Anda di halaman 1dari 13

ASPEK-ASPEK SEMANTIK

Disusun Oleh:
Kelompok 4
Nanda Julia Citra Waruwu (2223210042)
Yesika Siahaan (2223210014)
Amelia Malau (2223210040)

Dosen Pengampu: Dr. Abdurahman Adisaputera, M.Hum.

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA


JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2024
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Maha Esa yang telah memberikan rahmat
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kelompok yang berjudul “Aspek-Aspek Semantik”.
Adapun tujuan kami dalam pembuatan makalah ini ialah untuk menyelesaikan tugas yang telah
diberikan kepada kami pada mata kuliah Semantik. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk
menarik minat dan memperluas wawasan bagi para pembaca dan juga untuk para penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Abdurahman Adisaputera, M.Hum.
selaku dosen pengampu mata kuliah yang telah memberikan kepercayaan tugas ini kepada kami,
yang dimana dapat menambah wawasan dan pengetahuan kami dalam bidang studi ini. Dan juga
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi pengetahuan sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami. Jika ada kesalahan kata dan penulisan kami
memohon maaf sebesar-besarnya.

Medan, 19 Maret 2024

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................... 2
BAB I .............................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 4
1. 1 Latar Belakang ................................................................................................................. 4
1. 2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 4
1. 3 Tujuan Makalah................................................................................................................ 4
BAB II ............................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 5
2. 1 Pengertian Semantik ......................................................................................................... 5
2. 2 Aspek-Aspek Semantik .................................................................................................... 5
2. 3 Satuan-Satuan Bahasa .................................................................................................... 10
2. 4 Aspek-Aspek Makna ...................................................................................................... 10
BAB III......................................................................................................................................... 12
PENUTUP.................................................................................................................................... 12
3. 1 Kesimpulan..................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 13

3
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi yang esensial bagi manusia. Di balik setiap kata, frasa,
dan kalimat, terkandung makna yang ingin disampaikan. Semantik, sebagai cabang linguistik
yang fokus pada makna, menjadi kunci untuk memahami dan menafsirkan bahasa dengan tepat.
Makna adalah esensi dari komunikasi. Tanpa memahami makna, bahasa menjadi sekumpulan
kata yang tidak berarti. Kesalahpahaman dan miskomunikasi dapat terjadi dengan mudah.
Semantik membantu kita memahami apa yang dimaksud oleh penutur dan penulis, serta
bagaimana mereka mengekspresikan ide dan perasaan mereka.
Semantik, sebagai salah satu cabang utama dalam studi linguistik, memainkan peran kunci
dalam memahami struktur dan makna bahasa manusia. Dengan fokus pada analisis makna kata,
frasa, kalimat, dan teks, semantik membuka pintu bagi pemahaman yang lebih dalam tentang
bagaimana bahasa digunakan dan dipahami oleh pembicara. Aspek-aspek semantik menyoroti
berbagai dimensi kompleks dalam penggunaan bahasa dan proses pemahaman.
Dalam artikel ini, kami akan menggali lebih dalam tentang aspek-aspek semantik yang
beragam dan penting dalam studi linguistik, serta membahas tentang satuan bahasa dn aspek
makna. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang semantik, diharapkan dapat terbuka peluang
baru untuk inovasi dan pemahaman yang lebih mendalam tentang fenomena bahasa manusia.
1. 2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan semantik?
2. Apa saja aspek-aspek dalam semantik?
3. Apa saja satuan-satuan bahasa?
4. Apa saja aspek-aspek makna?
1. 3 Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian semantik
2. Untuk mengetahui aspek-aspek dalam semantik
3. Untuk mengetahui satuan-satuan bahasa
4. Untuk mengetahui aspek-aspek makna

4
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 Pengertian Semantik
Semantik adalah cabang ilmu bahasa yang mengkaji tentang makna yang mencakup jenis,
pembagian, pembentukan dan perubahan makna tersebut. Semantik dapat diartikan sebagai ilmu
tentang makna atau arti, yaitu satu dari tiga tataran analisis bahasa: fonologi, gramatikal, dan
semantik. Semantik memiliki beberapa jenis, yaitu semantik leksikal, semantik gramatikal,
semantik sintaksikal, dan semantik maksud. Semantik leksikal merupakan jenis semantik yang
objek penelitiannya adalah leksikon dari suatu bahasa, misalnya bahasa Indonesia. Semantik
gramatikal merupakan jenis semantik yang objek penelitiannya adalah makna-makna gramatikal
dari tataran morfologi. Semantik sintaksikal merupakan jenis semantik yang sasaran
penyelidikannya bertumpu pada hal-hal yang berkaitan dengan semantik maksud, yang
merupakan jenis semantik yang berkenaan dengan pemakaian bentuk-bentuk gaya bahasa,
seperti metafora, ironi, litotes, dan lain-lain. Semantik memiliki beberapa manfaat, seperti
membantu seseorang yang bekerja di bidang jurnalistik dalam memilih kata yang sesuai,
menggunakan semantik untuk para pendidik seperti guru, dan membantu dalam analisis ciri
pembeda atau fitur distingtif.
Memahami makna tidak sesederhana mencari definisi di kamus. Makna dapat bervariasi
tergantung pada konteks, budaya, dan bahkan individu. Semantik mengkaji berbagai jenis makna,
seperti makna denotatif, konotatif, referensial, dan pragmatis. Semantik dihadapkan dengan
berbagai tantangan, seperti ambiguitas, perubahan makna, dan variasi bahasa. Ambiguitas terjadi
ketika sebuah kata atau kalimat memiliki lebih dari satu makna. Perubahan makna dapat terjadi
seiring waktu dan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Variasi bahasa menunjukkan bahwa makna
dapat berbeda di antara kelompok penutur yang berbeda.
2. 2 Aspek-Aspek Semantik
1. Tanda
Tanda atau sign adalah substitusi untuk hal lain. Oleh karena itu, tanda memerlukan
interpretasi. Misalnya, jika kita melihat sebuah tornat berwarna merah, hal ini merupakan tanda
yang harus diinterpretasikan sesuai dengan konteksnya, seperti 'tomat itu sudah matang'.

5
Teori tanda telah dikernbángkan oleh seorang permikir Amerika, Peirce pada abad ke-18.
Keberadaan teori tentang tanda ini kemudian dipertegas dengan munculnya buku The Meanning
of Meaning: A Study of the Influence langeuagea upon Thought and of the Science of
Symbolisrm karya C.K. Odge dan I.A. Richard tahun 1923. Dalam perkembangannya teori tanda
yang kemudian dikenal dengan teori semiotik yang terbagi atas tiga cabang, yaitu Semantik,
Sintaksis dan Pragmatik.
Tanda dapat dikatakan leksem yang secara langsung dapat diikuti bentuk lain, misalnya
tanda baca, tanda bagi, tanda bukti, tanda elipsis, tanda gambar, yakni gambar yang digunakan
sebagai tanda atau lambang suatu partai atau golongan masyarakat yang tampil sebagai kontestan
dalam pemilihan umum, tanda hubung, tanda koma, tanda kurung, tanda kutip, tanda mata, tanda
panah, tanda pangkat, tanda petik, tanda pisah, tanda putus, tanda seru, tanda tambah, tanda
tanya, dan tanda waktu. Berdasarkan klasifikasi pierce membagi tanda menjadi 10 jenis antara
lain:
1) Qualisign, yakni kualitas sejauh yang di miliki tanda. Kata keras menunjukan kualitas
tanda. Misalnya, suaranya keras yang menandakan orang itu marah atau ada sesuatu yang
diinginkan.
2) Iconic sinsign, yakni tanda yang memperlihatkan kemiripan. Contoh, diagram, foto, peta,
dan tanda baca.
3) Rhematic Indexucal sinsign, yakni tanda berdasarkan pengalaman langsung yang secara
langsung menarik perhatian karena kehadirannya disebabkan oleh sesuatu. Contoh, jalan
yang selalu mendatangkan kecelakaan berdasarkan pengalaman; maka di tempat tersebut
dipasang tanda yang memperlihatkan bahwa selalu terjadi kecelakaan di jalan itu.
4) Dicent sinsign, yakni tanda yang memberikan informasi tentang sesuatu, misalnya tanda
larangan yang terdapat di pintu masuk sebuah kantor.
5) Iconic legisign, yakni tanda yang menginformasikan norma atau hukum, misalnya rambu-
rambu lalu lintas.
6) Rhematic Indexical legisign, yakni tanda yang mengacu kepada objek tertentu, misalnya
kata ganti penunjuk. Seseorang bertanya, “mana buku itu” dan jawab “itu!”

6
7) Dicent Indexical Legisign, yakni tanda yang bermakna informasi dan menunjuk subjek
informasi. Tanda berupa lampu merah yang berputar-putar di atas mobil ambulans
menandakan ada orang sakit atau orang yang celaka yang sedang dilarikan ke rumah sakit.
8) Rhematic Symbol atau Symbolic Rheme, yakni tanda yang dihubungkan dengan
objeknya melalui asosiasi ide umum. Misalnya, kita melihat gambar harimau. Lalu kita
katakan, harimau. Mengapa kita berkata demikian, karena ada asosiasi antara ganbar
dengan benda atau hewan yang kita lihat yang namanya harimau.
9) Dicent Symbol atau yang biasa disebut proposisi (proposition) adalah tanda yang
langsung menghubungkan dengan objek melalui asosiasi dalam otak. Kalau seseorang
berkata, “pergi!”, penafsiran kita langsung berasosiasi pada otak, dan serta merta kita
pergi.
10) Argument, yakni tanda yang merupakan iferens seseorang terhadap sesuatu berdasarkan
alasan tertentu. Seseorang berkata, “gelap.” Orang itu berkata gelap seab ia menilai ruang
itu cocok dikatakan gelap. Dengan demikian argumen merupakan tanda yang berisi
penilaian atau alasan, mengapa seseorang berkata begitu.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum tanda terdiri dari atas dua jenis,
yaitu tanda yang berhubungan langsung dengan kenyataan dan tanda yang tidak berhubungan
langsung dengan kenyataan. Tanda yang tidak memiliki hubungan langsung dengan kenyataan
dikenal dengan istilah lambang atau simbol. Jenis tanda inilah yang menjadi bahan kajian
semantik.
2. Lambang
Lambang (symbol) adalah unsur bahasa yang bersifat arbitrer dan konvensional yang
mewakili hubungan objek dan signifikasinya. Kata-kata, kalimat, dan tanda-tanda yang bersifat
konvensional yang lain tergolong lambang (Pierce, dalam Innis., Ed., 1985:16). Lambang atau
simbol merupakan satuan bahasa yang berupa kata atau kalimat; acuan atau referent adalah objek,
peristiwa, fakta, atau proses di dalam dunia Pengalaman manusia; sedangkan konsep atau pikiran
atau reference adalah apa yang ada dalam benak kita tentang objek vang ditunjukkan oleh
lambang atau simbol. Lambang atau simbol merupakan tanda yang bersifat konvensional yang
dihasilkan manusia melalui alat ucapnya. Menurut Plato lambang atau simbol adalah kata dalam
suatu bahasa, sedangkan makna adalah objek yang kita hayati di dunia yang berupa rujukan yang

7
ditunjuk oleh lambang tersebut. Bahasa sebagai sistem tanda telah lama dibahas oleh Saussure.
Lambang memiliki ciri antara lain:
1) Tanda. Orang berkata, “Jeruk!” Bermakna atau memberikan tanda bahwa seseorang
membeli, meminta Jeruk.
2) Mengganti atau mewakili. Seseorang berkata, “Kambing.” Lambang kuda mewakili atau
mengganti sejenis hewan yang namanya kambing. Hal yang sama dalam urutan lambang
yang disebut kalimat. Kalau seseorang berkata, “Dina, ambillah buku itu!” Semestinya
orang tadi mengambil sendiri buku itu. tiap unsur yang berupa lambang dalam kalimat,
itu semuanya mengganti atau mewakili sesuatu yang dimaksud.
3) Berbentuk tertulis atau lisan. Lambang-lambang yang digunakan oleh manusia dapat
berbentuk tertulis, dan dapat berbentuk lisan. Ada perbedaan antara lambang tertulis dan
lambang yang digunakan secara lisan yaitu lambang yang digunakan secara lisan lebih
jelas jika dibandingkan dengan lambang yang digunakan secara tertulis.
4) Bermakna. Setiap lambang pasti bermakna, ada konsep, ada pesan, ada gagasan yang
dimilikinya.
5) Aturan. Lambang adalah aturan, aturan bagaimana seseorang menentukan pilihan dan
sikap. Seseorang berkata, “Menepi!” Bermakna, orang yang menerima pesan tersebut
harus menepi; jika tidak, akan ada sesuatu yang terjadi.
6) Berisi banyak kemungkinan karena kadang-kadang tidak jelas. Orang berkata “pergi!”
Timbul pertanyaan: siapa yang pergi, mengapa pergi, dengan siapa pergi, dengan
kendaraan apa pergi, pukul berapa pergi, dan apa yang dibawa jika pergi?
7) Berkembang, bertambah. Lambang berkembang terus sesuai dengan kebutuhan manusia.
8) Individual, maksudnya lambang-lambang itu digunakan oleh seseorang, meskipun terjadi
komunikasi.
9) Menilai, maksudnya apa yang dikatakan semuanya berisi penilaian seseorang tentang
sesuatu.
10) Berakibat, maksudnya lambang-lambang yang karena digunakan, menimbulkan akibat
tertentu.
11) Memperkenalkan, maksudnya lambang tersebut menjadi pengenal adanya sesuatu.

8
Tanda berbeda dengan lambang. Perbedaannya terletak pada hubungannya dengan
kenyataan, sedangkan lambang atau simbol tidak memiliki hubungan langsung dengan kenyataan.
3. Konsep
Konsep merupakan istilah yang diajukan Lyons sebagai pengganti istilah 'thoughť atau
'reference'. Istilah 'konsep' ini sebenarnya sama dengan istilah 'makna'. Jika kita berbicara
tentang konsep atau makna, kita tidak bisa mengabaikan keberadaan dua unsur dasar dalam
sistem tanda yang secara langsung memiliki hubungan dengan konsep atau makna, yaitu:
1) Signifiant: unsur abstrak vang terwujud dalam lambang atau simbol,
2) Signifikantor: yang dengan adanya makna dalam Iambing atau simbol itu mampu
mengadakan penjulukan, melakukan proses berpikir, dan mengadakan konseptualisasi.
Signnifikantor ini terwujud dalam acuan atau referent (benda yang ditunjukkan oleh simbol).
Dengan demikian, ada tiga unsur dasar dalam sistem tanda yang digambarkan oleh Richards &
Odgen melalui segitiga makna (semantic triangle).
Hubungan antara konsep dengan acuan (objek) bersifat searah. Acuan atau objek
memberikan stimulus kepada pemakai lambang (penutur) sehingga ia memiliki konsep atau
mental image tentang objek tersebut. Tidak ada gerak arah panah dari konsep ke acuan karena
konsep tidak menyebabkan acuan itu terwujud. Hubungan antara lambang dengan acuan bersifat
arbitrer atau mansuka sehingga sebuah acuan yang sama bisa saja diberi lambang atau simbol
yang berbeda-beda. Menurut teori ini tidak ada hubungan langsung antara lambang dengan acuan.
Ambil salah satu kalimat, “saya pergi ke kampus.” Kalimat ini terdiri dari 4 unsur atau kata.
Kita perhatikan unsur atau kata saya. Kalau orang berkata pergi, terbayang adalah kegiatan pergi,
kegiatan pergi yang dilakukan seseorang yang disebut saya. Kegiatan tersebut diarahkan ke
kampus, bukan ke pasar atau ke terminal bus. Hal itu terjadi karena ada orang yang
mengujarkannya atau kata-kata tersebut tertulis. Bunyi ujaran atau lambang yang tertulis di
pahami karena makna tiap-tiap kata, ada di dalam otak kita. Dengan demikian kata-kata saya,
pergi, ke, dan kampus, semuanya mempunyai konsep di dalam otak kita. Konsep kata saya
adalah orang pertama bentuk hormat kalau orang sedang berkomunikasi dengan kawan bicara.
Konsep kata saya berbeda dengan konsep kata engkau, ia, kami, dan kamu. Konsep itu dapat di
pahami melalui kemandirian kata atau melalui relasi dengan kata yang lain.

9
2. 3 Satuan-Satuan Bahasa
1) Fonem. Fonem adalah bunyi bahasa minimal yang membedakan bentuk dan makna kata.
2) Morfem adalah satuan terkecil dari pembentukan kata dalam satuan bahasa yang tidak
dapat diuraikan lebih lanjut ke dalam bagian-bagian yang bermakna.
3) Kata adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian (tatabahasawan tradisional).
4) Frase adalah satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa, maksudnya frase itu
selalu terdapat dalam satu fungsi unsur klausa, yaitu S, P, O, PEL, atau KET.
5) Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtutan kata-kata berkontruksi predikatif.
6) Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang
mengungkapkan pikirn yang utuh.
7) Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal
merupakan satuan gramatikal tertinggi dan terbesar.
2. 4 Aspek-Aspek Makna
Aspek-aspek makna dalam semantik menurut Mansoer Pateda ada empat hal, yaitu :
1) Pengertian atau sense. Pengertian disebut juga dengan tema. Pengertian ini dapat dicapai
apabila pembicara dengan lawan bicaranya atau antara penulis dengan pembaca
mempunyai kesamaan bahasa yang digunakan atau disepakati bersama. Lyons (dalam
Mansoer Pateda, 2001:92) mengatakan bahwa pengertian adalah sistem hubungan-
hubungan yang berbeda dengan kata lain di dalam kosakata.Pengertian dapat dicapai
apabila antara pembicara dan kawan bicara, antara penulis dan pembaca terdapat
kesamaan bahasa. Misalnya, kalau kita ingin memberitahukan tentang cuaca, katakanlah,
hari ini hujan, maka yang pertama-tama harus ada, yakni pendengar mempunyai
pengertian tentang satuan-satuan hari ini, dan hujan. Kalau antara pembicara dan
pendengar mempunyai kesamaan pengertian mengenai satuan-satuan ini, maka
pendengar mengerti apa yang kita maksudkan.
2) Nilai rasa atau feeling. Aspek makna yang berhubungan dengan nilai rasa berkaitan
dengan sikap pembicara terhadap hal ynag dibicarakan dengan kata lain, nilai rasa yang
berkaitan dengan makna adalah kata yang berhubungan dengan dorongan maupun
penilaian. Jadi, setiap kata mempunyai makna yang berhubungan dengan nilai rasa dan

10
setiap kata mempunyai makna yang berhubungan dengan perasaan. Contoh: “Saya akan
pergi “ ( menunjuk pada dorongan) “ engkau malas” (menunjuk pada penilaian)
3) Nada atau tone. Aspek makna nada menurut Shipley adalah sikap pembicara terhadap
lawan bicara. Aspek nada berhubungan pula dengan aspek makna yang bernilai rasa.
Dengan kata lain, hubungan antara pembicara dengan pendengar akan menentukan sikap
yang tercermin dalam kata-kata yang digunakan. Contoh : Pulang! (pembicara jengkel
atau dalam suasana tidak ramah) dan Pulang? (pembicara penyindir).
4) Maksud atau intention. Aspek maksud menurtu shipley merupakan maksud senang atau
tidak senang, efek usaha keras yang dilaksanakan. Maksud yang diinginkan dapat bersifat
deklamasi, imperatif, narasi, pedagogis, persuasi, rekreasi atau politik. Contoh : Hari
akan hujan. Pembicara bermaksud: Cepat-cepat pergi, Bawa payung, Tundah dulu
keberangkatan.

11
BAB III
PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
Dari penjelasan ini, dapat disimpulkan bahwa semantik merupakan bidang yang sangat
penting dalam studi linguistik karena mempelajari makna dari kata-kata, frasa, kalimat, dan teks.
Beragam aspek semantik seperti tanda, simbol atau lambang, dan konsep dimana membentuk
kerangka pemahaman yang komprehensif tentang bagaimana bahasa digunakan dan dipahami
oleh pembicara. Melalui pemahaman semantik, kita dapat mengungkap kompleksitas bahasa
manusia, termasuk variasi makna, perubahan makna seiring waktu, dan perbedaan makna antar
budaya. Secara keseluruhan, semantik memainkan peran sentral dalam memahami dan
menganalisis bahasa, serta membentuk dasar bagi kemajuan dalam berbagai bidang seperti
linguistik, komunikasi, dan teknologi. Dengan terus mendalami dan menjelajahi aspek-aspek
semantik yang beragam, kita dapat memperkaya pemahaman kita tentang bahasa manusia dan
memperluas aplikasi semantik dalam berbagai konteks kehidupan.

12
DAFTAR PUSTAKA
Susiati, S. 2020. Semantik: Teori Semantik, Relasi Makna, Marked, Dan Unmarked.
Aminudin. 2008. Semantik (Pengantar Studi Tentang Makna). Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta:PT Rineka Cipta.
Chotimah, S. 2016. Makalah aspek- aspek dalam semantik. Blogspot.com
Amilia, Fitri dan Astri W.A. 2017. Semantik (Konsep dan Contoh Analisis). Malang: Madani.
Kuswana, Ade. 2014. Pengembangan Model Materi Ajar Semantik. Lentera Pendidikan. 17(1).
Alwi Hasan, dkk. 1993. Tata bahasa buku bahasa indonesia edisi kedua. Jakarta: depdikbud.
Arifin, syamsul, dkk. 1990. Tipe-tipe semantik adjectiva dalam bahasa jawa. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

13

Anda mungkin juga menyukai