Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS PREMATUR

DENGAN IKTERUS DI RUANG BAYI


RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI

DISUSUN OLEH :
HELMI DWI FEBRIANINGTYAS (P17321195002)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
KEBIDANAN KEDIRI
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan prematur merupakan persalinan yang terjadi pada kehamilan
kurang dari 37 minggu (antara 20-37 minggu) atau dengan berat janin kurang dari
2500 gram. Masalah utama dalam persalinan prematur adalah perawatan bayinya,
semakin muda usia kehamilannya semakin besar morbiditas dan mortalitasnya
(Saifuddin, 2009).
AKI di Indonesia pada tahun 2010 adalah 262/100.000 kelahiran hidup, sementara
AKB adalah 35/1000 kelahiran hidup. Sedangkan pada tahun 2011 AKI adalah
248/100.000 kelahiran hidup dan AKB adalah 27/1.000 kelahiran hidup (Depkes RI,
2011).
Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tinggi. Data Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2004 menyatakan AKB di Indonesia ialah 35 per
1.000 kelahiran hidup. Kemudian pada SDKI tahun 2007 AKB di Indonesia menjadi 34
per 1.000 kelahiran hidup.
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 di Provinsi
Lampung pada Tahun 2012 Angka Kematian Neonatal 27/ 1000 Kelahiran Hidup (KH),
Kematian Bayi 43/1000 KH dan Kematian Balita 30/1000 KH (SDKI 2012).
Persalinan prematur merupakan penyebab utama yaitu 60-80% morbiditas
dan mortalitas neonatal di seluruh dunia. Indonesia memiliki angka kejadian
prematur sekitar 19% dan merupakan penyebab utama kematian perinatal.
Kelahiran di Indonesia diperkirakansebesar 5.000.000 orang per tahun, maka dapat
diperhitungkan kematian bayi 56/1000KH, menjadi sekitar 280.000 per tahun yang
artinya sekitar 2,2-2,6 menit bayi meninggal. Penyebab kematian tersebut antara lain
asfiksia (49-60%), infeksi (24-34%), BBLR (15-20%), trauma persalinan (27%), dan
cacat bawaan (1-3%) (Kurniasih, 2009).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum : Memahami penanganan pada bayi dengan diagnosa premature
2. Tujuan Khusus
a. Menguraikan pengertian premature
b. Menguraikan etiologi premature
c. Mengidentifikasi tanda gejala prematur
d. Mengidentifikasi patofisiologi prematur
e. Menganalisa pengkajian dan masalah yang ada pada prematur
f. Menganalisa penatalaksanaan pada bayi prematur
g. Mengidentifikasi dan melakukan analisa data yang terkumpul.
h. Menginterprestasikannya data yang terkumpul, baik dalam bentuk diagnosa,
masalah maupun kebutuhan.
i. Mengidentifikasinya dan mengantisipasi diagnosa dan masalah potensial.
j. Membuat rencana tindakan, mengimplementasikan rencana tindakan, dan
mengevaluasi tindakan

C. Manfaat
1. Bagi penulis
Sebagai sarana menerapkan ilmu yang telah diperoleh penulis selama mengikuti
perkuliahan di Progam Studi Kebidanan Metro.
2. Bagi lahan praktek
Sebagai masukan untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan asuhan kebidanan pada
bayi dengan kegawatdaruratan
3. Bagi institusi pendidikan
a. Sebagai bahan evaluasi terhadap teori yang telah diberikan kepada peserta didik
selama mengikuti perkuliahan.
b. Sebagai sumber bacaan dan referensi bagi perpustakaan di institusi pendidikan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. NEONATUS
1. Pengertian Neonatus
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang berusia 0-28 hari (Kementerian Kesehatan
RI, 2010).
Neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami
trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin
ke kehidupan ekstrauterin (Nanny, 2014).
Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 28 hari. Neonatus
dini adalah bayi berusia 0-7 hari. Neonatus lanjut adalah bayi berusia 8-28 hari (Marmi,
2015). Klasifikasi menurut masa gestasi, yaitu periode sejak konsepsi sampai bayi
dilahirkan. Menurut Rochmah dkk (2011), bayi baru lahir menurut masa gestasinya dibagi
menjadi:
a. Bayi kurang bulan (preterm infant), masa gestasinya kurang dari 259 hari (kurang dari
37 minggu)
b. Bayi cukup bulan (term infant), masa gestasinya 259-293 hari (37-42 minggu)
c. Bayi lebih bulan (postterm infant), masa gestasinya 294 hari (lebih dari 42 minggu)
Berdasarkan berbagai pendapat dapat disimpulkan neonatus adalah bayi usia 0 – 28
hari, selama periode ini bayi harus menyesuaikan diri dengan lingkungan ekstra uteri, bayi
baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42
minggu dengan berat lahir antara 2500 sampai 4000 gram.
2. Kriteria Neonatus Normal
Ciri-ciri bayi normal menurut Sondakh (2013), antara lain :
a. Berat badan lahir bayi antara 2500-4000 gram
b. Panjang badan bayi 48-50 cm
c. Lingkar dada bayi 32-34 cm
d. Lingkar kepala bayi 33-35 cm
e. Bunyi jantung dalam menit pertama ± 180 kali/menit, kemudian turun sampai 140-
120 kali/menit pada saat bayi berumur 30 menit.
f. Pernapasan cepat pada menit-menit pertama kira-kira 80 kali/menit disertai
pernapasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan interkostal, serta rintihan
hanya berlangsung 10-15 menit.
g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan
dilapisi verniks kaseosa.
h. Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik
i. Kuku telah agak panjang dan lemas
j. Genetalia: testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan labia mayora telah menutupi
labia minora (pada bayi perempuan)
k. Refleks isap, menelan, dan morro telah terbentuk
l. Eliminasi, urin, dan mekonium normalnya keluar pada 24 jam pertama. Mekonium
memiliki karakteristik hitam kehijauan dan lengket.
3. Klasifikasi Neonatus
Bayi baru lahir atau neonatus di bagi dalam beberapa klasifikasi menurut Marmi (2015) ,
yaitu :
A. Neonatus menurut masa gestasinya :
 Kurang bulan (preterm infant) : < 259 hari (37 minggu)
 Cukup bulan (term infant) : 259-294 hari (37-42 minggu)
 Lebih bulan (postterm infant) : > 294 hari (42 minggu atau lebih)
B. Neonatus menurut berat badan lahir :
 Berat lahir rendah : < 2500 gram
 Berat lahir cukup : 2500-4000 gram
 Berat lahir lebih : > 4000 gram
C. Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi (masa gestasi dan ukuran berat
lahir yang sesuai untuk masa kehamilan) :
 Neonatus cukup/kurang/lebih bulan (NCB/NKB/NLB)
 Sesuai/kecil/besar untuk masa kehamilan (SMK/KMK/BMK)
B. PREMATUR
1. Pengertian
Bayi prematur adalah bayi yang lahir kurang bulan dengan usia kehamilan sebelum
37 minggu dengan berat janin kurang 2500 gram. (Cunningham, 2013). Bayi prematur
adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 20–37 minggu dihitung dari haid pertama
haid terakhir. (ACOG,1995 dalam buku Prawirohardjo, 2010). Bayi premature
menurut World Health Organization (WHO) didefinisikan bayi dengan usia
kehamilan kurang dari 37 minggu atau berat kurang dari 2500 gram. (Manuaba, 2012).
Bayi premature adalah bayi yang lahir belum cukup bulan. Berasarkan
kesepakatan WHO, belum cukup bulan ini dibagi lagi menjadi 3, yaitu :
1. Kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 37 minggu.
2. Sangat kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 34 minggu.
3. Amat sangat kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 28 minggu.
(Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2016)
Bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang atau sama
dengan 37 minggu, tanpa memperhatikan berat badan lahir. (Donna L Wong 2004).
Persalinan prematur adalah suatu persalinan dari hasil konsepsi yang dapat hidup
tetapi belum aterm (cukup bulan). Berat janin antara 1000-2500 gram atau tua
kehamilan antara 28 minggu sampai 36 minggu. (Wiknjosastro, 2007).
Persalinan premature adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang
dari 37 minggu (20-37 minggu) atau dengan berat badan janin kurang dari 2500 gram
(Sarwono, 2009). Bayi premature adalah bayi yang lahir belum cukup bulan.
Berdasarkan kesepakatan WHO, belum cukup bulan ini dibagi lagi menjadi 3, yaitu :
 Kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 37 minggu.
 Sangat kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 34 minggu.
 Amat sangat kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 28 minggu
(Hari, 2007).
2. Etiologi
Menurut saifuddin (2009) beberapa faktor penyebab terjadinya prematur adalah
sebagai berikut :
a. Faktor obstetric
 Perdarahan placenta dengan pembentukan prostaglandin dan mungkin induksi
stress.
 Janin mati, kelainan konsepsi atau kelainan kongenital.
 KPD, infeksi lain, bakteriuri, kolonisasi genital (infeksi akan membentuk
sitokin dan pelepasan lemak bioaktif yang nantinya membentuk
prostaglandin).
 Plasenta yang kurang baik.
 Distensi uterus (hidramnion dan gemelli), oligohidramnion.
 Riwayat pernah melahirkan prematur atau keguguran.
 Kelainan serviks yang inkompeten atau yang pendek.
 Penyakit ibu yang berat.
 Kurang gizi yang mengakibatkan anemia, kekurangan Zn dan asam folat.
 Anomali uterus atau fibroid.
b. Faktor sosial budaya
 Perokok atau penyalahgunaan obat-obatan (alkohol, kokain, dsb)
 Kemiskinan.
 Pendek kurus.
 Umur <18 tahun atau > 40 tahun.
 Tidak/kurang mau periksa ANC.
 Keturunan (orang tua ang juga melahirkan premature)
 Ras berkulit hitam.
c. Faktor psikologis
Faktor psikoogis seperti tempat kerja yang kurang nyaman, tertekan, dsb.
3. Faktor Resiko
Faktor Resiko Persalinan Prematur :
a. Resiko Demografik
 Ras
 Usia (<> 40 tahun)
 Status sosio ekonomi rendah
 Belum menikah
 Tingkat pendidikan rendah
b. Resiko Medis
 Persalinan dan kelahiran premature sebelumnya
 Abortus trimester kedua (lebih dari 2x abortus spontan atau elektif)
 Anomali uterus
 Penyakit-penyakit medis (diabetes, hipertensi)
 Resiko kehamilan saat ini :
Kehamilan multi janin, Hidramnion, kenaikan BB kecil, masalah-masalah
plasenta (misal : plasenta previa, solusio plasenta), pembedahan abdomen,
infeksi (misal : pielonefritis, UTI), inkompetensia serviks, KPD, anomaly janin
c. Resiko Perilaku dan Lingkungan
 Nutrisi buruk
 Merokok (lebih dari 10 rokok sehari)
 Penyalahgunaan alkohol dan zat lainnya (mis. kokain)
 Jarang / tidak mendapat perawatan prenatal
d. Faktor Resiko Potensial
 Stres
 Iritabilitas uterus
 Perestiwa yang mencetuskan kontraksi uterus
 Perubahan serviks sebelum awitan persalinan
 Ekspansi volume plasma yang tidak adekuat
 Defisiensi progesteron
 Infeksi
(Bobak, Ed 4. 2005)
4. Tanda dan gejala
 Ekstremitas tampak kurus dengan sedikit otot dan lemak sub kutan
 Kepala dan badan disporposional
 Kulit tipis dan keriput
 Tampak pembuluh darah di abdomen dan kulit kepala
 Lanugo pada extremitas, punggung dan bahu
 Telinga lunak dengan tulang rawan min dan mudah terlipat
 Labia dan clitoris tampak menonjol
 Sedikit lipatan pada telapak tangan & kaki
5. Patofisiologi
Bayi prematur adalah bayi yang lahir karena persalinan prematur. Persalinan
prematur menunjukkan adanya kegagalan mekanisme yang bertanggung jawab untuk
mempertahankan kondisi uterus selama kehamilan atau disebabkan karena adanya
gangguan yang menyebabkan singkatnya kehamilan. Kondisi tersebut memicu
dimulainya proses persalinan secara dini. Empat jalur penyebab prematuritas terpisah
yaitu stress, infeksi, perdarahan dan regangan (Norwitz dan John, 2007: 54).
Manuaba (2008: 264) menjelaskan bahwa stress dapat terjadi pada ibu dan
janin. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi stress pada ibu yaitu tingkat sosial
ekonomi yang rendah, anemia, gizi kurang, hamil tua tetap kerja, infeksi,
grandemultipara, atau jarak hamil yang pendek yang dapat meningkatkan stress pada
ibu sehingga meningkatkan hormon prostaglandin yang dapat menyebabkan uterus
mudah terangsang untuk berkontraksi (irritable) dan menyebabkan perubahan serviks
(serviks menjadi lunak) sehingga meningkatkan hormon oksitosin yang akhirnya
menyebabkan kontraksi uterus dan mengakibatkan ketuban pecah spontan sehingga
terjadi persalinan prematur.
Norwitz (2007: 54) menjelaskan ada beberapa faktor yang mempengaruhi
stress pada janin yaitu hipoksia karena insufisiensi plasenta, infeksi, atau perdarahan.
Beberapa faktor tersebut menyebabkan stress pada janin yang merangsang
hipotalamus melepas hormon Corticotropin Releasing Hormone (CRH) yang
kemudian CRH akan merangsang hipofisis anterior melepas hormon.
adrenokortikotropin (ACTH). ACTH akan bersekresi menjadi dehidroepiandrosteron
sulfat (DHEAS) dan kortisol. DHEAS kemudian masuk ke hati, sedangkan kortisol
akan merangsang CRH plasenta. CRH plasenta ada dan ditambah dengan adanya CRH
janin, maka akan merangsang hormon prostaglandin E (PGE2/ PGF2a) yang
menyebabkan kotraksi uterus sehingga mengakibatkan ketuban pecah spontan dan
terjadi persalinan prematur.
Faktor kedua prematuritas menurut Norwitz (2007: 54) yaitu infeksi. Infeksi
bisa disebabkan oleh beberapa hal. Misalnya ketuban pecah dini (KPD), ibu hamil
dengan penyakit akut (tifus abdominalis atau malaria), ibu dengan infeksi (rubeolla,
toksoplasmosis), ibu yang mempunyai tumor (mioma uteri, sistoma). Faktor-faktor
tersebut dapat merangsang hormon sitokin sebagai respon terhadap stimulus sistem
imun yang kemudian merangsang CRH plasenta dan mengakibatkan timbulnya
hormon PGE2 yang kemudian mengakibatkan kontraksi uterus, lalu menyebabkan
ketuban pecah spontan dan terjadi persalinan prematur.
Norwitz (2007: 54) menyebutkan faktor ketiga dari prematuritas yaitu
perdarahan. Ada beberapa faktor yang dapat menjadi sebab terjadinya perdarahan
yaitu trauma masa kehamilan (jatuh), atau solusio plasenta (lepasnya plasenta sebelum
waktunya). Hal tersebut dapat merangsang protrombin menjadi thrombin yang dapat
mengakibatkan kontraksi uterus, lalu terjadi ketuban pecah. spontan dan terjadi
persalinan prematur. Perdarahan juga bisa merangsang PGE2 dan menyebabkan
kontraksi sehingga terjadi ketuban pecah dan terjadi persalina prematur.
Faktor keempat yang menyebabkan prematuritas menurut Norwitz (2007: 54)
yaitu regangan. Regangan yang dimaksud adalah regangan uterus. Hal tersebut bisa
terjadi karena beberapa faktor yaitu grandemultipara, hamil <20 tahun >35 tahun,
uterus bikornis, polihidramnion dan hamil kembar. Hal-hal tersebut dapat merangsang
oksitosin dan meningkatkan oksitosin yang kemudian menyebabkan kontraksi dan
mengakibatkan ketuban pecah sehingga terjadi persalinan prematur.

6. Klasifikasi pada bayi premature


 Bayi prematur digaris batas
a. 37 minggu, masa gestasi
b. 2500 gr, 3250 gr
c. 16 % seluruh kelahiran hidup
d. Biasanya normal
e. Masalah :
 Ketidak stabilan
 Kesulitan menyusu
 Ikterik
 RDS mungkin muncul
f. Penampilan :
 Lipatan pada kaki sedikit
 Payudara lebih kecil
 Lanugo banyak
 Genitalia kurang berkembang
 Bayi Prematur Sedang
a. 31 mg – 36 gestasi
b. 1500 gr – 2500 gram
c. 6 % - 7 % seluruh kelahiran hidup
d. Masalah :
 Ketidak stabilan
 Pengaturan glukosa
 RDS
 Ikterik
 Anemia
 Infeksi
 Kesulitan menyusu
e. Penampilan :
 Seperti pada bayi premature di garis batas tetapi lebih parah
 Kulit lebih tipis, lebih banyak pembuluh darah yang tampak
 Bayi Sangat Prematur
a. 24 mg – 30 minggu gestasi
b. 500 gr – 1400 gr
c. 0,8 % seluruh kelahiran hidup
d. Masalah : semua
e. Penampilan :
 Kecil tidak memiliki lemak
 Kulit sangat tipis
 Kedua mata mungkin berdempetan
(Bobak. Ed 4. 2005)
7. Kondisi yang menimbulkan masalah bayi prematur :
a. Sistem Pernapasan
 Otot-otot pernapasan susah berkembang
 Dinding dada tidak stabil
 Produksi surfaktan penurunan
 Pernafasan tidak teratur dengan periode apnea dan sianosis
 Gangguan reflek dan batuk
b. Sistem Pencernaan
 Ukuran Lambung Kecil
 Enzim penurunan
 Garam Empedu Kurang
 Keterbatasan mengubah glukosa menjadi glikogen
 Keterbatasan melepas insulin
 Kurang koordinasi reflek menghisap dan menelan
c. Kestabilan Suhu
 Lemak subkutaneus sedikit, simpanan glikogen & lipid sedikit
 Kemampuan menggigil menurunan
 Aktivitas kurang
d. Sistem Ginjal
 Ekskresi sodium meningkat
 Kemampuan mengkonsentrasi & mengeluarkan urin menurun
 Jumlah tubulus glomerulus tidak seimbang untuk protein, as. Amino & sodium
e. Sistem Syaraf
 Respon untuk stimulasi lambat
 Reflek gag, menghisap & menelan kurang
 Reflek batuk lemah
 Pusat kontrol pernafasan, suhu & vital lain belum berkabung
f. Infeksi
 Pembentukan antibodi kurang
 Tidak ada immunoglobulin M
 Kemotaksis terbatas
 Opsonization penurunan
 Hypo fungsi kel. adrenal
g. Fungsi Liver
 Kemampuan mengkonjugasi billirubin
 Penurunan Hb setelah lahir
8. Komplikasi Pada Bayi Prematur
Komplikasi yang kemungkinan terjadi pada bayi prematur adalah sebagai berikut:
a. Apneu of prematurity. Kondisi dimana pada bayi terjadi henti napas selama 20
detik, atau untuk periode singkat <20 detik diikuti oleh bradikardia, sianosis dan
pucat
b. Respiratory distress syndrome atau penyakit membran hialin. Kondisi dimana bayi
mengalami sesak napas karena zat surfaktan yang melapisi alveolus dalam paru
paru belum cukup, sehingga alveolus mudah kolaps.
c. Retinopathy of Prematurity (ROP), kondisi dimana terjadinya kelainan proliferasi
pembuluh darah retina yang belum terbentuk sempurna pada bayi prematur.
d. Perdarahan intra-ventrikular otak.
e. Broncho Pulmonary Dysplasia (BPD) yaitu penyakit paru kronis pada bayi
prematur. Kondisi ini sering dijumpai pada bayi prematur dengan kebutuhan
oksigen selama lebih dari 28 hari.
f. Kegagalan penutupan duktus arteriosus (pembuluh darah yang menyuplai darah
dari aorta ke paru paru) sehingga meningkatkan jumlah darah ke paru paru dan
menimbulkan kesulitan bernapas.
g. Ikterus (bayi tampak kuning). Kondisi ini disebabkan karena jaringan hati masih
imatur sehingga proses metabolisme bilirubin belum sempurna.
h. Necrotizing Enterocolitis (NEC) yaitu keadaan iskemik dan nekrosis inflamasi pada
usus.
i. Kesulitan dalam hal pemberian nutrisi karena koordinasi meghisap dan menelan
belum optimal.
j. Sistem imunitas belum matur sehingga mudah mengalami infeksi.
9. Penatalaksanaan Pada Bayi Prematur
Mengingat belum sempurnanya kerja alat – alat tubuh yang perlu untuk
pertumbuhan dan perkembangan dan penyesuaian diri dengan lingkungan hidup di
luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan
dan bila perlu pemberian oksigen, mencegah infeksi sertamencegah kekurangan
vitamin dan zat besi.
a. Pengaturan suhu
Bayi prematur mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila berada di
lingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh bai
yang relative lebih luas bila dibandingkan dengan berat badan, kurangnya jaringan
lemak di bawah kulit dan kekurangan lemak coklat (brown flat). Untuk mencegah
hipotermia perlu diusahakan lingkunagn yang cukup hangat untuk bayi dan dalam
keadaan istirahat konsumsi okigen paling sedikit, sehingga suhu tubuh bayi tetap
normal.
Bila bayi di rawat di dalam incubator maka suhu untuk bayi dengan berat
badan kurang dari 2 kg adalah 35 ˚C dan untuk bayi dengan berat badan 2 – 2,5 kg
adalah 34 ˚C agar ia dapat mempertahankan suhu tubuh sekitar 37 ˚C. Kelembapan
incubator berkisar antara 50% - 60%. Kelembapan yang lebih tinggi diperlukan
pada bayi dengan sindroma gangguan pernafasan. Suhu incubator dapat diturunkan
1˚C perminggu untuk bayi dengan berat badan 2 kg dan secara berangsur – angsur
ia dapat di letakkan di dalam tempat tidur bayi dengan suhu lingkungan 27˚C -
29˚C. Bila incubator tidak ada, pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus
bayi dan meletakkan botol – botol hangat disekitarnya atau dengan memasang
lampu petromaks di dekat tempat tidur bayi.
Cara lain untuk mempertahankan suhu tubuh bayi sekitar 36˚C - 37˚C adalah
dengan memakai alat “perspexheat shield” yang diselimutkan pada bayi dalam
incubator. Alat ini digunakan untuk menghilangkan panas karena radiasi. Akhir –
akhir ini telah mulai digunakan incubator yang dilengkapi dengan alat temperature
sensor (thermistor probe). Alat ini ditempelkan di kulit bayi. Suhu incubator
dikontrol oleh alat servomechanism. Dengan cara ini suhu kulit bayi dapat
dipertahankan pada derajat yang telah ditetapkan sebelumnya. Alat ini sangat
bermanfaat untuk bayi dengan lahir yang rendah.
Bayi dalam incubator hanya dipakaikan popok. Hal ini mungkin untuk
pengawasan mengenai keadaan umum, perubahan tingkah laku, warna kulit,
pernafasan, kejang dan sebagainya sehingga penyakit yang diderita dapat dikenal
sedini – dininya dan tindakan serta pengobatan dapat dilaksanakan secepatnya.
b. Pemberian ASI pada bayi premature
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang terbaik yang dapat diberikan oleh ibu
pada bayinya, juga untuk bayi premature. Komposisi ASI yang dihasilkan ibu yang
melahirkan premature berbeda dengan komposisi ASI yang dihasilkan oleh ibu
yang melahirkan cukup bulan dan perbedaan ini berlangsung selama kurang lebih 4
minggu.
Sering kali terjadi kegagalan menyusui pada ibu yang melahirkan premature.
Hal ini disebabkan oleh karena ibu stres, ada perasaan bersalah, kurang percaya
diri, tidak tahu memerah ASI pada bayi prematur refleks hisap dan menelan belum
ada atau kurang, energi untuk menghisap kurang, volume gaster kurang, sering
terjadi refluks, peristaltik lambat.
Agar ibu yang melahirkan prematur dapat berhasil memberikan ASI perlu
dukungan dari keluarga dan petugas, diajarkan cara memeras ASI dan menyimpan
ASI perah dan cara memberikan ASI perah kepada bayi prematur dengan sendok,
pipet ataupun pipa lambung. Pemberian ASI pada bayi premature sesuai dengan
berat badan lahir:
 Bayi prematur dengan berat lahir >1800 gram (> 34 minggu gestasi) dapat
langsung disusukan kepada ibu. Mungkin untuk hari – hari pertama kalau ASI
belum mencukupi dapat diberikan ASI donor dengan sendok / cangkir 8 – 10
kali sehari.
 Bayi prematur dengan berat lahir 1500- 1800 gram (32 – 34 minggu), refleks
hisap belum baik, tetapi refleks menelan sudah ada, diberikan ASI perah
dengan sendok / cangkir, 10 – 12 kali sehari. Bayi prematur dengan berat lahir
1250 – 1500 gram (30 – 31 minggu), refleks hisap dan menelan belum ada,
perlu diberikan ASI perah melalui pipa orogastrik 12X sehari.
c. Makanan bayi
Pada bayi prematur, reflek hisap, telan dan batuk belum sempurna, kapasitas
lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase masih kurang
disamping itu kebutuhan protein 3 – 5 gram/ hari dan tinggi kalori (110 kal/ kg/
hari), agar berat badan bertambah sebaik – baiknya. Jumlah ini lebih tinggi dari
yang diperlukan bayi cukup bulan. Pemberian minum dimulai pada waktu bayi
berumur 3 jam agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia.
Sebelum pemberian minum pertama harus dilakukan penghisapan cairan
lambung. Hal ini perlu untuk mengetahui ada tidaknya atresia esophagus dan
mencegah muntah. Penghisapan cairan lambung juga dilakukan setiap sebelum
pemberian minum berikutnya. Pada umumnya bayi denagn berat lahir 2000 gram
atau lebih dapat menyusu pada ibunya. Bayi dengan berat lahir kurang dari 1500
gram kurang mampu menghisap air susu ibu atau susu botol, terutama pada hari –
hari pertama, maka bayi diberi minum melalui sonde lambung (orogastrik
intubation).
Jumlah cairan yang diberikan untuk pertama kali adalah 1 – 5 ml/jam dan
jumlahnya dapat ditambah sedikit demi sedikit setiap 12 jam. Banyaknya cairan
yang diberikan adalah 60mg/kg/hari dan setiap hari dinaikkan sampai
200mg/kg/hari pada akhir minggu kedua.
d. Mencegah infeksi
Bayi prematur mudah sekali terserang infeksi. Ini disebabkan oleh karena daya
tahan tubuh terhadap infeksi kurang, relatif belum sanggup membentuk antibodi
dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik oleh karena itu
perlu dilakukan tindakan pencegahan yang dimulai pada masa perinatal
memperbaiki keadaan sosial ekonomi, program pendidikan (nutrisi, kebersihan dan
kesehatan, keluarga berencana, perawatan antenatal dan post natal), screening
(TORCH, Hepatitis, AIDS), vaksinasi tetanus serta tempat kelahiran dan perawatan
yang terjamin kebersihannya. Tindakan aseptik antiseptik harus selalu digalakkan,
baik dirawat gabung maupun dibangsal neonatus. Infeksi yang sering terjadi adalah
infeksi silang melalui para dokter, perawat, bidan, dan petugas lain yang
berhubungan dengan bayi. Untuk mencegah itu maka perlu dilakukan :
 Diadakan pemisahan antara bayi yang terkena infeksi dengan bayi yang tidak
terkena infeksi
 Mencuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah memegang bayi
 Membersihkan temapat tidur bayi segera setelah tidak dipakai lagi (paling lama
seorang bayi memakai tempat tidur selama 1 minggu untuk kemudian
dibersihkan dengan cairan antisptik)
 Membersihkan ruangan pada waktu – waktu tertentu
 Setiap bayi memiliki peralatan sendiri
 Setiap petugas di bangsal bayi harus menggunakan pakaian yang telah
disediakan
 Petugas yang mempunyai penyakit menular dilarang merawat bayi
 Kulit dan tali pusat bayi harus dibersihkan sebaik – baiknya
 Para pengunjung hanya boleh melihat bayi dari belakang kaca
 Minum cukup
 Selama dirawat, pihak rumah sakit harus memastikan bayi mengkonsumsi susu
sesuai kebutuhan tubuhnya. Selama belum bisa menghisap denagn benar,
minum susu dilakukan dengan menggunakan pipet.
e. Memberikan sentuhan
Ibu sangat disarankan untuk terus memberikan sentuhan pada bayinya. Bayi
prematur yang mendapat banyak sentuhan ibu menurut penelitian menunjukkan
kenaikan berat badan yang lebih cepat daripada jika si bayi jarang disentuh.
f. Membantu beradaptasi
Bila memang tidak ada komplikasi, perawatan di RS bertujuan membantu bayi
beradaptasi dengan limgkungan barunya. Setelah suhunya stabil dan dipastikan
tidak ada infeksi, bayi biasanya sudah boleh dibawa pulang. Namunada juga
sejmlah RS yang menggunakan patokan berat badan. Misalnya bayi baru boleh
pulang kalau beratnya mencapai 2kg kendati sebenarnya berat badan tidak
berbanding lurus dengan kondisi kesehatan bayi secara umum.(Didinkaem, 2007).

C. BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah)


1. DEFINISI
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badannya
kurang dari 2500 gram (Prawirohardjo, 2010)
BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa
gastasi berat lahir yaitu bayi yang di timbang dalam 1 jam setelah bayi lahir (Hanifah,
2010)
Bayi Berat Badan Rendah adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari
2500 gram (Pabtiawati, 2010). Bayi BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan (Proverawati, 2010)
2. KLASIFIKASI
a. BBLR digolongkan berdasarkan masa gestasinya:
 Prematur Murni
Adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan
sesuai dengan berat badan dengan usia kehamilan atau disebut neonatus kurang
bulan sesuai dengan masa kehamilan.
 Dismaturitas
Adalah bayi dengan berat badan kurang dari berat badan yang seharusnya
untuk usia kehamilannya yaitu berat badan dibawah persentil 10 pada kurva
perumbuhan intrauterin biasa disebut dengan bayi kecil untuk masa kehamilan.
(Proverawati, 2010)
b. Bayi BBLR digolongkan berdasarkanharapan hidupnya:
 Bayi BBLR, berat lahir 1500-2500 gram
 Bayi berat lahir sangat rendah, berat lahir 1000-1500 gram
 Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER), berat lahir kurang dari 1000 gram
3. ETIOLOGI
BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Faktor Ibu
 Penyakit (Toksemia gravidarum, Pendarahan antepartum, Trauma fisik dan
psikologis, Diabetes Melitus, Neritis akut)
 Usia Ibu (Usia < 16 tahun, Usia > 35 tahun)
 Multigravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat
 Keadaan sosial (Golongan sosial ekonomi rendah, Perkawinan yang tidak sah)
 Sebab lain (Ibu yang perokok, Ibu peminum alkohol, Ibu pecandu narkoba)
b. Faktor Janin
 Hidramnion
 Kehamilan ganda
 Kelainan kromosom
 Infeksi janin kronis
c. Faktor Plasenta
 Kelainan plasenta
 Plasenta previa
 Agresva plasenta
 Infark
 Tumor
 Sindrom transfusi
d. Faktor Lingkungan
 Tempat tinggal dataran tinggi
 Radiasi
 Zat-zat racun

4. TANDA-TANDA
a. Prematuriktas Murni
 Berat badan kurang dari 2500 gram, Panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar
kepala kurang dari 33 cm, dan lingkar dada kurang dari 30 cm.
 Masa gestrasi kurang dari 37 minggu
 Kulit tipis dan transparan, tampak mengkilap dan licin
 Kepala lebih besar daripada badan
 Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga, dan lengan
 Lemak subkutan kurang
 Ubun-ubun dan sutura lebar
 Rambut tipis dan halus
 Tulang rawan dan daun telinga immature
 Puting susu belum terbentuk dengan baik
 Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltik usus dapat terlihat
 Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora
(perempuan)
 Bayi masih lemah, Otot masih hipotonik
 Banyak tidur, tangis lemah, pernapasan belum teratur dan sering mengalami
serangan apnue
 Reflek tonick neck lemah
 Reflek menghisap dan menelan belum sempurna
b. Dismatur
Preterm sama dengan bayi prematur murni
Posterm:
 Kulit pucat atau bernod, mekonium kering keriput, tipis
 Verniks caseaosa tipis atau tidak ada
 Jaringan lemak dibawah kulit tipis
 Banyak tampak agresif, kulit dan aktif
 Tali pusat berwarna kuning kehijauan.
(pantiawati, 2010)

5. KOMPLIKASI YANG MUNGKIN MUNCUL


Bayi prematur dengan organ tubuh belum sempurna dan suplai nutrisi dan
oksigen tidak adekuat sehingga mengakibatkan bayi mengalami :
a. Hipotermi
Adalah suhu pada bayi kurang dari 36,5 ◦C kedua kaki dan tangan teraba dingin
maka bayi sudah mengalami hipotermi.
b. Asfiksia
Adalah keadaan dimana bayi baru laihir tidak langsung bernapas secara sepontan
dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelumnya akan mengalami asfikia
pada saat lahir. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu
hamil, kelainan tali pusat, masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama
atau sesudah persalinan penyebab faktor ibu (pre-eklamsia, infeksi, kahamilan
lebih dari 42 minggu)
c. Infeksi
Adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme keseluruh tubuh melalui
aliran darah. Bayi baru lahir dengan resiko tinggi terinfeksi bila ditemukan:
 Riwayat Kehamilan
- Infeksi pada ibu selama kehamilan, antara lain TORCH
- Ibu menderita eklamsia
- Ibu dengan DM
- Ibu mempunyai penyakit bawaan (jantung, asma, paru-paru)
 Riwayat Kelahiran
- Persalinan lama
- Persalinan dengan tindakan (vacum, SC)
- Ketuban hijau kental
 Riwayat Bayi Baru lahir
- Trauma lahir
- Lahir kurang bulan
- Bayi kurang mendapat cairan/kalori
Tanda bayi terkena infeksi:
- Panas, sesak nafas, mengantuk
- Merintih, menangis lemah
- Susah minum
- Konterela cembung
d. Hipoglikemia
Terjadi terutama bila pemberian minum terlambat. Hipoglikemia ini disebabkan
oleh berkurangnya adanya gliikogen hati dan meningkatnya metabolisme bayi.
e. Ikterus
Adalah adanya perubahan warna kulit atau selaput mata menjadi kekuning-
kuningan sebagian besar 80% akibat penumpukan bilirubin yang merupakan hasil
dari pemecahan sel darah merah lainnya karena ketidak cocokan golongan darah
ibu dan bayi, peningkatan kadarnya bilirubin dapat diakibatkan oleh pembentukan
yang berlebihan atau ada gangguan dalam pengeluarannya. Banyak bayi yang
mengalami ikterus dalam minggu pertama kehidupannya terutama BBLR kurang
dari 2500 gram atau umur kehamilan kurang dari 37 minggu. Meskipun demikian
sebagian besar kasus ikterus tidak membahayakan dan memerlukan pengobatan
jika ikterus terjadi pada hari ke 3 sampai kurang dari 14 hari.
f. Aspirasi meconium
Adalah sindrom aspirasi mekonium terjadi jika janin menghisap mekonium yang
bercampur dengan cairan ketuban baik ketika bayi bayi masih berada didalam
rahim maupun sesaat setelah bayi dilahirkan. Mekonium adalah tinja janin yang
pertama merupakan bahan yang kental dan lengket dan berwarna hitam kehijauan.
Mulai bayi prematur yang memiliki sedikit cairan ketuban sindrom ini sangat
parah. Mekonium yang terhirup lebih kental sehingga penyembatan saluran udara
lebih berat. (Prawirohardjo, 2010)

6. PENATALAKSANAAN
PERAWATAN BBLR:
a. Pengaturan suhu bayi dan lingkungan:
 Bayi dimasukan ke dalam inkubator dengan suhu datar
 Bayi berat badan < 2 kg suhu 37°C
 Bayi berat 2 kg sampai 2,5 kg suhu 36,5°C
 Suhu inkubator diturunkan 2°C setiap minggu sampai bayi dapat ditempatkan
pada suhu lingkungan sekitar 25°C
b. Makanan BBLR
Umumnya prematur belum sempurna refleks menghisap dan daya enzim
pencernaan terutama upase, masih kurang, maka makanan diberikan dengan sonde
sedikit-sedikit namun lebih sering (10 cc) sedangkan pada bayi small for date
sebaiknya minum yang harus diperhatikan adalah terhadap kemungkinan terjadi
preumonia aspirasi.
BBL <1500 gram = 20 cc / 2 jam dan BBL >1500 gram = 30 cc / 2 jam
c. Pencegahan Infeksi
 Cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi
 Gunakan masker ketika kontak dengan bayi
 Cegah dengan orang yang terinfeksi
 Isolasi bayi terinfeksi dengan bayi lain
 Pastikan peralatan yang diberikan digunakan untuk perawatan dalam keadaan
bersih dan steril
 Beri antibiotik sesuai dengan jadwal serta kolaborasi dengan dokter
d. Penimbangan Ketat
Lakukan penimbangan berat badan minimal 2 kali per hari
e. Observasi Tanda-Tanda Vital
 Monitor suhu tubuh bayi setiap waktu
 Observasi teratur dan warna kulit
Manajemen Asuhan Kebidanan Varney (1997)
Menjelaskan proses manajemen merupakan proses pemecahan masalah yang
ditemukan oleh perawat dan bidan pada awal tahun 1970 an. Manajemen asuhan
kebidanan terdiri dari 7 (tujuh) langkah yaitu sebagai berikut:

a. Langkah 1: Pengumpulan Data Dasar (Pengkajian)


Pengkajian merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk mengumpulkan
semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan
dengan kondisi klien. Teknik yang dilakukan untuk mengumpulkan data pada
saat pengkajian adalah: anamnesa atau wawancara dilakukan untuk mendapatkan
data subjektif tentang keadaan kesehatan klien. Data subjektif merupakan
keluhan yang dirasakan atau dialami klien berhubungan dengan kondisi
kesehatannya (Maritalia, D, 2014:113-114).
b. Langkah 2: Identifikasi Diagnosa atau Masalah Aktual
Langkah ini di lakukan identifikasi terhadap diagnosis, kebutuhan dan masalah
klien berdasarkan intervensi yang benar atas dasar data – data yang telah di
kumpulkan.
1. Diagnosis kebidanan yaitu diagnosis yang di tegakkan oleh bidan dalam
lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa
kebidanan.
2. Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang
ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosis.
3. Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang didapatkan dengan
melakukan analisa data (Purwoastuti, E, & Elisabeth, SW, 2014:134& 136).
c. Langkah 3: Identifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial
lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah di identifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan di lakukan
pencegahan, sambil mengamati klien, bidan di harapkan dapat bersiap-siap bila
diagnosa / masalah potensial ini benar – benar terjadi (Purwoastuti, E,&
Elisabeth, SW, 2014:136).
d. Langkah 4: Penetapan Kebutuhan Tindakan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan dan atau untuk di
konsultasikan atau di tangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain
sesuai dengan kondisi klien (Purwoastuti, E, & Elisabeth, SW, 2014:137).
e. Langkah 5: Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh
Langkah ini di rencanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh
langkah–langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen
terhadap diagnosa atau masalah yang telah di identifikasikan atau di antisipasi.
Pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi
(Purwoastuti, E, & Elisabeth, SW, 2014:138).
Adapun penalatalaksanaan bayi dengan premature adalah menjelaskan
kepada klien penyebab terjadinya bayi dilahirkan sebelum waktunya yaitu terjadi
karena ibu hamil dengan riwayat diabetes militus dan preeklamsia dan umur
kehamilan kurang dari 37 minggu sehingga pada saat bayi lahir biasanya terjadi
hipotermi dan hipoglikemia.
Lakukan tindakan umum dan khusus pada premature yaitu secara
umum: mempertahankan suhu tubuh dengan ketat karena bayi premature mudah
mengalami hipotermi, maka itu suhu tubuhnya harus di pertahankan dengan
ketat,mencegah infeksi dengan ketat karena bayi premature sangat rentan akan
infeksi.
Adapun prinsip – prinsip pencegahan infeksi adalah termasuk cuci
tangan sebelum memegang bayi, pengawasan nutrisi (ASI) refleks menelan bayi
BBLSR belum sempurna dan sangat lemah, sehingga pemberian nutrisi harus di
lakukan dengan cermat. Sebagai langkah awal jika bayi BBLR bisa menelan
adalah tetesi ASI dan jika bayi BBLSR belum bisa menelan segera rujuk (rujuk
ke rumah sakit jika bayi BBLSRnya di tangani di Puskesmas). Penimbangan 66
ketat, perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi / nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan
harus di lakukan dengan ketat.
Kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir adalah 120 – 150 ml / kg/hari
atau 100 – 120 ml/kg/hari. Pemberian di lakukan secara bertahap sesuai dengan
kemampuan bayi untuk segera mungkin mencukupi kebutuhan cairan/kalori.
Selain itu kapasitas lambung bayi BBLR sangat kecil sehingga minum harus
sering di berikan tiap jam. Perhatikan apakah selama pemberian minum bayi
menjadi cepat lelah, menjadi biru atau perut membesar (kembung).
Adapun secara khusus yaitu incubator, cara pemakaian inkubator adalah
pastikan inkubator berfungsi dengan baik, nyalakan alat sebelum di pakai agar
matras, linen hangat dan atur suhu inkubator yang dikehendaki (dilakukan
bertahap) sesuai umur dan berat bayi, lalu gunakan satu inkubator untuk satu
bayi. Periksa suhu inkubator dengan termometer ruang, minimalkan membuka
pintu inkubator, jaga lubang selalu tertutup agar suhu inkubator tetap hangat, lalu
bersihkan inkubator dengan desinfektan dan ganti air reservoir setiap hari.
f. Langkah 6: Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh dilaksanakan
secara efisien dan aman. Perencanaan ini biasa dilakukan seluruhnya oleh bidan
atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota
tim kesehatanyang lain (Purwoastuti, E, & Elisabeth, SW, 2014:139).
Pada kondisi dimana terjadi diantaranya hipotermi, pneumonia aspirasi,
sindrom gangguan pernapasan idiopatik (penyakit membran hialin),
hiperbilirubinemia, hipoglikemia dan perdarahan spontan dalam ventrikal otak
lateral maka dapat dilakukan penatalaksanaan secara umum. Kecuali apabila ibu
bayi tidak menerima kelainan yang dialami bayinya dan pada kondisi tertentu
dimana terjadi komplikasi pada bayi maka perlu dilakukan penatalaksanaan
secara khusus.
g. Langkah 7: Evaluasi Dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana setelah di identifikasi di dalam
masalah dan diagnosis (Purwoastuti, E, & Elisabeth, SW, 2014:139).

Pendokumentasian SOAP
Pendokumentasian asuhan yang telah di berikan harus di catat benar, jelas, singkat dan
logis dalam suatu metode pendokumentasian dalam bentuk SOAP, yaitu:
1. S (Subjektif) Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien
melalui anamnesis (Langkah 1 varney).
a. Anamnesa dan riwayat kesehatan klien:
Bayi premature adalah bayi yang lahir sebelum minggu ke 37, dihitung
dari mulai hari pertama menstruasi terakhir, dianggap sebagai periode
kehamilan memendek. Prematuritas dan berat lahir rendah biasanya terjadi
secara bersamaan, terutama diantara bayi dengan berat 1500 gr atau kurang
saat lahir. Keduanya berkaitan dengan terjadinya peningkatan morbilitas
dan mortalitas neonatus.
Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun karena usia
muda untuk menjadi seorang ibu seringkali membuat para ibu muda
tersebut kekurangan pengetahuan, pendidikan, pengalaman, pendapatan
dan kekuatan dibandingkan dengan ibu yang lebih tua. Umur kehamilan
kurang dari 37 minggu merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
BBLSR karena usia kehamilan menggambarkan seberapa jauh
perkembangan kehamilan tersebut dan diukur dalam satuan minggu, sejak
hari pertama siklus menstruasi wanita hingga waktu tertentu. Penyebab
terjadiny bayi premature yaitu: Toksemia, hipertensi, malnutrisi / penyakit
kronik, misalnya diabetes mellitus kelahiran premature ini berkaitan
dengan adanya kondisi dimana uterus tidak mampu untuk menahan fetus,
misalnya pada pemisahan premature, pelepasan plasenta dan infark dari
plasenta, hamil ganda.
2. O (Objektif) Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,
hasil laboratorium dan uji diagnosis lain yang dirumuskan dalam data fokus
untuk mendukung asuhan (Langkah I Varney).
a. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan:
Keadaan umum klien, tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik
dilakukan secara inspeksi, palpasi dan dilakukan pemeriksaan penunjang
bila perlu. Bayi berat lahir sangat rendah mempunyai tanda-tanda vital:
pernapasan sekitar 45 sampai 50 denyut per menit (pernapasan tidak teratur
dapat terjadi apnea (gagal napas), frekuensi nadi 100 sampai 140 denyut per
menit, dan suhu dibawah 36,5 . Ukuran antropometri: berat badan kurang
dari 2500 gram,panjang kurang dari 45 cm,lingkaran dada kurang dari 30
cm,lingkaran kepala kurang dari 33 cm,dan LILA dibawah dari 9,5 cm.
Kepala: relatif lebih 62 besar, tidak mampu tegak dan tulang tengkorak
lunak mudah bergerak.Kulit: kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak,
dan lemak kulit kurang.
Genetalia, bayi perempuan: klitoris yang menonjol dengan labia
mayora yang belum berkembang, bayi laki-laki: skrotum yang belum
berkembang sempurna dengan ruga yang kecil, testis tidak turun kedalam
skrotum. Ekstremitas: paha abduksi, sendi lutut/ kaki fleksi-lurus dan kuku
jari tangan dan kaki belum mencapai ujung jari. Refleks menelan dan
menghisap yang lemah, menangis lemah dan otot hipotonik lemah.
Tahap ini merupakan langkah yang menentukan langkah berikutnya.
Kelengkapan data yang sesuai dengan kasus yang dihadapi akan
menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap
selanjutnya, sehingga dalam pendekatan ini harus komprehensif meliputi
data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat
menggambarkan kondisi atau masukan klien yang sebenarnya.
3. A (Assesment) Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan
interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi: a) Diagnosis
/masalah. b) Antisipasi diagnosis/masalah potensial. c) Perlunya tindakan
segera oleh bidan atau dokter/konsultasi/kolaborasi dan atau rujukan (Langkah
II, III dan IV Varney).
1) Diagnosa bayi dengan Premature
By.Ny X usia.......hari dengan premature
2) Masalah
Bayi premature ditetapkan berdasarkan interpretasi data dasar yang
dikumpulkan bahwa pertumbuhan organ tubuh belum sempurna, baik secara
fisik maupun fisiologis karena bayi belum cukup bulan sehingga dapat
mempengaruhi keadaan bayi.
3) Masalah Potensial
Masalah yang bisa timbul dari bayi dengan premature diantaranya
hipotermi terjadi karena hanya sedikit lemak tubuh dan pengaturan suhu
tubuh pada bayi baru lahir belum matang. Sindrom gangguan pernapasan
idiopatik (penyakit membrane hialin) sering terjadi pada BBLSR 64 kurang
bulan yaitu pernafasan tidak teratur, merintih waktu ekspirasi, thoraks yang
lunak dan otot respirasi yang lemah, resiko aspirasi akibat belum
terkoordinirnya reflek menghisap dan reflek menelan.
Hiperbilirubinemia terjadi karena fungsi hati belum matang pada
bayi premature menjadi kuning lebih awal dan lebih lama dari pada bayi
yang cukup beratnya. Hipoglikemia adalah sedikitnya simpanan energi pada
bayi dengan bayi premature sehingga bayi premature membutuhkan ASI
sesegera mungkin setelah ahir dan berikan ASI setiap 2 jam sekali pada
minggu pertama. Perdarahan spontan dalam ventrikal otak lateral
berhubungan dengan belum matangnya sistem pembekuan darah saat lahir.
4) Tindakan segera
Kasus bayi dengan premature diperlukan adanya tindakan segera dan
atau kolaborasi, jika dalam keadaan tertentu terjadi kejadian seperti
hipotermi, hipoglikemia, hiperbilirubinemia, perdarahan spontan dalam
ventrikal otak lateral, sindrom gangguan pernapasan idiopatik (penyakit
membrane hialin), dan pneumonia aspirasi maka perlu dilakukan tindakan
tergantung keadaan bayi, misalnya jika terjadi hipotermi maka bayi tersebut
perlu tindakan segera dengan di inkubator dan atau melakukan metode
kangguru dengan “kontak kulit ibu dengan kulit bayi” membantu LS tetap
hangat.
4. P (Planning) Menggambarkan pendokumentasian tindakan dan evaluasi
perencanaan berdasarkan assessment (Langkah V, VI dan VII Varney) (Yulifah,
2013:136). Penatalaksanaan prematur antara lain :
a. Mempertahankan Suhu Dengan Ketat
Bayi premature mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu
tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat.
b. Mencegah Infeksi Dengan Ketat
Bayi Prematur sangat rentan akan infeksi, perhatikan prinsip-prinsip
pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi.
c. Pengawasan nutrisi/ASI
Refleks menelan pada bayi prematur belum sempurna oleh sebab itu
pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat.
d. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat
badan harus dilakukan dengan ketat.
Bagan alur berfikir varney dan pendokumentasian secara SOAP

Pencatatan dari asuhan


Alur Pikir Bidan Kebidanan

No.Proses
7 Langkah Varney
Menejemen 5 Langkah Dokumentasi Kebidanan
(Kompetensi SOAP NOTES
Kebidanan
Bidan)
1. Pengumpulan Data Data
Subjektif, Obyektif
2. Masalah/Diagnosis
3. Antisipasi masalah Analisis/Diagnosa
potensi/diagnosa Analisis/Diagnosa
lain
4. Menetapkan
kebutuhan segera
untuk konsultasi,
kolaborasi
5. Perencanaan Perencanaan Penatalaksanaan
6. Implementasi Implementasi 1. Konsul
2. Tes diagnostic lab
3. Rujukan
4. Pendidikan/konseling
5. Follow up
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, L. 2005. Keperawatan Maternitas. Edisi 4 . Jakarta : EGC.


Bobak, Lowdernik Jensen. 2005. Buku Ajar Keparawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Cooper, Margareth. A. 2011. Myles Buku Ajar Bidan. Jakarta : EGC.
Cunningham, FG., et al. 2013. Williams Obstetri. Jakarta : EGC.
Doenges, Marilynn E. 2001. Rencana Perawatan Maternal. Ed. 2. Jakarta : EGC.
Dorlan, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. Jakarta : EGC
Hanifah, 2010. Perawatan Pediatic. Jakarta : TUSCA
Manuaba IGB, Manuaba IAC, Manuaba IBGF. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan
dan KB. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta : Media
Asculapius FKUI
Nanda International. 2009. Diagnosis Keperawatan dan definisi Klasifikasi 2009-2011.
Jakarta : Penerbit buku Kedokteran
Prawirohardjo, 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka

Proverawati, 2010. Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta : Muha Medika

Pantiawati, 2010. Bayi Dengan Berat Lahir Rendah. Yogyakarta : Muha Medika

Saccharin, Rossa M. 2004. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Ed. 2. Jakarta : EGC.


Tarwanto dan Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi 4.
Jakarta : Salemba medika

Uliyah. Musnifatul dan AAA.Aziz Alimul Hidayat. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik
untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika

Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai