Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN
1 Ejaan
Menurut Kosasih (2017:172), “Ejaan adalah keseluruhan peraturan tentang pelambangan bunyi
ujaran dan hubungan antara lambang-lambang itu”. Sedangkan menurut Alek dan Achmad (2018:259),
“Ejaan adalah keseluruhan peraturan melambangkan bunyi ujaran, pemisahan dan penggabungan kata,
penulisan kata, huruf dan tanda baca. Lain halnya menurut Finoza (2009:19), 10 “Ejaan adalah seperangkat
aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai
sarananya”.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, pengertian ejaan adalah ilmu yang mengatur tentang aturan
dalam menulis dengan memperhatikan bunyi ujaran, pemisahan kata, penggabungan kata, penulisan kata,
huruf dan tanda baca untuk menghasilkan sebuah kalimat atau tulisan yang baik.

Di dalam bahasa Indonesia, ejaan memiliki pengertian yang lebih luas, yaitu berhubungan dengan
ragam bahasa tulis. Ada berbagai macam pengertian yang mencoba menjelaskan pengertian ejaan.
Pengertian ejaan yang terdapat di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah cara atau aturan
menuliskan kata-kata dalam huruf. Sedangkan di dalam Ensiklopedia Indonesia, ejaan adalah cara menulis
kata-kata menurut disiplin ilmu bahasa. Ejaan pada dasarnya adalah aturan melambangkan bunyi bahasa
menjadi huruf, kata, ataupun kalimat.

Secara umum ejaan dapat diartikan sebagai seperangkat aturan yang mengatur penulisan bunyi
bahasa menjadi huruf, huruf menjadi kata, dan kata menjadi kalimat. Pada KBBI kalimat memiliki arti
sepatah kata atau sekelompok kata yang merupakan satuan yang mengutarakan suatu pikiran atau perasaan.
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi dalam pemakaian bahasa agar tercipta keteraturan bentuk
dalam bahasa tulis. Apabila sudah teratur, maka makna yang ingin disampaikan akan jelas dan tidak akan
terjadi kesalahan dalam memahami makna tersebut.

a. Pengertian PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia)

Menurut Ariyanti (2019:12), “PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia) adalah
penggambaran bunyi bahasa (kata, kalimat, dan sebagainya) dengan kaidah yang harus dipatuhi oleh
pemakai bahasa demi keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis yang harus
memperhatikan pemakaian huruf kapital, tanda baca, dan penulisan kata”.

Sedangkan menurut Murtiani dkk (2018:9), “EBI (Ejaan Bahasa Indonesia) adalah tata bahasa
dalam bahasa Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian
huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, serta penggunaan tanda baca”. Lain halnya menurut Mulyadi
(2017:1), “EBI (Ejaan Bahasa Indonesia) merupakan sistem ejaan kelima yang digunakan dalam bahasa
Indonesia.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa PUEBI (Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia) adalah tata bahasa baru yang menggantikan EYD dalam mengatur penggunaan bahasa
indonesia dalam sebuah tulisan dengan mematuhi kaidah bahasa yang telah ditentukan dan memperhatikan
huruf penulisan, tanda baca, dan penulisan kata.

b. Sejarah PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia)

Menurut Mulyadi (2017:1-6),dalam sejarah, bahasa Indonesia mengalami limakali penggantian


tata cara penulisan atau ejaan yaitu yang pertama tahun 1901 disahkannya Ejaan Van Ophuijsen, yang
kedua pada tahun 1947 diubahlah Ejaan Van Ophuijen menjadi Ejaan Suwandi, yang ketiga tahun 1966
diubahlah Ejaan Suwandi menjadi Ejaan Melindo, yang keempat tahun 1972 diubahlah Ejaan Melindo
menjadi Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dan yang kelima tahun 2015 diubahlah Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD) menjadi PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia) yang digunakan sampai
sekarang ini.

Menurut Kurniasari, Anna Nurlaila (2015:3), “Acuan yang merangkum kaidah ejaan bahasa
Indonesia saat ini, yaitu Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) yang terdapat dalam Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 50 Tahun 2015”.

Menurut Gumelar (2018:16), “Inovasi telah banyak terjadi pada Bahasa Indonesia dilakukan dari
sejak awal sampai menjadi Bahasa Indonesia terkini, terbukti adanya Ejaan van Ophuijsen, Ejaan Republik,
Ejaan Pembaharuan, Ejaan Melindo, Ejaan yang Disempurnakan dan terkini yaitu Ejaan Bahasa Indonesia
merupakan evolusi dari inovasi sebelumnya”.

Pembagian PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia) terdiri dari pemakaian
huruf,penulisan kata, dan pemakaian tanda baca. Pemakaian huruf diklasifikasikan menjadi delapan yaitu:
Huruf abjad, huruf vokal, huruf konsonan, huruf diftong, gabungan huruf konsonan, huruf kapital, huruf
miring, dan huruf tebal (Kurniasari, 2015:11-24). Selain itu dalam PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia) membagi penggunaan tanda baca yaitu terdiri dari tanda baca titik (.), koma (,), titik koma(;),
titik dua (:), tanda hubung (-), tanda pisah (--), tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda ellipsis (…), tanda
petik(“…”), tanda petik tunggal (‘…’), tanda kurung ((…)), tanda kurung siku ([…]), tanda garis miring (/),
dan tanda penyingkat atau apostrof (‘) (Kurniasari, 2015:43)

c. Perbedaan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) dan PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia)

Menurut Mulyadi (2017:7), perbedaan antara EBI dan EYD adalah yaitu:

1. Huruf Abjad Dalam EYD, huruf abjad dituliskan dalam tiga kolom, yakni huruf kapital, huruf kecil dan
nama. PUEBI menuliskan huruf abjad ini menjadi 4 kolom, yakni huruf kapital, huruf noncapital, nama, dan
pengucapan.

2. Huruf Vokal EYD hanya memberi contoh penambahan aksen (‘) pada kata yang ejaannya menimbulkan
keraguan. PUEBI memperkuat penjelasan informasi pelafalan diakritik é (taling tertutup), è (taling terbuka),
ê (pepet)

3. Huruf Konsonan EYD memberi contoh huruf konsonan k di akhir (bapak) untuk melambangkan bunyi
hamzah.PUEBI menghapus contoh tersebut.Selain itu, dalam PUEBI terdapat beberapa contoh yang belum
ada sebelumnya, yaitu huruf konsonan v dan w di akhir (motolov, takraw).Sementara itu contoh huruf
konsonan x di akhir dalam EYD (sinar-x), dihapuskan dalam EBI. Hal lain yang ditambahkan dalam
PUEBI, yakni keterangan tambahan mengenai huruf x pada posisi awal kata diucapkan [s]. Dengan
demikian empat konsonan (c, q, x, dan y) tidak digunakan di posisi akhir kata dasar bahasa
Indonesia.Konsonan y bisa terletak diakhir, tetapi dalam bentuk gabungan huruf konsonan sy, misalnya
arasy.

4. Huruf Diftong EYD mencantumkan huruf diftong ada tiga, yaitu ai, au, dan oi. PUEBI menambahkan
huruf diftong menjadi empat, yaitu ai, au, oi, dan ei. Huruf diftong ei digunakan dalam posisi awal
(eigendom), posisi tengah (geiser), dan posisi akhir (survei)

5. Huruf Kapital EYD mencantumkan kaidah penulisan huruf capital sebanyak16, sedangkan PUEBI
menyederhanakan menjadi 13.Dalam PUEBI terdapat beberapa pengelompokan yang lebih jelas mengenai
penggunaan huruf kapital.

6. Huruf Miring PUEBI menggunakan frasa bahasa daerah atau bahasa asing, sedangkan EYD memakai
frasa bukan bahasa Indonesia. Selain itu, PUEBI memberi catatan bahwa nama diri dalam bahasa asing atau
bahasa daerah tidak ditulis dalam huruf miring.

7. Huruf Tebal EYD mencantumkan tiga kaidah penulisan huruf tebal, yakni

a) untuk menulisakan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambing, daftar
pustaka, indeks, dan lampiran;
b) tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau
14 kelompok kata;
c) untuk menuliskan lema dan sublema, lambing bilangan yang menyatakan polisemi.

PUEBI hanya mencantumkan dua kaidah dalam penulisan huruf tebal, yakni

a) menegaskan bagian tulisan yang sudah miring (penggunaan dua kaidah, antara huruf tebal dan huruf
miring;
b) menegaskan bagian karangan, seperti judul buku, bab, atau subbab. Kaidah penulisan ketiga dalam
EYD dihilangkan.Selain itu, PUEBI menambahkan klausul bahwa huruf tebal tidal dipakai untuk
menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata dalam kalimat.

8. Angka dan Bilangan PUEBI menambahkan kaidah bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi
ditulis dengan huruf. Misalnya, Kelapadua, Rajaampat, Simpanglima, Tigaraksa.

9. Kata sandang si dan sang EYD menuliskan bahwa huruf kapital digunakan untuk awal kata si dan sang,
jika diperlakukan sebagai unsur nama diri (Sang Kancil, Si Buta). Dalam PUEBI, hal itu sudah tidak berlaku
lagi. Penulisan huruf awal kapital kata si dan sang, khusus diperuntukkan pada kata sang yang merupakan
unsur nama Tuhan (Sang Pencipta, Sang Hyang Widhi Wasa).

10. Tanda titik Koma (;) EYD mencantumkan bahwa tanda titik koma (;) digunakan untuk mengakhiri
pernyataan perincian dalam kalimat yang berupa frasa atau kelompok kata.Sebelum perincian terakhir, tidak
perlu menggunakan kata dan.PUEBI menulisakan secara jelas bahwa tanda titik koma (;) dipakai pada akhir
15 perincian berupa klausa.Sebelum rincian terakhir pada titik koma dibubuhi kata dan.
11. Tanda Kurung ((…)) EYD lebih condong pada penulisan kepanjangannya terlebih dahulu, baru diikuti
dengan singkatan dalam tanda kurung. Misalnya Kartu Tanda Penduduk (KTP). PUEBI mencatat kaidah
bahwa tanda kurung ((…)) dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan.Dengan demikian, kaidah
tersebut membenarkan penulisan kepanjangan diikuti singkatan dalam kurung atau singkatan yang diikuti
kepanjangannya. Contoh: Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau KTP (kartu tanda penduduk) Berdasarkan
buku Murtiani, Arifah, dan Noviastuti tentang Pedoman EBI (Ejaan Bahasa Indonesia), serta buku Mulyadi
tentang EBI (Ejaan Bahasa Indonesia) menyatakan hal yang sama tentang penggunaan huruf kapital serta
penggunaan tanda baca yang ditulis di dalam bukunya.

2. Tanda baca
a. Pengertian Tanda Baca

Tanda baca adalah tanda-tanda yang digunakan di dalam bahasa tulis agar kalimat-kalimat yang kita
tulis dapat dipahami orang persis seperti yang kita maksudkan (Chaer, 2006: 71-72).

Menurut Wijayanti (2015: 30) tanda baca adalah tanda yang dipakai dalam sistem ejaan (seperti titik,
koma, titik dua, dan sebagainya). Tanda baca dapat membantu pembaca untuk memahami makna tulisan
dengan tepat. Bayangkan jika tulisan tanpa tanda baca. Pasti tulisan tersebut membingungkan pembaca.
Tanda baca sangat penting dalam penulisan. Tidak seperti ketika berbicara, lawan bicara dapat memahami
maksud pembicara karena pembicara dapat menggunakan intonasi, gerak tubuh, atau unsur-unsur
nonbahasa lainnya. Bahkan lawan bicara dapar bertanya langsung kepada pembicara jika kurang
memahami tuturannya. Hal ini tidak terjadi dalam interaksi penulis-pembaca. Oleh karena itulah, penulis
perlu menguasai tanda baca sebagai perantara yang dapat mewakili maksud dan pemikirannya (Wijayanti,
2015: 30).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tanda baca adalah tanda yang
digunakan di dalam sebuah tulisan untuk membantu pembaca memahami makna tulisan dengan tepat.

Sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia Yang Telah Disempurnahkan (EYD), ada lima belas tanda
baca yang lazim digunakan dalam penulisan, antara lain tanda titik, tanda koma, tanda titik koma, tanda
titik dua, tanda hubung, tanda pisah, tanda tanya, tanda seru, tanda elipsis, tanda petik, tanda petik
tunggal, tanda kurung, tanda kurung siku, tanda garis miring, dan tanda penyingkat atau apostrof.

b. Jenis-jenis dan Aturan Penggunaan Tanda Baca

Sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakah (EYD), tanda baca terbagi menjadi lima
belas jenis (Wijaya, 2012: 41). Adapun jenis dan aturan penggunaannya sebagai berikut:

1) Tanda titik (.)

a) Tanda titik digunakan pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan dan seruan.
b) Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar atau daftar.
c) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
d) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka
waktu.
e) Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka diantara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir
dengan tanda tanya atau tanda seru dan tempat terbit.
f) Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuaan atau kelipatannya yang menunjukkan
jumlah.
g) Tanda titik dipakai pada penulisan singkatan.
h) Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
i) Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah dianggap umum. Singkatan
yang terdiri atas tiga huruf atau lebih, hanya dipakai satu tanda titik.
j) Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.

2) Tanda koma ( , )

a) Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
b) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya
yang didahului oleh kata seperti, tetapi, melainkan.
c) Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat, apabila anak kalimat
tersebut mendahului induk kalimatnya.
d) Tanda koma dipakai di belakang ungkapan atau kata penghubung antara kalimat yang terdapat
pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan
meskipun begitu.
e) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru, seperti, o, ya, wah,aduh, dan kasiahan, atau
kata-kata yang digunakan sebagai sapaan seperti, Bu, Dik, atau Mas dari kata lain yang terdapat
di dalam sapaan.
f) Tanda koma digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
g) Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya
dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
h) Tanda koma dipakai di antara nama dan alamat, bagian-bagian alamat, tempat dan tinggal, nama
tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
i) Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar
pustaka.
j) Tanda koma dipakai di antara tempat penerbitan, nama penerbit, dan tahun penerbitan.
k) Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya, untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
l) Tanda koma dipakai di muka angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan
dengan angka.
m) Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
n) Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca/salah pengertian di belakang keterangan
yang terdapat pada awal kalimat.

3) Titik koma ( ; )

a) Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang
setara di dalam kalimat majemuk setara.
b) Tanda titik koma digunakan untuk akhiri pertanyaan perincian dalam kalimat yang berupa frasa
atau kelompok kata. Dalam hubungan itu, sebelum perincian terakhir tidak perlu digunakan kata
dan.
c) Tanda titk koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih apabila unsur-unsur
setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata penghubung.
d) Tanda Titik Dua ( : )
e) Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap uang diikuti rangkaian atau
pemerian.
f) Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
g) Tanda titik dua dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam
percakapan.
h) Tanda titik dua dipakai di antara jilid atau nomor dan halaman, bab dan ayat dalam kitab suci,
judul dan anak judul suatu karangan, serta nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.

4) Tanda Hubung ( - )

a) Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
b) Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata yang mengikutinya atau akhiran dengan
bagian kata yang mendahuluinya pada pergatian baris.
c) Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang.
d) Tanda hubung digunakan untuk menyambung bagian-bagian tanggal dan huruf dalam kata yang
dieja satu-satu.
e) Tanda hubung dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan.
f) Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan
huruf kapital, ke- dengan angka, angka dengan –an, dan singkatan huruf kapital dengan imbuhan
atau kata.
g) Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa aing.

5) Tanda Pisah ( ‒ )

a) Tanda pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di
luar bangun utama kalimat.
b) Tanda pisah dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain
sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
c) Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti ‘sampai dengan’ atau
sampai ke’.

6) Tanda Tanya (?)

a) Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.


b) Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan
atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.

7) Tanda Seru (!)

a) Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah
yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun emosi yang kuat.

8) Tanda Elipsis (...)


a) Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
b) Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naska ada bagian yang
dihilangkan.

9) Tanda Petik ( “...” )

a) Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah,
atau bahan tertulis lain.
b) Tanda petik dipakai untuk mengapit judul puisi, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam
kalimat.
c) Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.

10) Tanda Petik Tunggal ( ‘... ‘ )

a) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan-petikan yang terdapat di dalam petikan lain.
b) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna kata atau ungkapan.
c) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, kata atau ungkapan bahasa daerah atau
bahasa asing.

11) Tanda Kurung ( (...) )

a) Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.


b) Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama
kalimat.
c) Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat
dihilangkan.
d) Tanda kurung dipakai untuk mengapit angka atau huruf yang merinci urutan keterangan.

12) Tanda Kurung Siku ( [...] )

a) Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata atau kelompok kata sebagai koreksi atau
tambahan pada kalimat, atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa
kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
b) Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah
bertanda kurung.

13) Tanda Garis Miring (/)

a) Tanda garis miring di dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penadaan masa satu tahun
yang terbagi dalam dua tahun takwim atau tahun ajaran.
b) Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap, dan ataupun.

14) Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)

a) Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Ejaan adalah ilmu yang mengatur tentang aturan dalam menulis dengan memperhatikan bunyi
ujaran, pemisahan kata, penggabungan kata, penulisan kata, huruf dan tanda baca untuk menghasilkan
sebuah kalimat atau tulisan yang baik.Pada tahun 2015 ejaan menggunaka aturan PUEBI, PUEBI (Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia) adalah tata bahasa baru yang menggantikan EYD dalam mengatur
penggunaan bahasa indonesia dalam sebuah tulisan dengan mematuhi kaidah bahasa yang telah ditentukan
dan memperhatikan huruf penulisan, tanda baca, dan penulisan kata.

Dalam penggunaan ejaan bahasa indonesia terdapat aturan penggunaan tanda baca, tanda baca
adalah tanda yang digunakan di dalam sebuah tulisan untuk membantu pembaca memahami makna tulisan
dengan tepat. Ada lima belas tanda baca yang lazim digunakan dalam penulisan, antara lain tanda titik (.),
tanda koma (,), tanda titik koma (;), tanda titik dua (:), tanda hubung (-), tanda pisah (‒), tanda tanya (?),
tanda seru (!), tanda ellipsis (…), tanda petik (“…”), tanda petik tunggal (‘…’), tanda kurung ((…)), tanda
kurung siku ([…]), tanda garis miring (/), dan tanda penyingkat atau apostrof (‘).

3.2 Saran

Dengan adanya aturan dalam penulisan, dan mematuhi kaidah bahasa yang telah ditentukan di
dalam PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia), maka kita dapat menghasilkan kalimat yang
baik untuk membantu para pembaca memahami makna tulisan dengan tepat.

Besar harapan bagi kami tim penulis agar pembaca dapat memahami makalah yang kami buat.
Karena terbatasnya referensi dan pengetahuan kami menyadari banyak kekurangan dalam tulisan kami
ini. Oleh karena itu, saran yang bermanfaat dari pembaca diharapkan dapat membantu penyusunan tulisan
ini agar lebih baik dan sempurna.

DAFTAR PUSTAKA
Nlubis, 2017. “BAB 1 pendahuluan A. latar belakang masalah”
http://digilib.unimed.ac.id/24996/2/08.%20NIM%202133311023%20CHAPTER%201.pdf. Diakses pada
30 Agustus 2021.

Da silalahi, 2020. “BAB 1 pendahuluan 1.1 latar belakang tulisan”


2020https://repository.uhn.ac.id/bitstream/handle/123456789/4027/Desy%20Agustina%20Silalahi.pdf?
sequence=1&isAllowed=y . Diakses pada 30 agustus 2021.

N dewiyanti, 2017. “kajian pustaka hasil dan pembahasan”. http://eprints.unm.ac.id/4238/1/3.%20ISI


%20%28KAJIAN%20PUSTAKA%2C%20HASIL%20DAN%20PEMBAHASAN.pdf. Diakses pada 30
Agustus 2021.

Anda mungkin juga menyukai