MAKALAH
KOMPONEN MAKNA
Oleh:
2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
beserta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
Rahmat, Hidayah, dan Inaya-Nya sehinggah penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Komponen Makna”, Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafaatnya di
akhirat nanti. Makalah ini dibuat penunjang kegiatan perkuliahan pada mata kuliah
Semantik.
Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Seperti halnya
pepatah “Taka ada gading yang tak retak” oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran dari teman-teman yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat diterima dan dapat memberi
manfaat bagi pihak yang membutuhkan.
St. Nurhalisa
DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR .....................................................................................................i
A. Pembeda Makna..........................................................................................................4
B. Urutan Hubungan Antara Komponen..........................................................................5
C. Komponen Penjelas.....................................................................................................7
D. Langkah-Langkah Menganalisis Komponen Diagnostik............................................8
E. Beberapa Kesulitan Menganalisis Komponen Makna...............................................11
F. Prosedur Menganalisis Komponen Makna................................................................13
G. Indikator Kemampuan Memahami Makna................................................................18
A. Kesimpulan ................................................................................................................20
B. Saran ..........................................................................................................................20
SAMPUL
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semantik adalah studi tentang makna. Bagi Lehrer, semantik
merupakan bidang kajian yang sangat luas karena turut
menyinggung aspek-aspek struktur dan fungsi-fungsi bahasa
sehingga dapat dihubungkan dengan psikologi, filsafat, dan
antropologi. Semantik sebagai ilmu, mempelajari kemaknaan di
dalam bahasa sebagaimana adanya (das Sein), dan terbatas pada
pengalaman manusia. Jadi, secara ontologis semantik membatasi
masalah yang dikajinya hanya pada persoalan yang terdapat di
dalam ruang lingkup jangkauan pengalaman manusia.
1
tercermin dari komponen-komponennya, dibutuhkan analisis
komponen makna. Analisis komponen makna dapat dilakukan
terhadap kata-katta dengan menguraikannya sampai komponen
makna yang sekecil-kecilnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud pembeda makna?
2. Apa yang dimaksud urutan hubungan antara komponen?
3. Apa yang dimaksud komponen penjelas?
4. Bagaimanakah langkah-langkah menganalisis komponen diagnostic
5. Apa sajakah kesulitan dalam menganalisis komponen makna?
6. Bagaimanakah prosedur menganalisis komponen makna?
7. Bagaimanakah indicator kemampuan memahami makna?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dari penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
2
D. Manfaat Penulisan
Berdasarkan tujuan penulisan diatas, maka manfaat dari makalah ini sebagai
berikut:
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembeda Makna
Dalam BI terdapat kata ayah. Orang telah mengetahui makna inti kata ayah.
Agar dipahami makna ayah, orang dapat mengontraskannya dengan kata ibu.
Dilihat dari segi jenis kelamin, ayah adalah laki-laki, sedangkan ibu adalah
perempuan. Selanjutnya kalau kata ayah dikontraskan dengan kata anak, adik
perempuan, adik laki-laki, bibi, kakak laki-laki, kakak perempuan, kakek, paman,
saudara laki-laki, saudara perempuan, sepupu, maka kita berhubungan dengan
istilah kekerabatan. Kekerabatan berhubungan dengan pertalian darah kalau
dikaitkan secara biologis.
4
Berdasarkan gambar ini terlihat posisi kata ayah terdapat kata saya posisi kata
ayah terdapat kata kakek dan seterusnya untuk membedakannya tidak sulit .
Tetapi ambillah kata saya dan kata saudara laki-laki saya. Dilihat dari segi jenis
kelamin kata saya dan kata saudara laki-laki saya, sama, jika saya adalah laki-
laki. Dilihat dari segi turunan kata saya dan kata saudara laki-laki saya setara
karena berasal dari ayah dan ibu yang sama.
5
mempunyai hubungan makna dengan bentuk lain, misalnya dengan kata ibu,
kakek, kemenakan.
Telah dikatakan meskipun kata-kata memiliki medan makna yang sama tetapi
implikasinya tentu tidak selamanya sama sebagai contoh ambillah kata
menjenguk dan menonton kedua kata ini memiliki komponen diagnostik
melaksanakan kegiatan yang menggunakan mata, namun urutan hubungan kata
ini dengan kata lain tidak begitu saja dapat dilaksanakan. Tidak mungkin orang
yang mengatakan “saya pergi menjenguk pertandingan sepak bola” atau “sebentar
sore saya akan menonton paman yang sakit di rumah sakit” hal itu tidak mungkin
sebab komponen suplementernya tidak mengizinkan komponen suplementernya
yakni untuk kata menjenguk biasanya digunakan untuk orang sakit dan untuk kata
menonton biasanya digunakan untuk hal-hal yang bersifat menghibur.
6
sebabnya orang mengucapkan seluruh rakyat indonesia bersedih karena wafatnya
Ibu Tien Soeharo tanggal 28 April 1996.
C. Komponen Penjelas
Komponen penjelas secara mendasar dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni
komponen penjelas yang diturunkan dari sifat alamiah acuan, dan komponen
penjelas yang diturunkan dari sifat alamiah unit leksikal yang digunakan untuk
memaknakan acuan. Dalam hal pertama, konsep-konsep tertentu dihubungkan
dengan acuan yang menimbulkan kesan kultural dan yang merefleksi dalam
ajaran, sedangkan dalam hal kedua, komponen penjelas berhubungan dengan
lambang-lambang. Itu sebabnya setiap unit leksikal kadang-kadang diklasifikasi
7
atas: bahasa ibu, bahasa kasar, bahasa kuno, bahasa sehari-hari, berlebih-lebihan,
formal, informal, atau bersifat teknis.
Nida (1975:38) membedakan komponen diagnostik atas; (i) implikasi (ii) inti
(iii) inferensi. Komponen implikasi dikaitkan dengan penggunaan kata bermakna
utama meskipun komponen implikasi tersebut tidak membentuk bagian yang
esensial makna inti. Misalnya, kata penyesalan yang mengandung komponen
diagnostik; (i) tingkah laku yang salah sebelumny; dan (ii) ingin mengubah
tingkah laku, maka urutan penggunaannya harus disesuaikan dengan komponen
diagnostik kata ini. Komponen implikasi selanjutnya, yakni bahwa karena
penyesalan, orang tidak mengulangi perbuatan sebelumnya karena dianggap
salah.
8
Pertama, Memilih untuk sementara makna yang muncul dari sejumlah komponen
yang umum dengan pengertian, makna yang dipilih masih berada dalam medan makna
tersebut. Misalnya untuk kata marah terdapat kata memaki, mendongkol, menggerutu,
mengoceh. Kata-kata ini masih berada di lingkungan makna kata marah, meskipun antara
kata kata ini terdapat perbedaan makna yang kecil, jadi dengan langkah pertama orang
dapat mengatakan, bahwa marah adalah sejenis perbuatan memaki orang memakai
menandakan ia sedang marah. Langkah pertama mengisyaratkan adanya upaya memilih
perangkat makna yang saling berhubungan.
Kedua, Mendaftarkan semua ciri yang spesifik yang dimiliki acuan . Dengan
kata lain menguji makna yang mungkin dimiliki oleh acuan sebagai contoh,
ambillah kata ayah yang ciri spesifik nya adalah;
(i)seorang laki-laki
(ii) mempunyai istri
(iii) telah mempunyai
anak
(iv) berambut pendek dan
(v) berkumis.
Orang dapat menambah cerai dengan catatan harus dimiliki oleh acuan ayah
misalnya; (1) suka bermain sepak bola (2) tidak bisa memasak (3) buruh
pelabuhan (4) selalu datang terlambat di rumah (6) ada luka kecil di kaki sebelah
kanan. Tidak semua ciri dapat dipertahankan, misalnya ciri suka bermain sepak
bola sebab dalam kehidupan sehari-hari kita dapat menemukan ayah yang tidak
suka bermain sepakbola dengan demikian ciri ini bukanlah ciri spesifik.
9
fitur komponennya yakni (1) melaksanakan kegiatan, (2) ada benda yang dikenai
pekerjaan, (3) benda itu berpindah dari tempat yang satu ketempat yang lain, (4),
kegiatan itu menggunakan anggota tubuh berupa kepala, (5) kegiatan itu
menggunakan anggota tubuh bahu, kegiatan itu menggunakan anggota tubuh
tangan. Ternyata fitur diagnostik, yakni kegiatan yang menggunakan anggota
tubuh tangannya hanya dapat digunakan untuk kata menjinjing. Orang menjinjing
selamanya menggunakan tangan, misalnya dalam kalimat ibu menjinjing tas baru
ke pesta.
kelima, Mencek pada data seperti yang dikerjakan pada langkah pertama.
Berdasarkan ciri yang membedakan, orang seharusnya dapat menggunakan
bentuk yang benar pada acuan yang diketahui memiliki ciri tersebut. Apabila
penanaman proses dapat diduga, orang dapat mengatakan bahwa komponen
diagnostik tersebut benar. Misalnya, kita bertemu dengan seorang laki-laki
setelah diperhatikan laki-laki tersebut memiliki ciri yang memungkinkan kita
untuk menyebutnya ayah. Pengambilan keputusan untuk menyebutnya ayah,
didasarkan pada prediksi terhadap ciri yang dimiliki oleh laki-laki tadi.
10
Langkah keenam, dapat digunakan untuk seperangkat makna yang menunjuk
pada keseluruhan, tetapi penggunaannya untuk suatu kejadian atau proses dan
memerlukan penyesuaian-penyesuaian. Seperti telah dikatakan di depan orang
dapat mendeskripsikan komponen diagnostik yang berbeda-beda dengan
menggunakan diagram pohon atau matriks. Berdasarkan diagram pohon atau
matriks Si pembicara dan si pendengar dengan mudah mengetahui makna kata
yang di maksud.
11
kata dari segi intensitasnya, misalnya kata lelah, menderita dan kata sakit.
Perbedaan intensitas yang dimaksud, yakni intensitas perasaan sakit.
Kesulitan ketiga yakni setiap kata memiliki pemakaian yang berbeda,
terutama untuk kata-kata yang mempunyai hubungan renggang. Misalnya,
orang dapat mengatakan di belakang rumah, sebab orang menganggap bahwa
rumah mempunyai bagian depan dan bagian belakang. Hal ini tidak dapat
digunakan untuk kata pohon, sebab tidak mungkin orang yang mengatakan
dibelakang pohon-pohon. Kata mampus hanya dapat digunakan untuk
binatang atau manusia yang dapat disetarakan perilakunya dengan binatang.
Itu sebabnya orang dapat saja mengatakan “pencuri itu sudah mampus”, dan
tidak mungkin orang mengatakan ’’kakek Si Upik mampus kemarin”.
Kesulitan keempat yakni kata-kata yang acuannya abstrak. Misalnya,
orang sulit mendeskripsikan kata-kata kreativitas, liberal, masygul,
opotunistis, system.
Kesulitan kelima yakni kata-kata yang tergolong diksi kesulitan.
Misalnya kata-kata di sini, ini, itu, sama, dan kata-kata yang tergolong kata
tugas, misalnya kata, dan, lagi, yang. Misalnya kata-kata di sini, ini, itu, sama
dan kata-kata yang tergolong kata-kata tugas misalnya kata dan lagi yang
kata-kata yang tergolong kata tugas hanya dapat dipahami maknanya jika
diurutkan dengan kata lain. Itu sebabnya kata-kata seperti ini disebut kata
bebas tetapi terikat konteks kalimat. Telah diketahui bahwa ada kata yang
mengandung makna tanpa dihubungkan dengan kata yang lain, dan ada kata
yang dapat dipahami maknanya apabila berada dalam kalimat.
Kesulitan keenam yakni kata-kata yang bersifat umum. Misalnya, kata-
kata; binatatang, burung, ikan, manusia, rumput, tumbuh-tumbuhan.
Meskipun komponen makna sulit dianalisis, pembicara dan pendengar
dapat mengadakan komunikasi tanpa melewati analisis makna. Mereka dapat
berbuat demikian, sebab kedua-duanya saling mengerti. Apa yang ada di otak
12
pembicara demikian pula di otak pendengar, meskipun terdapat perbedaan
kuantitas dan kualitas kata yang dimiliki seseorang.
13
abstrak kesulitan. Kesulitan ketiga, yakni berhubungan dengan realitas
yang sama atau mirip.
Ketika manusia berkomunikasi, manusia dihadapkan oleh persoalan
untuk menghubungkan nama menjadi rangkaian tanda yang bermakna.
Untuk itu manusia menciptakan nama, meskipun acuannya hanya dalam
bayangan. Nama yang dimaksud, yakni kata-kata yang berkategori kata
tugas. Seandainya tidak diciptakan kata-kata tugas, betapa sulitnya
manusia berkomunikasi karena nama-nama yang berwujud lambang hanya
dideretkan begitu saja.
2. Memarafrasa
Memarafrasa merupakan pusat perhatian Peirce dalam sistem
semiotiknya. Peirce (lihat Ogen dan Richards, 1972:280) berpendapat
bahwa lambang mempunyai acuan dan interpretasi. Interpretasi
merupakan kapasitas memilah-milah makna pada sistem untuk
menspesifikasi setiap bagian dari sistem supaya lebih analisis lagi (Nida,
1875;65). Untuk menganalisis komponen makna sehingga menjadi lebih
rinci, digunakan parafrasa. Parafrasa bertitik tolak dari deskripsi secara
pendek tentang sesuatu. Misalnya kalau orang berkata paman, dapat
diparafrasakan menjadi saudara laki-laki ayah atau saudara laki-laki ibu.
Dalam hubungan dengan usaha memarafrasa, orang perlu
membedakan dua tipe unit semantic, yakni unit inti dan ujaran yang
dikaitkan dengan unit inti di dalam parafrasa. Misalnya kata berjalan
dapat dihubungkan dengan kegiatan; berdarmawisata, berjalan-jalan,
bertamasya, berkarya wisata, makan angin, atau pesiar. Inti kata-kata ini
adalah satuan yang ada hubungannya dengan berjalan, tanpa
mempersoalkan kendaraan yang digunakan, dengan siapa kita berjalan,
kapan kita berangkat, untuk berapa lama kita berjalan, ke mana tujuan kita
berjalan, dan perlengkapan apa yang dibawa pada waktu berjalan-jalan.
14
Pada waktu proses memarafrasa berlangsung, orang tidak boleh
menyimpang dari makna inti dan medan makna kata tersebut. Sebagai
contoh ambillah kata melompatkan. Kata ini dapat di parafrasa menjadi;
(i) melaksanakan kegiatan, (ii) kegiatan berupa melompat dari satu tempat
ke tempat lain yang relatif dekat; dan (iii) ada yang kena kegiatan.
Berdasarkan parafrasa seperti ini, kita dapat mengatakan bahwa
melompatkan adalah kegiatan berupa melompat dari satu tempat ke tempat
yang relatif dekat dan membawa sesuatu.
3. Mendefinisikan
Menurut pendapat Kempson (1977;11) ada tiga hal yang di
cobajelaskan oleh filsuf dan linguis sehubungan dengan usaha mereka
menjelaskan makna. Ketiga hal itu, ialah; (i) mendefinisikan kata secara
alamiah, (ii) mendefinisikan kalimat secara alamiah, (iii) menjelaskan
proses komunikasi.
Secara leksikologis, definisi adalah; (i) kata frasa atau kalimat yang
mengungkapkan makna, keterangan, atau ciri utama dari orang, benda,
proses, atau aktivitas; (ii) rumusan tentang ruang lingkup dan ciri-ciri
suatu konsep yang menjadi pokok pembicaraan atau studi. Dengan
demikian usaha mendefinisi berpangkal dari analisis makna dan parafrasa.
Menurut Wunderlich (Penerj. Loss, 1979;233) untuk mendefinisikan
sesuatu dapat digunakan definisi berdasarkan genus proximum dan definisi
berdasarkan diffrentia specifica. Definisi berdasarkan genus proximumnya
mengacu kepada rincian secara umum, sedangkan definisi berdasarkan
diffrentia rentia specifica adalah definisi yang mengacu kepada
spesiifikasi sesuatu yang didefinisikan.
Partap Sing Mehra menagatakan, bahwa definisi adalah pernyataan
secara eksplisit tentang konotasi suatu trem. Untuk itu Mehra membuat
peraturan definisi sebagai berikut;
15
1. Suatu definisi tidak boleh lebih atau kurang dari konotasi term.
Jika peraturan ini diikuti, mungkin definisi akan lebih luas atau
akan lebih sempit.
2. Definisi tidak boleh dinyatakan dalam bahasa yang samar-samar.
Pelanggaran dalam peraturan ini akan mengakibatkan kesalahan
yang disebut definisi secara kias atau definisi yang samar-samar;
misanya, burung adalah yang pandai terbang.
3. Definisi tidak boleh dinyatakan dalam bentuk negative apabila
masih bisa dinyatakan dalam bentuk positif. Pelanggaran dalam
peraturan ini akan menimbulkan kesalan yang disebut definisi
negative; misalnya, sakit adalah tidak sehat.
4. Definisi tidak boleh diberi term yang didefinisikan atau
sinonimnya. Pelanggaran dalam aturan ini akan mengakibatkan
kesalahan yang berbelit-belit; misalnya, sapi adalah lembu.
16
4. Mengklasifikasi
17
Klasifikasi berdasarkan dikotonomi adalah klasifikasi menjadi dua
bagian saja. Klasifikasi kelas ke dalam dua subkelas, yang satu merupakan
term positif dan yang satu lagi merupakan term pasangan, negative. Jadi
orang Indonesia dan bukan orang Indonesia.
Menurut Mehra (Penerj. Burhan, 1968;26-27) klasifikasi secara logis
harus mengindahkan aturan berikut ini.
18
Alasan apapun yang dikatakan, kenyataannya setiap kata memiliki makna atau
mengakibatkan munculnya makna. Meskipun setiap kata memiliki makna,
adapula kata yang mengandung makna jika kata tersebut berada dalam konteks
kalimat. Jika kata terseburt telah berada dalam konteks kalimat, sering terjadi
adanya perubahan makna atau terjadi pergeseran makna. Makna diketahui dari
komponen-komponennya meskipun orang yang sedang berkomunikasi tidak
selamanya memulai pembicaraan dengan menganalisis makna terlebih dahulu.
Meskipun untuk tiba pada pemahaman makna yang dikomunikasikan, orang
tidak melewati pemahaman komponen-komponen makna, kita dapat mengukur
pemahaman makna pada setiap orang. Caranya, yakni kita dapat menggunakan
indicator. Indicator itu, antara lain;
1. Dapat menjelaskan makna yang dimaksud pembicara atau penulis.
Misalnya, seorang berkata, “ coba sebutkan identitas pencuri itu.” Kalau
pendengar dapat menyebutkan ciri-ciri pencuri secara jelas, ini
menandakan pendengar memahami makna kata identitas.
2. Dapat melaksanakan semua perintah secara betul. Misalnya, kalau seorang
berkata, “Tiarap, pesawat musuh dating!” dan kemudia pendengar segera
bertiarap, ini menandakan bahwa pendengar mengerti makna dari kata
tiarap.
3. Dapat menggunakan kata dalam konteks kalimat sesuai dengan makna dan
fungsinya.
4. Dapat menyebutkan antonim atau sinonim kata yang memang antonim
atau sinonim nya dapat dicara.
5. Dapat bereaksi dalam wujud gerakan motoris atau afektif apabila
mendengar kata yang menjengkelkan atau mengharukan hatinya.
6. Dapat membetulkan pembicara apabila ternyata salah menggunakan kata
yang tidak sesuai dengan makna dan pemakaiannya.
7. Dapat memilih kata yang tepat dari kemungkinan kata yang ada karena
setiap kata harus digunakan sesuai dengan makna dan pemakaiannya.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komponen makna atau komponen semantic mengajarkan bahwa setiap kata
atau unsure leksikal terdiri dari satu atau beberapa unsure yang bersama-sama
membentuk makna kata atau makna unsur leksikal tersebut.
Untuk mengetahui seberapa jauh kedekatan, kemiripan, kesamaan, dan
ketidaksamaan makna, orang perlu mengetahui komponen makna. Untuk
mengetahui makna sampai sekecil-kecilnya, perlu analisis. Karena yang dianalisis
adalah makna yang tercermin dari komponen-komponennya, dibutuhkan analisis
komponen makna. Analisis komponen makna dapat dilakukan terhadap kata-kata
dengan menguraikannya sampai komponen makna yang sekecil-kecilnya.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
penulis masih perlu kritikan dan saran yang membangun serta bimbingan terutama dari
dosen.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca maupun penulis, terutama bagi kita
semua yang mengambil program studi Pendidikan bahasa dan sastra Indonesia .
20
DAFTAR PUSTAKA
21