Anda di halaman 1dari 24

DIKSI ATAU PEMILIHAN KATA

Kelompok 5
1. Desy Saniati (221186206141)
2. Indah Eliya Sari (221186206154)
3. Widya Safitri Zebua (221186206150)

Dosen Pengampu
Adi Saputra, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MUARA BUNGO
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadiran Allah


Ta’ala.Atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul,
“DIKSI ATAU PEMILIHAN KATA” dapat kami selesaikan dengan baik.

Tim penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi pembaca tentang pelanggaran atau kesalahan apa saja yang biasa
terjadi dalam bahasa keseharian yang bisa kita pelajari salah satunya dari karya
film. Begitu pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT
karuniai kepada kami sehingga makalah ini dapat kami susun melalui beberapa
sumber yakni melalui kajian pustaka maupun melalui media internet

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas
makalah ini. Kepada kedua orang tua kami yang telah memberikan banyak
kontribusi bagi kami, dosen pengampu Adi Saputra M.Pd., dan juga kepada teman-
teman seperjuangan yang membantu kami dalam berbagai hal. Harapan kami,
informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah SWT. Tuhan Yang Maha
Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran yang membangun bagi
perbaikan makalah kami selanjutnya

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam


penulisan, atau pun adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah
ini, kami mohon maaf. Tim penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari
pembaca agar bisa membuat karya makalah yang lebih baik pada kesempatan
berikutnya.

Muara Bungo, 26 Oktober

Penulis.

i
DAFTAR ISI

COVER ...........................................................................................................
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3
A. Pengertian Diksi ................................................................................... 3
B. Fungsi Diksi ......................................................................................... 4
C. Tujuan Diksi......................................................................................... 5
D. Makna Kata .......................................................................................... 5
E. Relasi Makna ....................................................................................... 6
F. Jenis Perubahan Makna Kata ............................................................... 15
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 18
A. Kesimpulan .......................................................................................... 18
B. Saran .................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Bahasa terdiri dari beberapa tataran gramatikal antara lain kata,


frase, klausa, dan kalimat. Kata merupakan tataran terendah dan kalimat
merupakan tataran tertinggi. Ketika Anda menulis, kata merupakan kunci
utama dalam upaya membentuk sebuah tulisan. Oleh karena itu, sejumlah
kata dalam Bahasa Indonesia harus dipahami dengan baik, agar ide dan
pesan seseorang dapat dengan mudah dimengerti. Dengan demikian, kata-
kata yang digunakan untuk berkomunikasi harus dipahami dalam konteks
alinea dan wacana. Kata sebagai unsur bahasa, tidak dapat dipergunakan

iii
dengan sewenang-wenang. Akan tetapi, kata-kata tersebut harus digunakan
dengan mengikuti kaidah-kaidah dengan benar.
Menulis merupakan kegiatan yang mampu menghasilkan ide-ide
dalam bentuk tulisan secara terus-menerus dan teratur (produktif) serta
mampu mengungkapkan gambar, maksud, gagasan perasaan (ekspresif).
Oleh karena itu, keterampilan menulis / mengarang adalah penguasaan
kosakata. Kosakata merupakan bagian dari diksi. Ketetapan diksi dalam
suatu karangan merupakan hal yang tidak dapat diabaikan karena
ketidaktetapan penggunaan diksi pasti akan menimbulkan ketidakjelasan
makna.
Fungsi pilihan kata atau diksi adalah untuk memperoleh keindahan
guna menambah daya ekspresivitas. Maka sebuah kata akan menjadi jelas,
jika pilihan kata tersebut tepat dan sesuai. Ketetapan pilihan kata bertujuan
agar tidak menimbulkan interpretasi antara penulis atau pembicara dengan
pembaca atau pendengar, sedangkan kesesuaian kata bertujuan agar tidak
merusak suasana. Selain itu berfungsi untuk menghaluskan kata dan kalimat
agar terasa lebih indah.

Juga dengan adanya diksi oleh pengarang berfungsi untuk mendukung jalan
cerita agar lebih runtut mendeskripsikan
tokoh lebih jelas mendeskripsikan latar waktu, latar tempat, dan latar sosial
dalam cerita tersebut.
B. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas sebagai berikut:
1. Apa pengertian diksi?
2. Apa fungsi diksi?
3. Apa tujuan diksi?
4. Apa itu makna kata?
5. Apa itu relasi makna?
6. Apa saja jenis perubahan makna kata?
C. Tujuan Pembahasan

2
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah
diuraikan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:
1. Untuk mengetahui pengertian diksi.
2. Untuk mengetahui fungsi diksi.
3. Untuk mengetahui tujuan diksi.
4. Untuk memahami makna kata.
5. Untuk memahami relasi makna.
6. Untuk mengetahui apa saja jenis perubahan makna kata.

BAB II

PEMBAHASAN

1. Diksi atau Pemilihan


A. Pengertian Diksi atau Pilihan Kata
Pengertian pilihan kata atau diksi jauh lebih luas dari apa
yang dipantulkan oleh jalinan kata-kata itu. Istilah ini bukan saja
dipergunakan untuk menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk
mengungkapkan ide atau gagasan, tetapi juga meliputi persoalan
fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan fraseologi mencakup
persoalan kata-kata dalam pengelompokan atau susunannya atau
yang menyangkut cara-cara yang khusus yang berbentuk ungkapan-

3
ungkapan (Brooks, Cleanth 2002). Gaya bahasa sebagai bagian diksi
bertalian dengan ungkapan-ungkapan yang individual atau
karakteristik atau yang memiliki nilai artistik yang tinggi.
Dengan uraian yang singkat ini, dapat diturunkan 3
kesimpulan utama mengenai diksi. Pertama, pilihan kata atau diksi
mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk
menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk
pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-
ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan
dalam suatu ssituasi. Kedua, pilihan kata atau diksi adalah
kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari
gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk
menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa
yang dimiliki pendengar. Ketiga, pilihan kata yang tepat dan sesuai
hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kata atau
perbedaan kata bahasa itu, sedangkan yang dimaksud
perbendaharaan kata atau kosakata suatu bahasa adalah
keseluruhan yang dimiliki oleh bahasa.
B. Fungsi Diksi
Secara umum, diksi memiliki fungsi untuk memperindah
suatu kalimat seperti dalam puisi maupun cerita, diksi yang baik
digunakan untuk menyampaikan cerita dengan runtut, menjelaskan
penokohan, mendeskripsikan latar waktu dan lain sebagainya.
Berikut adalah beberapa fungsi lain dari diksi dalam
penulisan karya sastra:
1. Membantu pembaca dalam memahami pesan dari suatu
karya sastra.
Pemilihan diksi yang tepat dan baik dalam
sebuah penulisan karya sastra dapat membuat pembaca
lebih mudah memahami pesan yang ingin disampaikan
oleh penulis melalui tulisannya. Pesan merupakan setiap

4
pemberitahuan, komunikasi maupun kata yang
disampaikan baik lisan atau tertulis yang dikirimkan dari
satu orang ke orang lainnya. Pesan ini menjadi inti dari
proses komunikasi yang terjalin.
2. Komunikasi yang efektif.
Pemilihan diksi dalam penulisan karya sastra
dapat membantu membuat komunikasi menjadi lebih
efektif. Pemahaman yang baik mengenai penggunaan
maupun pemilihan diksi sangat penting agar tercipta
suatu komunikasi yang efisien serta efektif. Dalam
praktiknya, diksi dapat menimbulkan suatu gagasan yang
tepat sekaligus kesalahpahaman bagi pembaca maupun
pendengarnya. Lalu hal ini dapat menimbulkan dampak
bagi masyarakat.
3. Sebagai bentuk ekspresi
Sesuai dengan pengertiannya, diksi berfungsi
sebagai bentuk ekspresi yang hadir dalam gagasan
penulis yang dapat dituangkan dalam tulisan maupun
lisan. Penggunaan diksi yang selaras dan tepat dapat
membantu membangun imajinasi dari para pembaca dan
pendengar ketika membaca atau mendengarkan sebuah
karya sastra. Ekspresi merupakan istilah yang merujuk
pada sesuatu untuk memperlihatkan perasaan seseorang.
Mengekspresikan perasaan, tidak hanya dapat ditunjukan
melalui mimik wajah saja tetapi juga melalui kata-kata
dalam tulisan maupun ketika seseorang berbicara melalui
pemilihan diksi yang tepat.
4. Hiburan
Pemilihan diksi yang tepat dapat berfungsi
sebagai hiburan bagi pembaca. Hal ini berkaitan dengan
setiap pesan serta ekspresi yang dituangkan dalam

5
sebuah karya sastra. Hiburan merupakan segala sesuatu
yang berbentuk kata, tempat, benda atau bahkan perilaku
yang dapat menjadi penghibur bagi pendengar, penonton
maupun pembacanya. Pada umumnya, hiburan dapat
berupa permainan, musik, opera, drama, video, film atau
bahkan karya sastra.
C. Tujuan Diksi
Tujuan penggunaan diksi adalah untuk memperoleh
keindahan agar dapat menambah daya ekspresivitas. Sebuah kata
tentu saja akan lebih jelas mengekspresikan gagasan penulisan
apabila kata yang digunakan tepat, cermat dan sesuai. Diksi
digunakan untuk menghaluskan kata atau kalimat agar terasa lebih
indah.

2. Makna Kata
A. Pengertian Makna Kata
Kata sebagai satuan perbendaharaan kata sebuah bahasa
mengandung dua aspek, yaitu aspek bentuk atau ekspresi dan aspek
isi Atau Makna.
Bentuk atau ekspresi adalah segi yang dapat diserap dengan
panca indera, yaitu mendengar atau dengan melihat. Sebaliknya segi
isi atau makna adalah segi yang menimbulkan reaksi dalam pikiran
pendengar atau pembaca karena rangsangan aspek bentuk tadi.
Reaksi yang timbul dapat berwujud “pengertian” atau
“tindakan” atau kedua-duanya, karena dalam berkomunikasi kita
tidak hanya mendukung suatu amanat, makna ada beberapa unsur
yang terkandung dalam ujaran kita yaitu: pengertian, perasaan,
nada, dan tujuan. Pengertian merupakan landasan dasar untuk
menyampaikan hal-hal tertentu kepada pendengar atau pembaca
dengan mengharapkan reaksi tertentu. Perasaan lebih mengarah

6
kepada sikap pembicara terhadap apa yang dikatakan, bertalian
dengan nilai rasa terhadap apa yang dikatakan pembicaraan atau
penulis. Nada mencakup sikap pembicara atau penulis kepada
pendengar atau pembacanya. Pembaca atau pendengar yang
berlainan akan mempengaruhi pula pilihan kata dan cara
menyampaikan amanat itu. Relasi antara pembicara atau penulis
dengan pendengar atau pembaca akan melahirkan nada suatu uraian.
Sedangkan tujuan yaitu efek yang ingin dicapai oleh pembicara atau
penulis. Memahami semua hal itu dalam seluruh konteks adalah
bagian dari seluruh usaha untuk memahami makna dalam bentuk
komunikasi.
B. Relasi Makna
Relasi makna adalah hubungan kemaknaan atau relasi
semantik antara sebuah kata atau satuan bahasa lainnya dengan kata
atau satuan bahasa lainnya lagi. Hubungan atau relasi kemaknaan ini
mungkin menyangkut hal kesamaan makna (sinonim), kebalikan
makna (antonim), kegandaan makna (polisemi dan ambiguitas),
ketercakupan makna (hiponimi), kelainan makna (homonimi),
kelebihan makna (redundansi), dan lainnya (Abdul Chaer, 2013).
Berikut adalah jenis-jenis makna dalam kata:
1. Sinonim
Secara etimologi kata sinonimi berasal dari
bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti ‘nama’,
dan syn yang berarti ‘dengan’. Maka secara harfiah kata
sinonim berarti ‘nama lain untuk benda atau hal yang
sama’. Secara semantik menurut (Verhaar 1978)
mendefinisikan sebagai ungkapan (bisa berupa kata,
frase atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama
dengan makna ungkapan lain (Abdul Chaer, 2013).
Hubungan makna antara dua buah kata yang
bersinonim bersifat dua arah. Dua buah kata yang

7
bersinonim kesamaannya tidak seratus persen, hanya
kurang lebih dan kesamaanya tidak bersifat mutlak
(Zgusta dan Ullman dalam Abdul Chaer). Tidak mutlak
sebab ada prinsip semantik yang mengatakan apabila
bentuk berbeda maka makna pun akan berbeda,
walaupun perbedaanya hanya sedikit. Kata-kata yang
bersinonim itu tidak memiliki makna yang persis sama.
Kesinoniman mutlak atau kesinoniman simetris
memang tidak ada dalam perbendaharaan kata bahasa
Indonesia. Ketidakmungkinan kita untuk menukar
sebuah kata dengan kata lain, yang bersinonim adalah
banyak sebabnya. Antara lain: faktor waktu, faktor
tempat atau daerah, faktor sosial, faktor bidang kegiatan
dan faktor nuansa makna.
Sinonim tidak hanya terjadi pada kata, tetapi bisa
dalam satuan bahasa lainnya seperti: morfem bebas
dengan morfem terikat, kata dengan kata, kata dengan
frase, frase dengan frase dan kalimat dengan kalimat.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
mengenai sinonim:
a. Tidak semua kata dalam bahasa Indonesia
mempunyai sinonim.
b. Ada kata-kata yang bersinonim pada bentuk
dasar tetapi tidak pada bentuk jadian.
c. Ada kata-kata yang tidak mempunyai sinonim
pada bentuk dasar, tetapi memiliki sinonim pada
bentuk jadian.
d. Ada kata-kata yang dalam arti “sebenarnya” tidak
mempunyai sinonim, tetapi dalam arti “kiasan”
justru mempunyai sinonim.
2. Antonimi atau oposisi

8
Kata antonimi berasal dari kata Yunani kuno,
yaitu onoma yang artinya ‘nama’, dan anti yang artinya
‘melawan’.
Maka secara harfiah antonim berarti ‘nama lain untuk
benda lain pula’. Secara semantik, Verhaar (1978)
mendefinisikan sebagai ungkapan (biasanya berupa kata,
tetapi dapat pula dalam bentuk frase atau kalimat) yang
maknanya dianggap kebalikan dari makna ungkapan lain
(Abdul Chaer, 2013). Hubungan makna antara dua buah
kata yang berantonim bersifat dua arah. Antonim
terdapat pada semua tataran bahasa, tataran morfem,
tataran kata, tataran frase, dan tataran kalimat. Hanya
mencari contohnya dalam setiap bahasa tidak mudah.
Antonim pun, sama halnya dengan sinonim, tidak
bersifat mutlak. Itulah sebabnya barangkali dalam
batasan diatas, Verhaar menyatakan “yang maknanya
dianggap kebalikan dari makna ungkapan lain”. Jadi
hanya dianggap kebalikan bukan mutlak berlawanan.
Dengan istilah oposisi, maka bisa tercakup dari konsep
yang betul-betul berlawanan sampai kepada yang hanya
bersifat kontras saja.
Berdasarkan sifatnya, oposisi dapat dibedakan
menjadi :
a. Oposisi mutlak, yaitu terdapat pertentangan
makna secara mutlak
b. Oposisi kutub, yaitu makna kata-kata yang
termasuk oposisi kutub ini pertentangannya
tidak bersifat mutlak, melainkan bersifat
garadasi. Artinya terdapat tingkat-tingkat
makna pada kata-kata. Kata-kata yang

9
beroposisi kutub ini umumnya adalah kata-
kata dari kelas adjektif.
c. Oposisi hubungan, yaitu makna kata-kata
yang beroposisi hubungan (relasional) ini
bersifat saling melengkapi. Artinya,
kehadiran kata yang satu karena ada kata
yang lain menjadi oposisinya. Tanpa
kehadiran keduanya maka oposisi ini tidak
ada. Kata-kata yang beroposisi hubungan ini
bisa berupa kata kerja. Selain itu, bisa berupa
kata benda.
d. Oposisi hierarkial yaitu, makna kata-kata yag
beroposisi hierarkial ini menyatakan deret
jenjang atau tingkatan. Kata-kata yang
beroposisi hierarkial ini adalah kata-kata
yang berupa nama satuan ukuran (berat,
panjang dan isi), nama satuan hitungan dan
penanggalan, nama jenjang kepangkatan, dan
sebagainya.
e. Oposisi majemuk yaitu, oposisi di antara dua
buah kata. Namun, dalam perbendaharaan
kata bahasa Indonesia ada kata-kata yang
beroposisi lebih dari satu kata.
3. Homonimi, Homofoni, dan Homografi
Kata homonimi berasal dari bahasa Yunani kuno
onomo yang artinya ‘nama’ dan homo artinya ‘sama’.
Secara harfiah homonimi dapat diartikan sebagai ‘nama
sama untuk benda atau hal lain’. Secara semantik,
Verhaar (1978) memberi definisi homonimi sebagai
ungkapan (berupa kata, frase atau kalimat) yang
bentuknya sama dengan ungkapan lain (juga berupa kata,

10
frase atau kalimat) tetapi maknanya tidak sama (Abdul
Chaer, 2013). Dalam bahasa Indonesia banyak juga
homonimi yang terdiri lebih dari tiga buah kata.
Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia
susunan W.J.S Poerwadarminta di dalam kata yang
berhomonimi digunakan angka Romawi, tetapi dalam
Kamus Bahasa Indonesia (1983) oleh Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa, dan Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1988) juga oleh Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, kata-kata yang berhomonimi itu
ditandai dengan angka Arab. Hubungan antara dua buah
kata yang homonim bersifat dua arah. Ada dua
kemungkinan sebab terjadinya homonimi :
a. Bentuk-bentuk yang berhomonimi itu berasal
dari bahasa atau dialek yang berlainan.
b. Bentuk-bentuk yang berhomonim itu terjadi
sebagai hasil proses morfologi.
Sama halnya dengan sinonim, antonim,
homonimi ini dapat terjadi pada tataran morfem, tataran
kata, tataran frase, dan tataran kalimat.
a. Homonimi antarmorfem, tentunya antara
sebuah morfem terikat dengan morfem terikat
lainnya.
b. Homonimi antarfrase
c. Homonimi antarkalimat
Di samping homonimi ada pula istilah homofoni
dan homografi. Ketiga istilah ini biasanya dibicarakan
bersama karena ada kesamaan objek pembicaraan.
Homonimi dilihat dari segi “bunyi” (homo yang artinya
sama dan fon yang artinya bunyi), sedangkan homografi

11
dilihat dari segi “tulisan”, “ejaaan” (homo yang artinya
sama dan grafi yang artinya tulisan).
Homofoni sebetulnya sama saja dengan
homonimi karena realisasinya bentuk-bentuk bahasa
adalah berupa bunyi. Jadi, kata ‘bisa’ yang berarti ‘racun
ular dan kata ‘bisa’ yang berarti ‘sanggup’, selain
merupakan bentuk yang homonimi adalah juga bentuk
yang homofoni, dan juga homografi karena tulisannya
juga sama.
Dalam bahasa Indonesia ada sejumlah kata yang
homofon, tetapi ditulis dengan ejaan yang berbeda
karena ingin memperjelas perbedaan makna. Di dalam
Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan
Poerwadarminta kata-kata yang homograf ini diberi
keterangan cara melafalkannya di belakang tiap-tiap
kata. Ada beberapa buku pelajaran yang menyatakan
bahwa homograf adalah juga homonim karena mereka
berpandangan ada dua macam homonim, yaitu (a)
homonim yang homofon, dan (b) homonim yang
homograf.
4. Hiponimi dan Hipernimi
Kata hiponimi berasal dari bahasa Yunani kuno,
yaitu onoma berarti ‘nama’ dan hype berarti ‘dibawah’.
Jadi, secara harfiah berarti ‘nama yang termasuk di
bawah nama lain’. Secara semantik Verhaar (1978)
menyatakan hiponim ialah ungkapan (biasanya berupa
kata, tetapi kiranya dapat juga frase atau kalimat) yang
maknanya dianggap merupakan bagian dari makna suatu
ungkapan lain.
Jika relasi antara dua buah kata yang bersinonim,
berantonim, dan berhomonim bersifat dua arah maka

12
relasi antara dua buah kata yang berhiponim ini adalah
searah. Definisi Verhaar disebutkan bahwa hiponim
kiranya terdapat pula dalam bentuk frase dan kalimat.
Namun, kiranya sukar mencari contohnya dalam bahasa
Indonesia karena juga hal ini lebih banyak menyangkut
masalah logika dan bukan masalah linguistik. Ole karena
itu, menurut Verhaar masalah ini dapat dilewati saja,
tidak perlu dipersoalkan lagi.
Konsep hiponimi dan hipernimi mengandaikan
adanya kelas bawahan dan kelas atasan, adanya makna
sebuah kata yang berada di bawah makna kata lainnya.
Karena itu, ada kemungkinan sebuah kata yang
merupakan hipernimi terhadap sejumlah kata lain, akan
menjadi hiponim terhadap kata lain yang hierarkial
berada diatasnya. Konsep hiponimi dan hipernimi mudah
diterapkan pada kata benda tetapi agak sukar pada kata
kerja dan kata sifat. Di samping istilah hiponimi ada pula
istilah yang disebut meronimi. Kedua istilah ini
mengandung konsep yang hampir sama. Bedanya adalah
kalau hiponimi menyatakan adanya kata (unsur leksikal)
yang maknanya berada di bawah makna kata lain,
sedangkan meronimi menyatakan adanya kata (unsur
leksikal) yang merupakan bagian dari kata lain.
5. Polisemi
Polisemi lazim diartikan sebagai satuan bahasa (
terutama kata, bisa juga frasa) yang memiliki makna
lebih dari satu. Menurut pembicaraan terdahulu setiap
kata hanya memiliki satu makna, yakni yang disebut
makna leksikal dan makna yang sesuai dengan
referennya.

13
Dalam perkembangan selanjutnya komponen-
komponen makna ini berkembang menjadi makna-
makna tersendiri. Makna-makna yang bukan makna asal
dari sebuah kata bukanlah makna leksikal sebab tidak
merujuk kepada referen dari kata itu yang berkenaan
dengan polisemi ini adalah bagaimana kita bisa
membedakannya dengan bentuk-bentuk yang disebut
homonimi. Bahwa homonimi bukanlah sebuah kata,
melainkan dua buah kata atau lebih yang kebetulan
bentuknya sama.
Homonimi bukan sebuah kata maka maknanya
pun berbeda, di dalam kamus bentuk-bentuk yang
homonimi didaftarkan sebagai entri-entri yang berbeda.
Sebaliknya bentuk-bentuk adalah sebuah kata yang
memiliki makna lebih dari satu. Karena polisemi ini
adalah sebuah kata maka di dalamnya kamus didaftarkan
sebagai sebuah entri. Satu lagi perbedaan antara
homonimi dan polisemi, yaitu makna-makna pada
bentuk-bentuk homonimi tidak ada kaitan atau
hubungannnya sama sekali antara yang satu dengan yang
lainnya.
6. Ambiguitas
Ambiguitas atau ketaksaan sering diartikan
sebagai kata yang bermakna ganda atau mendua arti.
Polisemi juga bermakna ganda.
Polisemi dan ambiguitas sama-sama bermakna
ganda hanya kalau kegandaan makna dalam polisemi
berasal dari kata, sedangkan kegandaan makna dalam
ambiguitas berasal dari satuan gramatikal yang lebih
besar, yaitu frase atau kalimat dan terjadi sebagai akibat
penafsiran struktur gramatikal yang berbeda.

14
Bahasa lisan penafsiran ganda ini mungkin tidak
akan terjadi karena stuktur gramatikal itu dibantu oleh
unsur intonasi. Namun, dalam bahasa tulis penafsiran
ganda ini dapat saja terjadi jika penanda-penanda ejaan
tidak lengkap diberikan. Perbedaan ambiguitas dengan
homonimi dilihat sebagai bentuk yang kebetulan sama
dan dengan makna yang berbeda, sedangkan ambiguitas
adalah semua bentuk dengan makna yang berbeda
sebagai akibat dari berbedanya penafsiran stuktur
gramatikal bentuk tersebut. Ambiguitas hanya terjadi
pada satuan frase dan kalimat, sedangkan homonimi
dapat terjadi pada semua satuan gramatikal (morfem,
kata, frase, dan kalimat).
7. Redudansi
Istilah redundansi sering diartikan sebagai
‘berlebih-lebihan pemakaian unsur segmental dalam
suatu bentuk ujaran’. Salah satu prinsip dasar semantik
adalah bila bentuk berbeda maka makna pun akan
berbeda. Makna adalah suatu fenomena dalam ujaran
(utterance, internal phenomenon), sedangkan informasi
adalah sesuatu yang luar ujran (utterence-external).

3. Jenis Perubahan Makna Kata


A. Pengertian jenis Perubahan Makna Kata
Bahasa mempunyai sifat yang dinamis dalam setiap
perkembangan zaman. Semakin banyaknya kosa kata baru yang kini
mulai banyak digunakan dibanding sebelumnya. Berkembangnya
kata dalam suatu bahasa dipengaruhi oleh berbagai macam faktor,
salah satunya pengaruh dari budaya lain.
Selain munculnya kata-kata baru, perkembangan bahasa
yang dinamis juga dapat dilihat dari adanya perubahan makna kata.

15
Di mana satu kata bisa memiliki beragam makna sehingga dapat
digunakan dalam konteks yang berbeda-beda. Secara umum,
terdapat dua jenis perubahan makna kata, yaitu peyorasi atau
perubahan makna kata negatif, dan ameliorasi atau perubahan
makna kata positif.
Di samping peyorasi dan ameliorasi, masih terdapat jenis
perubahan makna kata lain yang sudah dianggap umum dan sering
digunakan dalam bahasa sehari-hari. Ini menjadi salah satu hal
penting yang perlu dipahami, sehingga masyarakat bisa mengerti
setiap ungkapan atau kata yang diucapkan dalam berkomunikasi.
B. Bentuk jenis perubahan makna kata
1. Jenis perubahan makna kata peroyasi
Jenis perubahan makna kata yang pertama adalah
peyorasi. Peyorasi merupakan jenis perubahan makna kata
yang negatif. Dalam hal ini, kata-kata yang termasuk
peyorasi mempunyai perubahan makna yang lebih buruk.
Sehingga, tak jarang beberapa kata peyorasi digunakan
sebagai ungkapan kasar atau umpatan.
Sebagai contoh, kata babi yang semula berarti jenis
hewan dengan bentuk gempal dan ciri khas hidungnya
besar dan menonjol, kemudian kata babi mengalami
perubahan makna yang digunakan sebagai kata kasar atau
umpatan.
Selain itu, contoh peyorasi juga bisa berupa kata
bangsat. Awalnya, bangsat diartikan sebagai kepinding
atau kutu busuk. Kini, bangsat digunakan sebagai kata
umpatan atau digunakan untuk menyebut orang yang
berperilaku jahat dan buruk.
Ada pula kata istri yang dinilai lebih baik dan lebih
sopan diucapkan, kemudian mengalami perubahan
peyorasi menjadi bini. Meskipun sama-sama berarti

16
pasangan dari suami atau ibu dari anak-anak, namun bini
justru dinilai lebih kasar saat diucapkan dibandingkan istri.
2. Jenis perubahan makna kata ameliorasi
Jenis perubahan makna kata berikutnya adalah
ameliorasi. Ameliorasi merupakan jenis perubahan makna
kata positif. Dalam hal ini, kata-kata yang termasuk
ameliorasi memiliki makna positif dibandingkan makna
aslinya atau makna awalnya.
Sebagai contoh, kata sahaya dalam bahasa Melayu
berarti hamba, abdi, atau budak. Namun kini, sahaya
mengalami perubahan makna yang lebih positif, yaitu
menjadi ‘saya’. Kata saya ini juga berdiri sebagai Promina
persona tunggal yang bebas kasta. Kata ameliorasi dari
sahaya lainnya adalah pembantu, yang berarti asisten
rumah tangga. Kata ini juga dinilai lebih sopan dan
bermakna positif dibandingkan sahaya.
Secara umum, jenis perubahan makna kata
ameliorasi dibedakan menjadi dua yaitu eufemisme dan
disfemisme. Eufimisme adalah penggunaan kata dalam
bentuk lain untuk menghindari bentuk tabu. Misalnya, kata
mati lebih sering dihindari dan diganti dengan kata
meninggal, atau kata berak diganti dengan buang air besar
yang dianggap lebih sopan.
Sementara itu, disfemisme adalah perluasan makna
yang lebih kasar dan bersifat ofensif seperti kata pencuri
yang sering disebut juga dengan maling.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pengertian Diksi atau Pilihan Kata
kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari
gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk
menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa
yang dimiliki pendengar
2. Fungsi Diksi
1) Membantu pembaca dalam memahami pesan dari suatu
karya sastra.
2) Komunikasi yang efektif.

18
3) Sebagai bentuk ekspresi
4) Hiburan
3. Tujuan Diksi
Tujuan penggunaan diksi adalah untuk memperoleh keindahan agar
dapat menambah daya ekspresivitas.
4. Makna Kata
Bentuk atau ekspresi adalah segi yang dapat diserap dengan panca
indera, yaitu mendengar atau dengan melihat. Sebaliknya segi isi
atau makna adalah segi yang menimbulkan reaksi dalam pikiran
pendengar atau pembaca karena rangsangan
5. Relasi Makna Kata
Relasi makna adalah hubungan kemaknaan atau relasi semantik
antara sebuah kata atau satuan bahasa lainnya dengan kata atau
satuan bahasa lainnya lagi. Hubungan atau relasi kemaknaan ini
mungkin menyangkut hal kesamaan makna (sinonim), kebalikan
makna (antonim), kegandaan makna (polisemi dan ambiguitas),
ketercakupan makna (hiponimi), kelainan makna (homonimi),
kelebihan makna (redundansi)
6. Jenis Perubahan Makna Kata
a. Jenis perubahan makna kata peroyasi
Jenis perubahan makna kata yang pertama adalah peyorasi.
Peyorasi merupakan jenis perubahan makna kata yang
negatif.
b. Jenis perubahan makna kata ameliorasi
Jenis perubahan makna kata berikutnya adalah ameliorasi.
Ameliorasi merupakan jenis perubahan makna kata positif
B. Saran
Dengan adanya makalah ini kelompok kami berharap semoga dapat
bermanfaat bagi mahasiswa khususnya dan pada umumnya untuk
masyarakat. Semoga makalah ini dapat memberikan penambahan ilmu dan
pengetahuan bagi kita semua yang memanfaatkan makalah ini. Kami selaku

19
pihak penyusun juga mengharapkan sebuah kritik dan saran yang
membanggun agar tercapai kesempurnaan untuk tugas kami diwaktu yang
akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Hardi.Diksi:pengertian,jenisfungsi, dan ciri-cirinya : www.gramedia.com.Diakses


pada Jum'at 28 Oktober 2022.
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian diksi/#Fungsi_Diksi
Intan Utami, Meistika.Relasi makna(pengertian,dan jenis-jenisnya)
alegorinai.wordpress.com. Diakses pada Jum'at 28 Oktober 2022.
https://alegorinai.wordpress.com/2016/08/18/relasi-makna-pengertian-dan-
jenis-jenisnya
Kusumawati, Tri Indah. " Kata dan pilihan kata". Jurnal AL-IRSYAD IV. No. 1,
Januari (2014):14.
Prabandari, Ayu Isti. "Jenis perubahan makna kata dan contohnya, perlu dipahami"
m.merdeka.com. Diakses pada Jum'at 28 Oktober 2022.

20
https://m.merdeka.com/jateng/jenis-perubahan-makna-kata-dan-
contohnya-perlu-dipahami

21

Anda mungkin juga menyukai