Anda di halaman 1dari 18

Makalah Bahasa Indonesia

“Pilihan Kata dan Kalimat Efektif”

Dosen Pengampu: Dina Mariana BR. Tarigan, S. S.,M. Si

Disusun oleh:

KELOMPOK 3

1. Suci Fitriani (202255201079)


2. Ratna Julianti (202255201078)
3. Nur Muhammad Syukur (202255201077)

TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUSAMUS MERAUKE
JALAN KAMIZAIUN MOPAH LAMA-MERAUKE PAPUA
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT. yang maha kuasa karena
atas rahmat dan hidayah-nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Bahasa Indonesia
ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kategori
sempurna, oleh karena itu penulis dengan hati dan tangan terbuka mengharapkan saran dan
kritik yang membangun demi kesempurnaan tugas yang akan datang.

Selanjutnya dalam kesempatan ini penulis tidak lupa untuk menyampaikan ucapan
terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan
moral dan spiritual,langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan tugas ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Merauke, 03 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menulis merupakan kegiatan yang mampu menghasilkan ide-ide dalam bentuk


tulisan secara terus-menerus & teratur (produktif) serta mampu mengungkapkan
gambaran, maksud, gagasan, perasaan (ekspresif). Oleh karena itu, keterampilan
menulis / mengarang membutuhkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata. Salah
satu unsur penting dalam mengarang adalah penguasaan kosa kata. Kosa kata
merupakan bagian dari diksi. Ketepatan diksi dalam suatu karangan merupakan hal
yang tidak dapat diabaikan karena ketidak tepatan penggunaan diksi pasti akan
menimbulkan ketidak jelasan makna.

Diksi merupakan pilihan kata. Pilihan kata yang dimaksud mencakup


pengertian kata untuk menyampaikan ide gagasan. Kata yang digunakan harus dapat
diterima dan dipahami oleh orang lain. Semakin banyak kata yang dikuasai, maka
semakin lancar pula seseorang itu menyampaikan ide atau gagasannya kepada orang
lain.
Seorang pengarang akan memilih kata mana yang tepat untuk menuliskan ide
atau gagasannya. Hal tersebut menyangkut kapan, di mana, dan tujuaan penggunaan
kata tersebut. Semua itu dimaksudkan untuk memberikan tulisan yang menarik
perhatian pembaca dengan maksud agar pesan yang ditulis oleh pengarang dapat
disampaikan kepada pembaca.

Diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk menggambarkan


“cerita” mereka. Diksi bukan hanya berarti pilih-memilih kata. Istilah ini bukan saja
digunakan untuk menyatakan gagasan / menceritakan suatu peristiwa tetapi juga
meliputi persoalan gaya bahasa. Diksi juga bisa dimanfaatkan dalam bahasa spanduk
kampanye. Pemakaian diksi dalam bahasa spanduk kampanye haruslah tepat dan
benar. Hal ini diupayakan agar apa yang ingin disampaikan oleh caleg dapat diterima
oleh masyarakat.

1
1.2. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:

1. Apa itu pengertian diksi?


2. Apa saja fungsi dan syarat diksi?
3. Bagaimana kriteria diksi yang tepat?
4. Apa saja jenis makna kata?
5. Apa pengertian kalimat efektif?
6. Apa saja ciri-ciri dan syarat menulis kalimat efektif?

1.3. Tujuan

1. Mengetahui tentang pengertian diksi


2. Memahami fungsi diksi
3. Mengetahui kriteria diksi yang tepat
4. Mengetahui jenis-jenis makna kata
5. Mengetahui pengertian kalimat efektif
6. Mengetahui ciri-ciri dan syarat kalimat efektif

1.4. Manfaat

Adapun manfaat dari dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Pembaca dapat mengetahui pilihan kata yang baik dalam pengolahan kata
2. Menguasai berbagai macam kosakata dan mampu memanfaatkan kata-kata
tersebut menjadi sebuah kalimat yang jelas, efektif dan mudah dimengerti.
3. Ketepatan dalam pemilihan kata untuk menyampaikan suatu gagasan agar mudah
dimengerti oleh pendengar.

2
BAB II

ISI

2.1. Pengertian Diksi

Diksi bisa diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk menggambarkan


sebuah cerita. Diksi adalah pilihan kata dalam tulisan yang biasa digunakan untuk
menggambarkan suatu cerita atau memberi makna sesuai dengan keinginan penulis.

Dalam penulisan suatu kalimat, selalu membutuhkan diksi. Pemilihan kata


atau diksi ini penting untuk merangkai kata, kesesuaian dalam kalimat serta
memberikan ekspresi pada kalimat penulis.

2.2. Fungsi dan Syarat Diksi

Pemakaian diksi dalam sebuah tulisan memberikan beberapa fungsi seperti:

 Mencegah perbedaan penafsiran


 Mempermudah pemahaman dan mencegah salah pemahaman
 Menciptakan komunikasi yang efisien dan efektif
 Menyiratkan gaya ekspresi gagasan dari penulis
 Memperkuat suasana yang ingin dimunculkan dalam tulisan atau pembicaraan
 Membuat pembaca atau pendengar menjadi lebih paham mengenai apa yang ingin
disampaikan oleh pengarang.

Agar dapat menghasilkan cerita yang yang menarik melalui pilihan kata, maka
diksi yang baik harus memenuhi syarat, seperti:

 Ketepatan pemilihan kata dalam menyampaikan suatu gagasan.


 Seorang pengarang harus mempunyai kemampuan untuk membedakan secara tepat
makna-makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan
untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi.

3
 Menguasai berbagai kosakata dan mampu memanfaatkan kata-kata tersebut
menjadi sebuah kalimat yang jelas, efektif dan mudah dimengerti.

Contoh paragraf:

 Liburan kali ini aku dan teman-teman berencana untuk pergi ke pantai. Kami
sangat senang katika hari itu tiba. Begitu sampai disana kami disambut oleh semilir
angin yang tak berhenti bertiup. Ombak yang berkejaran juga seolah tak mau kalah
menyambut kedatangan kami. Kami menghabiskan waktu sepanjang hari disana,
kami pulang dengan hati senang.
 Hari ini aku pergi ke pantai bersama dengan teman-temanku. Udara disana sangat
sejuk. Kami bermain bola air sampai tak terasa hari sudah sore. Kami pun pulang
tak lama kemudian.

Kedua paragraf diatas memiliki makna yang sama. Tapi dalam pemilihan
diksi, contoh paragraf pertama menjadi lebih enak dibaca, tidak membosankan bagi
pembacanya.

2.3. Kriteria Diksi

Pemakaian bahasa yang dapat mengungkapkan gagasan, pendapat, pikiran,


atau pengalaman secara tepat, harus memperhatikan kriteria pemilihan kata. Tiga
kriteria dalam diksi yaitu ketepatan, kecematan, dan keserasian.

a. Ketepatan
Indikator ketepatan pilihan kata adalah sebagai berikut:
 Mengomunikasikan gagasan berdasarkan pilihan kata yang tepat dan sesuai
berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
 Menghasilkan penafsiran atau pemaknaan yang tepat, tidak ambigu, dan tidak
menyebabkan salah paham
 Menghasilkan respon pembaca atau pendengar sesuai harapan penulis atau
pembicara
 Menghasilkan target komunikasi yang diharapkan.

4
b. Kecermatan

Kecermatan dalam pemilihan kata berhubungan dengan penggunaan kata yang


diperlukan untuk mengungkapkan gagasan tertentu. Pemakai bahasa harus mampu
menggunakan bahasa yang singkat sehingga menghemat penggunaan kata.
Penggunaan diksi yang cermat akan mengurangi jumlah kata sehingga tulisan menjadi
ringkas dan tidak ada kata yang bersifat mubazir.

c. Keserasian

Keserasian dalam diksi berkaitan dengan kesesuaian penggunaan kata-kata


yang sesuai dengan konteks pemakaiannya. Ini berkaitan dengan faktor kebahasaan
dan faktor nonkebahasaan. Faktor kebahasaan ini meliputi kesesuaian kata dengan
konteks kalimat dan penggunaan bentuk gramatikal. Faktor kebahasaan juga berkaitan
dengan penggunaan idiom dan penggunaan kata yang lazim. Sedangkan faktor
nonkebahasaan yang berkaitan dengan diksi yaitu situasi pembicaraan, lawan bicara,
sarana pembicaraa, kelayakan tempat, dan kelayakan penggunaan waktu.

2.4. Jenis Makna Kata

Secara umum, makna kata terbagi menjadi beberapa jenis. Berikut jenis-jenis
makna kata beserta contohnya:

a. Makna Leksikal
Istilah leksikal berasal dari kata leksikon yang artinya kamus. Makna leksikal
diartikan sebagai makna yang terdapat dalam kamus atau mengikuti tulisan kamus.
Contohnya adalah kata pagi yang memiliki 2 arti yaitu:
 Bagian awal hari
 Waktu setelah matahari terbit

b. Makna Gramatikal

5
Makna gramatikal merupakan makna kata yang timbul karena proses tata
Bahasa Indonesia atau gramatika. Misalnya, proses afiksasi, reduplikasi, atau
komposisi. Contoh kalimat yang menggunakan makna gramatikal adalah “Tadi siang,
aku melihatnya tengah berjalan di taman sendirian”. Kalimat ini menggunakan kata
berjalan yang bermakna bergerak dari satu titik ketitik lainnya. Kata berjalan
merupakan hasil gramatikalisasi dari kata jalan yang di gramatikalisasi dengan cara
afiksasi atau pemberian imbuhan.

c. Makna Konotatif
Makna konotatif adalah makna yang mengandung nilai emosi tertentu.
Sehingga, makna tersebut menjadi kiasan yang bisa berisi nilai, sikap sosial, atau
perspektif tertentu. Ciri-ciri makna konotasi:
 Makna konotasi terjadi apabila kata itu memiliki nilai rasa, baik positif maupun
negative. Jika tidak layak rasa dapat juga disebut berkonotasi netral.
 Makna konotasi dalam kata dapat berbeda dari suatu kelompok masyarakat
dengan kelompok masyarakat lain, sesuai dengan pandangan hidup dan norma
yang ada pada msyarakat tersebut.
 Makna konotasi juga dapat berubah dari waktu ke waktu.
Contoh kalimat yang menggunakan makna konotatif seperti “Banyak
pahlawan gugur dalam medan perang”. Kata ‘gugur’ memiliki arti meninggal
dunia.

d. Makna Asosiatif
Makna asosiatif mencakup keseluruhan hubungan makna dengan nalar diluar
bahasa yang berhubungan dengan masyarakat pemakai bahasa, pribadi memakai
bahasa, perasaan pemakai bahasa, nilai-nilai masyarakat pemakai bahasa dan
perkembangan kata sesuai kehendak pemakai bahasa. Contoh kalimat yang
menggunakan makna asosiatif seperti “Pertunjukkan wayang itu berhasil mengocok
perut seluruh penonton”. Kata ‘mengocok’ disini memiliki makna sebuah hal yang
lucu. Makna asosiatif dibagi menjadi beberapa macam:
 Makna Kolokatif

6
Makna kolokatif adalah makna kata yang ditentukan oleh penggunaannya
dalam kalimat. Makna ini lebih berhubungan dengan penempatan makna
dalam frase sebuah bahasa.
 Makna Reflektif
Makna reflektif adalah makna yang mengandung satu makna konseptual
dengan konseptual yang lain, dan cenderung kepada sesuatu yang bersifat
sakral, suci atau tabu, terlarang, kurang sopan, atau haram serta diperoleh
berdasarkan pengalaman pribadi atau pengalaman sejarah.
 Makna Stilistika
Makna stilistika adalah makna kata yang digunakan berdasarkan keadaan atau
situasi dan lingkungan masyarakat pemakai bahasa itu. Sedangkan bahasa itu
sendiri merupakan salah satu ciri pembeda utama dari makhluk lain di dunia
ini.
 Makna Afektif
Makna kata ini biasanya dipakai oleh pembicara berdasarkan perasaan yang
digunakan dalam berbahasa.
 Makna Interpretatif
Makna interpretatif adalah makna yang berhubungan dengan penafsiran dan
tanggapan dari pembaca atau pendengar, menulis atau berbicara, membaca
atau mendengarkan.
e. Makna Denotatif
Makna denotatif adalah makna yang mengandung arti atau pengertian yang
sebenarnya. Biasanya makna denotatif diterapkan dalam bahasa ilmiah. Contohnya
adalah kata makan yang bermakna memasukkan sesuatu ke dalam mulut, dikunyah,
dan ditelan.
f. Makna Referensial
Makna referensial adalah makna kata yang menunjukkan referensi atau acuan
suatu kata pada kondisi di kenyataan. Contohnya:
 “Tadi saya bertemu dengan Lian,” kata Putra pada Tiara.
Pada kalimat tersebut, kata “saya” mengacu pada Putra. Bandingkan dengan
kalimat berikut:

7
 “Saya ingin sekali bisa bermain dengan Putra,” kata Tiara
Pada kalimat tersebut, kata “saya” mengacu pada Tiara.

g. Makna Non-referensial
Makna kata Non-referensial merupakan kata yang tak mempunyai referensi atau
acuan di kondisi nyata. Biasanya, kata-kata ini bisa berupa artikel, partikel, dan kata
hubung. Contoh kata-kata dengan makna non-referensial yaitu: ‘dan’, ‘atau’, ‘serta’,
‘karena’, ‘maka’, ‘sebab’, ‘jika’, ‘sehingga’, dan sebagainya.

h. Makna Kontekstual
Makna konstekstual merupakan makna dari sebuah kata yang muncul berdasarkan
konteks penggunaannya dalam suatu frasa atau kalimat. Contohnya pada kata
“kepala” pada frasa “kepala desa”. Makna kata kepala dalam frasa tersebut akan
berbeda dengan makna kata “kepala” secara leksikal.

i. Makna Emotif
Secara umum makna enotif adalah makna dalam kata atau frasa yang berkaitan
dengan perasaan. Artinya, pemaknaan dari kata tersebut tergantung dengan emosi atau
perasaan yang dirasakan seseorang saat mengucapkan atau menuliskan kata tersebut.
Contohnya terdapat pada kalimat “Pesona dirimu membuatku mabuk kepayang”.
Pada kalimat tersebut menunjukkan perasaan kagum pada penampilan seseorang.

2.5. Pengertian Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang mudah dipahami oleh orang lain dengan
tepat. Kalimat yang dimaksud bisa dalam bentuk lisan maupun tulisan. Sebagai
contoh, Juanda sebagai pendengar tidak mampu memahami dengan tepat apa yang
diucapkan oleh pembicara yaitu Julia. Berarti kalimat yang diucapkan Julia tidak
efektif.
Begitu pula untuk kalimat berbentuk tulisan. Jika pembaca tidak mengerti makna
dari kalimat yang ditulis oleh orang lain (penulis) dengan tepat, berarti kalimat yang
ditulis tersebut tidak efektif.

8
2.6. Ciri-ciri dan Syarat Kalimat Efektif

1. Kesepadanan Struktur
Kalimat efektif harus memiliki kesepadanan struktur, yaitu keseimbangan antara
gagasan dengan struktur yang dipakai. Untuk mencapai kesepadanan struktur, maka
harus memenuhi poin-poin sebagai berikut:
a. Memiliki subjek dan predikat yang jelas
Agar suatu kalimat dapat memiliki subjek dan predikat yang jelas adalah dengan
menghindari penggunaan kata depan sebelum penyebutan subjek. Contoh:
 Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah
 Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.

Pada kalimat pertama tidak mencapai subjek dan predikat yang jelas. Sehingga
kalimat pertama susah untuk dimengerti. Dibandingkan dengan kalimat kedua yang
telah mencapai subjek dan predikat yang jelas, sehingga lebih mudah untuk
dimengerti.

b. Tidak terdapat subjek ganda


Subjek ganda dapat membuat kalimat menjadi tidak terfokus sehingga maknanya
menjadi sulit dipahami. Contoh:
 Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
 Dalam Menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.

Pada kalimat pertama, terdapat dua subjek yaitu ‘penyusunan laporan itu’ dan
‘saya’.

c. Kata hubung tidak dipakai pada kalimat tunggal


Kata hubung dipakai untuk membangun sebuah kalimat majemuk. Oleh karena
itu, kata hubung tidak boleh ada di kalimat tunggal. Contoh:
 Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara
pertama.
 Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara
pertama.

9
 Kami datang agak terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara
pertama.

Jika ingin tetap menggunakan kalimat tunggal, kata ‘sehingga’ bisa diganti
dengan ‘oleh karena itu’.

d. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata ‘yang’


Pemunculan kata ‘yang’ dapat menghilangkan predikat dalam sebuah kalimat.
Contoh:
 Rumah saya yang terletak di depan bioskop Jaya.
 Rumah saya terletak di depan bioskop Jaya.

Pada kalimat pertama masih menggunakan kata ‘yang’ sehingga


terlihat kurang tepat.

Dengan memiliki kesepadanan struktur yang baik, maka gagasan dapat dengan
mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.

2. Keparalelan Bentuk

Kalimat efektif harus memiliki bentuk parallel yang artinya, bentuk pertama dan
bentuk kedua harus menggunakan jenis kata yang sama. Jika bentuk kata pertama
menggunakan kata kerja, maka bentuk selanjutnya juga harus menggunakan kata
kerja.

Contoh:

 Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok,


memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata
ruang.

Kalimat di atas tidak parallel karena kata yang menduduki predikat tidak memiliki
bentuk yang sama. Agar menjadi kalimat efektif, predikatnya harus diubah menjadi
kata benda semua, seperti berikut:

10
 Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok,
pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata
ruang.
3. Kehematan Kata
Kalimat efektif harus hemat dalam penggunaan kata. Jangan menggunakan kata,
frasa, atau bentuk lain yang tidak perlu.
a. Hilangkan pengulangan subjek
Subjek hanya perlu disebutkan sebanyak satu kali dalam satu kalimat.
Contoh:
 Karena dia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
 Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.

Dari dua kalimat diatas, terlihat tidak perlu melakukan pengulangan pada kata
‘dia’.

b. Hindari kesinoniman dalam satu kalimat.


Jika terdapat dua kata dengan makna yang sama dalan satu kalimat, maka gunakan
salah satunya saja.
Contoh:
 Sejak dari pagi dia bermenung.
 Sejak pagi dia bermenung.

Kata ‘sejak’ dan ‘dari’ adalah sinonim, sehingga menggunakan salah satunya saja
sudah cukup.

c. Perhatikan kata jamak


Jika terdapat kata yang sudah bermakna jamak, sehingga tidak perlu
menambahkan kata lain yang juga bermakna jamak.
Contoh:
 Hadirin sekalian dimohon berdiri.
 Hadirin dimohon berdiri.

11
Kata ‘hadirin’ sudah bermakna jamak, sehingga tidak perlu menambahkan kata
‘sekalian’ setelah kata hadirin.

4. Kecermatan Penalaran
Dalam kalimat efektif harus memperhatikan pemilihan kata-kata supaya tidak
menimbulkan makna ganda.
Contoh:
 Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.

Kalimat ini dapat menimbulkan tafsiran ganda, yaitu mahasiswa terkenal atau
perguruan tinggi terkenal.

Untuk menjadi sebuah kalimat efektif, bisa diubah menjadi salah satu dari dua
bentuk berikut:

 Mahasiswa terkenal itu menerima hadiah.


Kalimat ini merujuk pada mahasiswa yang terkenal. Kata ‘perguruan tinggi’
dihilangkan karena mahasiswa sudah pasti berkuliah di perguruan tinggi
sehingga tidak perlu disebutkan lagi.
 Mahasiswa dari perguruan tinggi terkenal itu menerima hadiah.
Gunakan bentuk ini jika yang terkenal adalah perguruan tingginya.

5. Kelogisan Bahasa
Kalimat efektif harus memastikan bahwa ide yang ada di dalamnya dapat
diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Contoh:
 Waktu dan tempat kami persilahkan.
 Jenazah Wanita yang ditemukan itu sebelumnya sering mondar-mandir di
sekitar pasar.

Kedua kalimat di atas tidak logis. Pada kalimat pertama, tidak menjelaskan siapa
orang yang dimaksud. Sedangkan, pada kalimat kedua, tidak menjelaskan kapan
Wanita itu mondar-mandir di pasar.

12
Maka kita bisa mengubah dua kalimat tersebut menjadi seperti berikut:

 Kepada Bapak Lurah, kami persilahkan.


 Sebelum meninggal, Wanita yang ditemukan jenazahnya itu sering mondar-
mandir di sekitar pasar.

Pada kalimat pertama, ganti kata ‘waktu dan tempat’ menjadi subjek (berupa
orang) yang akan diberi waktu dan tempat untuk berbicara, yaitu Bapak Lurah. Sedangkan,
pada kalimat, ubah subjek ‘wanita’, bukan ‘ jenazah wanita’. Setelah, tambahkan kata
‘sebelum meninggal’. Untuk memperjelas kapan Wanita tersebut mondar mandir di pasar.

13
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kalimat efektif adalah kalimat yang secara penyusunan mudah dipahami dan
tersampaikan maknanya secara tepat oleh pembaca atau pendengar. Dapat dikatakan efektif,
jika gagasan yang disampaikan diterima oleh pendengar/pembaca dengan mudah, jelas, dan
lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.

3.2. Saran

Dengan adanya makalah ini dapat mengetahui lebih mendalam tentang diksi atau
pemilihan kata, serta penulis berharap dengan adanya karya tulis ini dapat bermanfaat
bagi pembaca.

Pada kenyataaannya pembuatan makalah in masih bersifat sangat sederhana dan


simple. Serta dalam penyusunan makalah inipun masih memerlukan kritikan dan saran
bagi pembahasan materi tersebut.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://dosenbahasa.com/contoh-kalimat-kosakata-emotif/amp

https://www.ruangguru.com/blog/kalimat-efektif

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://
www.ruangguru.com/blog/kalimat-efektif&ved=2ahUKEwiO692Xt__6AhU5-
HMBHav9B8YQFnoECBsQBQ&usg=AOvVaw1NgSCGActlW7VNAd8ZEZ8G

https://www.academia.edu/39954198/
MAKALAH_BAHASA_INDONESIA_Diksi_Kelompok_7

https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-diksi/amp/

https://m.liputan6.com/hot/read/4702152/mengenal-makna-kata-dalam-bahasa-indonesia-
beserta-jenis-dan-contohnya

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Diksi#:~:text=Tiga%20kriteria%20dalam%20diksi
%20yaitu%20ketepatan%2C%20kecermatan%2C%20dan%20keserasian.

https://dosenbahasa.com/contoh-kalimat-kosakata-emotif/amp

https://dosenbahasa.com/contoh-kalimat-gramatikal/amp

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://kids.grid.id/amp/
472992866/apa-itu-makna-kata-inilah-pengertian-jenis-dan-contoh-
penggunaannya&ved=2ahUKEwiY2PXTv__6AhUzTWwGHVp-
AlUQFnoECA4QBQ&usg=AOvVaw1sMj8lAlPGW0j29dQFUnVG

15

Anda mungkin juga menyukai