DISUSUN OLEH :
HELMI DWI FEBRIANINGTYAS (P17321195002)
A. Latar Belakang
Persalinan prematur merupakan persalinan yang terjadi pada kehamilan
kurang dari 37 minggu (antara 20-37 minggu) atau dengan berat janin kurang dari
2500 gram. Masalah utama dalam persalinan prematur adalah perawatan bayinya,
semakin muda usia kehamilannya semakin besar morbiditas dan mortalitasnya
(Saifuddin, 2009).
AKI di Indonesia pada tahun 2010 adalah 262/100.000 kelahiran hidup, sementara
AKB adalah 35/1000 kelahiran hidup. Sedangkan pada tahun 2011 AKI adalah
248/100.000 kelahiran hidup dan AKB adalah 27/1.000 kelahiran hidup (Depkes RI,
2011).
Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tinggi. Data Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2004 menyatakan AKB di Indonesia ialah 35 per
1.000 kelahiran hidup. Kemudian pada SDKI tahun 2007 AKB di Indonesia menjadi 34
per 1.000 kelahiran hidup.
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 di Provinsi
Lampung pada Tahun 2012 Angka Kematian Neonatal 27/ 1000 Kelahiran Hidup (KH),
Kematian Bayi 43/1000 KH dan Kematian Balita 30/1000 KH (SDKI 2012).
Persalinan prematur merupakan penyebab utama yaitu 60-80% morbiditas
dan mortalitas neonatal di seluruh dunia. Indonesia memiliki angka kejadian
prematur sekitar 19% dan merupakan penyebab utama kematian perinatal.
Kelahiran di Indonesia diperkirakansebesar 5.000.000 orang per tahun, maka dapat
diperhitungkan kematian bayi 56/1000KH, menjadi sekitar 280.000 per tahun yang
artinya sekitar 2,2-2,6 menit bayi meninggal. Penyebab kematian tersebut antara lain
asfiksia (49-60%), infeksi (24-34%), BBLR (15-20%), trauma persalinan (27%), dan
cacat bawaan (1-3%) (Kurniasih, 2009).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum : Memahami penanganan pada bayi dengan diagnosa premature
2. Tujuan Khusus
a. Menguraikan pengertian premature
b. Menguraikan etiologi premature
c. Mengidentifikasi tanda gejala prematur
d. Mengidentifikasi patofisiologi prematur
e. Menganalisa pengkajian dan masalah yang ada pada prematur
f. Menganalisa penatalaksanaan pada bayi prematur
g. Mengidentifikasi dan melakukan analisa data yang terkumpul.
h. Menginterprestasikannya data yang terkumpul, baik dalam bentuk diagnosa,
masalah maupun kebutuhan.
i. Mengidentifikasinya dan mengantisipasi diagnosa dan masalah potensial.
j. Membuat rencana tindakan, mengimplementasikan rencana tindakan, dan
mengevaluasi tindakan
C. Manfaat
1. Bagi penulis
Sebagai sarana menerapkan ilmu yang telah diperoleh penulis selama mengikuti
perkuliahan di Progam Studi Kebidanan Metro.
2. Bagi lahan praktek
Sebagai masukan untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan asuhan kebidanan pada
bayi dengan kegawatdaruratan
3. Bagi institusi pendidikan
a. Sebagai bahan evaluasi terhadap teori yang telah diberikan kepada peserta didik
selama mengikuti perkuliahan.
b. Sebagai sumber bacaan dan referensi bagi perpustakaan di institusi pendidikan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. NEONATUS
1. Pengertian Neonatus
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang berusia 0-28 hari (Kementerian Kesehatan
RI, 2010).
Neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami
trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin
ke kehidupan ekstrauterin (Nanny, 2014).
Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 28 hari. Neonatus
dini adalah bayi berusia 0-7 hari. Neonatus lanjut adalah bayi berusia 8-28 hari (Marmi,
2015). Klasifikasi menurut masa gestasi, yaitu periode sejak konsepsi sampai bayi
dilahirkan. Menurut Rochmah dkk (2011), bayi baru lahir menurut masa gestasinya dibagi
menjadi:
a. Bayi kurang bulan (preterm infant), masa gestasinya kurang dari 259 hari (kurang dari
37 minggu)
b. Bayi cukup bulan (term infant), masa gestasinya 259-293 hari (37-42 minggu)
c. Bayi lebih bulan (postterm infant), masa gestasinya 294 hari (lebih dari 42 minggu)
Berdasarkan berbagai pendapat dapat disimpulkan neonatus adalah bayi usia 0 – 28
hari, selama periode ini bayi harus menyesuaikan diri dengan lingkungan ekstra uteri, bayi
baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42
minggu dengan berat lahir antara 2500 sampai 4000 gram.
2. Kriteria Neonatus Normal
Ciri-ciri bayi normal menurut Sondakh (2013), antara lain :
a. Berat badan lahir bayi antara 2500-4000 gram
b. Panjang badan bayi 48-50 cm
c. Lingkar dada bayi 32-34 cm
d. Lingkar kepala bayi 33-35 cm
e. Bunyi jantung dalam menit pertama ± 180 kali/menit, kemudian turun sampai 140-
120 kali/menit pada saat bayi berumur 30 menit.
f. Pernapasan cepat pada menit-menit pertama kira-kira 80 kali/menit disertai
pernapasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan interkostal, serta rintihan
hanya berlangsung 10-15 menit.
g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan
dilapisi verniks kaseosa.
h. Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik
i. Kuku telah agak panjang dan lemas
j. Genetalia: testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan labia mayora telah menutupi
labia minora (pada bayi perempuan)
k. Refleks isap, menelan, dan morro telah terbentuk
l. Eliminasi, urin, dan mekonium normalnya keluar pada 24 jam pertama. Mekonium
memiliki karakteristik hitam kehijauan dan lengket.
3. Klasifikasi Neonatus
Bayi baru lahir atau neonatus di bagi dalam beberapa klasifikasi menurut Marmi (2015) ,
yaitu :
A. Neonatus menurut masa gestasinya :
Kurang bulan (preterm infant) : < 259 hari (37 minggu)
Cukup bulan (term infant) : 259-294 hari (37-42 minggu)
Lebih bulan (postterm infant) : > 294 hari (42 minggu atau lebih)
B. Neonatus menurut berat badan lahir :
Berat lahir rendah : < 2500 gram
Berat lahir cukup : 2500-4000 gram
Berat lahir lebih : > 4000 gram
C. Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi (masa gestasi dan ukuran berat
lahir yang sesuai untuk masa kehamilan) :
Neonatus cukup/kurang/lebih bulan (NCB/NKB/NLB)
Sesuai/kecil/besar untuk masa kehamilan (SMK/KMK/BMK)
B. PREMATUR
1. Pengertian
Bayi prematur adalah bayi yang lahir kurang bulan dengan usia kehamilan sebelum
37 minggu dengan berat janin kurang 2500 gram. (Cunningham, 2013). Bayi prematur
adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 20–37 minggu dihitung dari haid pertama
haid terakhir. (ACOG,1995 dalam buku Prawirohardjo, 2010). Bayi premature
menurut World Health Organization (WHO) didefinisikan bayi dengan usia
kehamilan kurang dari 37 minggu atau berat kurang dari 2500 gram. (Manuaba, 2012).
Bayi premature adalah bayi yang lahir belum cukup bulan. Berasarkan
kesepakatan WHO, belum cukup bulan ini dibagi lagi menjadi 3, yaitu :
1. Kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 37 minggu.
2. Sangat kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 34 minggu.
3. Amat sangat kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 28 minggu.
(Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2016)
Bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang atau sama
dengan 37 minggu, tanpa memperhatikan berat badan lahir. (Donna L Wong 2004).
Persalinan prematur adalah suatu persalinan dari hasil konsepsi yang dapat hidup
tetapi belum aterm (cukup bulan). Berat janin antara 1000-2500 gram atau tua
kehamilan antara 28 minggu sampai 36 minggu. (Wiknjosastro, 2007).
Persalinan premature adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang
dari 37 minggu (20-37 minggu) atau dengan berat badan janin kurang dari 2500 gram
(Sarwono, 2009). Bayi premature adalah bayi yang lahir belum cukup bulan.
Berdasarkan kesepakatan WHO, belum cukup bulan ini dibagi lagi menjadi 3, yaitu :
Kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 37 minggu.
Sangat kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 34 minggu.
Amat sangat kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 28 minggu
(Hari, 2007).
2. Etiologi
Menurut saifuddin (2009) beberapa faktor penyebab terjadinya prematur adalah
sebagai berikut :
a. Faktor obstetric
Perdarahan placenta dengan pembentukan prostaglandin dan mungkin induksi
stress.
Janin mati, kelainan konsepsi atau kelainan kongenital.
KPD, infeksi lain, bakteriuri, kolonisasi genital (infeksi akan membentuk
sitokin dan pelepasan lemak bioaktif yang nantinya membentuk
prostaglandin).
Plasenta yang kurang baik.
Distensi uterus (hidramnion dan gemelli), oligohidramnion.
Riwayat pernah melahirkan prematur atau keguguran.
Kelainan serviks yang inkompeten atau yang pendek.
Penyakit ibu yang berat.
Kurang gizi yang mengakibatkan anemia, kekurangan Zn dan asam folat.
Anomali uterus atau fibroid.
b. Faktor sosial budaya
Perokok atau penyalahgunaan obat-obatan (alkohol, kokain, dsb)
Kemiskinan.
Pendek kurus.
Umur <18 tahun atau > 40 tahun.
Tidak/kurang mau periksa ANC.
Keturunan (orang tua ang juga melahirkan premature)
Ras berkulit hitam.
c. Faktor psikologis
Faktor psikoogis seperti tempat kerja yang kurang nyaman, tertekan, dsb.
3. Faktor Resiko
Faktor Resiko Persalinan Prematur :
a. Resiko Demografik
Ras
Usia (<> 40 tahun)
Status sosio ekonomi rendah
Belum menikah
Tingkat pendidikan rendah
b. Resiko Medis
Persalinan dan kelahiran premature sebelumnya
Abortus trimester kedua (lebih dari 2x abortus spontan atau elektif)
Anomali uterus
Penyakit-penyakit medis (diabetes, hipertensi)
Resiko kehamilan saat ini :
Kehamilan multi janin, Hidramnion, kenaikan BB kecil, masalah-masalah
plasenta (misal : plasenta previa, solusio plasenta), pembedahan abdomen,
infeksi (misal : pielonefritis, UTI), inkompetensia serviks, KPD, anomaly janin
c. Resiko Perilaku dan Lingkungan
Nutrisi buruk
Merokok (lebih dari 10 rokok sehari)
Penyalahgunaan alkohol dan zat lainnya (mis. kokain)
Jarang / tidak mendapat perawatan prenatal
d. Faktor Resiko Potensial
Stres
Iritabilitas uterus
Perestiwa yang mencetuskan kontraksi uterus
Perubahan serviks sebelum awitan persalinan
Ekspansi volume plasma yang tidak adekuat
Defisiensi progesteron
Infeksi
(Bobak, Ed 4. 2005)
4. Tanda dan gejala
Ekstremitas tampak kurus dengan sedikit otot dan lemak sub kutan
Kepala dan badan disporposional
Kulit tipis dan keriput
Tampak pembuluh darah di abdomen dan kulit kepala
Lanugo pada extremitas, punggung dan bahu
Telinga lunak dengan tulang rawan min dan mudah terlipat
Labia dan clitoris tampak menonjol
Sedikit lipatan pada telapak tangan & kaki
5. Patofisiologi
Bayi prematur adalah bayi yang lahir karena persalinan prematur. Persalinan
prematur menunjukkan adanya kegagalan mekanisme yang bertanggung jawab untuk
mempertahankan kondisi uterus selama kehamilan atau disebabkan karena adanya
gangguan yang menyebabkan singkatnya kehamilan. Kondisi tersebut memicu
dimulainya proses persalinan secara dini. Empat jalur penyebab prematuritas terpisah
yaitu stress, infeksi, perdarahan dan regangan (Norwitz dan John, 2007: 54).
Manuaba (2008: 264) menjelaskan bahwa stress dapat terjadi pada ibu dan
janin. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi stress pada ibu yaitu tingkat sosial
ekonomi yang rendah, anemia, gizi kurang, hamil tua tetap kerja, infeksi,
grandemultipara, atau jarak hamil yang pendek yang dapat meningkatkan stress pada
ibu sehingga meningkatkan hormon prostaglandin yang dapat menyebabkan uterus
mudah terangsang untuk berkontraksi (irritable) dan menyebabkan perubahan serviks
(serviks menjadi lunak) sehingga meningkatkan hormon oksitosin yang akhirnya
menyebabkan kontraksi uterus dan mengakibatkan ketuban pecah spontan sehingga
terjadi persalinan prematur.
Norwitz (2007: 54) menjelaskan ada beberapa faktor yang mempengaruhi
stress pada janin yaitu hipoksia karena insufisiensi plasenta, infeksi, atau perdarahan.
Beberapa faktor tersebut menyebabkan stress pada janin yang merangsang
hipotalamus melepas hormon Corticotropin Releasing Hormone (CRH) yang
kemudian CRH akan merangsang hipofisis anterior melepas hormon.
adrenokortikotropin (ACTH). ACTH akan bersekresi menjadi dehidroepiandrosteron
sulfat (DHEAS) dan kortisol. DHEAS kemudian masuk ke hati, sedangkan kortisol
akan merangsang CRH plasenta. CRH plasenta ada dan ditambah dengan adanya CRH
janin, maka akan merangsang hormon prostaglandin E (PGE2/ PGF2a) yang
menyebabkan kotraksi uterus sehingga mengakibatkan ketuban pecah spontan dan
terjadi persalinan prematur.
Faktor kedua prematuritas menurut Norwitz (2007: 54) yaitu infeksi. Infeksi
bisa disebabkan oleh beberapa hal. Misalnya ketuban pecah dini (KPD), ibu hamil
dengan penyakit akut (tifus abdominalis atau malaria), ibu dengan infeksi (rubeolla,
toksoplasmosis), ibu yang mempunyai tumor (mioma uteri, sistoma). Faktor-faktor
tersebut dapat merangsang hormon sitokin sebagai respon terhadap stimulus sistem
imun yang kemudian merangsang CRH plasenta dan mengakibatkan timbulnya
hormon PGE2 yang kemudian mengakibatkan kontraksi uterus, lalu menyebabkan
ketuban pecah spontan dan terjadi persalinan prematur.
Norwitz (2007: 54) menyebutkan faktor ketiga dari prematuritas yaitu
perdarahan. Ada beberapa faktor yang dapat menjadi sebab terjadinya perdarahan
yaitu trauma masa kehamilan (jatuh), atau solusio plasenta (lepasnya plasenta sebelum
waktunya). Hal tersebut dapat merangsang protrombin menjadi thrombin yang dapat
mengakibatkan kontraksi uterus, lalu terjadi ketuban pecah. spontan dan terjadi
persalinan prematur. Perdarahan juga bisa merangsang PGE2 dan menyebabkan
kontraksi sehingga terjadi ketuban pecah dan terjadi persalina prematur.
Faktor keempat yang menyebabkan prematuritas menurut Norwitz (2007: 54)
yaitu regangan. Regangan yang dimaksud adalah regangan uterus. Hal tersebut bisa
terjadi karena beberapa faktor yaitu grandemultipara, hamil <20 tahun >35 tahun,
uterus bikornis, polihidramnion dan hamil kembar. Hal-hal tersebut dapat merangsang
oksitosin dan meningkatkan oksitosin yang kemudian menyebabkan kontraksi dan
mengakibatkan ketuban pecah sehingga terjadi persalinan prematur.
4. TANDA-TANDA
a. Prematuriktas Murni
Berat badan kurang dari 2500 gram, Panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar
kepala kurang dari 33 cm, dan lingkar dada kurang dari 30 cm.
Masa gestrasi kurang dari 37 minggu
Kulit tipis dan transparan, tampak mengkilap dan licin
Kepala lebih besar daripada badan
Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga, dan lengan
Lemak subkutan kurang
Ubun-ubun dan sutura lebar
Rambut tipis dan halus
Tulang rawan dan daun telinga immature
Puting susu belum terbentuk dengan baik
Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltik usus dapat terlihat
Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora
(perempuan)
Bayi masih lemah, Otot masih hipotonik
Banyak tidur, tangis lemah, pernapasan belum teratur dan sering mengalami
serangan apnue
Reflek tonick neck lemah
Reflek menghisap dan menelan belum sempurna
b. Dismatur
Preterm sama dengan bayi prematur murni
Posterm:
Kulit pucat atau bernod, mekonium kering keriput, tipis
Verniks caseaosa tipis atau tidak ada
Jaringan lemak dibawah kulit tipis
Banyak tampak agresif, kulit dan aktif
Tali pusat berwarna kuning kehijauan.
(pantiawati, 2010)
6. PENATALAKSANAAN
PERAWATAN BBLR:
a. Pengaturan suhu bayi dan lingkungan:
Bayi dimasukan ke dalam inkubator dengan suhu datar
Bayi berat badan < 2 kg suhu 37°C
Bayi berat 2 kg sampai 2,5 kg suhu 36,5°C
Suhu inkubator diturunkan 2°C setiap minggu sampai bayi dapat ditempatkan
pada suhu lingkungan sekitar 25°C
b. Makanan BBLR
Umumnya prematur belum sempurna refleks menghisap dan daya enzim
pencernaan terutama upase, masih kurang, maka makanan diberikan dengan sonde
sedikit-sedikit namun lebih sering (10 cc) sedangkan pada bayi small for date
sebaiknya minum yang harus diperhatikan adalah terhadap kemungkinan terjadi
preumonia aspirasi.
BBL <1500 gram = 20 cc / 2 jam dan BBL >1500 gram = 30 cc / 2 jam
c. Pencegahan Infeksi
Cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi
Gunakan masker ketika kontak dengan bayi
Cegah dengan orang yang terinfeksi
Isolasi bayi terinfeksi dengan bayi lain
Pastikan peralatan yang diberikan digunakan untuk perawatan dalam keadaan
bersih dan steril
Beri antibiotik sesuai dengan jadwal serta kolaborasi dengan dokter
d. Penimbangan Ketat
Lakukan penimbangan berat badan minimal 2 kali per hari
e. Observasi Tanda-Tanda Vital
Monitor suhu tubuh bayi setiap waktu
Observasi teratur dan warna kulit
Manajemen Asuhan Kebidanan Varney (1997)
Menjelaskan proses manajemen merupakan proses pemecahan masalah yang
ditemukan oleh perawat dan bidan pada awal tahun 1970 an. Manajemen asuhan
kebidanan terdiri dari 7 (tujuh) langkah yaitu sebagai berikut:
Pendokumentasian SOAP
Pendokumentasian asuhan yang telah di berikan harus di catat benar, jelas, singkat dan
logis dalam suatu metode pendokumentasian dalam bentuk SOAP, yaitu:
1. S (Subjektif) Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien
melalui anamnesis (Langkah 1 varney).
a. Anamnesa dan riwayat kesehatan klien:
Bayi premature adalah bayi yang lahir sebelum minggu ke 37, dihitung
dari mulai hari pertama menstruasi terakhir, dianggap sebagai periode
kehamilan memendek. Prematuritas dan berat lahir rendah biasanya terjadi
secara bersamaan, terutama diantara bayi dengan berat 1500 gr atau kurang
saat lahir. Keduanya berkaitan dengan terjadinya peningkatan morbilitas
dan mortalitas neonatus.
Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun karena usia
muda untuk menjadi seorang ibu seringkali membuat para ibu muda
tersebut kekurangan pengetahuan, pendidikan, pengalaman, pendapatan
dan kekuatan dibandingkan dengan ibu yang lebih tua. Umur kehamilan
kurang dari 37 minggu merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
BBLSR karena usia kehamilan menggambarkan seberapa jauh
perkembangan kehamilan tersebut dan diukur dalam satuan minggu, sejak
hari pertama siklus menstruasi wanita hingga waktu tertentu. Penyebab
terjadiny bayi premature yaitu: Toksemia, hipertensi, malnutrisi / penyakit
kronik, misalnya diabetes mellitus kelahiran premature ini berkaitan
dengan adanya kondisi dimana uterus tidak mampu untuk menahan fetus,
misalnya pada pemisahan premature, pelepasan plasenta dan infark dari
plasenta, hamil ganda.
2. O (Objektif) Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,
hasil laboratorium dan uji diagnosis lain yang dirumuskan dalam data fokus
untuk mendukung asuhan (Langkah I Varney).
a. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan:
Keadaan umum klien, tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik
dilakukan secara inspeksi, palpasi dan dilakukan pemeriksaan penunjang
bila perlu. Bayi berat lahir sangat rendah mempunyai tanda-tanda vital:
pernapasan sekitar 45 sampai 50 denyut per menit (pernapasan tidak teratur
dapat terjadi apnea (gagal napas), frekuensi nadi 100 sampai 140 denyut per
menit, dan suhu dibawah 36,5 . Ukuran antropometri: berat badan kurang
dari 2500 gram,panjang kurang dari 45 cm,lingkaran dada kurang dari 30
cm,lingkaran kepala kurang dari 33 cm,dan LILA dibawah dari 9,5 cm.
Kepala: relatif lebih 62 besar, tidak mampu tegak dan tulang tengkorak
lunak mudah bergerak.Kulit: kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak,
dan lemak kulit kurang.
Genetalia, bayi perempuan: klitoris yang menonjol dengan labia
mayora yang belum berkembang, bayi laki-laki: skrotum yang belum
berkembang sempurna dengan ruga yang kecil, testis tidak turun kedalam
skrotum. Ekstremitas: paha abduksi, sendi lutut/ kaki fleksi-lurus dan kuku
jari tangan dan kaki belum mencapai ujung jari. Refleks menelan dan
menghisap yang lemah, menangis lemah dan otot hipotonik lemah.
Tahap ini merupakan langkah yang menentukan langkah berikutnya.
Kelengkapan data yang sesuai dengan kasus yang dihadapi akan
menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap
selanjutnya, sehingga dalam pendekatan ini harus komprehensif meliputi
data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat
menggambarkan kondisi atau masukan klien yang sebenarnya.
3. A (Assesment) Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan
interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi: a) Diagnosis
/masalah. b) Antisipasi diagnosis/masalah potensial. c) Perlunya tindakan
segera oleh bidan atau dokter/konsultasi/kolaborasi dan atau rujukan (Langkah
II, III dan IV Varney).
1) Diagnosa bayi dengan Premature
By.Ny X usia.......hari dengan premature
2) Masalah
Bayi premature ditetapkan berdasarkan interpretasi data dasar yang
dikumpulkan bahwa pertumbuhan organ tubuh belum sempurna, baik secara
fisik maupun fisiologis karena bayi belum cukup bulan sehingga dapat
mempengaruhi keadaan bayi.
3) Masalah Potensial
Masalah yang bisa timbul dari bayi dengan premature diantaranya
hipotermi terjadi karena hanya sedikit lemak tubuh dan pengaturan suhu
tubuh pada bayi baru lahir belum matang. Sindrom gangguan pernapasan
idiopatik (penyakit membrane hialin) sering terjadi pada BBLSR 64 kurang
bulan yaitu pernafasan tidak teratur, merintih waktu ekspirasi, thoraks yang
lunak dan otot respirasi yang lemah, resiko aspirasi akibat belum
terkoordinirnya reflek menghisap dan reflek menelan.
Hiperbilirubinemia terjadi karena fungsi hati belum matang pada
bayi premature menjadi kuning lebih awal dan lebih lama dari pada bayi
yang cukup beratnya. Hipoglikemia adalah sedikitnya simpanan energi pada
bayi dengan bayi premature sehingga bayi premature membutuhkan ASI
sesegera mungkin setelah ahir dan berikan ASI setiap 2 jam sekali pada
minggu pertama. Perdarahan spontan dalam ventrikal otak lateral
berhubungan dengan belum matangnya sistem pembekuan darah saat lahir.
4) Tindakan segera
Kasus bayi dengan premature diperlukan adanya tindakan segera dan
atau kolaborasi, jika dalam keadaan tertentu terjadi kejadian seperti
hipotermi, hipoglikemia, hiperbilirubinemia, perdarahan spontan dalam
ventrikal otak lateral, sindrom gangguan pernapasan idiopatik (penyakit
membrane hialin), dan pneumonia aspirasi maka perlu dilakukan tindakan
tergantung keadaan bayi, misalnya jika terjadi hipotermi maka bayi tersebut
perlu tindakan segera dengan di inkubator dan atau melakukan metode
kangguru dengan “kontak kulit ibu dengan kulit bayi” membantu LS tetap
hangat.
4. P (Planning) Menggambarkan pendokumentasian tindakan dan evaluasi
perencanaan berdasarkan assessment (Langkah V, VI dan VII Varney) (Yulifah,
2013:136). Penatalaksanaan prematur antara lain :
a. Mempertahankan Suhu Dengan Ketat
Bayi premature mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu
tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat.
b. Mencegah Infeksi Dengan Ketat
Bayi Prematur sangat rentan akan infeksi, perhatikan prinsip-prinsip
pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi.
c. Pengawasan nutrisi/ASI
Refleks menelan pada bayi prematur belum sempurna oleh sebab itu
pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat.
d. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat
badan harus dilakukan dengan ketat.
Bagan alur berfikir varney dan pendokumentasian secara SOAP
No.Proses
7 Langkah Varney
Menejemen 5 Langkah Dokumentasi Kebidanan
(Kompetensi SOAP NOTES
Kebidanan
Bidan)
1. Pengumpulan Data Data
Subjektif, Obyektif
2. Masalah/Diagnosis
3. Antisipasi masalah Analisis/Diagnosa
potensi/diagnosa Analisis/Diagnosa
lain
4. Menetapkan
kebutuhan segera
untuk konsultasi,
kolaborasi
5. Perencanaan Perencanaan Penatalaksanaan
6. Implementasi Implementasi 1. Konsul
2. Tes diagnostic lab
3. Rujukan
4. Pendidikan/konseling
5. Follow up
DAFTAR PUSTAKA
Pantiawati, 2010. Bayi Dengan Berat Lahir Rendah. Yogyakarta : Muha Medika
Uliyah. Musnifatul dan AAA.Aziz Alimul Hidayat. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik
untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika