahuan dan referensi pendukung yang telah dibaca penulis.
Penulis menyadari, bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan,
oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Mudah-mudahan makalah ini dapat dipahami oleh semua orang. Apabila ada
kekurangan dan kesalahan dalam penulisan dan teori, penulis mohon maaf.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
1.3 Tujuan........................................................................................... 2
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu jenis kesalahan berbahasa adalah kesalahan berbahasa dari segi
sintaksis. Menurut Ramlan sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang
membicarakan seluk-beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa, berbeda dengan
morfologi yang membahas tentang seluk-beluk kata dan morfem. Jadi, analisis
kesalahan berbahasa pada tataran sintaksis merupakan sebuah analisis tentang
penyimpangan penggunaan bahasa yang terjadi dalam wacana, kalimat, klausa,
1
dan frasa. Kesalahan berbahasa dalam tataran wacana dibahas oleh kelompok
selanjutnya. Oleh karena itu, pembahasan makalah meliputi kesalahan berbahasa
pada frasa, klausa dankalimat.
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penulisan makalah adalah menjelaskan
kesalahan berbahasa pada tataran sintaksis yang meliputi kesalahan berbahasa
pada frasa, klausa dan kalimat serta menjelaskan cara meminimalisir kesalahan
berbahasa pada tataran sintaksis.
1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh yaitu mengetahui dan memahami kesalahan
berbahasa dalam tataran sintaksis. Selain itu, makalah ini dapat dijadikan referensi
pembuatan makalah, artikel dan penelitian pada bidang yang sama.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Bidang kajian sintaksis yaitu frasa, klausa, kalimat dan wacana. Berikut
penjelasan singkat mengenai bidang kajian sintaksis.
a. Frasa
Frasa atau yang biasa dikenal dengan sintagma merupakan salah satu satuan
gramatikal yang berupa gabungan dari kata- kata non predikatif (Kridalaksana,
1985 : 115). Non predikatif artinya tidak memiliki predikat. Pembentuk frasa
adalah morfem bebas, bukan morfem terikat.
3
b. Klausa
Klausa merupakan satuan gramatikal yang berupa gabungan dari kata yang
sekurang-kurangnya mempunyai fungsi subjek dan predikat yang memiliki
potensi menjadi kalimat (Kridalaksana, 1985 : 151). Klausa berpotensi menjadi
kalimat tunggal karena di dalam klausa ada fungsi sintaksis wajib. Klausa
merupakan kumpulan kata predikatif (Chaer, 2014: 231). Dalam konstruksi
klausa terdapat komponen frasa yang berfungsi sebagai predikat sedangkan
lainnya sebagai subjek, objek dan keterangan.
c. Kalimat
2. Kalimat ambigu.
4
6. Koherensi.
9. Logika kalimat.
5
1. Kesalahan struktur frasa
Kesalahan bahasa tingkat frasa juga bisa disebabkan oleh kesalahan struktur
frasa. Frasa yang harus ada di AB dibalik menjadi BA. Oleh karena itu, frasa
tersebut menjadi salah. Berikut ini wujud kesalahan berbahasa tataran frasa yang
disebabkan karena kesalahan struktur frasa.
Terdapat kesalahan bahasa pada kalimat (1) karena frase tersebut urutannya
terbalik. Jika kalimat tersebut disusun menjadi kalimat yang benar berikut ini.
6
Kalimat (3) di atas mengalami kesalahan berbahasa, karena pemakaian frasa
berkata depan diliburan yang tidak tepat. Jika disusun menjadi kalimat yang benar
menjadi berikut ini.
(3) Ketika liburan aku jalan-jalan ke Pulau Merah.
4. Salah pengulangan
Kesalahan bahasa di bidang frasa juga bisa disebabkan oleh salah
pengulangan. Hal ini terjadi karena kesalahan pengguna bahasa frasa yang
berulang. Berikut ini adalah bentuk kesalahan tingkat frasa karena salah
pengulangan.
(4) Ayah membaca buku tebal-tebal di teras rumah.
Kalimat (4) mengalami kesalahan karena pengulangan frasa buku tebal-
tebal yang salah. Kalimat tersebut jika disusun menjadi kalimat yang benar
adalah sebagai berikut.
(4) Ayah membaca buku-buku tebal di teras rumah.
1. Predikat kosong
(1) Pagi ini saya ikut mas Mitia untuk (P) pernikahan.
Kesalahan berbahasa dalam tataran klausa pada data diatas adalah tidak
terdapat predikat yang seharusnya menempati diantara klausa “untuk pernikahan”,
sehingga menyebabkan makna dari kalimat tersebut tidak dapat tersampaikan
7
dengan semestinya. Klausa “untuk pernikahan” seharusnya ditambahkan predikat
“menghadiri”. Kesalahan tersebut terjadi dikarenakan pengaruh dari ragam lisan
yang terbawa ke ragam tulis. Berikut kalimat yang benar.
(1) Pagi ini saya ikut Mas Mitia untuk menghadiri pernikahan.
2. Subjek kosong
(2) Ada banyak kata baru yang saya tidak mengerti, jadi (Sø) ingat lirik sulit.
(2) Ada banyak kata baru yang saya tidak mengerti, jadi saya ingat lirik sulit.
3. Verbal monotransitif
(3) Saya harus ingat seluruh lagu dan bernyanyi di depan kelas.
(3) Saya harus mengingat seluruh lagu dan bernyanyi di depan kelas.
8
2.5. Kesalahan Berbahasa pada Kalimat
Kalimat merupakan satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar,
dilengkapi konjungsi jika diperlukan dan diakhiri oleh intonasi final. Intonasi final
dapat berupa (.) , (!), (?). Konstituen dasar dapat berupa kata, frasa maupun
klausa. Jika kata diberi intonasi final maka kata tersebut menjadi kalimat.
Demikian pula pada frasa maupun klausa. Letak perbedaan kalimat dari kata, frasa
dan klausa adalah pada status kalimat. Kalimat yang konstituen dasar berupa
klausa maka kalimat tersebut menjadi kalimat mayor. Sedangkan konstituen dasar
berupa kata dan frasa menjadi kalimat terikat. Kesalahan berbahasa pada kalimat
dapat terjadi secara tertulis maupun lisan. Penulis dan pembicara harus memahami
bentuk kalimat efektif untuk menghindari kesalahan berbahasa dalam kalimat.
9
Kalimat di atas tidak jelas subjek dan predikatnya karena kata bagi di awal
kalimat. Kata bagi di awal kalimat dapat di hapus. Berikut contoh yang
benar.
(2) Semua mahasiswa Universitas Jember harap membayar UKT sebelum 20
Januari 2021.
b. Subjek ganda
Subjek ganda pada kalimat membuat kalimat tidak jelas bagian yang
mendapat tekanan.
(1) Novel itu saya sudah membacanya.
Kalimat di atas memiliki subjek ganda yaitu novel itu dan saya. Perbaikan
kalimat di atas adalah sebagai berikut.
(2) Saya sudah membaca novel itu.
10
(3) Kakaknya membeli sepeda motor Honda, akan tetapi dia membeli sepeda
motor Suzuki.
(4) Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda
motor Suzuki.
11
(1) Ia memakai baju biru.
(2) Adik menangkap merpati.
(3) Maju.
(4) Naik.
(5) Para dosen.
12
6. Kalimat tidak logis
Kelogisan dalam kalimat yaitu ide kalimat tersebut dapat diterima oleh akal
dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Kelogisan kalimat adalah
kemampuan kalimat untuk menyatakan sesuatu sesuai dengan logika (Arifin,
107). Sedangkan menurut Ramlan (69), sebuah kalimat memiliki kelogisan jika
masuk akal.
(1) Waktu dan tempat kami persilahkan.
(2) Untuk mempersingkat waktu, kita teruskan acara ini.
Kalimat (1) tidak logis karena waktu dan tempat tidak bisa dipersilahkan.
Seharusnya yang dipersilahkan adalah seseorang yang bersangkutan. Kalimat (2)
tidak logis karena waktu tidak bisa dipersingkat. Berikut perbaikan kedua kalimat
di atas.
13
Apabila seorang penulis sudah memiliki pengetahuan tentang ilmu Sintaksis,
maka kemungkinan terjadinya kesalahan penggunaan bahasa pada tataran
sintaksis dalam tulisannya sangat kecil.
2. Perhatikan pemilihan penggunaan kata yang tepat
Pemilihan kata yang tepat artinya memenuhi syarat kebakuan, kelazimam,
dan kecermatan. Kebakuan, artinya dalam pemilihan kata seorang penulis harus
menghindari penggunaan kata yang belum diakui kebakuannya, misalnya kata
kasih duganti dengan kata memberi, kata bikin diganti dengan kata memberi, kata
cuma diganti dengan kata hanya, dsb.
3. Menghindari penggunaan unsur yang berlebihan atau mubazir
Penggunaan unsur yang berlebihan dalam kalimat dikategorikan kesalahan
dalam tataran sintaksis karena dianggap mubazir atau tidak hemat. Oleh karena
itu, seorang penulis harus menghindari penggunaan dua kata yang sama atau
bersinonim dalam sebuah kalimat.
4. Memperbanyak membaca buku atau referensi lainnya
Berdasarkan keterkaitan antara keterampilan membaca dan menulis yaitu
dengan banyak membaca dapat meningkatkan keterampilan menulis, maka
seorang penulis harus banyak latihan membaca. Tujuannya agar kosakata yang
dimiliki beragam sehingga dalam proses menulis dapat mengurangi resiko
kesalahan penggunaan bahasa dalam tataran sintaksis. Dengan ragam kosakata
yang dimiliki, maka penulis dapat memilih penggunaan kata yang tepat,
menghindari penggunaan unsur yang sama dalam kalimat, serta dapat
mengurangi resiko kesalahan penggunaan bahasa lainnya.
5. Sering latihan menulis yang berpedoman pada kaidah penggunaan
bahasa Indonesia yang tepat
Tips yang tepat dalam mengurangi kesalahan penggunaan bahasa dalam
tataran sintaksis adalah dengan banyak latihan menulis. Kegiatan menulis yang
dilakukan juga harus berpedoman pada kaidah penggunaan bahasa Indonesia yang
baik dan benar. Jadi, dengan memperbanyak latihan menulis yang berpedoman
pada kaidah penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, seorang penulis
dapat mengurangi resiko kesalahan penggunaan bahasa dalam tataran sintaksis.
14
6. Memeriksa ulang tulisan atau merevisi
Memeriksa ulamg tulisan yang dibuat merupakan bagian akhir dari tahap
penulisan. Tujuannya adalah untuk menemukan kesalahan yang ada selama
proses penulisan, misalnya kesalahan penggunaan bahasa dalam tataran sintaksis.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Terkait pemaparan makalah di atas saran yang perlu diperhatikan dalam
meminimalisir kesalahan berbahasa pada tataran sintaksis maka seorang penulis
perlu memerhatikan beberapa hal diantaranya yaitu memperdalam pengetahuan
16
tentang ilmu Sintaksis, memperhatikan pemilihan penggunaan kata yang tepat.
Pemilihan kata yang tepat artinya memenuhi syarat kebakuan, kelazimam, dan
kecermatan selanjutnya yaitu menghindari penggunaan unsur yang berlebihan
atau mubazir, memperbanyak membaca buku atau referensi lainnya, sering latihan
menulis yang berpedoman pada kaidah penggunaan bahasa Indonesia yang tepat,
memeriksa ulang tulisan atau merevisi tujuannya adalah untuk menemukan
kesalahan yang ada selama proses penulisan, misalnya kesalahan penggunaan
bahasa dalam tataran sintaksis.
17
DAFTAR PUSTAKA
18
Nisa, K. (2018). Analisis Kesalahan Berbahasa Pada Berita Dalam Media Surat
Kabar Sinar Indonesia Baru. Jurnal Bindo Sastra, 2(2), 218-224.
19