Anda di halaman 1dari 14

UNSUR-UNSUR WACANA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


Studi Wacana Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu: Saraswati, M.Pd

Disusun Oleh :
Ayu Aditiya Rizkika : 408190003
Iis Susilawati : 408190007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATHLA’UL ANWAR BANTEN
TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur Alhamdulillah ke Hadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat taufik serta hidayahNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah tanpa ada halangan.
Makalah yang telah kami susun ini di buat dalam rangka memenuhi tugas
tugas mata kuliah Studi Wacana Bahasa Indonesia. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan , oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat kamih arapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami mohon maaf yang sebesar besarnya apabila dalam
penyusunan makalah ini terdapat banyak kesalahan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya.

Pandeglang, 31 Oktober 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan ............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3
A. Deskripsi Wacana .............................................................................. 3
B. Unsur-Unsur Wacana ........................................................................ 5
BAB III PENUTUP ..................................................................................... 10
A. Simpulan ........................................................................................... 10
B. Saran ................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ada banyak perbedaan pendapat tentang kedudukan wacana dalam dunia
linguistik. Beberapa ahli menggolongkannya dalam kajian linguistik mikro, dan
sebagian ahli lainnya menggolongkan wacana dalam kajian lingistik makro.
Lantas apa saja kiranya yang dibahas dalam ilmu wacana?
Pengajaran bahasa tentunya memiliki hierarki atau tingkatan disiplin ilmu
yang dipelajari. Tingkatan terebut adalah meliputi morfem – kalimat – paragraf –
dan wacana. Pada hierarki ini wacana menduduki tingkatan tertinggi bila dilihat
dari segi ukuran. Untuk mengenal wacana ini lebih dekat, maka perlu diketahui
unsur apa saja yang membangunnya sehingga menjadi unsur terlengkap dalam
hierarki kebahasaan.
Wacana merupakan unsur terbesar dalam tataran linguistik. Jika ada orang
yang mengatakan bahwa kalimatlah yang memiliki kedudukan paling tinggi, maka
dapat diluruskan dengan penjelasan tentang unsur apa yang membangun wacana
itu sendiri. Kalimat merupakan bagian dari wacana, karena salah satu unsur yang
mendukung sebuah wacana adalah kalimat. Namun tidak menutup kemungkinan,
bahwa wacana bisa saja terdiri dari sebuah kata, dengan catatan memiliki nilai
informasi yang valid. Bukti bahwa kalimat bukan satuan terbesar dalam sintaksis,
banyak kita temukan kalimat yang jika dipisah dari kalimat disekitarnya, maka
kalimat tersebut menjadi satuan yang tidak mandiri.
Wacana merupakan wujud bahasa yang bersiafat komunikatif,
interpretatif, dan kontekstual, artinya pemakaian bahasa selalu mengandaikan
secara dialogis dan kemampuan memahami konteks terjadinya wacana. Konteks
di sini mengacu pada interaksi antara pengetahuan tentang bahasa dan
pengetahuantentang dunia yang dimiliki oleh pendengar atau pembaca.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pendeskripsian definisi wacana?
2. Apa saja unsur pembangun wacana?

C. Tujuan
1. Mengetahui deskripsi wacana.
2. Mengetahui unsur pembangun wacana.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Wacana
Pengertian wacana sangat beragam, bergantung bagaimana pemanfaatanya
dalam dunia kebahasaan. Para ahlipun banyak berbeda pandangan tentang wacana
ini, namun pada dasarnya mengacu kepada maksud yang sama. Chaer menyatakan
bahwa wacana adalah satuanbahasa terlengkap, sehingga dalam hierarki
gramatikal merupakan satuan gramatikal terbesar. Wacan tidak hanya terdiri dari
bahasa lisan, namun bisa juga terdiri dalam wujud tulisan, bahkan sampai pada
karya sastra dan ilmiah.
Pendapat lain tentang wacana dari Brown dan Yule, mereka meyebutkan
bahwa wacana adalah bahasa yang lengkap pada umumnya berbentuk teks yang
valid yang disampaikan secara lisan dan tulisan melalui kalimat yang berkaitan
(koheren dan kohesi). Sebagai satuan bahasa yang lengkap, maka dalam wacana
itu berarti terdapat konsep, gagasan, pikiran yang bisa difahami oleh pembaca
dalam wacana tulis dan pendengar dalam wacana lisan. Sebagai satuan gramatikal
terbesar, seacra otomatis wacana itu dibentuk dari kalimat-kalimat yang
memenuhi persyaratan gramatikal dan persyaratan kewacanaan lainnya.
Persyaratan gramatikal dalam wacana dapat terpenuhi jika wacana tersebut
memiliki sifat kekohesian, yaitu danya keserasian hubungan antar unsur-unsur
yang ada dalam wacana. Contoh :
Sofian dan Zulfikar pergi memancing, dia ingin menangkap ikan
kakap yang besar.
Wacana di atas bisa dikatakan tidak memiliki kekohesifan, sebab kata
ganti dia tidak jelas mengacu ke siapa, apakah itu tertuju kepada Sofian atau
Zulfikar. Seharusnya untuk melengkapi wacana tersebut harus menggunakan kata
ganti mereka
Salah satu sifat wacana yang lain adalah koheren. Perhatikan contoh berikut.
Di pancor susah sekali mendapatkan air. (1) Rempung sekarang kian
berkembang dengan pesat (2) Meja itu sangat berat (3)

3
Jika dilihat dari susunan kalimat di atas, maka itu bukan masuk ke dalam ranah
wacana. Karena pada dasarnya wacana menuntut kesesuan dalam komunikasi
lisan dan tulisan. Oleh kerenanya sifat koherensi atau keserasian kalimat yang
saling membangun sangat dibutuhkan dalam sebuah wacana.
Hanya sebagai tambahan wawasan saja, perlu kiranya diketahui beberapa
alat yang menjadi bahan mentah pembuatan wacana diantaranya.
1. Konjungsi
Konjungsi adalah alat untuk menghubungkan bagian-bagian kalimat bahkan
paragraf dengan paragraf. Wacana yang disertai dengan konjungsi akan lebih
eksplisit (jelas) dari wacana yang tidak menggunakan konjungsi.
2. Kata ganti
Kata ganti sangat diperlukan dalam mengefektivkan sebuah wacana. Kata ganti
dia, nya, mereka, ini dan itu bisa dijadikan sebagai rujukan anaforis (pengulangan
bunyi). Dengan menggunakan kata ganti sebagai rujukan anaforis, maka bagian
kalimat yang sama tidak akan perlu diulangi lagi.
3. Elipsis
Elipsis yaitu penghilangan bagian kalimat yang sama jika terdapat pada kalimat
yang lain. Penghilangan itu sendiri menjadi alat penghubung kalimat pada
wacana. Contoh.
Teman saya yang duduk di bangku itu namanya Suhaebatul, dia
berasal dari Kembang kerang Aikmal. Yang di ujung sana namanya
Usi dari Lenek. Yang didepan kelas menggunakan jeans itu namanya
Zulfikri dari Sanggeng. Naah, kalau yang baju merah itu Wina dari
Pringgabaya.
Pembahasan di atas sudah menjelaskan wacana dengan panjang lebar. Kenapa
wacana dikatakan sebagai satuan yang utuh dan lengkap adalah kerena dalam
wacana terdapat satuan ide, pesan, yang disampaikan secara utuh agar mudah
dipahami oleh embaca dan pendengar tanpa keraguan.

4
B. Unsur-unsur Wacana
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, kita dapat mengambil
kesimpulan bahwa wacana adalah kesatuan makna semantis antar bagian dalam
satu bangunan bahasa. Dengan kesatuan makna, wacana dilihat sebagai satuan
bahasa terutuh, karena setiap bagian dalam wacana terhubung secara padu.
Sebagai kesatuan yang abstrak, wacana dibedakan dalam teks tulisan, bacaan, dan
tuturan yang mengacu pada makna yang sama yaitu wujud kongkrit yang bisa
terlihat dan terasa. Pemahaman terhdap wacana akan mampu memudahkan kita
memahami bahasa secara lebih luas, tidak hanya dari struktur formal saja, tapi
dari aspek luar bahasa (konteks).
Wacana dalam keseluruhannya memiliki dua unsur terpenting yang
membangunnya, yaitu unsur internal dan eksternal wacana. Unsur internal wacana
terdiri atas satuan kata atau kalimat. Yang dimaksud dengan satuan kata dan
kalimat adalah tuturan yang berwujud satu kata. Untuk menjadi susunan wacana
yang lebih besar, susunan kata atau kalimat itu harus saling berkaitan dan bersatu.
Sedangkan unsur eksternal wacana adalah bagian wacana yang tidak bersifat
eksplisit, atau bisa dikatakan sebagai satuan diluar konteks wacana. Kehadirannya
berfungsi sebagai pelengkap keutuhan wacana, sehingga akan memiliki makna
penuh yang diterima oleh pembaca atau lawan tutur. Untuk lebih jelasnya akan
dijelaskan berikut ini.
1. Unsur Internal Wacana
Unsur internal wacana terdiri dari satuan kata atau kalimat. Yang dimaksud
dengan satuan kata adalah tuturan yang berwujud satu kata, untuk menjadi satuan
yang lebih besar, sehingga akan menjadi bagian kalimat yang utuh. Ada beberapa
unsur yang dikaji dalam unsur internal wacana yaitu.
a. Kata dan Kalimat
Jika dilihat dalam struktur yang lebih besar, kata merupakan bagian dari kalimat,
karena katalah yang bersatu membentuk kesatuan sehingga menjadi sebuah
kalimat yang utuh. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan sebuah kalimat tidak
terdiri dari beberapa kata, kalimat satu kata ini harus merupakan pengungkapan

5
atau tuturan pendek yang memiliki esensi sebagai kalimat. Kalimat pendek seperti
ini sering terdapat pada dialog atau percakapan, karena pada situasi dan kondisi
tertentu, orang cenderung berkomunikasi dengan kalimat pendek. Contohnya
sebagai berikut.
Ketika Suhaeba pulang dari kampus dan bertemu dengan Zulfikri.
Zulfikri : udah ke mana?
Suhaeba : kampus.
Zulfikri : emang dosen masuk?
Suhaeba : iya.
Kata atau kalimat yang mengisi unsur wacana harus memiliki makna yang
luas, informasi dan konteks yang jelas untuk mendukung sebuah tuturan
yang utuh. Pada dasarnya sebuah kata dijadikan sebagai kalimat kerana
ada unsur lain yang mendukungnya (informasi yang utuh dan pemahaman
lawan tutur). Kalimat di atas dapat dipahami pendengar atau pembaca
karena ada unsur lain, perhatikan ketika Zulfikri bertanya. Udah ke mana?
Kemudian dijawab oleh lawan tuturnya (kampus). Kata kampus ini sudah
memiliki potensi sebagai sebuah kalimat, karena makana yang terkandung
di dalamnya sudah utuh, sehingga dengan sendirinya penutur pertama
(Zulfikri) melontarkan pertanyaan kedua. Ada dosen? Dijawab lagi oleh
lawan tutur (iya). Hal tersebut memmbuktikan adanya pemahaman makna
dan penerimaan informasi secara utuh oleh pembaca atau pendengar.
Sehingga tidak perlu lagi melakukan obrolan yang panjang lebar, padahal
hanya mengungkap sedikit informasi.
b. Teks dan Konteks
Teks merupakan hasil dari sebuah proses wacana. Pada proses itu, terdapat nilai-
nilai, ideologi, emosi, serta kepentingan lain dari seorang penulis wacana. Dengan
demikian, memahami makna suatu teks tidak cukup hanya dengan pemahaman
tentang logika teks itu sendiri, namun juga harus memahami tentang konteks
(keaadaan) yang menyertai teks atau tuturan tersebut. Jika salah dalam
menafsirkan konteksnya, maka pemahaman pesan dan makna akan terhambat.

6
Perpaduan teks dan konteks disebut disebut sebagai wacana. Sumarlam (2005 :
47) menyatakan bahwa konteks wacana adalah aspek internal wacana dan segala
sesuatu yang secara eksternal melingkupi sebuah wacana. Konteks wacana terdiri
dari berbagai unsur seperti.
1) Latar (Setting and Scene)
Setting lebih bersifa fisik yang mengacu pada tempat dan waktu
terjadinya percakapan. Sedangkan scene (suasana) merupakan latar
psikis yang lebih mengacu pada suasana psikologi yang menyertai
peritiwa tuturan. Hal tersebut bisa dilihat dari contoh berikut.
Waktu pukul tujuh malam, desa Sanggeng sudah tampak sunyi
seperti kuburan. Melihat hal itu, Zulfikri segera menutup jendela
dan pintu. Keesokan harinya dia terbangun pada pukul enam, tak
disangka jalanan sudah sangat sidesaki oleh banyak orang.
2) Peserta (Participants)
Yaitu orang-orang yang terlibat dalam komunikasi baik secara
langsung maupun tidakm langsung. Dengan kata lain, peserta
adalah orang yang melakukan tuturan dengan orang lain,
sedangkan keduanya mendapatkan informasi sesuai dengan
keinginannya.
3) Hasil (Ends)
Yaitu meliputi tujuan akhir dan tanggapan dari suatu pembicaraan
yang memang diharapkan oleh penutur
4) Amanat
Amanat adalah pesan berbentuk esai, iklan, pengumuman,
pemberitahuan dan sebagainya yang ditujukan kepada pendengar
atau pembaca
5) Cara (Key)
Mengacu pada konsep pelaksanaan percakapan. Misalnya dengan
cara bersemangat, santai, lemas dll.
6) Norma (Norm)

7
Norma adalah aturan prilaku peserta komunikasi. Misalnya diskusi
yang cenderung bersifat satu arah, atau pidato yang bersifat dua
arah dan lain sebagainya.
Intinya, istilah teks lebih dekat pemknaannya dengan bahasa tulis dan
wacana bahasa lisan. Sedangkan konteks adalah teks yang bersifat sejajar,
koordinatif, dan memiliki hubungan dengan teks lainnya. Sebagai
tambahan saja, konteks terdiri dari empat macam yaitu.
 Konteks linguistik, yaitu meliputi kalimat-kalimat dalam percakapan.
 Konteks epitemis, yaitu latar belakang pengetahuan sama yang
dimiliki peserta
 Konteks fisik, yaitu tempat kejadian percakapan dan objek yang
disajikan dalam percakapan
 Konteks sosial, yaitu hubungan sosial antara participants.
2. Unsur Eksternal Wacana
Unsur eksternal adalah sesutau yang menjadi bagian wacana, namun tidak
nampak secara eksplisit. Terdapat beberapa bagian unsur eksternal wacana, yaitu
implikatur, presuposisi, referensi, inferensi dan konteks.
1) Implikatur
Imlikatur adalah ujaran yang menyiaratkan sesuatu yang berbeda
dengan sebenarnya yang diucapkan. Sesutu yang berbeda tersebut
adalah maksud pembicara yang dikemukakan secara samar.
Dengan kata lain implikatur adalah keinginan hati yang
tersembunyi. Contoh.
Boy : malam ini sungguh indah.
Usi : iyaa. Indah sekali.
Boy : akan tersa lebih indah jika kita sudah terikat.
Usi : maksudmu?
Boy : oh tidak ada.

8
2) Presuposisi
Adalah perkiraan atau anggapan dasar mengenai konteks dan
situasi berbahasa, yang membuat bentuk bahasa menjadi bermakna
untuk pendengar atau pembaca. Contoh.
A : saya rasa kamu orang pintar.
B : ah tidak juga.
A : tapi itu kelihatan dari caramu belajar.
B : haha.. ada-ada saja.
3) Referensi
Referensi adalah hubungan kata atau benda yang dirujuknya.
Referensi merupakan prilaku pembicara atau penulis. Contoh
Bangku itu terbuat dari kayu jati. Kayu jati merupakan salah satu
bahan pembuatan bangku yang sangat kuat dan tahan lama. Begitu
juga harapan dan keinginan seseorang. Harus layaknya sebuah
kayu jati yang sukar dimakan waktu.
4) Inferensi
Inferensi berarti kesimpulan. Dalam bidang wacana inferensi
merupakan bagian akhir yang dilakukan seseorang untuk
mendapatkan informasi. Tanpa adanya inferensi, informasi yang
diterima oleh pembaca dan pendengar akan menjadi sia-sia.
5) Konteks
Konteks berarti yang berkenaan dengan teks yang berarti benda-
benda yang terlibat dalam wacana tersebut. Menurut Brown dan
Yule , konteks adalah lingkungan (envirenment) atau keadaan
(circumstances) tempat bahasa digunakan.Contohnya dilingkungan
kelas.

9
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Wacana adalah kesatuan makna semantis dalam bagian kebahasaan.
Dengan ketentuan makna, wacana dilihat sebgai bangunan bahasa yang utuh
karena hubungannya yang padu. Unsur yang membangun wacana ada dua yaitu,
unsur intrinsik meliputi (kata dan kalimat. Teks dan konteks) serta unsur
ekstrinsik yang meiliputi implikatur, presuposisi, referensi, inferensi, dan konteks.

B. Saran
Makalah ini sangat jauh dari kata sempurna, karena mengingat referensi
yang kami gunakan sangat terbatas. Untuk itu kami mengharapkan kerja sama dan
amsukan dari segala pihak dalam penyempurnaan pembahasan makalah ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Rineka cipta. Jakarta


Suhardi. 2012. Pengantar Linguistik Umum.Arruzmedia. yogyakarta
Djajasudarma, Fatimah. 1994. Wacana : Pemahaman dan Hubungan Antar
Unsur. Eresko. Bandung (E-book)
www.scibd.com/doc/14/2016/ kedudukam wacana.

11

Anda mungkin juga menyukai