Istilah wacana tidak hanya digunakan dalam percakapan atau obrolan, tetapi
mencakup pembicaraan di muka umum, tulisan, serta upaya-upaya formal seperti
laporan ilmiah dan sandiwara atau lakon. Cakupan wacana adalah kalimat, paragraf
atau alinea, penggalan wacana, dan wacana utuh.
Menurut Landsteen dalam Tarigan (1984: 22), wacana mencakup empat tujuan
penggunaan bahasa, yaitu:
a. Ekspresi diri
b. Eksposisi
c. Sastra
d. Persuasi
Menurut Carlson dalam Tarigan (1984: 22), wacana tidak terdiri atas untaian
ujaran atau kalimat yang secara gramatikal tertutur rapi. Analisis wacana merupakan
kegiatan menelaah aneka fungsi (pragmatik) bahasa. Bahasa digunakan dalam
kesinambungan atau untaian wacana. Tanpa adanya konteks wacana yang bersifat
antar kalimat dan supra kalimat membuat sulit untuk berkomunikasi antara satu
dengan yang lainnya. Melalui wacana maka kita akan saling:
Menurut Edmondson dalam Tarigan (1984: 24), wacana adalah suatu peristiwa
struktur yang dimanifestasikan dalam perilaku linguistik, sedangkan teks adalah suatu
urutan ekspresi-ekspresi linguistik terstruktur yang membentuk suatu keseluruhan
yang padu uniter. Menurut Stubbs dalam Tarigan (1984: 24), wacana adalah organisasi
bahasa di atas kalimat atau di atas klausa dengan kata lain, unit-unit linguistik yang
lebih besar daripada kalimat atau klausa, seperti pertukaran percakapan atau teks-teks
tertulis, secara singkat teks bagi wacana adalah kalimat bagi ujaran. Menurut Tarigan
(1984: 24), wacana adalah seperangkat preposisi yang saling berhubungan untuk
menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi bagi penyimak atau pembaca.
Dari berbagai sumber batasan wacana yang diungkapkan oleh para ahli, terdapat
unsur-unsur penting wacana sebagai berikut:
a. Satuan bahasa
b. Terlengkap terbesar/tertinggi
c. Di atas kalimat/klausa
d. Teratur/ rapi/rasa koherensi
e. Berkesinambungan/ kontinuitas
f. Rasa kohesi/ rasa kepaduan
g. Lisan dan tulis
h. Awal dan akhir yang nyata
(Tarigan, 1984: 24)
Dafus