DIKSI
OLEH :
KELOMPOK 4 : 1. FITRIA (2111222020)
DOSEN PENGAMPU :
MEKSI RAHMA NESTI
UNIVERSITAS ANDALAS
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam. Salawat serta salam
semoga tercurah pada arwah junjungan alam yakni-Nya Nabi besar Muhammad
SAW, serta para keluarganya, sahabatnya dan para pengikutnya, aamiin.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER.........................................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................
B. Rumusan Masalah........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Diksi...........................................................................................
B. Manfaat Diksi...............................................................................................
C. Penggunaan Diksi.........................................................................................
D. Ciri-ciri Diksi................................................................................................
E. Syarat-syarat Diksi.......................................................................................
F. Jenis-jenis Diksi dan Contohnya..................................................................
G. Makna dalam Diksi.......................................................................................
H. Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pemilihan Diksi...................................
A. Kesimpulan...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang perlu menjalin interaksi atau komunikasi
dengan sesamanya. Dalam berkomunikasi, manusia membutuhkan serta
menggunakan bahasa. Tentunya pada saat berinteraksi, manusia harus menggunakan
bahasa yang baik dan benar, agar tidak ada kesalahpahaman dan suasananya tetap
baik atau kondusif. Salah satu aspek penting yang harus diperhatikan dalam berbahasa
adalah pemilihan serta penggunaan kata yang tepat dengan kondisi atau peristiwa
yang sedang terjadi. Contohnya jika ada teman yang sedang berulang tahun,
sebaiknya mengucapkan selamat serta memberikan harapan yang baik untuknya.
Pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya disebu diksi.
Tahukah kamu apa yang dimaksud dengan diksi? Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), diksi merupakan pemilihan kata yang harus selaras dan tepat
dalam penggunaannya, digunakan untuk mengungkapkan gagasan.
Rumusan Masalah
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan diksi!
2. Jelaskan apa saja manfaat diksi!
3. Jelaskan apa saja fungsi penggunaan diksi!
4. Sebutkan apa saja ciri-ciri diksi!
5. Sebutkan apa saja syarat-syarat diksi!
6. Jelaskan jenis-jenis diksi dan contohnya!
7. Jelaskan makna apa saja yang ada didalam diksi!
8. Jelaskan hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam pemilihan diksi!
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Diksi
Diksi menurut KBBI Daring adalah pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam
penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu
(seperti yang diharapkan). Pemilihan kata atau diksi lebih luas dari pada apa yang
disusun oleh jalinan kata-kata. Pemilihan kata bukan saja dipergunakan untuk
menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau
gagasan, melainkan juga meliputi persoalan fraseologis, gaya bahasa dan ungkapan
dalam kalimat.
Diksi dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya
ekspresi oleh penulis atau pembicara. Arti kedua “diksi” yang lebih umum
digambarkan dengan enunsiasi kata seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat
didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini
membicarakan pengucapan dan intonasi dari pada pemilihan kata dan gaya.
• Pemilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang akan
dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan
kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya
mana yang paling baik digunakan dalam situasi.
• Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-
nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan,dan kemampuan untuk
menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki
kelompok masyaraka tpendengar.
• Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan
sejumlah besar kosakata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang
dimaksud perbendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata
yang dimiliki oleh sebuah bahasa.
Ketepatan diksi atau pemilihan kata dalam suatu karangan merupakan hal
yang tidak dapat diabaikan karena ketidaktepatan penggunaan diksi pasti akan
menimbulkan ketidakjelasan makna.
B. Manfaat Diksi
1. Untuk memperoleh keindahan guna menambah daya ekspresivitas. Maka sebuah
kata akan lebih jelas, jika pilihan kata tersebut tepat dan sesuai. Ketepatan pilihan
kata bertujuan agar tidak menimbulkan interpretasi yang berlainan antara penulis
atau pembicara dengan pembaca atau pendengar, sedangkan kesesuaian kata
bertujuan agar tidak merusak suasana.
2. Untuk menghaluskan kata dan kalimat agar terasa lebih indah. Dan juga dengan
adanya diksi oleh pengarang berfungsi untuk mendukung jalan cerita agar lebih
runtut mendeskripsikan tokoh, lebih jelas mendeskripsikan latar waktu, latar
tempat, dan latar sosial dalam cerita tersebut.
3. Dapat membedakan secara cermat kata-kata denotatif dan konotatif, bersinonim
dan hampir bersinonim, kata-kata yang mirip dalam ejaannya.
4. Dapat membedakan kata-kata ciptaan sendiri dan juga kata yang mengutip dari
orang yang terkenal yang belum diterima dimasyarakat. Sehingga dapat
menyebabkan kontroversi dalam masyarakat.
Selain itu, manfaat diksi lainnya adalah tidak hanya dirasakan penerima pesan
yaitu pembaca dan pendengar saja, melainkan juga penyampai pesan atau gagasan
tersebut. Adapun berikut beberapa manfaat diksi yang juga wajib untuk kamu ketahui:
Seorang penulis dan pembicara yang baik harus memiliki tujuan yang benar
ketika ingin menyampaikan ide dan gagasannya. Tujuan tersebut tidak lain adalah
sampainya pesan yang akan disampaikan kepada pembaca dan pendengarnya, baik
berupa pemahaman yang benar maupun respon terkait apa yang disampaikan. Diksi
atau pilihan kata yang tepat sangat bermanfaat bagi penulis untuk membedakan antara
kata-kata yang telah ditulisnya dengan kata-kata kutipan dari orang lain. Diksi yang
tepat juga dapat memudahkan proses menulis agar lebih mengalir dan tidak terkesan
dibuat-buat dengan kalimat yang tidak sesuai konteks.
Bagi pembaca atau pendengar, hal yang terpenting ketika membaca atau
mendengarkan suatu cerita adalah bagaimana cerita tersebut mudah dipahami.
Bahasan yang ringan dan diksi yang tepat biasanya lebih disukai dibandingkan bahasa
yang berbelit-belit dan alur cerita yang berputar-putar. Dengan pemilihan diksi yang
tepat, diharapkan para pembaca maupun pendengar dapat membedakan kata-kata
sinonim, antonim, maupun kata lain yang ejaannya mirip. Sehingga pembaca dan
pendengar pun dapat memahami dengan lebih baik jika penggunaan diksi sudah
sesuai dengan konteksnya.
C. Penggunaan Diksi
Mengacu pada pengertian diksi di atas, fungsi diksi adalah agar pemilihan kata
dan cara penyampaiannya dapat dilakukan dengan tepat sehingga orang lain mengerti
maksud yang disampaikan. Diksi juga berfungsi untuk memperindah suatu kalimat.
Misalnya diksi dalam suatu cerita, dengan diksi yang baik maka penyampaian cerita
dapat dilakukan secara runtut, menjelaskan tokoh-tokoh, mendeskripsikan latar dan
waktu, dan lain sebagainya.
1. Memudahkan pembaca atau pendengar dalam memahami dan mengerti apa yang
ingin disampaikan penulis atau pembicara
2. Kata yang disampaikan menjadi lebih jelas sehingga terasa tepat dan sesuai dalam
konteks penggunaannya
3. Mengantisipasi terjadinya interpretasi atau tafsiran yang berbeda antara
penyampai kalimat dengan penerimanya
4. Diksi yang bagus dan sesuai dapat digunakan untuk memperindah kalimat
sehingga cerita yang dibuat bisa lebih runtut dengan mendeskripsikan karakter
tokoh, latar dan waktu, serta alur cerita
5. Untuk menggambarkan ekspresi terhadap ide dan gagasan yang akan disampaikan
6. Membuat komunikasi yang terjalin menjadi lebih efektif dan efisien
• Ketepatan
• Kesesuaian
Apakah kita dapat mengungkapkan pikiran kita dengan cara yang samadalam
semua kesempatan danlingkungan yang kita masuki.
Terdapat sepuluh hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan kata, antara
lain adalah sebagai berikut:
a.) Denotatif
Adalah makna yang sebenarnya yang sama dengan makna lugas untuk
menyampaikan sesuatu yang bersifat faktual. Makna pada kalimat yang
denotatif tidak mengalami perubahan makna. Makna denotatif berhubungan
dengan bahasa ilmiah. Makna denotatif dapat dibedakan atas dua macam
relasi:
1.) Relasi antara sebuah kata dengan barang individual yang diwakilinya.
2.) Antara sebuah kata dan ciri-ciri atau perwatakan tertentu dari barang yang
diwakilinya.
b.) Konotatif
Adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap
sosial, sikap pribadi dan kriteria tambahan yang di kenakan pada sebuah
makna konseptual. Makna konotasi adalah makna yang bukan sebenarnya
yang umumnya bersifat sindiran dan merupakan makna denotasi yang
mengalami penambahan.
Misal : Kata kamar kecil. Kata ini berarti sebuah ruangan yang kecil pada
makna denotatif tapi pada makna konotatif berarti jamban.
Contoh lain :
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai
makna yang sama tetapi bentuknya berlainan. Sinonim ini dipergunakan untuk
mengalihkan pemakaian kata pada tempat tertentu sehingga kalimat itu tidak
membosankan.
a.) Sinonim Mutlak : Kata-kata yang dapat bertukar tempat dalam konteks
kebahasaan apa pun tanpa mengubah makna struktural dan makna leksikal
dalam rangkaian kata/frasa/klausa/kalimat.
Contoh Sinonim mutlak :
- Leksikografi = Perkamusan
- Kucing = Meong
b.) Sinonim Semirip : Kata-kata yang dapat bertukar tempat dalam konteks
kebahasaan tertentu tanpa mengubah makna struktural dan leksikal dalam
rangkaian kata/frasa/klausa/kalimat tersebut saja.
- Melatis = Menerobos
- Lahiriah = Jasmaniah
C.) Sinonim Selingkung : Kata-kata yang dapat saling mengganti dalam satu
konteks kebahasaan tertentu saja secara struktural dan leksikal.
- Lemah = Lemas
- Binatang = Fauna
- Bohong = Dusta
- Haus = Dahaga
- Pakaian = Baju
Contoh kalimat :
Homonim adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda tetapi
lafal atau ejaan sama. Jika lafalnya sama disebut homograf, namun jika
yangsama adalah ejaannya maka disebut Homofon. Ada dua bentuk
Homonim:
Contoh Homofon :
Contoh Homograf :
- Amplop
- Bisa
Istilah asing adalah kata yang tidak digunakan oleh orang yang tinggal
di sebuah tempat tertentu, dalam hal ini istilah asing adalah kata atau istilah
yang berada di luar bahasa Indonesia. Penulis hendaknya memakai kata yang
ada di Kamus Besar Bahasa Indonesia saja, tetapi bila diperlukan, penulis
dapat memakai istilah asing. Penggunaan kata bahasa asing harus dicermati
karena penggalan kata atau imbuhan dalam bahasa tertentu memiliki arti
tertentu pula. Contoh padanan kata istilah asing adalah saling-tempel dari asal
kata copy-paste.
- Semua data itu telah aku salin-tempel (copy paste) ke komputer perusahaan.
- Saat libur kuliah, Bara biasanya bekerja sebagai pramuwisata (guide) bagi
turis yang tengah berlibur ke Yogyakarta.
Contoh:
Kalimat di atas memiliki kata umum yakni melihat dan kata khusus
seperti menengok dan melirik. Pada kalimat pertama, kata umum masih bisa
digunakan sesuai dengan konteks kalimat di atas. Sedangkan pada kalimat
ketiga kata khusus melirik tidaklah sesuai dengan konteks kalimat tersebut.
Kata khusus yang sesuai ialah menengok pada kalimat kedua.
- Mata ibu mengeluarkan air mata ketika mengiris bawang merah. (Kata
Khusus)
- Ketika hari raya tiba, umat muslim memotong sapi dan kambing sebagai
hewan kurban. (Kata Umum)
1.) Kebahasaan
b.) Perubahan Struktur Frasa : Kaleng susu (kaleng bekas tempat susu),
susu kaleng (susu yang dikemas dalam kaleng).
2.) Kesejarahan
3.) Kesosialan
4.) Kejiwaan
Perubahan makna karena faktor kejiwaan ditimbulkan oleh
pertimbangan: (a) rasa takut, (b) kehalusan ekspresi, dan (c) kesopanan.
Perhatikan contoh berikut ini :
Contoh:
Kata baku adalah kata yang digunakan sudah sesuai dengan pedoman
atau kaidah bahasa yang telah di tentukan. Kata baku merupakan kata yang
sudah benar dengan aturan maupun ejaan kaidah bahasa Indonesia dan sumber
utama dari bahasa baku yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Kata
baku umumnya sering digunakan pada kalimat yang resmi, baik itu dalam
suatu tulisan maupun dalam pengungkapan kata-kata.
Kata-kata baku yaitu kata yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia yang sudah ditentukan sebelumnya dan suatu kata bisa disebut
dengan kata tidak baku jika kata yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia. Ketidakbakuan suatu kata bukan hanya ditimbulkan oleh
salah penulisan saja, akan tetapi bisa juga disebabkan oleh pengucapan yang
salah dan penyusunan suatu kalimat yang tidak benar. Biasanya kata tidak
baku selalu muncul dalam percakapan kita sehari-hari.
Contoh:
- pergi (baku)
pigi (nonbaku)
- praktik (baku)
praktek (nonbaku)
- November (baku)
Nopember (nonbaku)
Ciri-ciri bahasa baku antara lain: (1) tidak dipengaruhi oleh bahasa
daerah; (2) tidak dipengaruhi oleh bahasa asing; (3) bukan merupakan ragam
bahasa percakapan; (4) tidak rancu; (5) digunakan sebagai konteks kalimat;
dan (6) pemakaian imbuhan secara eksplisit.
• Penggunaan Majas
Secara umum, majas dibagi ke dalam empat kategori, yakni: (1) majas
perbandingan; (2) majas pertentangan; (3) majas sindiran; dan (4) majas
penegasan.
1.) Majas Perbandingan
- Pensil itu menari-nari di atas kertas untuk menghasilkan gambar yang indah.
Bukan hanya dalam karya sastra, tanpa kita sadari majas hiperbola
sering kali mengisi percakapan kita. Bisa saja, pesan yang ingin disampaikan
biasa-biasa saja namun menjadi lebih wah ketika kalimatnya dibentuk
sedemikian rupa dengan majas hiperbola. Untuk mendapat kesan dramatis dari
sebuah kalimat, pengarang kerap menggunakan majas hiperbola. Kesan
hiperbola (sangat berlebih-lebihan) dalam menceritakan sesuatu sengaja
dilakukan dengan tujuan, yaitu untuk manarik perhatian dari para pembaca.
Contoh :
Dari segi bahasa, kata eufimisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu
euphemizein yang berarti kata-kata yang baik. Dari segi istilah majas
eufimisme adalah gaya bahasa jenis perbandingan yang dapat menggantikan
satu pengertian dengan kata-kata lain yang memiliki makna yang hampir
sama. Ada juga yang mengartikan majas eufimisme sebagai ungkapan atau
gaya bahasa pelembut dengan menghindari kata-kata kasar dan kurang sopan
untuk menjaga tata krama. Jadi, dapat dikatakan bahwa majas eufimisme
berfungsi untuk menghaluskan suatu maksud kalimat agar lebih sopan atau
tidak menimbulkan kesan menyinggung lawan bicara. Contoh:
- Anggota DPR yang terlibat korupsi itu mengenakan rompi orange saat
digandeng polisi.
Majas metonimia adalah salah satu jenis majas yang sering digunakan
dalam kehidupan sehari-hari berupa pemakaian nama ciri atau nama hal yang
ditautkan dengan orang, barang, atau hal sebagai penggantinya, misalnya kata.
Majas simile atau ibarat adalah salah satu majas dalam bahasa
Indonesia. Simile adalah majas yang membandingkan sesuatu hal dengan hal
yang lainnya dengan menggunakan kata penghubung atau kata pembanding.
Kata penghubung yang digunakan contohnya seperti, bagaikan, bak, layaknya,
laksana, dll. Hanya bedanya, pada majas simile tidak membandingkan dua
objek yang berbeda, melainkan membandingkan kegiatan dengan
menggunakan ungkapan yang maknanya serupa. Contoh:
- Kasih sayang ibu kepada anaknya bagai sang suryamenyinari dunia.
- Kita hanya perlu mewakilkan satu kepala saja dalam rapat ini.
Secara bahasa, antitesis berasal dari gabungan dua kata yaitu anti yang
berarti berlawanan dan tesis yang berarti penempatan. Menurut KBBI (2008:
77)) antitesis adalah pengungkapan gagasan yang bertentangan dalam susunan
kata yang sejajar, seperti dalam semboyan Merdeka atau mati. Adapun secara
istilah, pengertian majas antitesis dapat diartikan sebagai suatu gaya bahasa
yang dibuat dengan memadukan dua kata yang saling berlawanan pada kondisi
yang saling berhadapan. Contoh:
- Jangan terpengaruh pada kaya miskinnya teman Anda jika ingin menjalin
tali persahabatan yang baik.
Kata Ironi berasal dari kata dalam bahasa Yunani eironeia artinya
berpura-pura tidak mengerti. Ironi adalah majas yang menyatakan makna yang
bertentangan dengan maksud berolok-olok. Maksud itu dapat dicapai dengan
tiga cara, yaitu: (1) mengemukakan makna yang berlawanan dengan makna
yang sebenarnya; (2) ketidaksesuaian antara suasana yang diketengahkan dan
kenyataan yang mendasarinya; dan (3) ketidaksesuaian antara harapan dan
kenyataan (Moeliono, 1984: 3).
Menurut Tarigan (1985: 61) ironi adalah sejenis gaya bahasa yang
mengimplikasikan sesuatu yang nyata berbeda, bahkan ada kalanya
bertentangan dengan yang sebenarnya dikatakan itu. Ironi ringan merupakan
bentuk humor, tetapi ironi berat atau ironi keras biasanya merupakan suatu
bentuk sarkasme atau satire.
Dapat disimpulkan majas ironi adalah majas yang berisi suatu hal yang
berlawanan dengan makna sesungguhnya dimana penyampaian dan
pengungkapan kata-katanya menggunakan sindiran halus. Contoh:
- Enak sekali masakan yang kamu buat ini, rasanya pedas dan asin sekali.
Majas sarkasme merupakan suatu acuan yang lebih kasar dari ironi dan
sinisme. Ia adalah suatu acuan yang mengandung kepahitan dan celaan yang
getir. Sarkasme ini akan menyakiti hati dan kurang enak didengar (Keraf,
2004: 143-144).
- Harusnya kau malu dengan nilaimu. Masa anak seorang kepala sekolah
nilainya gagal semua.
Menurut KBBI (2008: 1231) satire adalah gaya bahasa yang dipakai di
kesusastraan untuk menyatakan sindiran terhadap suatu keadaan atau
seseorang; sindiran atau ejekan. Gorys Keraf (2004: 144) satire adalah
ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu.
Satire adalah gaya ejekan yang menetapkan nada dan makna suatu
karya. Hakikat satire adalah sublimasi dan pemurnian rasa berang, tetapi dapat
berfungsi menghilangkan sebab-sebab penyakit jiwa, seperti kemunafikan,
kebohongan, dan keserakahan. Gaya satire dapat muncul dalam sajak, novel,
dan drama. Satire barasal dari bahasa Latin Satire (Zaidan, dkk, 2007: 184).
- Tumben sekali kau berpikiran secerdas itu. Jangan-jangan, tadi kau salah
minum obat.
- Badan sih boleh tinggi, tapi hatinya jangan tinggi juga dong!
- Kau tak perlu iri kepadanya terus. Lagian, kau ini sebetulnya bisa ebih baik
dari dia. Asalkan, kau mau bekerja keras dan jadi dirimu sendiri.
- Dia terus belajar, belajar,dan belajar demi lulus dengan nilai terbaik.
- Setiap hari, setiap jam, setiap menit, setiap detik aku selalu memikirkan
amarah ibu kepadaku.
- Desti hanya bisa diam dan membisu di depan kelas saat teman sekelas
menertawakannya.
- Dengan menggunakan krim ini kulit wajahmu akan terlihat lebih sehat, lebih
cerah dan lebih
- Para orang tua tak kalah saing dengan anak muda dalam perlombaan 17
Agustus di Desa Pancurbatu.
- Tanpa perbekalan yang cukup, apa menurutmu kita bisa bertahan tanpa
makanan dan minuman?
Menurut KBBI (2008: 707) klimaks adalah puncak dari suatu hal,
kejadian, keadaan, dan sebagainya yang berkembang secara berangsur-angsur;
kejadian atau adegan yang paling menarik atau penting. Dapat disimpulkan
majas klimaks adalah sebuah bentuk gaya bahasa yang menggunakan kata-
kata yang berurutan mulai dari tingkat paling bawah atau sederhana ke tingkat
yang lebih tinggi, dan biasanya menggunakan kata hubung hingga, ke, dalam
kalimatnya.
- Mulai dari balita, anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tuatelah terdaftar
dalam pemilu 2019.
- Saking terpananya dengan artis Korea, dari awal hingga akhir ia mengikuti
alur cerita itu.
- Kompetisi sepak bola tahun ini pesertanya terdiri dari pemain level
profesional sampai pemain level amatir.
- Mulai bulan ini kereta api tujuan Surabaya mulai melayani kelas eksekutif,
bisnis, dan ekonomi.
Sebab itu, ada beberapa hal yang perlu diketahui setiap penulis atau
pembicara agar kata-kata yang dipergunakan tidak akan mengganggu suasana,
dan tidak akan menimbulkan ketegangan antara pembicara dengan pendengar.
Menurut Keraf (2008:103-104), syarat-syarat tersebut sebagai berikut :
a.) Hindarilah sejauh mungkin bahasa atau unsur substandar dalam suatu
situasi yang formal.
- Ia mendengar kepak sayap kelelawar dan guyuran sisa hujan dari dedaunan,
karena angin pada kemuning.
- Ia mendengar resah kuda serta langkah pedati ketika langit bersih kembali
menampakkan bimasakti yang jauh.
- Ia mendengar bunyi sayap kelelawar dan sisa hujan yang ditiup angin di
daun.
b.) Menggunakan kata yang berhubungan dengan nilai sosial dengan cermat.
Misalnya:
- kencing (kurang sopan), buang air kecil (lebih sopan)
D. Ciri-ciri Diksi
1. Tepat pada pemilihan kata guna mengungkap gagasan ataupun hal yang
diamanatkan.
2. Bisa digunakan untuk membedakan nuansa makna dengan bentuk yang sesuai
terhadap gagasan dan situasi maupun nilai rasa pembacanya.
3. Memakai pembendaharaan kata yang dipunya oleh masyarakat bahasanya serta
bisa menggerakan atau memberdayakan kekayaan itu menjadi sebuah kata yang
jelas.
E. Syarat-syarat Diksi
Agar cerita yang dihasilkan lebih menarik, maka diksi atau pilihan kata yang baik
juga harus memenuhi beberapa syarat berikut ini:
1. Membedakan secara cermat makna kata yang hampir bersinonim misalnya:
ialah, adalah, dalam pemakaian berbeda beda. Kata ialah harus diikuti sinonim,
bukan definisi formal. Jika menggunakan kata ialah maka harus disertai sinonim.
Manusia ialah orang. ( benar dan cermat) Manusia ialah makhluk yang berakal
budi ( salah, tidak cermaat) Manusia adalah makhluk yang berakal budi. ( benar
dan cermat)
2. Membedakan makna denotasi dan konotasi dengan cermat. Denotasi yaitu kata
yang bermakna lugas dan tidak bermakna ganda. Sedangkan konotasi dapat
menimbulkan makna yang bermacam macam , lazim digunakan dalam
pergaulan, untuk tujuan estetika dan kesopanan.
3. Membedakan makna kata secara cermat kata yang mirip ejaanny, misalnya :
interferensi (saling mempengaruhi) dan inferensi ( kesimpulan), sarat (penuh,
bunting) dan syarat (ketentuan).
4. Menggunakan kata abstrak dan konkret secara cermat, kata abstrak
(konseptual, misalnya: pendidikan, wirausaha, dan pengobatan modern) dan
kata konkret atau kata khusus (misalnya: mangga, sarapan, berenang).
5. Menggunakan dengan cermat kata bersinonim (misalnya pria dan laki laki, saya
dan aku, serta buku dan kitab) berhomofon ( misalnya: bang dan bank)
berhomograf (misalnya: apel( buah) dan apel (upacara) teras ( serambi) dan
teras (pejabat) berhomonim ( misalnya buku (tulang) dan buku (kitab).
6. Menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat, misalnya:isu (dalam
bahasa Indonesia berarti kabar yang tidak jelas asal usulnya,kabar angin, desas
desus).
7. Menggunakan kata umum dan kata khusus secara cermat. Untuk mendapatkan
pemahaman yang spesifik karangan ilmiah sebaiknya menggunakan kata
khusus, misalnya: mobil (kata umum) fortuner (kata khusus).
8. Menggunakan kata –kata idiomatik berdasarkan susunan (pasangan) yang
benar, misalnya: sesuai bagi seharusnya sesuai dengan.
9. Menggunakan imbuhan asing (jika diperlukan) harus memahami maknanya
secara tepat, misalnya dilegalisir seharusnya dilegalisasi, koordinir seharusnya
koordinasi.
10. Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapat sendiri,
jika pemahaman belum dapat dipastikan, pemakai kata harus menemukan makna
yang tepat dalam kamus, misalnya modern sering diartikan secara
subjektif canggih menurut kamus modern berarti terbaru atau mutakhir; canggih
berarti banyak cakap, suka mengganggu, rewel,bergaya intelektual.
1. Sinonim
Sinonim disebut juga padanan kata atau persamaan kata karena memiliki
makna yang sama. Contoh kata sinonim, di antaranya:
1. Pandai: pintar
2. Baju: pakaian
3. Matahari: mentari
4. Buruk: jelek
5. Rajin: giat
1. Dini menjadi anak yang paling pandai di kelas karena rajin belajar
2. Dini menjadi anak yang paling pintar di kelas karena giat belajar
Kedua kalimat tersebut menggunakan kata atau diksi yang berbeda pada
pilihan kata “pandai” dan “rajin”. Namun, keduanya tetap memiliki makna dan
pemahaman yang sama meskipun diganti dengan kata “pintar” dan “giat”.
2. Antonim
Antonim disebut juga sebagai lawan kata atau perbedaan kata karena memiliki
makna yang berlawanan. Contoh kata antonim, di antaranya:
Ketika dua kalimat tersebut menggunakan kata yang berlawanan, maka makna
yang disampaikan pun menjadi berbeda dan berlawanan.
3. Homonim
Homonim merupakan jenis kata yang memiliki makna yang berbeda namun
lafal atau pengucapan dan ejaannya sama. Contoh kalimat penerapannya adalah
sebagai berikut:
1. Kalimat 1: Genting rumah bocor sehingga air masuk ke dalam rumah ketika hujan
turun.
2. Kalimat 2: Keadaan di sekolah sedang sangat genting karena murid sekolah lain
tawuran menyerbu sekolah.
4. Homofon
Berbeda dengan homonim, homofon memiliki lafal yang sama, namun makna
dan ejaannya berbeda. Contoh kalimat penerapannya adalah sebagai berikut:
Kedua kalimat tersebut menggunakan kata “massa dan masa” yang memiliki
pelafalan yang sama namun ejaan dan artinya berbeda. Kata “masa” pada kalimat
pertama memiliki makna saat atau waktu. Sedangkan kata “massa” pada kalimat yang
kedua memiliki makna kumpulan orang dalam jumlah yang banyak.
5. Homograf
Homograf merupakan jenis kata atau diksi yang memiliki ejaan yang sama
namun makna dan lafalnya berbeda. Contoh kalimat penerapannya adalah sebagai
berikut:
Kata “apel” pada kalimat pertama diucapkan dengan lafal yang sama seperti
kata me pada kata memukul dan memiliki arti nama buah apel. Sedangkan, kata
“apel” pada kalimat kedua dilafalkan seperti melafalkan ejaan huruf L (el) dan
memiliki arti kumpul.
6. Polisemi
Polisemi merupakan jenis kata yang ejaan dan lafalnya yang sama namun
memiliki banyak arti dan pengertian jika digunakan dalam konteks kalimat yang
berbeda. Contoh kalimat penerapannya adalah sebagai berikut:
Kata “bunga” tersebut memiliki ejaan dan lafal yang sama namun memiliki
arti yang banyak dan berbeda-beda. Kalimat pertama mengandung arti nama bunga
atau tanaman. Kalimat kedua mengandung makna kiasan sebagai gadis yang paling
cantik. Kaimat ketiga mengandung makna keuntungan.
1. Pak Tono memelihara banyak sekali burung di rumahnya seperti merpati, beo,
perkutut, dan lain sebagainya.
Hipernim dalam kalimat tersebut adalah “burung” yang mewakili hiponimnya
yaitu “merpati, beo, dan perkutut”.
Contoh :
- Pak Slesh adalah seorang pegawai kantoran yang sangat tekun dan berdedikasi. Ia
selalu disiplin dalam mengerjakan sesuatu. Pada saat rapat kerja, salah satu kolega
yang hadir melihat kinerja beliau dan kemudian berkata kepada sesama kolega yang
lain “Jam tangan pak Slesh bagus yah”.
Penjelasan :
Dalam ilustrasi diatas, frase jam tangan memiliki makna konotasi yang berarti
sebenarnya disiplin. Namun makna ini hanya diketahui oleh orang-orang yang bekerja
di kantoran atau semacamnya yang berpacu dengan waktu. Dalam contoh diatas, Jam
Tangan memiliki Makna Konotasi Positif karena sifatnya memuji.
Makna konotasi dibagi menjadi 2 yaitu konotasi positif merupakan kata yang
memiliki makna yang dirasakan baik dan lebih sopan, dan konotasi negatif merupakan
kata yang bermakna kasar atau tidak sopan.
Diksi menjadi salah satu faktor penentu apakah gagasan atau pesan yang ingin
disampaikan bisa sampai dan sesuai dengan yang diharapkan atau tidak. Seringkali
karena memiliki keterbatasan kosakata seorang penulis dan pembicara kesulitan untuk
menyampaikan maksudnya.
Tidak hanya memilih diksi yang tepat, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam penulisan sebuah kalimat dan paragraf. Unsur-unsur diksi yang
terdiri dari 8 elemen tersebut harus disusun sedemikian rupa agar mudah dipahami
oleh pembaca atau pendengar. Berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan dalam
menentukan diksi, di antaranya:
Pengulangan kata akan membuat kalimat yang dibuat menjadi boros, tidak
efektif, dan terkesan berbelit-belit. Hindari penggunaan kata yang diulang seperti
berikut ini:
1. Rina diminta untuk maju ke depan. (kata maju otomatis digunakan untuk
menuju ke arah depan, sehingga tidak perlu diulang dengan menambahkan
kata ke depan)
2. Jangan mundur ke belakang karena ada parit, nanti kamu jatuh! (kata mundur
otomatis digunakan untuk menunjuk arah ke belakang)
3. Dea sudah membuat rencana yang akan datang untuk liburan selanjutnya.
(kata rencana mengandung arti segala sesuatu yang belum terjadi dan yang
akan terjadi di masa mendatang sehingga tidak perlu ditambahkan akan
datang)
2. Kalimat yang disampaikan harus menggunakan diksi yang ringkas agar tidak
boros kata
1. Direktur keuangan menyatakan bahwa akibat dari langkah yang diambil pada
bulan lalu mengakibatkan budget keuangan untuk produksi dan operasional
menjadi membengkak. (diksi yang kurang tepat)
2. Direktur keuangan mengatakan, budget keuangan untuk produksi dan
operasional membengkak. (diksi yang tepat)
Semakin sederhana kalimat yang dibuat, maka kalimat tersebut akan lebih
mudah dipahami. Sebisa mungkin tidak perlu menggunakan anak kalimat dan
gunakan bahasa radio atau bahasa tutur sehari-hari. Pecahlah ke dalam beberapa
kalimat jika menemukan kalimat yang memiliki anak kalimat.
1. Tugas mendidik haruslah menjadi tugas bersama antara guru dan orang tua di
rumah sehingga anak-anak mendapatkan panutan yang sesuai baik di sekolah
maupun di rumah. (diksi yang kurang tepat)
2. Guru dan orang tua harus bersama-sama dalam mendidik anak-anak. Sehingga
anak-anak akan mendapatkan panutan yang baik ketika di sekolah dan di
rumah. (diksi yang tepat)
4. Hindari pemborosan kata
1. Hasil daripada pertemuan antara guru dan orang tua Rino kemarin adalah Rino
harus diskors atau dilarang masuk sekolah selama beberapa hari. (kalimat non
baku)
2. Hasil daripada dari pertemuan antara guru dan orang tua Rino kemarin adalah
Rino harus diskors. (kalimat baku)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diksi menurut KBBI Daring adalah pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam
penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu
(seperti yang diharapkan). Pemilihan kata atau diksi lebih luas dari pada apa yang
disusun oleh jalinan kata-kata. Pemilihan kata bukan saja dipergunakan untuk
menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau
gagasan, melainkan juga meliputi persoalan fraseologis, gaya bahasa dan ungkapan
dalam kalimat.
Diksi dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya
ekspresi oleh penulis atau pembicara. Arti kedua “diksi” yang lebih umum
digambarkan dengan enunsiasi kata seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat
didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini
membicarakan pengucapan dan intonasi dari pada pemilihan kata dan gaya.
Manfaat diksi :
Fungsi diksi adalah agar pemilihan kata dan cara penyampaiannya dapat
dilakukan dengan tepat sehingga orang lain mengerti maksud yang disampaikan.
Diksi juga berfungsi untuk memperindah suatu kalimat. Misalnya diksi dalam suatu
cerita, dengan diksi yang baik maka penyampaian cerita dapat dilakukan secara
runtut, menjelaskan tokoh-tokoh, mendeskripsikan latar dan waktu, dan lain
sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompas.com/skola/read/2021/01/13/200016469/mengapa-diksi-
diperlukan-dalam-berbahasa
https://winarialubis.wordpress.com/2019/11/29/diksi-pilihan-kata/amp
https://bahasa.foresteract.com/diksi/2