Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH AKHLAQUL KARIMAH

Oleh :

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH MUHAMMADIYAH KOTA


BANJAR

i
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1


1.2. Rumusan Masalah................................................................. 1
1.3. Tujuan Masalah .................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN MASALAH .................................................... 2

2.1. Pengertian Akhlakul Karimah .............................................. 2


2.2. Akhlakul Karimah Yang Diajarkan Nabi Muhammad .......... 2
2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Akhlak ........................... 5
BAB III PENUTUP .................................................................................... 13

3.1. Kesimpulan ...................................................................... 12


3.2. Pemutup ........................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Akhlak dan manusia memiliki hubungan yang sangat erat kaitannya, karena akhlak
sangat dibutuhkan oleh manusia agar manusia memiliki pegangan hidup sehingga ilmu
dapat menjadi lebih bermakna, yang dalam hal ini adalah Akhlakul Karimah. Dengan
akhlak kehidupan manusia akan bermutu, dengan akhlak kehidupan manusia akan lebih
bermakna, dengan akhlak kehidupan manusia akan sempurna dan bahagia.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari pembahasan kali ini adalah:
a. Apa yang disebut dengan akhlakul karimah?
b. Apa saja akhlakul karimah yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW?
c. Faktor apa saja yang mempengaruhi terbentuknya akhlakul karimah?
d. Bagaimana cara menerapakan akhlakul karimah di dalam kehidupan sehari-hari?

1.3 Tujuan
a. Mengetahui pengertian akhlakul karimah
b. Mampu menerapkan akhlakul karimah sesuai ajaran nabi Muhammad SAW
c. Mengetahui kegunaan akhlakul karimah
d. Mampu memperbaiki kehidupan dengan akhlak yang baik.
e. Mengetahui faktor-faktor yang mempengarui akhlakul karimah.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Akhlakul Karimah

Perkataan Akhlak berasal dari bahasa arab yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah
laku (tabiat) adat kebiasaan.
Karimah artinya mulia, terpuji, baik. Jadi, akhlaqul karimah ialah budi pekerti atau
perangai yang mulia. Akhlak adalah tingkah laku makhluk yang diridhai Allah SWT,
maka akhlak adalah bentuk perilaku makhluk dalam berhubungan baik kepada
khaliknya atau kepada sesama. Sesungguhnya semua akhlak telah dituliskan dalam Al
Qur’an dan Hadist baik yang terpuji maupun tercela. Semuanya telah tertulis jelas di
Qur’an dan Hadist dan semuanya mempunyai balasan tersendiri. Tinggal manusianya
sendiri yang menjalankan dan mempertanggung jawabkannya nanti di hari akhir.
Rasulullah pun berperilaku sesuai Qur’an dan Hadist. Karena sifatnya itu beliau
dijuluki Akhlakul karimah yakni akhlak yang mulia. Hal ini digambarkan oleh al-
Quran surat Al-Ahzab, 33: 21 yang berbunyi:
ِ ‫َّللاَ َو ْال َي ْو َم‬
‫اآلخ َر َوذَك ََر ه‬
ً ‫َّللاَ َك ِث‬
‫يرا‬ ‫سنَةٌ ِل َم ْن َكانَ َي ْرجو ه‬ ‫لَقَدْ َكانَ لَك ْم ِفي َرسو ِل ه‬
َ ‫َّللاِ أس َْوة ٌ َح‬

“Sesunggunya pada diri Rasulullah saw. terdapat contoh tauladan bagi mereka yang
menggantungkan harapannya kepada Allah dan Hari Akhirat serta banyak berzikir
kepada Allah.”

2.2 Akhlakul Karimah yang Diajarkan Nabi Muhammad SAW

Akhlakul karimah yang patut kita puji dan tiru antara lain :
1. Sifat yang wajib bagi rasul seperti siddiq, amanah, tabligh, dan fahtanah: jujur,
dapat dipercaya, menyampaikan apa adanya, dan cerdas. Keempat sifat ini membentuk
dasar keyakinan umat Islam tentang kepribadian Rasul saw.
2. Integritas. Integritas juga menjadi bagian penting dari kepribadian Rasul Saw.
yang telah membuatnya berhasil dalam mencapai tujuan risalahnya. Integritas
personalnya sedemikian kuat sehingga tak ada yang bisa mengalihkannya dari apapun
yang menjadi tujuannya.
3. kesamaan di depan hukum. Prinsip kesetaraan di depan hukum merupakan
salah satu dasar terpenting
4. Penerapan pola hubungan egaliter dan akrab. Salah satu fakta menarik tentang
nilai-nilai manajerial kepemimpinan Rasul saw. adalah penggunaan konsep sahabat
(bukan murid, staff, pembantu, anak buah, anggota, rakyat, atau hamba) untuk
menggambarkan pola hubungan antara beliau sebagai pemimpin dengan orang-orang
yang berada di bawah kepemimpinannya. Sahabat dengan jelas mengandung makna
kedekatan dan keakraban serta kesetaraan.

2
5. kecakapan membaca kondisi dan merancang strategi. Keberhasilan Muhammad
saw. sebagai seorang pemimpin tak lepas dari kecakapannya membaca situasi dan
kondisi yang dihadapinya, serta merancang strategi yang sesuai untuk diterapkan.
6. tidak mengambil kesempatan dari kedudukan. Rasul Saw. wafat tanpa
meninggalkan warisan material. Sebuah riwayat malah menyatakan bahwa beliau
berdoa untuk mati dan berbangkit di akhirat bersama dengan orang-orang miskin.
7. visioner futuristic. Sejumlah hadits menunjukkan bahwa Rasul SAW. adalah
seorang pemimpin yang visioner, berfikir demi masa depan (sustainable).
8. menjadi prototipe bagi seluruh prinsip dan ajarannya. Pribadi Rasul Saw. benar-
benar mengandung cita-cita dan sekaligus proses panjang upaya pencapaian cita-cita
tersebut. Beliau adalah personifikasi dari misinya. Terkadang kita lupa bahwa
kegagalan sangat mudah terjadi manakala kehidupan seorang pemimpin tidak
mencerminkan cita-cita yang diikrarkannya.

Akhlak Rasul yang seperti ini patutlah kita tiru dan kita amalkan dalam
kehidupan sehari-hari. Rasul sangat mencintai Allah dan Allah lebih mencintai beliau
karena sesungguhnya siapa yang mencintai Allah maka Allah lebih mencintainya. Dan
apabila orang yang dekat kepada Allah, Allah selalu memudahkan segala urusannya.
Allah Maha Pemberi apa yang dibutuhkan semua umatNya. Allah tidak pernah merasa
rugi apabila Ia memberi kepada umatNya meskipun umatNya tidak pernah
mengingatnya ataupun bersyukur terhadapNya. Allah Maha Pemberi Maaf bagi
umatNya yang mau berubah.
Akhlakul karimah terbukti efektif dalam menuntaskan suatu permasalahan serumit apa
pun.Sebagai bukti, ketika Muhammad masih belum menerima wahyu, beliau mampu
memberikan solusi atas sengketa para pemuka Quraisy yang berebut ingin mengangkat
hajar aswad saat pemugaran Ka'bah telah usai. Masing-masing pemuka suku bersikeras
dan merasa dirinya paling berhak untuk mengangkat hajar aswad. Pertentangan itu
nyaris meletuskan peperangan.
Menghadapi situasi tersebut, beliau meminta sorban, kemudian hajar aswad
diletakkan di atas sorban tersebut. Lalu, masing-masing pemuka Qurasisy memegang
ujung sorban dan bersama-sama mengangkatnya. Kekisruhan pun mulai reda dan
akhirnya sirna karena semua pihak merasa tidak dirugikan.
Bahkan, jauh ketika masa menjelang remaja, Muhammad SAW dicintai masyarakatnya
karena kejujurannya. Ternyata masyarakat yang tidak mengenal adab pun ketika itu
masih memiliki nurani dengan memberikan gelar al-amin (tepercaya) kepada putra
Abdullah itu. Ini bukti bahwa sampai kapan pun akhlakul karimah akan selalu dicintai
umat manusia.
Dalam sejarah kehidupan manusia, masalah, konflik, beda pendapat,
senantiasa akan hadir. Oleh karena itu, Islam membawa ajaran yang mewajibkan
seluruh umatnya memiliki akhlakul karimah. Mengutamakan toleransi dari pada
konfrontasi, kasih sayang dari padasifat garang, simpati daripada benci. Dalam konteks
sederhana, orang berakhlak ialah orang yang sportif dalam bahasa olahraga. Apabila
salah, ia katakan salah dan apabila benar maka ia pun siap mengungkapkan sesuai fakta
yang terjadi. Menang tidak menjadikannya sombong, kalah pun tak membuatnya
menjadi pendengki.

3
Bahkan, yang lebih menarik ialah, ia akan berani mengakui kesalahannya. Bukan
malah memutarbalikkan fakta hanya karena gengsi kalau dirinya mengakui suatu
kesalahan yang telah diperbuatnya. Maka, tidaklah heran jika Nabi SAW pernah
bersabda, "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak."
Akhlak akan dimiliki oleh siapa saja yang secara sungguh-sungguh memahami,
meyakini, dan mengamalkan ajaran Islam. Dan, siapa saja yang berhasil menjadikan
akhlakul karimah sebagai karakter dalam dirinya tentu ia akan menjadi orang yang
paling beruntung, baik di dunia maupun di akhirat.
Orang berakhlak tidak memerlukan pencitraan apalagi memaksakan kehendak.
Baginya, kepentingan bersama jauh lebih penting daripada kepentingan pribadi dan
golongannya.
Betapa indahnya jika semua elemen bangsa memiliki karakter akhlakul karimah. Saling
memahami, mengutamakan toleransi dalam berbeda pendapat, saling menjunjung
tinggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan dan bergerak demi keutuhan bangsa dan
negara.
Perlu diingat bahwa kecanggihan teknologi, sistem, dan regulasi apa pun, tidak
akan memberi manfaat maksimal jika pribadi-pribadi bangsa ini tidak memiliki
akhlakul karimah.

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akhlak

1. Genetik / turunan
Akhlak: jati diri/karakter yang menyertai manusia di manapun ia berada, oleh
karenanya keteladanan orang tua (rumah tangga) sangatlah mempengaruhi terhadap
perkembangan akhlak anak-anaknya. Di sadari atau tidak bahwa apa yang dilakukan
oleh orang tua (ayah, ibu, dan lainnya) telah menuntun kepada sikap dan perilaku
anak-anaknya. Dan ketahuilah bahwa proses pendidikan lebih banyak dinikmati oleh
anak melalui mata, yakni mencapai 83%, dan hanya 11% melalui telinga atau
nasehat, sedangkan 6% lainnya melalui keterampilan. Dengan demikian orang sering
mengatakan buah tidak akan jauh jatuh dari pohonnya.
2. Sisi psikologis : Al-nafsiyah / kejiwaan
Secara psikologis bahwa yang turut mempengaruhi pembentkan akhlak adalah berasal
dari dalam diri anak itu sendiri. Hal ini terbentuk oleh faktor pengalaman dan
kesadaran anak dalam kehidupan rumah tangga. Semakin baik kebiasaan rmah
tangganya dalam pergaulan keseharian, maka semakin baik pula akhlak anak-
anaknya, sebaliknya semakin rusak akhlak dalam rumah tangganya, maka semakin
banyak kecenderungan memiliki akhlak yang buruk pula.
3. Faktor social / lingkungan : Syariah Ijmaiyah
Faktor lingkungan tidak kalah pentingnya dalam pembentukan akhlak, semakin baik
lingkungan hidup anak, maka semakin baik pula kemungkinan akhlaknya. Pepatah
klasik mengatakan “bahwa dekat pandai besi maka akan kepercikan apinya, dan dekat
orang menjual minyak wangi maka akan keciupan baunya.
4. Nilai Islami yang tertanam dalam dirinya
Gaya hidup seorang manusia / muslim yang dilandaskan dengan al-qur’an dan as-
sunnah, akan terbentuk akhlak yang islami. Karena hal yang demikian itu akan

4
menunjukkan apa yang baik di mata Allah dan rasulnya, Baik dimata Allah adalah;
Takwa dan sabar kepada Allah - mengabdi, selalu tunduk dan patuh kepada perintah-Nya,
Berserah diri dan tawakkal kepada Allah, pandai bersyukur, Ikhlas dalam semua peristiwa
yang terjadi dalam dirinya, serta khouf / takut dan Radja atau penuh harap.
Sedangkan Akhlak baik untuk Rasullullah : Ikhlas dalam melakukan sesatu yang
disunnahkan, beriman kepada Rasul, selalu mengucapkan shalawat dan salam serta
taat dan cinta kepada Rasul, mempercayai kepada semua berita yang disampaikan
Rasul serta menghidupkan sunnahnya.
.Faktor yang mempengaruhi seseorang berakhlak mulia:
1. Perintah Allah dan Rasulnya
2. Mengikuti sunahnya, karena tujuan diutusnya Rasulullah saw. (QS. Al-
Ahzab:21)
3. Sebagai bukti eksistensi keimanan
4. Sebagai kunci dakwah
5. Takut atas ancaman Allah (QS. as-Shaaf:2-3)
6. Sebagai kunci komunikasi untuk mendapatkan kepercayaan
. Faktor-Faktor Yang Membuat Orang Enggan Berakhlak Mulia
1. Tidak ada keinginan mempertebal iman
2. Sudah menjadi kebiasaannya di waktu kecil
3. Tertutupnya hati

2.4 Penerapan Akhlakul Karimah dalam Kehidupan Sehari-hari

Akhlakul karimah atau akhlak yang mulia merupakan fondasi yang kokoh demi
terciptanya hubungan baik antara hamba dengan Allah SWT (hablumminallah) dan
hubungan antar sesama manusia (hablumminannas). Akhlakul karimah tidak lahir
begitu saja menjadi kodrat manusia atau muncul secara tiba-tiba. Akan tetapi,
membutuhkan proses yang panjang serta memanifestasi seumur hidup
melalui pembelajaran atau pendidikan akhlak yang sistematis bersifat menyeluruh
meliputi 4 dimensi kehidupan manusia yaitunya fisik, mental, emosional dan spiritual.
Akhlakul karimah yang dikontrol oleh nilai-nilai agama Islam dapat membuat
seorang muslim mampu menjalankan tiga hal berikut :
1. Dalam berinteraksi dengan Allah SWT , yaitu dengan akidah dan ibadah yang benar
disertai dengan akhlakul karimah.
2. Dalam berinteraksi dengan diri sendiri, yaitu dengan bersifat objektif, jujur, dan
konsisten mengikuti manhaj Allah SWT .
3. Dalam berinteraksi dengan sesama manusia, yaitu dengan memberikan hak-hak
mereka, amanah, menunaikan kewajiban sebagaimana yang telah ditetapkan oleh
syariat Islam.
Dengan kesuksesan dalam menjalani ketiga hal di atas. Maka, kita akan
mendapatkan ridha dari Allah SWT, ridha dari diri sendiri dan ridha dari sesama
manusia. Dan berpengang teguh pada nilai-nilai akhlakul karimah yang dibawa oleh
Islam, maka kita mampu mencapai kesuksesan dunia dan akhirat. Pada dasarnya nilai-
nilai akhlakul karimah yang dibawa oleh Islam. Jika, diamalkan secara konsisten dan

5
penuh rasa tanggung jawab mampu menjawab problematika yang sedang diderita umat
Islam saat ini. Baik permasalahn sosial, politik maupun ekonomi.
Sejarah merupakan bukti nyata sebagai mana umat Islam dalam masyarakat
Madinah pada zaman Rasulullah. Ternyata masyarakat yang tidak kenal adab pun
ketika itu masih memiliki nurani dengan memberikan gelar Al-amin yang berarti
terpercaya kapada Rasulullah karena akhlakul karimah yang dimiliki oleh Rasulullah.
Ini sebagai bukti bahwa sampai kapanpun akhlakul kariamh akan selalu dicintai umat
manusia.
Dalam sejarah kehidupan manusia, masalah, konflik, beda pendapat senantiasa
akan hadir. Oleh sebab itu, Islam membawa ajaran yang mewajibkan seluruh umatnya
memiliki akhlakul karimah atau budi pekerti yang luhur. Mengutamakan toleransi dari
pada konfrontasi, kasih sayang dari pada sifat garang, bersimpati dari pada membenci,
dan didalam berkompetisi menang tidak akan menjadikan sombong serta kalah tidak
akan mambuatnya menjadi pendengki. Tapi, yang lebih menarik adalah berani
mengakui kesalahan bukan memutar balikkan fakta sehingga menjadikan orang lain
sebagai kambing hitam. Hal ini terjadi karena gengsi mengakui suatu kesalahan yang
telah diperbuatnya. Maka, tidaklah heran jika nabi Muhammad SAW pernah bersabda
Artinya :“sesungguhnya aku (Muhammad) diutus oleh Allah untuk menyempurnakan
akhlak manusia” (H.R. Ahmad)
Akhlakul karimah akan dimiliki oleh siapa saja yang secara sungguh-sungguh
memahami, meyakini, dan mengamalkan ajaran Islam dan siapa saja yang berhasil
menjadikan akhlakul karimah sebagai karakter dalam dirinya. Tentu ia akan menjadi
orang paling beruntung, baik didunia maupun di akhirat nanti. Sebagaimana firman
Allah SWT dalam surat Yunus ayat 26
Artinya: “bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik
(syurga)dan tambahannya (kenikmatan melihat Allah) dan wajah mereka tidak ditutupi
debu hitam da tidak pula dalam kehinaan, mereka itulah para penghuni syurga dan
mereka kekal didalamnya”
Orang yang berakhlak mulia tidak memerlukan pencitraan apalagi memaksakan
kehendak. Baginya, kepentingan bersama jauh lebih penting dari kepentingan diri
sendiri maupun kepentingan golongannya. Batapa sangat dirindukannya jika semua
elemen bangsa memiliki karakter akhlakul karimah. Saling memahami, mengutamakan
toleransi dari pada konfrontasi, saling menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan
kesatuan, dan bergerak demi keutuhan agama, bangsa dan Negara. Dan perlu dipahami
bahwa kecanggihan teknologi, system dan regulasi apapun. Tidak akan memberi
manfaat yang maksimal jika semua elemen-elemen bangsa dan negara ini tidak
berkarakter akhlakul karimah.
Bagaimana cara menerapkan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-
hari?
Memang itu adalah pertanyaan mendasar yang perlu dicermati. Maka, akan
timbul tanda Tanya besar dalam diri kita. Mampukah kita meneladani perilaku
Rasulullah SAW dalam ber-akhlak karimah dan menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari?. Seorang pemikir barat bernama Marianne Williamson dengan indahnya
menyatakan bahwa, “ketakutan kita yang paling dalam bukanlah bahwa kita ini tidak
mampu. Sebaliknya, ketakutan kita yang paling dalam adalah bahwa kita amat sangat

6
berpotensi untuk mampu.” Mengingat bahwa kita adalah makhluk Allah SWT yang
dilahirkan dengan potensi sangat luar biasa. Maka, masalahnya adalah bukan
bagaimana memasukkan pemikiran-pemikiran baru tentang akhlakul karimah kedalam
benak kita, tetapi bagaimana kita mampu mengeluarkan dan mengoptimalkan
pemikiran-pemikiran lama sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah
SAW. Allah SWT berfirman dalam surat Ali-imran ayat 115
Artinya : “dan kebajikan apapun yang mereka kerjakkan, tidak ada yang
mengingkarinya, dan Allah maha mengetahui orang-orang yang bertaqwa”
Menurut Abuddin Nata, salah satu penulis masalah-masalah moralitas, akhlak
dan tasawuf. Memberikan 5 hal penting perbuatan akhlak yang perlu menjadi jalan dan
perilaku hidup ditengah gencarnya hal-hal yang melewati batas-batas moralitas saat ini.
Sebagai pengertian akhlakul karimah dalam pembahasan diatas. 5 prinsip ini tentu
dapat menjadi acuan atau icons dalam berperilaku sosial serta bagaimana aktualnya
menerapkan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari.
5 prinsip dasar perbuatan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari menurut
Abudin Nata
1. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang
sehingga telah menjadi kepribadiannya.
2. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran.
Ini berarti pada saat melakukannya yang bersangkutan tidak sadar, yang dimaksud
disini bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan oleh orang sehat akal
dan pikirannya. Namun, karena perbuatan tersebut sudah mendarah daging, pada saat
akan mengerjakannya sudah tidak lagi memerlukan pertimbangan atau pemikiran lagi.
Hal ini tidak ubahnya seorang yang sudah mendarah daging dan terdisiplinkan untuk
selalu mengerjakan shalat lima waktu. Maka, pada saat datang panggilan shalat ia
sudah merasa tidak berat lagi mengerjakannya, tanpa pikir-pikir lagi ia sudah dengan
mudah dan ringan dapat mengerjakannya.
3. Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang tumbuh dari dalam diri
seseorang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar perbuatan.
Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan atas dasar kemauan. Pilihan dan kepuasan
yang bersangkutan.
4. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan
main-main atau karena bersandiwara. Untuk mengetahui perbuatan yang sesungguhnya
dapat dilakukan melalui cara yang continue dan terus menerus.
5. Perbuatan akhlakul karimah adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-
mata karena Allah SWT, bukan karena ingin dipuji.
Sehingga 5 prinsip dasar akhlakul karimah dapat kita jadikan sebagai pedoman
dalam menerapkan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari. Supaya terhindar
dari kepura-puraan dan ujub (ingin dipuji). Dengan pemahaman 5 prinsip dasar
menurut Abuddin Nata itu kita dapat mewujudkan akhlakul kharimah yang
berlandaskan iman dan Islam sehingga mampu tercipta suatu komunitas manusia yang
berkarakter akhlak yang mulia
Berikut beberapa tips yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam penerapan
akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari. Tips ini terdiri dari pemahaman inti dan
3 langkah konkrit

7
Pemahaman inti
penulis akan memberikan sedikit penjelasan mengenai pemahaman inti
yaitunya tanamkanlah dan dedikasikanlah secara sungguh-sungguh dalam pemikiran
dasar atau mind set kita untuk lebih mendahulukan hati nurani dari pada ego. Hati
nurani akan memberikan gambaran sederhana mengenai hal yang baik dan hal yang
tidak baik atas apa yang telah dan yang akan kita perbuat. Serta, dengan bertanya
kedalam hati nurani maka ia akan menjawab konsekuensi apa yang akan kita terima
bila kita tidak atau akan melakukannya. Seperti yang tertulis dalam kutipan sebuah
lirik lagu yang dinyanyikan oleh Bryand Adam “looking to you’r heart, you will see
(lihatlah ke dalam hatimu, kamu akan melihat) ” Dan jika seseorang lebih
mementingkan ego dari pada hati nurani, maka ia tidak akan pernah mendengarkan
kata hatinya melainkan memperturutkan hawa nafsunya yang akan menimbulkan mala
petaka.
3 langkah konkrit
1. Fahami secara mendasar nilai-nilai akhlakul karimah sebagaiman yang telah
dicontohkan oleh Rasulullah SAW semasa hidupnya. Dengan akhlakul karimah yang
dimilikinya Rasulullah menjadi agent of change bagi umatnya.
2. Secara sistematik dan sungguh-sungguh menerapkan dan melaksanakan hala-hal
yang kita fahami tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dimulai dari hal-hal kecil dan
sederhana pada lingkungan yang kecil dan sederhana pula bersifat privat. Setelah itu
mulailah sebuah langkah besar memberikan perubahan. Hal ini hendaknya kita mulai
dari saat ini
3. Ajarkan kepada orang lain dalam setiap kesempatan mengenai hal-hal yang telah
kita ketahui dan kita fahami tentang akhlakul karimah atau akhlak yang mulia. Dan
jadikanlah diri kita sebagai Agent of change setelah Rasulullah SAW.
Dengan pemahaman dan langkah-langkah tersebut diharapkan dapat tercipta
suatu kebiasaan yang pada akhirnya bila kita lakukan secara konsisten maka, akan
terbentuk karakter atau integritas akhlakul karimah dalam diri kita.
Selanjutnya, dengan implementasi akhlakul karimah atau akhlak yang mulia
maka, jaminanya adalah kita akan menjadi mukmin sejati dan pribadi yang unggul.
Sehingga mendapatkan kemenangan di Dunia dan Akhirat. Dan orang yang berakhlak
mulia akan mendapat ganjaran kebaikan berupa pahala, terhormat di hadapan Allah,
terhormat di hadapan masyarakat, dan terhormat di hadapan diri sendiri.
Dalam pandangan ilmu pengetahuan akhlakul karimah dapat
memberikan kontribusi yang sangat besar dalam menunjang prestasi dan
produktifitas. Memang banyak orang yang merasa bahwa tidak ada kaitan secara nyata
antara prestasi dan produktifitas dengan akhlak. Jelaslah bahwa ini adalah pandangan
yang keliru. Bila kita memahami secara sungguh-sungguh nilai-nilai akhlakul
karimah, maka kita menemukan bahwa nilai-nilai tersebut merupakan nilai-nilai yang
dapat saling bersinergi dalam menumbuh kembangkan potensi manusia yang
bermartabat dengan berlandaskan iman dan taqwa. Maka dari itu, pembentukan
pribadi-pribadi yang berkualitas tidak cukuplah dengan pendidikan dan prestasi yang
tinggi. Namun, pendidikan dan prestasi harus berlandaskan akhlakul karimah atau

8
akhlak yang mulia sehingga pribadi-pribadi tersebut berkualitas di Dunia dan di
Akhirat.
Dalam bingkai pemahaman tentang akhlakul karimah, yang dipersembahkan
dalam sebuah karya sederhana tapi mengandung artian yang sangat konkrit dalam
kehidupan yang nyata. Sehingga lahirlah sebuah fatwa yang menyatakan “maka dari
itu, jangan sampai ujar-ujar ini terjadi pada kita, yaitu : dahulu, ketika tiang-tiang
suraunya dari kayu, ihkwannya berhati emas. Kini, ketika tiang-tiang suraunya terbuat
dari emas, ikhwannya berhati kayu”
Orang yang memiliki akhlakul karimah memiliki keteguhan, ketabahan dan
prinsip hidup yang diwujudkan secara manifestasi dalam kehidupan sehari-hari. Secara
konsisten melakukan improvement untuk meninggikan dan mengagungkan akhlakul
karimah sesuai dengan akhlakul karimah yang dimiliki oleh rasul. Sehingga kita
mampu menjadi agent of change setelah Rasullah, memberikan cahaya kebaikan yang
mampu menghidupkan akhlakul karimah di era modern yang sudah lama redup dan
hampir padam. Orang-orang seperti itulah yang sangat dirindukan pada saat sekarang
ini. Tapi, Sebelum kita menjadi agent of change maka, kita harus mampu memanage
diri kita sendiri untuk ber-akhlakul karimah.
Ber-akhlakul karimah mampu mengilhami orang lain
Dengan terwujudnya perilaku berdasarkan nilai-nilai akhlakul karimah yang
tercermin pada keangungan dan ketinggian budi pekerti pribadi-pribadi muslim
tersebut, manakala hal itu dilakukan secara konsisten dan terus-menerus. Dan pada
akhirnya dapat dipastikan bahwa pancaran cahaya dari dalam diri pribadi itu akan
mampu menyinari sekelilingnya, mampu menjadi pendorong terciptanya perubahan
bagi orang lain dan lingkungannya. Seperti yang telah penulis jelaskan sebelumnya,
bahwa pribadi-pribadi yang ber-akhlakul karimah ibaratkan virus yang menyebarkan
dan menaburkan nilai-nilai kebaikan disekelilingnya. Hal tersebut sesuai dengan
firman Allah SWT dalam surat Ali-imran ayat 114
Artinya : “mereka beriman kepada Allah dan hari akhir, menyuruh (berbuat)
yang makruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar dan bersegeralah
mengerjakan berbagai kabaikan, mereka termasuk orang-orang shaleh”
Berikut sepenggal kisah keagungan dan ketinggian akhlak Rasulullah yang
sangat berharga untuk kita renungkan. Betapa konsistensi beliau terhadap nilai-nilai
kemuliaan akhlak bahkan sampai menjelang beliau wafat sekalipun.
Saat itu menjelang wafat, beliau mengumpulkan para sahabat, lalu beliau
menyampaikan fatwa singkat .
“wahai kaum muslimin, sesungguhnya aku adalah Nabimu. pemberi nasehat
dan yang mengajak kepada Allah dengan seizin-Nya. Bagimu, aku tidak berdaya
seperti saudara seayah dan seibu. Siapa diantara kamu yang pernah kusakiti, bangkitlah
dan balaslah aku sebelum datang pembalasan di hari kiamat nanti .”
Awalnya, tidak ada tanggapan dari para sahabat, hingga ketiga kalinya nabi
Muhammad mengulang perkataannya “ayo, siapa yang pernah kusakiti bangkitlah,
balaslah aku….ambil qisasnyapada diriku”
Pada saat itulah Ukasyah, salah seorang sahabat nabi yang hadir pada saat itu,
bangkit dan berkata “wahai... Rasulullah demi ayah dan ibuku yang menjadi

9
tebusannya. Jika engaku tidak menyerukan hal itu hingga tiga kali, tentu tidak ada
seorang pun yang mendorong aku untuk menghadapmu”
“apa keinginanmu ya..Ukasyah?” Tanya nabi
“begini ya baginda, pada saat perang Badar, tiba-tiba saja unta yang ku
tunggangi lepas kendali dan mendahului unta baginda, sehingga aku keluar barisan,
aku turun mendekat pada baginda, saat itu tiba-tiba baginda mengayunkan cambuk
ketubuhku. Aku tidak tahu, apakah baginda sengaja memukulku atau memukul unta”
Rasulullah pun segera mengambil tindakan tegas, balasan ahrus ditunaikan.
Beliau meminta Bilal untuk mengambil cambul ke rumah Fatimah, dengan tergopoh-
gopoh Bilal kembali ke majelis dengan membawa cambuk, lalu diserahkan kepada
Ukasyah. Ukasyah pun siap menuanikan qisas. Abu bakar r.a dan Umar r.a, dua sahabat
setia Rasulullah mengahadangnya, “hai Ukasyah, sekarang kami dihadapanmu,
ambillah qisasmu dari kami, sedikitpun kami tidak rela jika kamu mengambil qisas dari
Rasul.” Tatapi Rasulullah menenangkan mereka dan meminta mereka untuk kembali
duduk.
Tidak hanya Abu bakar dan Umar, sahabat yang lain yakninya Ali beserta
Hasan dan Husein juga maju dan meminta hal yang sama kepada Ukasyah. Namun,
Rasulullah kembali menenangkan mereka. Nabi kembali meminta Ukasyah untuk
segera melaksanakan qisas “Ukasyah cambuklah aku, lakukan jika aku benar-benar
melakukan kesalahan padamu.”
“ya Rasul, ketika engkau memukulku, saat itu aku tidak memakai baju.” Jelas
Ukasyah Rasulullah pun menurutinya, dibukanya baju beliau. Begitu melihat rasul
mengenakan bajunya, para sahabat menangis bercucuran air mata. Ukasyah sendiri
bergetar hatinya meremang bulu kuduknyadan larut dalam keangungan serta kebesaran
jiwa nabi dihadapannya. Saat itulah dia melakukan keanehan, tidak melakukan qisas
tapi justru menumbruk tubuh Rasul dan merebahkan dirinya bersimpuh dihadapan
rasul sambil berteteskan air mata yang terus mengalir dipipinya.
“subhanaakaallahumma wabihamdika, asyhadu al-laa ilaahailla anta ,
astaghfiruka waatuubu ialaik”
“maha suci engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada
tuhan selain engkau, saya memohon ampun dan bertobat kepada-Mu”
(Kisah ini dikutip dari http;//baitulamin.org/flights/akhlak/231-akhlak-
manifestasi-ubudiyah-.html)
Akhlakul kariamah adalah salah satu senjata ampuh Rasulullah dalam
menyiarkan agama Islam. Dengan akhlak Rasul yang sangat mulia mampu meluluhkan
hati sekeras baja. Melapukkkan segala kemungkaran dan kefasikan di muka Bumi.
Itulah yang dimaksud dengan akhlakul karimah mampu mengilhami orang lain.
Ibaratkan sebuah cahaya yang memberikan sinar terang disekelilingnya.
Ketinggian dan kesempurnaan akhlakul karimah nabi Muhammad SAW
sangatlah memukau, agung dan mampu mempesona tidak saja umat Islam bahkan
kaum non Islam sekalipun. Seorang pemikir barat George Bernard Shaw
mengatakan”…saya telah mempelajari kehidupan nabi Muhammmad yang betul-betul
mengagumkan…saya yakin sekali orang seperti dia jika diserahi memimpin dunia
modern, tentu berhasil menyelesaikan segala persoalan dengan cara yang dapat
membawa Dunia kedalam kesejahteraan dan kebahagiaan. Saya berani meramalkan

10
bahawa akidah yang dibawa Muhammmad akan diterima abaik di Eropa kemudian
hari.”
Posisi akhlak dalam Islam adalah dapat di ibaratkan sebagai fondasi yang
melandas sebuah konstruksi bangunan yang bernama “kesuksesan Dunia Akhirat.”
Orang yang memiliki akhlakul karimah secara normatif mampu menjadi pusat referensi
bagi orang lain yang ada disekelilingnya sehingga mampu bertahan dari segala
perubahan yang terjadi dari masa ke masa. Prinsip universal yang dimiliki oleh seorang
yang ber-akhlakul karimah mampu menunjukkan kesanggupan di satu sisi
mampertahankan semangat keislaman dan di sisi lain menyesuaikan aspek teknisnya
dengan perkembangan zaman. Paradigma orang yang ber-akhlakul karimah jauh lebih
baik dari pada orang yang berpendidikan tinggi. karena fundamental dari sebuah
pendidikan adalah akhlakul karimah. Jika orang yang berpendidikan menjadikan
akhlakul karimah sebagai fundamental dalam mengembangkan ilmunya, maka dia
adalah sosok agent of change yang selama ini ditunggu-tunggu untuk memberikan
cahaya terang di dunia pendidikan yang berlandaskan akhlakul karimah di Indonesia.

11
BAB III
PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Berbicara akhlak memang sangat sulit, karena akhlak dipandang sebagai
suatu implementasi nilai-nilai Al-Qur’an. Zakiah Darajat berpendapat jika kita ambil
ajaran agama, maka akhlak adalah sanagt penting, bahkan yang tepenting, dimana
kejujuran, kebenaran, keadilan, dan pengabdian adalah diantara sifat-sifat yang
terpenting dalam agama. Bagaimana kita menyikapi akhlak kaum muda kita sekarang
ini, itu tergantung siapa yang memandang dan dari sisi mana dia memandang.
Yang dapat kita lakukan dalam rangka meningkatkan kualitas akhlak adalah
pendidikan pembentukan akhlak yang baik harus dilakukan dengan kompak dan
usaha yang sungguh-sungguh dari semua aspek kehidupan serta mampu
menggunakan seluruh kesempatan, berbagai sarana termasuk teknologi modern.
Disamping itu kita sebagai calon-calon tenaga pendidik, harus mampu
mengintegrasikan antara pendidikan dan pengajaran. Jadi tidak hanya transfer
pengetahuan (transfer of knowledge), ketrampilan dan pengalaman yang ditujukan
untuk mencerdaskan akal dan memberikan ketrampilan tetapi juga mampu
membentuk kepribadian dan pola hidup berdasarkan nilai-nilai yang luhur.
3.2 Saran
Sebagai akhir dari makalah ini, maka kita semua barharap bahwa
nantinya semua orang akan mempunyai akhlak yang mulia sehingga tercapai
kehidupan yang layak, baik di dunia dan di akhirat. Dan ingatlah pesan dari
Lukmanul Hakim yang telah tertulis dalam Al-Qur’an sebagai perwujudan akhlak
yang mulia.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://mainanalfaqih.blogspot.com/2010/10/sabda-rosulullah-saw-seorang-lelaki.html
http://ansoriok.blogspot.com/2008/03/muhammad-diutus-untuk-
menyempurnakan.html
http://burdjani.blogspot.com/2011/01/akhlakul-karimah.html?zx=ad95f2e9730fb872
http://id.shvoong.com/humanities/1784216-ahlak-kepada-tetangga/
http://masbadar.com/2008/06/25/karakteristik-akhlaqul-karimah/

13

Anda mungkin juga menyukai