Anda di halaman 1dari 31

PENGERTIAN DIKSI DAN PENGGUNAANNYA DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH

Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Disusun Oleh :

Aziz Rozaly Dadang Dendra Deni Rizal Mulyana Sandy nur maariz Dendy Akhmadi

NPM: 434334032011092 NPM: 434334032011062 NPM: 434334032011098 NPM: 434334032011019 NPM: 434334032011100 NPM: 434334032011093

Jurusan Akuntansi S1 Kelas Karyawan B

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pasundan JL Turangga No.37-41 Bandung 40263 Telp. (022) 7303249 KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Teknologi Informasi dan Komputer ini dengan judul PENGERTIAN DIKSI DAN PENGGUNAANNYA DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH . Makalah ini di susun dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata kuliah Bahasa Indonesia Program Studi S1 Akuntansi STIE PASUNDAN

Dalam menyusun makalah ilmiah ini, penulis banyak memperoleh bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada : Bpk. Saeful Hermansyah,SPD,MM selaku Dosen Bahasa Indonesia STIE PASUNDAN

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Penulis
2

Bandung, Maret 2012 DAFTAR ISI

Kata Pengantar .... 1 Daftar Isi . 2 Bab I Pendahuluan A.Latar Belakang .. 3 B.Identifikasi Permasalahan .. 4 Bab II Pembahasan A. Pengertian Diksi ............................................................................................ 5-9 B. Jenis-jenis Diksi ......................................................................................... 10-16 C. Kesalahan Pembentukan dan Pemilihan Kata atau Diksi ....................... 16-27 Bab III Penutup A.Simpulan ...... 28 B.Saran .. 29 Daftar Pustaka ..... 30

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Menulis dipergunakan adalah untuk suatu keterampilan secara berbahasa tidak yang

berkomunikasi

langsung, kegiatan

tidak secara tatap muka dengan orang lain. D a l a m menulis ini, penulis haruslah terampil

memanfaatkan

grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata Kata merupakan satu unit dalam bahasa yang memiliki stabilitas intern dan mobilitas posisional. Maksudnya, kata memiliki komposisi tertentu, baik secara fonologis maupun morfologis, dan secara relatif memiliki distribusi yang bebas, yaitu dapat digunakan sesuai dengan kepentingan. Kata-kata itu dapat ditata dalam suatu konstruksi yang lebih besar sesuai dengan kaidah-kaidah sintaksis suatu bahasa. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat sebagai sarana komunikasi. Setiap anggota masyarakat dan komunitas tertentu selalu terlibat dalam komunikasi, baik bertindak sebagai komunikator (pembicara atau penulis) maupun sebagai komunikan (mitra-bicara, penyimak, atau pembaca). Peristiwa komunikasi yang berlangsung menjadi tempat untuk mengungkapkan ide, gagasan, isi pikiran, maksud, realitas, dan sebagainya. Dengan demikian, bahasa
4

digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pesan atau maksud pembicara kepada pendengar (Nababan, 1992:66). Bahasa menjadi salah satu media yang paling penting dalam komunikasi. Dalam konteks komunikasi, Diksi adalah satu unsur sangat penting dalam kaitannya dengan analisis wacana dan penggunaan bahasa dalam proses sosial dalam masyarakat, baik dalam dunia karang mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari. Disamping itu, pemilihan kata itu harus sesuai dengan situasi dan tempat penggunaan kata-kata itu. Kita mengetahui bahwa di dalam penulisan karya ilmiah, sangat di tuntut untuk

menggunakan diksi yang baik dan benar sesuai konteks kosa katanya. Dalam dunia pendidikan penggunaan ragam tulis yang baik dan benar sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku sangat diperlukan untuk menunjang keterampilan menulis bagi seseorang. Berkaitan dengan latar belakang di atas, ada permasalahan yang menarik untuk dikaji, Dalam hal ini penulis tertarik untuk meneliti pengertian diksi dan penggunaannya dalam penulisan karya ilmiah.

B.Identifikasi Permasalahan

Dengan latar belakang tersebut, agar penbaca memperoleh pemahaman tentang tentang diksi dan penggunaannya dalam penulisan karya ilmiah., maka penulis mengemukakan rumusan masalah antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan diksi, peranannya serta syarat-syarat ketepatan

diksi dalam penulisan karya ilmiah?


5

2. Apakah jenis-jenis diksi dalam penulisan karya ilmiah? 3. Apakah Jenis-jenis kesalahan pemilihan kata atau diksi yang sering

ditemukan dalam penulisan karya ilmiah?

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Diksi Diksi atau Pilihan Kata Diksi, dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara. Arti kedua, arti diksi yang lebih umum digambarkan dengan seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini

membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diksi diartikan sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Dari pernyataan itu tampak bahwa penguasaan kata seseorang akan mempengaruhi kegiatan berbahasanya, termasuk saat yang bersangkutan membuat karangan Definisi sederhananya, diksi (diction) adalah pemilihan kata dan metode penggunaannya dalam tulisan atau pembicaraan, serta kemampuan menyampai maksud/ide/keinginan dalam bentuk kata-kata sejelas-jelasnya. Diksi sangat penting dalam komunikasi karena pada dasarnya, setiap orang memiliki tingkatan yang berbeda dalam berbahasa.
6

. Memilih kata yang tepat yang dapat mewakili pesan yang ingin kita sampaikan, yang tepat bagi audiens, dan yang dapat membawa tujuan dari komunikasi yang kita lakukan, itu lah diksi. Dan diksi itu, semacam skill. Kemampuan. Bakat, namun juga dapat dikembangkan melalui latihan. Diksi memiliki beberapa bagian; pendaftaran - kata formal atau informal dalam konteks sosial - adalah yang utama. Analisis diksi secara literal menemukan bagaimana satu kalimat menghasilkan intonasi dan karakterisasi, contohnya penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan gerakan fisik menggambarkan karakter aktif, sementara penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan pikiran menggambarkan karakter yang introspektif. Diksi juga memiliki dampak terhadap pemilihan kata dan sintaks. Diksi terdiri dari delapan elemen yaitu : Fonem, Silabel, Konjungsi, Hubungan, Kata benda, Kata kerja, Infleksi, dan Uterans. Berikut adalah Fungsi Diksi : Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal. Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca. Menciptakan komunikasi yang baik dan benar. Menciptakan suasana yang tepat. Mencegah perbedaan penafsiran. Mencegah salah pemahaman. Mengefektifkan pencapaian target komunikasi.

Adapun fungsi Pilihan kata atau Diksi adalah Untuk memperoleh keindahan guna menambah daya ekspresivitas. Maka sebuah kata akan lebih jelas, jika pilihan kata tersebut tepat dan sesuai. Ketepatan pilihan kata bertujuan agar tidak menimbulkan interpretasi yang berlainan antara penulis atau pembicara dengan pembaca atau pendengar, sedangkan kesesuaian kata bertujuan agar tidak merusak suasana. Selain itu berfungsi untuk menghaluskan kata dan kalimat agar terasa lebih indah. Dan juga dengan adanya diksi oleh pengarang berfungsi untuk mendukung jalan cerita agar lebih runtut mendeskripsikan tokoh, lebih jelas mendeskripsikan latar wak Jadi semakin banyak vocabulary kita, serta semakin dalam pemahaman kita terhadap nuansa makna (efek mental) dari suatu kata, maka semakin bagus diksi kita. Pemakaian diksi dimaksudkan untuk memudahkan dan mendapatkan kesesuaian tujuan yang akan diperoleh. Pengarang ingin mengekspresikan pengalaman atau imajinasinya secara padat dan intens yang berfungsi sebagai gambaran penjelas dalam beraneka pilihan kata. Saat kita berbicara, kadang kita tidak sadar dengan kata kata yang kita gunakan. Maka dari itu, tidak jarang orang yang kita ajak berbicara salah menangkap maksud pembicaraan kita. Beberapa point point penting tentang diksi, yaitu : Pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk

pengelompokan kata kata yang tepat atau menggunakan ungkapan ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.

Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud pembendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki suatu bahasa.

Peranan diksi dalam Penulisan Karya Ilmiah Karya ilmiah merupakan kounikasi antara penulis dan pembaca. Agar komunikasi itu efektif dan efisien, maka seorang penulis perlu berhat-hati dalam memilih kata, sehingga pembaca mampu mencerna kata atau rangkaian kata yang digunakan penulis untuk mengungkapkan gagasannya. Dalam memilih kata ini, seorang penulis harus memperhatikan hal-hal berikut:
Ketepatan dimaksudkan sebagai pemilihan kata yang dapat mewakili

gagasan penulis dengan benar, sehingga tidak terjadi perbedaan tafsir antara penulis dengan pembaca. Kesesuain diartikan sebagai pilihan kata yang cocok denagn konteks, seperti situasi pemakaian, sasaran penulis, dan lain-lain. Contoh :

Kata Kamu, Anda,dan Saudara, merupakan kata-kata yang bersinonim, yaitu kata yang digunakan untuk menyebut lawan bicara, tetapi bukanlah sinonim mutlak. Nilai-nilai social menjadikan ketiga kata itu memiliki nuansa yang berbeda. Seperti : Saya sama besar dengan kamu Saya sama besar dengan anda Saya sama besar dengan saudara Syarat-syarat ketepatan diksi dalam penulisan karya ilmiah Persyaratan dalam ketepatan diksi sebagai berikut:

Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi. Membedakan bersinonim. dengan cermat kata-kata yang hampir sama

Membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaannya. Hindarilah kata-kata ciptaan sendiri. Waspadalah terhadap penggunaan akhiran asing, terutama k a t a - k a t a a s i n g yang mengandung akhiran asing tersebut.

Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatis. Untuk menjamin ketepatan diksi, penulis atau pembicara h a r u s m e m b e d a k a n kata umum dan kata khusus.

Mempergunakan kata-kata indria yan menunjukkan persepsi yang khusus.

10

Memperhatikan

perubahan

makna

yang

terjadi

pada

k a t a - k a t a y a n g s u d a h dikenal.10.Memperhatikan kelangsungan pilihan kata. Syarat ketepatan diksi yang baik : o o o o Paling tepat mengungkapkan konsep yang dimaksud. Paling singkat di antara pilihan yang ada. Bernilai rasa (konotasi) baik. Sedap didengar (eufonik).

B. Jenis-jenis Diksi Setiap kata memiliki makna tertentu untuk membuat gagasan yang ada dalam benak seseorang. Bahkan makna kata bisa saja diubah saat digunakan dalam kalimat yang berbeda. Hal ini mengisyaratkan bahwa makna kata yang sebenarnya akan diketahui saat digunakan dalam kalimat. Lebih dari itu, bisa saja menimbulkan dampak atau reaksi yang berbeda jika digunakan dalam kalimat yang berbeda. Berdasarkan hal itu dapat dikatakan bahwa diksi memegang tema penting sebagai alat untuk mengungkapkan gagasan dengan mengharapkan efek agar sesuai. Diksi bukan hanya berarti pilih memilih kata melainkan digunakan untuk menyatakan gagasan atau menceritakan peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan sebagainya. Gaya bahasa sebagai bagian dari diksi yang bertalian dengan ungkapan-unkapan individu atau karakteristik, atau memiliki nilai artistik yang tinggi.

11

Jenis Diksi 1. Makna Leksikal dan Makna Gramatikal

Makna Leksikal: makna yang sesuai dengan referennya, sesuai dengan hasil observasi alat indera / makna yg sungguh-sungguh nyata dlm kehidupan kita. Contoh: Kata tikus, makna leksikalnya adalah binatang yang menyebabkan timbulnya penyakit (Tikus itu mati diterkam kucing). Makna Gramatikal : untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal, untuk menyatakan makna jamak bahasa Indonesia, menggunakan proses reduplikasi seperti kata: buku yg bermakna sebuah buku, menjadi bukubuku yang bermakna banyak buku. 2. Makna Referensial dan Nonreferensial

Makna referensial & nonreferensial perbedaannya adalah berdasarkan ada tidaknya referen dari kata-kata itu. Maka kata-kata itu mempunyai referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu. Kata bermakna referensial, kalau mempunyai referen, sedangkan kata bermakna nonreferensial kalau tidak memiliki referen. Contoh: Kata meja dan kursi (bermakna referen). Kata karena dan tetapi (bermakna nonreferensial). 3. Makna Denotatif dan Konotatif

Makna denotatif adalah makna asli, makna asal atau makna sebenarnya yang dimiliki sebuah leksem. Contoh: Kata kurus, bermakna denotatif keadaan tubuhnya yang lebih kecil & ukuran badannya normal. Makna konotatif adalah: makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa orang / kelompok orang yang menggunakan kata tersebut. Contoh: Kata kurus pada contoh di atas bermakna konotatif netral, artinya tidak memiliki nilai rasa yang
12

mengenakkan, tetapi kata ramping bersinonim dengan kata kurus itu memiliki konotatif positif, nilai yang mengenakkan. Orang akan senang bila dikatakan ramping. 4. Makna Konseptual dan Makna Asosiatif

Makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apapun. Contoh: Kata kuda memiliki makna konseptual sejenis binatang berkaki empat yg bisa dikendarai. Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem / kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan suatu yang berada diluar bahasa . Contoh: Kata melati berasosiasi dg suatu yg suci / kesucian. Kata merah berasosiasi berani / paham komunis. 5. Makna Kata dan Makna Istilah

Makna kata, walaupun secara sinkronis tidak berubah, tetapi karena berbagai faktor dalam kehidupan dapat menjadi bersifat umum. Makna kata itu baru menjadi jelas kalau sudah digunakan dalam suatu kalimat. Contoh: Kata tahanan, bermakna orang yang ditahan,tapi bisa juga hasil perbuatan menahan. Kata air, bermakna air yang berada di sumur, di gelas, di bak mandi atau air hujan. Makna istilah memiliki makna yang tetap dan pasti. Ketetapan dan kepastian makna istilah itu karena istilah itu hanya digunakan dalam bidang kegiatan atau keilmuan tertentu. Contoh: Kata tahanan di atas masih bersifat umum, istilah di bidang hukum, kata tahanan itu sudah pasti orang yang ditahan sehubungan suatu perkara. 6. Makna Idiomatikal dan Peribahasa

Yang dimaksud dengan idiom adalah satuan-satuan bahasa (ada berupa baik kata, frase, maupun kalimat) maknanya tidak dapat diramalkan dari makna leksikal, baik unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut. Contoh: Kata
13

ketakutan, kesedihan, keberanian, dan kebimbangan memiliki makna hal yg disebut makna dasar, Kata rumah kayu bermakna, rumah yang terbuat dari kayu. Makna pribahasa bersifat memperbandingkan atau mengumpamakan, maka lazim juga disebut dengan nama perumpamaan. Contoh: Bagai, bak, laksana dan umpama lazim digunakan dalam peribahasa 7. Makna Kias dan Lugas

Makna kias adalah kata, frase dan kalimat yang tidak merujuk pada arti sebenarnya. Contoh: Putri malam bermakna bulan , Raja siang bermakna matahari.

8.

Makna Denotatif dan Konotatif

Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang terkandung sebuah kata secara objektif. Sering juga makna denotatif disebut makna konseptual. Kata makan misalnya, bermakna memasukkan sesuatu kedalam mulut, dikunyah, dan ditelan. Makna kata makan seperti ini adalah makna denotatif. Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Kata makan dalam makna konotatif dapat berarti untung atau pukul. 9. Makna Umum dan Khusus

Kata umum dibedakan dari kata khusus berdasarkan ruang-lingkupnya.

14

Makin luas ruang-lingkup suatu kata, maka makin umum sifatnya. Makin umum

suatu kata, maka semakin terbuka kemungkinan terjadinya salah paham dalam pemaknaannya. Makin sempit ruang-lingkupnya, makin khusus sifatnya sehingga makin sedikit salah paham dalam pemaknaannya, dan makin

kemungkinan terjadinya

mendekatkan penulis pada pilihan kata secara tepat. Misalnya: Kata ikan memiliki acuan yang lebih luas daripada kata mujair atau tawes. Ikan tidak hanya mujair atau tidak seperti gurame, lele, sepat, tuna, baronang, nila, ikan koki dan ikan mas. Dalam hal ini kata acuannya lebih luas disebut kata umum, seperti ikan, sedangkan kata yang acuannya lebih khusus disebut kata khusus, seperti gurame, lele, tawes, dan ikan mas. 10. Kata abstrak dan kata konkret.

Kata yang acuannya semakin mudah diserap panca-indra disebut kata konkret, seperti meja, rumah, mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara. Jika acuan sebuah kata tidak mudah diserap panca-indra, kata itu disebut kata abstrak, seperti gagasan dan perdamaian. Kata abstrak digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang sifat teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata abstrak terlalu diobral atau dihambur-hamburkan dalam suatu karangan. Karangan tersebut dapat menjadi samar dan tidak cermat. 11. Sinonim

Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan. Kita ambil contoh cermat dan cerdik kedua kata itu
15

bersinonim, tetapi kedua kata tersebut tidak persis sama benar. Kesinoniman kata masih berhubungan dengan masalah makna denotatif dan makna konotatif suatu kata. 12. Kata Ilmiah dan kata popular

Kata ilmiah merupakan kata-kata logis dari bahasa asing yang bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kata-kata ilmiah biasa digunakan oleh kaum terpelajar, terutama dalam tulisan-tulisan ilmiah, pertemuan-pertemuan resmi, serta diskusidiskusi khusus. Yang membedakan antara kata ilmiah dengan kata populer adalah bila kata populer digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan, kata-kata ilmiah digunakan pada tulisan-tulisan yang berbau pendidikan. Yang juga terdapat pada penulisan artikel, karya tulis ilmiah, laporan ilmiah, skripsi, tesis maupun desertasi. 13. Kata Baku

kata baku adalah adalah ejaan yang benar, sedangkan kata tidak baku adalah ejaan yang tidak benar atau ejaan salah. Dalam kehidupan sehari-hari terkadang tanpa disadari kita menggunakan kata-kata yang salah alias tidak sesuai dengan ejaan dalam Bahasa Indonesia. Salah satu atau dua ejaan kata dalam tulisan kita mungkin sah-sah saja bagi umum, namun tidak halnya bagi dosen atau guru bahasa indonesia. Ejaan yang baku sangat penting untuk dikuasai dan digunakan ketika membuat suatu karya tulis ilmiah. Contoh pengunaan diksi dalam Fakta yg ada di sekitar lingkungan kita adalah: -Aku suka kamu ! -Aku Cinta banget sama kamu !

16

-Mau nggak kamu jadi pacar aku ? Soal aku jatuh hati banget sama kamu!

Contoh kata baku dan kata tidak baku, di mana yang sebelah kiri adalah salah dan yang sebelah kanan adalah betul :

- apotik : apotek - atlit : atlet - azas : asas - azasi : asasi - bis : bus - doa : doa - duren : durian - gubug : gubuk - hadist : hadis - ijin : izin - imajinasi : imaginasi - insyaf : insaf - jaman : zaman - kalo : kalau - karir : karier - kongkrit : konkret - nomer : nomor - obyek : objek - ramadhan : ramadan

17

- rame : ramai - rapor : rapot - sentausa : sentosa - trotoar : trotoir Ekstra ilmu pengetahuan ejaan yang disempurnakan - kreatifitas : kreativitas - kreativ : kreatif - aktifitas : aktivitas - aktiv : aktif - sportifitas : sportivitas - sportiv : sportif - produktifitas : produktivitas - produktiv : produktif C. Kesalahan Pembentukan dan Pemilihan Kata atau Diksi Pada bagian berikut akan diperlihatkan kesalahan pembentukan kata yang sering kita temukan, baik dalam bahasa lisan maupun dalam bahasa tulis. Setelah diperlihatkan bentuk yang salah, diperlihatkan pula bentuk yang benar yang merupakan perbaikannya. Jenis-jenis kesalahan diksi Penggalan awalan mengPenanggalan awalan meng- pada judul berita dalam surat kabar diperbolehkan. Namun, dalam berita teks beritanya awalan meng- harus eksplisit.

18

Di bawah ini di perlihatkan bentuk yang salah dan bentuk yang benar: Amerika serikat luncurkan pesawat bolak-balik Columbia. (salah) Amerika serikat meluncurkan pesawat bolak-balik Columbia. (benar) Penggalan awalan berKata-kata yang berawalan ber- sering menanggalkan awalan ber-. Padahal, awalan ber- harus dieksplisitkan secara jelas. Dibawah ini dapat dilihat bentuk salah dan benar dalam pemakaiannya. -Sampai jumpa lagi. (salah) -Sampai berjumpa lagi. (benar) -Pendapat saya beda dengan pendapatnya. (salah) -Pendapat saya berbeda dengan pendapatnya. (benar) Peluluhan bunyi /c/ Kata dasar yang diawal bunyi /c/ sering menjadi luluh apabila mendapat awalan meng-. Padahal, sesungguhnya bunyi /c/ tidak luluh apabila mendapat awalan meng-. Dibawah ini diperlihatkan bentuk salah dan bentuk benar. -Wakidi sedang menyuci mobil. (salah) -Wakidi sedang mencuci mobil. (benar) -Eka lebih menyintai boby daripada menyintai Roy. (salah) -Eka lebih mencintai Boby daripada mencintai Roy. (benar)

19

Penyengauan Kata Dasar Ada lagi gejala penyengauan bunyi awalan kata dasar. Penyengauan kata dasar ini sebenarnya adalah ragam lisan yang di pakai dalam ragam tulis. Akhirnya, pencampuradukan antara ragam lisan dan ragam tulis menimbulkan suatu bentuk kata yang salah dalam pemakaian. Kita sering menemukan pengunaan kata-kata, mandang, ngail, ngantuk, nabrak, nanam, nulis, nyubit, ngepung, nolak, nyabut, nyuap, dan nyari. Dalam bahasa Indonesia baku tulis, kita harus menggunakan kata-kata memandang, mengail, mengantuk, menabrak, menanam, menulis, mencubit, menolak, mencabut, menyuap, dan mancari.

Bunyi /s/, /k/, /p/, dan /t/ yang Berimbuhan meng-/pengKata dasar yang bunyi awalnya /s/, /k/, /p/, atau /t/ sering tidak luluh jika mendapat awalan meng- atau peng-. Padahal, menurut kaidah baku bunyi-bunyi itu harus lebur menjadi bunyi sengau. Di bawah ini bentuk salah dan bentuk benar dalam pemakaian sehari-hari. -Eksistensi Indonesia sebagai negara pensuplai minyak sebaiknya dipertahankan. (salah) -Eksistensi Indonesia sebagai negara penyuplai minyak sebaiknya dipertahankan. (benar)

20

-Semua warga negara harus mentaati peraturan yang berlaku. (salah) -Semua warga negara harus menaati peraturan yang berlaku. (benar) Kaidah peluluhan bunyi s, k, p, dan t tidak berlaku pada kata-kata yang dibentuk dengan gugus konsonan. Kata traktor apabila diberi awalan meng-, kata ini akan menjadi mentraktor bukan menraktor. Kata proklamasi apabila di beri awalan meng- akan menjadi memproklamasikan. Awalan ke- yang Keliru Pada kenyataanya sehari-hari, kata-kata yang seharusnya berawalan ter- sering diberi berawalan ke-. Hal itu disebabkan oleh kekurang cermatan dalam memilih awalan yang tepat. Umumnya kesalahan itu dipengaruhi oleh bahasa daerah (Jawa/Sunda). Dibawah ini di paparkan bentuk salah dan bentuk benar dalam pemakaian. -Pengendara motor itu meninggal karena ketabrak oleh metro mini. (salah) -Pengendara motor itu meninggal karena tertabrak oleh metro mini. (benar) -Mengapa kamu ketawa terus? (salah) -Mengapa kamu tertawa terus? (benar) Perlu diketahui bahwa awalan ke- hanya dapat menempel pada kata bilangan, awalan ke- tidak dapat dipakai. Pengecualian terdapat pada kata kekasih, kehendak, dan ketua. Oleh sebab itu , kata ketawa, kecantol, keseleo, kebawa, ketabrak bukanlah bentuk baku dalam bahasa Indonesia. Bentuk yang benar ialah kedua, ketiga, keempat, keseribu, dan seterusnya. Pemakaian Akhiran ir21

Pemakaian akhiran ir- sangat produktif dalam penggunaan bahasa Indonesia seharihari. Padahal, dalam bahasa Indonesia baku untuk padanan akhiran ir- adalah asi atau isasi. Di bawah ini di ungkapkan bentuk yang salah dan bentuk yang benar. -Saya sanggup mengkoordinir kegiatan itu. (salah) -Saya sanggup mengoordinasi kegiatan itu. (benar) -Soekarno-Hatta memproklamirkan Negara republik Indonesia. (salah) -Soekarno-Hatta memproklamasikan Negara republik Indonesia. (benar) Kata lainya seperti: -Akomodir akomodasi -Legalisir legalisasi Perlu diperhatikan, akhiran asi atau asasi pada kata-kata lelenisasi, turinisasi, neonisasi, radionisasi, pompanisasi, dan koranisasi merupakan bentuk yang salah karena kata dasarnya bukan kata serapan dari bahasa asing. Kata-kata itu harus diungkapkan menjadi usaha peternakan lele, usaha penanaman turi, usaha pemansangan neon, gerakan memasyarakatkan radio, gerakan pemasangan pompa, dan gerakan memasyarakatkan Koran. Padanan yang Tidak serasi Karena pemakai bahasa kurang cermat memilih padanan kata yang serasi, yang muncul dalam pembicaraan sehari-hari adalah padanan yang tidak sepadan atau tidak serasi. Hal itu terjadi karena dua kaidah bahasa bersilang atau bergabung dalam sebuah kalimat.
22

Di bawah ini dipaparkan bentuk salah dan bentuk benar, terutama dalam memakai ungkapan penghubung intrakalimat. -Karena modal di bank terbatas sehingga tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit. (salah) -Karena modal di bank terbatas, tidak semua pengusaha lemah memproleh kredit. (benar) -Karena modal di bank terbatas sehingga semua pengusaha lemah memperoleh kredit. (benar) Bentuk-bentuk di atas adalah bentuk yang mengabungkan kata karena dan sehingga, kata apabila dan maka, dan kata walaupun dan tetapi. Penggunaan dua kata itu dalam sebuah kalimat tidak di perlukan. Bentuk-bentuk lainya yang merupakan padanan yang tidak serasi adalah disebabkan karena, dan lain sebagainya, karena. . . . maka, untuk . . . maka, meskipun . . . tetapi, kalau . . . maka, dan sebagainya. Bentuk yang baku untuk mengganti padanan itu adalah disebabkan oleh, dan lainlain, atau dan sebagainya; karena/untuk/kalau saja tanpa diikuti maka,atau maka saja tanpa didahulai karena/untuk/kalau; meskipun saja tanpa di susul tetapi atau tetapi saja tanpa di susul meskipun. Pemakaian Kata Depan di, ke, dari, bagi, pada, dari pada, dan terhadap Dalam pemakaian sehari-hari, pemakaian di, ke, dari, bagi, dan daripada sering dipertukarkan.

23

Di bawah ini dipaparkan bentuk benar dan bentuk salah pemakaian kata depan. -Putusan daripada pemerintah itu melegakan hati rakyat. (salah) -Putusan pemerintah itu melegakan hati rakyat. (benar) -Meja ini terbuat daripada kayu. (salah) -Meja ini terbuat dari kayu. (benar) Pemakaian Akronim (Singkatan) Singkatan ialah hasil menyingkat atau memendekan berupa huruf atau gabungan huruf seperti PLO, UI, DPR, KPP, KY, MA, KBK, dan KTSP. Yang dimaksud dengan bentuk singkatan ialah kontraksi bentuk kata sebagai mana dipakai dalam ucapan cepat, seperti lab (laboratorium). Pemakaian akronim dan singkatan dalam bahasa Indonesia kadang- kadang tidak teratur. Singkatan IBF mempunyai dua makna, yaitu international boxing federation dan international badminton federation. Oleh sebab itu, pemakaian akronim dan singkatan sedapat mungkin dihindari karena sudah umum maknanya telah mantap. Penggunaan Kesimpulan, Keputusan, Penalaran, dan Pemukiman -Kata kesimpulan bersaing pemakaiannya dengan kata simpulan. -Kata keputusan bersaing pemakaiannya dengan kata putusan. -Kata permukiman bersaing dengan kata pemukiman. Lalu bentukan manakah yang sebenarnya paling tepat? Apakah yang tepat kesimpulan yang salah simpulan, ataukah sebaliknya yang tepat keputusan yang salah putusan, ataukah sebaliknya. Mana yang benar penalaran ataukah penalaran; kata permukiman atau pemukiman?
24

Pembentukan kata dalam bahasa Indonesia sebenarnya mengikuti pola yang rapi dan konsisten. Kalau kita perhatikan dengan seksama, bentukan-bentukan kata itu memiliki hubungan antara yang satu dan yang lain. Dengan kata lain, terdapat korelasi diantara bentukan tersebut. Perhatikanlah, misalnya Verab yang berawalan meng- dapat dibentuk menjadi nomina yang bermakna proses yang berimbuhan peng-an dan dapat pula di bentuk menjadi nomina yang berbentuk proses yang berimbuhan peng-an dan dapat pula dibentuk menjadi nomina yang bermakna hasil yang beribuhan an. Contoh: -Paman saya sudah membeli rumah di pemukiman Puri Giri Indah. (salah) -Paman saya sudah membeli rumah di permukiman Puri Giri Indah. (benar) Penggunaan Kata yang Hemat Salah satu ciri pemakaian bahasa yang efektif adalah pemakaian bahasa yang hemat kata, tetapi padat isi. Namun dalam komunikasi sehari-hari sering dijumpai pemakaian kata yang tidak hemat (boros). Berikut ini daftar kata yang sering digunakan tidak hemat itu. Boros / Hemat 1. sejak dari / sejak atau dari 2. agar supaya agar / supaya 3. demi untuk / demi atau untuk Marilah kita lihat perbandingan pemakaian kata yang boros dan hemat berikut. -Karburator adalah bagian mesin motor tempat dimana gas bahan bakar minyak bercampur dengan udara. (boros, salah)
25

-Karburator adalah bagian mesin motor tempat gas bahan bakar minyak bercampur dengan udara. (Hemat, Benar) -Perkembangan teknik mobil akhir-akhir ini sangat pesat sekali. (Boros, Salah) -Perkembangan teknik mobil akhir-akhir ini sangat pesat. (Hemat, Benar) Pemakaian kata yang boros seperti sejak dari, adalah, merupakan, demi untuk, agar supaya, dan zaman dahulu kala juga harus di hindari.

Analogi Di dalam dunia olahraga terdapat istilah petinju. Kata petinju berkolerasi dengan kata bertinju. Kata petinju berarti orang yang (biasa) bertinju, bukan orang yang (biasa) meninju. Dewasa ini dapat dijumpai banyak kata yang sekelompok dengan petinju, seperti pesenam, pesilat, pegolf, peterjun, petenis, dan peboling. Akan tetapi, apakah semua kata dibentuk dengan cara yang sama dengan pembentukan kata petinju? Jika harus dilakukan demikian, akan tercipta bentukan seperti berikut ini. -Petinju orang bertinju -Pesenam orang yang bersenam -Pesilat orang yang bersilat -Peski orang yang berski
26

Kata bertinju, bersenam, dan bersilat mungkin biasa digunakan, tetapi kata bergolf, berterjun, bertenis dan berboling bukan kata yang lazim. Oleh sebab itu muncul kata -Peski -Peselancar -Pegolf -Petenis -Peboling Pada dasarnya tidak dibentuk dari -Berski (yang baku bermain ski) -Berselancar (yang baku bermain selancar) -Bergolf (yang baku bermain golf) -Bertenis (yang baku bermain tenis) Bentuk Jamak dalam Bahasa Indonesia Dalam pemakaian sehari-hari, kadang-kadang orang salah mengunakan bentuk jamak dalam bahasa Indonesia sehingga terjadi bentuk yang rancu atau kacau. Bentuk jamak dalam bahasa Indonesia dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1) Bentuk jamak dengan melakukan pengulangan kata yang bersangkutan, seperti -Kuda-kuda -Meja-meja -Buku-buku 2) Bentuk jamak dengan menambah kata bilangan, seperti -Beberapa meja -Sekalian tamu
27

-Semua buku -Dua tempat -Sepuluh computer 3) Bentuk jamak dengan menambah kata Bantu jamak, seperti para tamu. 4) Bentuk jamak dengan menggunakan kata ganti orang seperti -Mereka -kita -Kami -kalian Dalam pemakaian kata sehari-hari orang cenderung memilih bentuk jamak asing dalam menyatakan jamak dalam bahasa Indonesia. Dibawah ini beberapa bentuk jamak dan bentuk tunggal dari bahasa asing. BentukTunggal Bentuk Jamak -datum -data -alumnus -alumni -alim -ulama Dalam bahasa Indonesia bentuk datum dan data yang dianggap baku ialah data yang dipakai sebagai bentuk tunggal. Bentuk alumnus dan alumni yang dianggap baku ialah bentuk alumni yang dipakai sebagai bentuk tunggal. Bentuk alim dan ulama kedua-duanya dianggap baku yang di pakai masing-masing sebagai bentuk tunggal. Oleh sebab itu, tidak salah kalau ada bentuk.

28

-Beberapa data, -Tiga alumni, dan seterusnya. Penggunaan di mana, yang mana, hal mana Kata di mana tidak dapat dipakai dalam kalimat pernyataan. Kata dimana tersebut harus diubah manjadi yang, bahwa, tempat, dan sebagainya.

BAB III PENUTUP

A.Simpulan Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengarnya. Secara ringkas, Diksi bisa diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk menggambarkan cerita mereka. Diksi bukan hanya berarti pilih memilih kata. Istilah ini bukan saja digunakan untuk menyatakan gagasan atau menceritakan peristiwa

29

tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan sebagainya. Agar usaha mendayagunakan teknik penceritaan yang menarik lewat pilihan kata maka diksi yang baik harus tepat memilih kata untuk mengungkapkan gagasan atau hal yang diamanatkan untuk memilih tepat seorang pengarang harus mempunyai kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa pembacanya. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya mungkin kalau ia menguasai sejumlah besar kosa kata

(perbendaharaan kata) yang dimiliki masyarakat bahasanya, serta mampu pula menggerakkan dan mendayagunakan kekayaannya itu menjadi jaring-jaring kalimat yang jelas dan efektif.Contoh-contoh pengunaan diksi dalam cerita fiktif misalnya penggunaan metafora, anafora, litotes, simile, personafikasi dan sebagainya. B.Saran Dalam memilih kata, seorang penulis harus memperhatikan hal-hal yang menjadi syarat dari Diksi, yaitu : a. Ketepatan dalam pemilihan kata yang dapat mewakili gagasan penulis dengan

benar, sehingga tidak terjadi perbedaan tafsir antara penulis dengan pembaca. b. Kesesuaian pemilihan kata yang cocok dengan konteks, seperti situasi

pemakaian, sasaran penulis, dan lain-lain.

Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu mengantarkan isi dan tujuan komunikasi dengan baik. Beberapa syarat Kalimat yang Efektif adalah : 1. Kesatuan Gagasan
30

2. Koherensi 3. Penekanan Bahagian Kalimat 4. Variasi Kalimat 5. Paralelisme

DAFTAR PUSTAKA

http://www.google.com/ http://www.wikipedia.com/ http://www. blogspot.com/

31

Anda mungkin juga menyukai