Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Bayi baru lahir merupakan masa sejak lahir hingga usia 28 hari, setelah ini bayi harus
menyesuaikan diri dengan kehidupan ekstrauterin. Dimana pelayanan kesehatan yang
diberikan pada ibu masa kehamilan. Upaya pencegahan dan penanggulangan dini terhadap
faktor-faktor yang memperlemah kondisi ibu hamil seperti status gizi yang rendah, anemia,
dekatnya jarak antara kehamilan serta hygiene yang buruk. Selain itu pula dilakukan
pembinaan kesehatan prenatal, BBLR, hiperbilirubinemia dan hipotermi. Dan jika tidak
ditanggulang segera dapat menyebabkan kematian (Bobak, M. Irene. 2005).

Salah satu indikator dalam menilai derajat kesehatan masyarakat adalah AKI (Angka
Kematian Ibu) dan AKB (Angka kematian Bayi). Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan
jumlah kematian bayi (0-1bulan) per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun.
AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan
faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat
keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi. Apabila
AKB di suatu wilayah tinggi, berarti status kesehatan di wilayah tersebut rendah (Profil
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah , 2012 ).

AKB di Provinsi Jawa Tengah tahun 2014 sebesar 10,08/1.000 kelahiran hidup,
menurun bila dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar 10,41/1.000 kelahiran hidup.
Dibandingkan dengan target Millenium Development Goals (MDGs) ke-4 tahun 2015 sebesar
17/1.000 kelahiran hidup maka AKB di Provinsi Jawa Tengah tahun 2014 sudah cukup baik
karena telah melampaui target (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah , 2014). Data di
Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Magelang menunjukkan dalam kurun waktu Januari -
Agustus 2014 terdapat 1465 kasus persalinan. Dari 1465 kasus , 769 (52,4%) kasus
persalinan normal, 67 (4,6%) kasus gemeli dan 535 (36,5%) kasus sectio caesarea. Jumlah
bayi baru lahir sebanyak 1494.

Seperti yang terjadi hampir disemua Negara di dunia, kesehatan neonates (bayi
berusia 1 sampai 28 hari) cenderung kurang mendapatkan perhatian dibandingkan dengan
umur-umur yang lain. Padahal data yang disampaikan oleh WHO mengenai angka kematian
bayi baru lahir didunia sungguh sangat memperhatikan. Data yang kemudian dikenal dengan
“fenomena 2/3” menyatakan bahwa 2/3 kematian bayi berusia 0-1 tahun terjadi pada
neonates. Lalu 2/3 kematian neonates terjadi pada masa neonates awal atau bayi berusia 1
hari – 1 menggu dan 2/3 kematian pada masa neonates awal terjadi pada hari pertama.
Diindonesia sebanyak 100.454 neonatus meninggal setiap hari. Ini berarti 275 neonatus
meninggal setiap hari atau lebih kurang 184 bayi berumur kurang dari 1 minggu meninggal
setiap hari atau 1 orang bayi berumur kurang dari 1 minggu meninggal setiap7,5 menit.
(Siswono, 2002) Menurut survey Demografi kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1997 jumlah
kematian bayi berumur kurang dari 1 minggu mencapai 71,3% dari keseluruhan angka
kematian neonates muda.

Menurut Depkes RI (2007), bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan
umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram.
Bayi baru lahir mengalami perubahan lingkungan dalam uterus ke luar uterus , maka bayi
memerlukan penyesuaian fisiologik seperti perubahan metabolik, pernafasan dan sirkulasi
agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya.

Bayi Baru Lahir memerlukan asuhan yang segera, cepat, tepat, aman dan bersih.
Sebagian besar proses persalinan terfokus pada ibu, tetapi sehubungan dengan proses
pengeluaran hasil kehamilan (bayi) maka penatalaksanaan persalinan baru dikatakan berhasil
jika ibu dan bayinya dalam kondisi yang optimal. Oleh karena itu, perlu kontribusi dari
perawat terkait dengan pemberian asuhan segera setelah bayi lahir. Beberapa penyebab
kematian bayi baru lahir (BBL) yang terbanyak disebabkan oleh kegawatdaruratan dan
penyulit pada neonatus, trauma lahir, kelainan kongenital dan hyperbilirubin. Selain itu,
kurang baiknya penanganan bayi baru lahir juga akan menyebabkan kelainan-kelainan yang
akan mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian. Misalnya sebagai akibat
hipotermi pada bayi baru lahir yang dapat mengakibatkan cold stress yang selanjutnya dapat
mengakibatkan hipoksemia atau hipoglikemia dan mengakibatkan kerusakan otak. Contoh
lain misalnya kurang baiknya pembersihan jalan nafas waktu lahir dapat menyebabkan
masuknya cairan lambung ke paru-paru yang mengakibatkan kesulitan pernafasan,
kekurangan zat asam, dan apabila hal ini berlangsung terlalu lama dapat menimbun
perdarahan otak, kerusakan otak dan kemudian keterlambatan tumbuh kembang. Dan yang
tidak kalah penting adalah pencegahan terhadap infeksi yang dapat terjadi melalui tali pusat
pada waktu pemotongan tali pusat (Prawirohardjo, 2006).
Mengingat pentingnya tindakan keperawatan pada bayi baru lahir, penulis tertarik
untuk menyusun asuhan keperawatan dengan judul “Laporan Pendahuluan Asuhan
Keperawatan Terhadap Bayi Baru Lahir”.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum

Menggambarkan kompetensi mahasiswa dalam melaksanakan asuhan


keperawatan dengan pendekatan studi kasus bayi baru lahir.

2. Tujuan Khusus

a) Menggambarkan konsep dasar bayi baru lahir


b) Menggambarkan kemampuan penulis dalam mengkaji bayi baru lahir
c) Menggambarkan kemampuan penulis dalam menegakkan diagnosa
keperawatan bayi baru lahir
d) Menggambarkan kemampuan penulis dalam merumuskan rencana
keperawatan bayi baru lahir.
e) Menggambarkan secara teoritis implementasi dan evaluasi asuhan
keperawatan terhadap bayi baru lahir.

1.3 Manfaat Penulisan


1. Bagi penulis

a. Meningkatkan dan menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan bayi


baru lahir
b. Menambah keterampilan mahasiswa dalam menerapkan manajemen
keperawatan bayi baru lahir

2. Bagi institusi pendidikan

a. Sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan bagi mahasiswa Diploma III
Keperawatan khususnya yang berkaiatan dengan bayi baru lahir
b. Menjadi kerangka acuan untuk melakukan studi kasus lebih lanjut dan sebagai
wahana dalam pengembangan diri dalam bidang kognitif maupun
keterampilan dalam pemberian asuhan keperawatan pada bayi baru lahir

3. Tenaga kesehatan
Sebagai referensi oleh tenaga kesehatan khususnya perawat untuk memberikan
asuhan keperawatan pada bayi baru lahir.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir

2.1.1 Definisi
Bayi baru lahir disebut juga neonatus merupakan bayi yang berumur 0 sampai dengan
usia 1 bulan sesudah lahir (Muslihatun, 2010). Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir
dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai
4000 gram (Depkes RI, 2007).

Neonatus adalah bayi dari umur 4 minggu, lahir biasanya dengan cara gestasi 38-42
minggu (Ilyas Jumani,1994). Bayi Baru Lahir adalah seorang bayi yang dilahirkan setelah 37
minggu (menstrual) kehamilan lengkap sampai 42 minggu kehamilan lengkap (260-294
hari)dianggap bayi cukup bulan oleh kebanyakan ahli (Gary Cuningham, 1995). Neonatus
adalah hasil konsepsi yang baru keluar dari rahim seorang ibu melalui jalan lahir normal atau
dengan cara pembedahan (Laksman,1998). Neonatus adalah bayi baru lahir mengalami
proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uteri ke kehidpan ekstra
uteri (Marlyn dongoes,1999). Neonatus adalah bayi baru lahir, bayi dalam 28 hari pertama
kehidupannya (Broker,Cristine.2001).

Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama
jam pertama setelah kelahiran (Prawiroharjo, 2006). Jadi asuhan keperawatan bayi baru lahir
normal merupakan asuhan yang diberikan kepada bayi berumur 0-1 bulan sesudah kelahiran
yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir antara 2500
sampai 4000 gram.

Menurut Dewi (2010), ciri-ciri bayi baru lahir normal adalah sebagai berikut :

a) Berat badan 2.500-4000 gram


b) Panjang badan 45-55 cm
c) Lingkar dada 30-33 cm
d) Lingkar kepala 32-36,8 cm
e) Bunyi jantung 110-160 x/menit
f) Pernafasan 30-60 x/menit
g) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk
dan diliputi vernik caseosa
h) Rambut kepala biasanya telah sempurna
i) Kuku agak panjang atau melewati jari-jari
j) Genetalia labia mayora sudah menutupi labia minora (pada anak perempuan),
testis sudah turun (pada anak laki-laki).
k) Reflek hisap dan menelan baik
l) Reflek suara sudah baik, bayi bila dikagetkan akan memperlihatkan gerakan
memeluk.
m) Reflek menggenggam sudah baik
n) Eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar 24 jam pertama, mekonium
berwarna hitam kecoklatan.

2.1.2 Anatomi dan Fisiologi

a) Sistem Pernapasan
Perkembangan system pulmoner, keadaan yang mempercepat proses maturasi
paru-paru
1. Taksemia
2. Hipertensi
3. Diabetes Berat
4. Infeksi
5. Ketuban Pecah dini
6. Insufisiensi plasenta
Keadaan diatas akan mengakibatkan stress berat pada janin,hal ini dapat
menimbulkan rangsangan untuk pematangan paru-paru.
b) Jantung dan Sirkulasi darah
Di dalam rahim darah yang kaya oksigen dan nutrisi dari plasenta masuk ke
dalam tubu janin melalui vena umblikalis,sebagian besar masuk ke vena inferior
melalui duktus venosus aranti. Ketika janin dilahirkan segera setelah bayi menghirup
udara dan menangis kuat. Dengan demikian paru-paru akan mengembang,tekanan
paru-paru mengecil dan darah mengalir ke paru-paru dengan demikian duktus botali
tidak berfungsi lagi, foramen ovale akan menutup.
Penutupan foramen oval terjadi karena adanya pemotongan dan pengikatan
tali pusat sebagai berikut:
1. Sirkulasi plasenta berhenti,aliran darah ke atrium kanan menurun,
sehingga tekanan jantung menurun, tekanan rendah di aorta hilang
sehingga tekanan jantung kiri meningkat.
2. Asistensi pada paru-paru dan aliran darah ke paru-paru meningkat, hal ini
menyebabkan tekanan ventrikel kiri meningkat.
c). Saluran Pencernaan
Pada kehamilan 4 bulan pencernaan telah cukup terbentuk dan telah menelan
air ketuban dalam jumlah yang cukup banyak,absorbs air ketuban terjadi melalui
mukosa saluran pencernaan,janin minum air ketuban dapat di buktikan dengan adanya
mekonium.
d). Hepar
Hepar janin pada kehamilan empat bulan mempunyai peranan dalam
metabolisme hidrat arang,dan glikogen mulai di simpan didalam hepar,setelah bayi
lahir simpanan glikogen cepat terpakai,vitamin A dan B juga di simpan di dalam
hepar.
e). Metabolisme
Dibandingkan dengan ukuran tubuhnya,luas permukaan tubuh neonatus lebih
besar dari pada orang dewasa,sehingga metabolism perkilogram berat janinnya lebih
besar.
f). Produksi Panas
Pada Neonatus apabila mengalami hipotermi bayi mengadakan penyesuaian
suhu terutama dengan cara NSR(Non Sheviring Thermogenesis) yaitu dengan cara
pembakaran cadangan lemak (Lewat coklat)yang memberikan lebih banyak energy
dari pada lemak biasa.
g). Kelenjar Endokrin
Selama dalam uterus,janin mendapatkan hormone dari ibunya. Pada kehamilan
sepuluh minggu, ketika tropin telah ditemukan dalam hipofisis janin,hormon ini
diperlukan untuk mempertahankan grandula suprarenalis janin.
Pada neonates kadang-kadang hormone dari ibunya masih berfungsi
pengaruhnya dapat dilihat missal pada bayi laki-laki atau perempuan adanya
pembesaran kelenjar air susu atau kadang-kadang adanya pengeluaran darah dari
vagina yang menyerupai haid pada bayi perempuan.
h). Keseimbangan Air dan Fungsi Ginjal
Glomerulus di ginjal mulai dibentuk pada janin pada umur 8 minggu,jumlah
pada kehamilan 28 minggu diperkirakan 350.000 dan akhir kehamilan diperkirakan
820.000 ginjal janin mulai berfungsi pada usia kehamilan 3 bulan.
i). Susunan Saraf
Jika janin pada kehamilan 10 minggu di lahirkan hidup maka dapat dilihat
bahwa janin tersebut dapat mengadakan gerakan spontan. Gerakan menelan pada
janin baru terjadi pada kehamilan 4 bulan sedangkan gerakan menghisap terjadi pada
kehamilan 6 bulan.
j). Imunologi
Pada system imunolgi terdapat beberapa jenis imunologi (suatu protein yang
mengandung zat antibody) diantaranya adalah imunoglobulingmma G (Ig G). Pada
neonates hanya terdapat Ig G dibentuk banyak pada bulan ke 2 setelah bayi
dilahirkan. Ig G Pada janin berasal dari ibunya melalui plasenta.

2.1.3 Etiologi
a) His (Kontraksi otot rahim)
b) Kontraksi otot dinding perut
c) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan.
d) Ketegangan dan kontraksi ligamentum retundum.

2.1.4 Patofisiologi
Segera setelah lahir, BBL harus beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung
menjadi mandiri secara fisiologis. Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang
semula berada dalam lingkungan interna (dalam kandungan Ibu)yang hangat dan segala
kebutuhannya terpenuhi (O2 dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang
dingin dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya.

Saat ini bayi tersebut harus mendapat oksigen melalui sistem sirkulasi pernafasannya
sendiri yang baru, mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan kadar gula yang cukup,
mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit. Periode adaptasi terhadap kehidupan di
luar rahim disebut Periode Transisi. Periode ini berlangsung hingga 1 bulan atau lebih setelah
kelahiran untuk beberapa sistem tubuh. Transisi yang paling nyata dan cepat terjadi adalah
pada sistem pernafasan dan sirkulasi, sistem termoregulasi, dan dalam kemampuan
mengambil serta menggunakan glukosa.

Perubahan Sistem Pernafasan.

Dua faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi :


a. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang
merangsang pusat pernafasan di otak.
b.Tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena kompresi paru-paru selama
persalinan yang merangsang masuknya udara kedalam paru-paru secara mekanis
(Varney, 551-552).
Interaksi antara sistem pernafasan, kardiovaskuler dan susunan syaraf pusat
menimbulkan pernafasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan
untuk kehidupan.

Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :


a. Mengeluarkan cairan dalam paru-paru.
b. Mengembangkan jaringan alveolus dalam paru-paru untuk pertama kali.

Perubahan Dalam Sistem Peredaran Darah.


Setelah lahir darah bayi harus melewati paru untuk mengambil O2 dan
mengantarkannya ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik guna mendukung
kehidupan luar rahim harus terjadi 2 perubahan besar :
a. Penutupan foramen ovale pada atrium jantung.
b. Penutupan ductus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta.
Oksigen menyebabkan sistem pembuluh darah mengubah tekanan dengan cara
mengurangi dan meningkatkan resistensinya hingga mengubah aliran darah.
2.1.5 Patoflowdiagram

2.1.6 Manifestasi klinis


a) Warna kulit: seluruhnya merah
b) Denyut jantung: > 100 x/menit
c) Pernapasan : baik,menangis kuat.
d) Otot : gerak aktif,reflek baik
e) Reaksi terhadap rangsangan : menangis
f) Lahir aterm antara 37-42 minggu
g) Berat badan 2500 – 4000 gram
h) Panjang lahir 48 – 52 cm
i) Lingkar dada 30 – 38 cm
j) Lingkar kepala 33 – 35 cm
k) Lingkar lengan 11-12
l) Kulit kemerah- merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup.
m) Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna
n) Kuku agak panjang dan lemas
o) Nilai APGAR >7
p) Gerakan aktif
q) Bayi lahir langsung menangis kuat
r) Genetalia :
Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum
dan penis yang berlubang.
Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uterus yang
berlubang ,serta labia mayora menutupi labia minora.
s) Refleks rooting ( mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan
daerah mulut)sudah terbentuk dengan baik.
t) Refleks sucking sudah terbentuk dengan baik.
u) Refleks grasping sudah baik
v) Refleks morro
w) Eliminasi baik, urine dan mekonium keluar dalam 24 jam pertama

2.1.7 Komplikasi
a) Sebore
b) Ruam
c) Moniliasis
d) Ikterus fisiologi
e) gangguan sistem saraf pusat: koma,menurunnya reflex mata (seperti mengdip)
f) Cardiovascular: penurunan tekanan darah secara berangsur, menghilangnya
tekanan darah sistolik
g) Pernafasan: menurunnya konsumsi oksigen
h) Saraf dan otot: tidak adanya gerakan, menghilangnya reflex perifer

2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik


a) Sel Darah Putih 18000/mm, Neutropil meningkat sampai 23.000-24.000/mm
hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis)
b) Hemoglobin 15-20g/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia)
c) Hematokrit 43%-61% (peningkatan 65% atau lebih menandakan polisitemia,
penurunan kadar gula menunjukan anemia/hemoraghi prenatal)
d) Essai Inhibisi guthriel tes untuk adanya metabolit fenillalanin, menandakan
fenil ketonuria
e) Bilirubin total 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan 8 mg/dl 1-2 hari dan 12
mg/dl pada 3-5 hari.
f) Detrosik: Tetes glukosa selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata 40-
50 mg/dl,meningkat 60-70 mg/dl pada hari ke 3.
g) pH tali pusat, tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status praasidosis,
tingkat rendah menunjukkan gangguan asfiksia bermakna.
h) Tes Coombs langsung pada daerah tali pusat menentukan adanya kompleks
antigen-antibodi pada membran sel darah merah yang menunjukkan kondisi
hemolitik.

2.1.9 Penatalaksanaan medis


Menurut Prawirohardjo, (2005) tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir,
adalah:

1. Membersihkan jalan nafas Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir,
apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan
cara sebagai berikut :

a. Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.
b. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang Bersihkan hidung,
rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan yang dibungkus kassa
steril.
c. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan
kain.
2. Memotong dan Merawat Tali Pusat Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah
plasenta lahir tidak begitu menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali pada bayi
kurang bulan. Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi dengan gunting steril dan
diikat dengan pengikat steril. Apabila masih terjadi perdarahan dapat dibuat ikatan baru. Luka
tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan alkohol 70% atau povidon iodin 10% serta dibalut
kasa steril. Pembalut tersebut diganti setiap hari dan atau setiap tali basah / kotor. Sebelum
memotong tali pusat, pastikan bahwa tali pusat telah diklem dengan baik, untuk mencegah
terjadinya perdarahan.

3. Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu
mengatur tetap suhu badannya dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya
tetap hangat. Bayi baru lahir harus dibungkus hangat.

4. Memberi Vitamin K Untuk mencegah terjadinya perdarahan, semua bayi baru lahir
normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3 hari, sedangkan
bayi resiko tinggi diberi vitamin K parenteral dengan dosis 0,5 1 mg I.M

5. Memberi Obat Tetes / Salep Mata Di beberapa negara perawatan mata bayi baru
lahir secara hukum diharuskan untuk mencegah terjadinya oplitalmic neonatorum. Di daerah
dimana prevalensi gonorhoe tinggi, setiap bayi baru lahir perlu diberi salep mata sesudah 5
jam bayi lahir. Pemberian obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk
pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual).

6. Identifikasi Bayi

a. Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di tempat penerimaan
pasien, di kamar bersalin dan di ruang rawat bayi.
b. Alat yang digunakan hendaknya kebal air, dengan tepi yang halus tidak mudah
melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas.
c. Pada alat/gelang identifikasi harus tercantum : nama (bayi, nyonya) tanggal
lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama lengkap ibu. d. Di setiap tempat
tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan nama, tanggal lahir, nomor
identifikasi.

7. Pemantauan Bayi Baru Lahir Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk
mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru
lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut
petugas kesehatan. Pemantauan 2 jam pertama sesudah lahir meliputi :

a. Kemampuan menghisap kuat atau lemah


b. Bayi tampak aktif atau lunglai
c. Bayi kemerahan atau biru

2.2 Asuhan keperawatan Bayi Baru Lahir

2.2.1 Pengkajian
a. Aktivitas
Status sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama. Bayi tampak semi-
koma,saat tidur dalam meringis atau tersenyum adalah bukti tidur dengan gerakan
mata cepat (REM) tidur sehari rata-rata 20 jam.
b. Sirkulasi
Rata-rata nadi apical 120-160 dpm (115 dpm pada 4-6 jam, meningkat sampai
120 dpm pada 12-24 jam setelah kelahiran). Nadi perifer mungkin melemah,murmur
jantung sering ada selama periode transisi, TD berentang dari 60-80 mmHg
(sistolik)/40-45 mmHg (diastolik) Tali pusat diklem dengan aman tanpa rembesan
darah,menunjukan tanda-tanda pengeringan dalam 1-2 jam kelahiran mengerut dan
menghitam pada hari ke 2 atau ke 3.
c. Eliminasi
Abdomen lunak tanpa distensi,bising usus aktif pada beberapa jam setelah
kelahiran. Urin tidak berwarna atau kuning pucat,dengan 6-10 popok basah per 24
jam.Pergerakan feses mekonium dalam 24 sampai 48 jam kelahiran.
d. Makanan atau cairan
 Berat badan rata-rata 2500-4000 gram.
 Penurunan berat badan di awal 5%-10%
 Mulut: saliva banyak,mutiara Epstein(kista epithelial)dan lepuh cekung adalah
normal palatum keras/margin gusi,gigi prekosius mungkin ada.
e. Neurosensori
Lingkar kepala 32-37 cm,fontanel anterior dan posterior lunak dan datar,
Kaput suksedaneum dan molding mungkin ada Selama 3-4 hari, Mata dan kelopak
mata mungkin edema, Strabismus dan fenomena mata boneka sering ada. Bagian
telinga atas sejajar dengan bagian dalam dan luar kantus mata(telinga tersusun rendah
menunjukan abnormalitas ginjal atau genetik)
Pemeriksaan neurologis : adanya reflek moro,plantar,genggaman palmar dan
babinski, respon reflex di bilateral/sama (reflex moro unilateral menandakan fraktur
klavikula atau cedera pleksus brakialis),gerakan bergulung sementara mungkin
terlihat. Tidak adanya kegugupan,letargi,hipotonia dan parese.
f. Pernapasan
Takipnea khususnya setelah kelahiran sesaria atau presentasi bokong. Pola
pernapasan diafragmatik dan abdominal dengan gerakan sinkron dari dada dan
abdomen(inspirasi yang lambat atau perubahan gerakan dada dan abdomen
menunjukan distress pernapasan)pernapasan dangkal atau cuping hidung
ringan,ekspirasi sulit atau retraksi interkostal.(ronki pada inspirasi atau ekspirasi dapat
menandakan aspirasi)
g. Keamanan
 Warna kulit : akrosianosis mungkin ada, kemerahan atau area ekomotik dapat
tampak di atas pipi atau di rahang bawah atau area parietal sebagai akibat dari
penggunaan forsep pada kelahiran
 Sefalohematoma tampak sehari setelah kelahiran
 Ekstremitas: gerakan rentang sendi normal kesegala arah, gerakan menunduk
ringan atau rotasi medial dari ekstremitas bawah,tonus otot baik.
h. Seksualitas
 Genitalia wanita : Labia vagina agak kemerahan atau edema,tanda
vagina/hymen dapat terlihat, rabas mukosa putih (smegma)atau rabas berdarah
sedikit (pseudo menstruasi) mungkin ada.
 Genitalia pria :Testis turun, skrotum tertutup dengan rugae, fimosis biasa
terjadi(lubang prepusium sempit, mencegah retraksi foreksim ke glan).

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


1) Resiko tinggi pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan jalan
nafas.
2) Resiko tinggi hipotermi berhubungan dengan adaptasi lingkungan dari intra ke
exstra uteri.
3) Resiko Tinggi infeksi berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
akibat pemotongan tali pusat.
4) Kurang pengetahuan cara merawat bayi.

2.2.3 Intervensi Keperawatan


1. Resiko tinggi pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan jalan
nafas.
a) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam, maka
diharapkan pola nafas bayi kembali efektif, dengan kriteria hasil :
 Frekuensi napas membaik
 Kedalaman napas membaik
 Pemanjangan fase ekspirasi menurun
 Penggunaan alat bantu napas menurun
 Dispnea menurun
b) Intervensi
Observasi
 Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
 Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, weezing, ronkhi
kering)
 Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Terapeutik
 Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-
thrust jika curiga trauma cervical)
 Posisikan semi-Fowler atau Fowler
 Berikan minum hangat
 Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
 Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
 Lakukan hiperoksigenasi sebelum
 Penghisapan endotrakeal
 Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsepMcGill
 Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi
 Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi.
 Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
2. Resiko tinggi hipotermi berhubungan dengan adaptasi lingkungan dari intra ke
exstra uteri.
a) Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam,
maka diharapkan

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Berdasarkan intervensi keperawatan yang telah disusun pada bayi yang mengalami
risiko infeksi pada tali pusat dapat dilakukan implementasi selama 3 haridengan melakukan
perawatan luka steril 3 x 24 jam, mencontohkan cara cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan perawatan tali pusat, memberikan contoh keluarga mengenai tehnik
perawatan luka steril, menjelaskan tanda-tanda infeksi pada ibu dan keluarga, melakukan
pemeriksaan TTV 3 x 24 jam, memonitor tanda dan gejala infeksi, membatasi pengunjung,
menganjurkan meningkatkan asupan nutrisi serta menganjurkan ibu melakukan IMD (Inisiasi
Menyusui Dini).

2.2.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi yang dilakukan merupakan tahap akhir dari setiap proses keperawatan untuk
menilai keefektifan dan keberhasilan dalam perawatan tali pusat pada bayi dalam
memberikan asuhan keperawatan yang bisanya menggunakan metode SOAP (S : Subjektif, O
: Objektif, A : Analisa, dan P : Perencanaan).

Anda mungkin juga menyukai