“Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah kepererawatan maternitas II ”
DISUSUN OLEH ;
KELOMPOK 18
ZAFIRAH KHUSAIMA (12020022)
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menulis makalah ini yang berjudul
“kehamilan prematur” dengan baik.
Adapun maksud dan tujuan kami menyusun makalah ini untuk memenuhi
tugas Keperawatan Maternitas 2. Kami berterimakasih kepada semua pihak yang telah
mendukung dalam menyusun makalah ini.
Kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan yang terdapat dalam karya
tulis ini. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran kepada berbagai pihak
untuk kami jadikan sebagai bahan evaluasi guna meningkatkan kinerja untuk
kedepannya.
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Persalinan
a. Definisi
konsepsi (yaitu, janin, membran, tali pusar, dan plasenta) dikeluarkan dari rahim.
(Milton, 2016).
b. Mekanisme persalinan
lewatnya janin dari vagina menuju lingkungan luar dan kontraksi dari otot uterus
untuk mengeluarkan janin. Selama kehamilan, pintu keluar rahim tetap tertutup
oleh serviks yang menutup rapat. Seiring dengan mendekatnya persalinan, serviks
mulai melunak ( atau “matang”) akibat disosiasi serat jaringan ikatnya yang kuat
(kolagen). Karena perlunakan ini, serviks menjadi lentur dan secara bertahap
relaksin, suatu hormon peptida yang dihasilkan korpus luteum kehamilan dan
tulang-tulang panggul. Sementara itu, janin bergerak turun dan dalam keaadan
c. Tahap-tahap persalinan
1) Dilatasi serviks
biasanya maksimal hingga 10 cm. Tahap ini berlangsung dari beberapa jam
2) Pelahiran bayi
abdomen secara sinkron dengan kontraksi uterus. Kontraksi abdomen ini dapat
meningkatkan gaya dorong bayi menuju jalan lahir. Ibu dapat membantu
ini berlangsung lebih singkat dari tahap pertama yaitu 30 hingga 90 menit.
Bayi masih melekat ke plasenta oleh tali pusat saat lahir. Kemudian, tali pusat
hari.
3) Pelahiran plasenta
Setelah bayi lahir, terjadi rangkaian kontaksi uterus kedua yang
Tahap ini berlangsung paling singkat, sekitar 15 hingga 30 menit setelah bayi
lahir.
2. Persalinan Prematur
a. Definisi
Organization (WHO, 2012) adalah persalinan bayi yang lahir hidup dengan usia
gestasi kurang dari 37 minggu atau kurang dari 259 hari terhitung dari hari
berat badan lahir <2500 gram (bayi kecil) dan pertama kali digunakannya sebagai
standar ini. Kemudian, WHO menetapkan prematuritas sebagai berat badan lahir
(Widjayanegara, 2009).
Definisi persalinan prematur oleh World Health Organization
minggu.
dari 37 minggu.
Sedangkan menurut The American College of Obstetricians and
b. Etiologi
kurang umum yaitu hipertensi kronik, plasenta previa, perdarahan tanpa sebab
prematur dan hasil akhir bayi dengan berat lahir rendah (Cunningham et al.,
2014).
3) Faktor genetik
keluarga dan ras telah menimbulakn pendapat bahwa genetika berperan dalam
merupakan penyebab ketuban pecah dini dan persalinan prematur. Proses persalinan aterm
(cukup bulan) diawali dengan aktivasi dari fosfolipase A2 (PLA-2) yang melepaskan bahan
asam arakidonat dari selaput amnion janin sehingga meningkatkan penyediaan asam
cairan amnion merngsang sel desidua untuk memproduksi suatu zat sitokin dan prostaglandin
serviks. Hal ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan panggul untuk
melihat apakah serviks sudah mulai berubah, dapat juga dilakukan dengan
Pemeriksaan ini perlu dilakukan beberapa kali selama beberapa jam termasuk
kontraksi juga dipantau. Dapat juga dilakukan pengukuran kadar protein fetal
fibronectin pada cairan vagina karena dalam hal ini level protein berhubungan
tertentu. Persalinan prematur secara spontan dapat terjadi pada selaput ketuban
yang masih intak atau karena ketuban pecah dini (KPD). Persalinan prematur
karena indikasi dapat terjadi karena kondisi pada ibu atau janin. Kondisi pada ibu
plasenta previa. Sedangkan pada janin, persalinan prematur dapat terjadi akibat
pertumbuhan janin terhambat. Kedua kondisi ini juga dapat terjadi secara
yang masih intak dan 30% karena kasus ketuban pecah dini (KPD) (Romero, 2007).
biokimia, imunologi, endokrin, dan hal klinis pada ibu dan janin. Hal ini ditandai
Prostaglandin
RP-A/RP-B
RE-α
Reseptor
MMPs Oksitosin, COX-2
dan IL-8
Perubahan Ca++
serviks
KPD Kontraksi
dengan selaput ketuban masih intak dan 32% pada wanita yang mengalami
Keterangan :
Tahap I : Perubahan flora normal di vagina/serviks
Tahap II : Mikroorganisme di antara amnion dan korion
Tahap III : Infeksi intraamniotik
Tahap IV : Invasi janin
e. Pengobatan
1) Kortikosteroid
sebelum kehamilan 30-32 minggu, dengan asumsi viabilitas janin dan terbukti
kortikosteroid antenatal.
2) Magnesium Sulfat
f. Pencegahan
1) Progesteron
16 sampai 36 minggu didapatkan semua angka kelahiran sebelum 47, 35, dan
2014). Terapi progestin harus dibatasi pada wanita dengan riwayat pelahiran
lebih lanjut untuk mengoptimalkan bentuk sediaan, dosis, dan cara pemberian
(American College of
2) Cervical Cerclage
mengurangi angka kelahiran prematur pada wanita dengan riwayat yang sama
mempunyai faktor risiko yang jelas. Faktor risiko persalinan prematur sebagai
berikut :
a. Idiopatik
Sekitar 50% penyebab persalinan prematur tidak diketahui, oleh karena itu
Termasuk ke dalam golongan ini antara lain persalinan prematur akibat kehamilan
kembar, poli hidramnion atau persalinan prematur yang didasari oleh faktor
psikososial dan gaya hidup. Sekitar 12,5% persalinan prematur spontan didahului
oleh ketuban pecah dini (KPD), yang sebagian besar disebabkan karena faktor
dianggap lebih baik dari rahim ibunya sebagai tempat kelangsungan hidupnya.
c. Faktor Sosio-demografik
untuk hamil,
d. Faktor Maternal
1) Inkompetensi Serviks
Inkompetensi serviks didiagnosis secara klinis jika terdapat pembukaan
serviks pada saat kehamilan (belum ada kontraksi rahim). Keadaan ini bisa
2009).
2) Riwayat Reproduksi
posterior atau cairan jernih mengalir ke kanalis serviks uteri dan vagina
cairan (American
yaitu Ketuban Pecah Dini. Hasil yang diperoleh berupa faktor risiko
persalinan prematur di
Puskesmas Jagir yaitu sebagian besar pada ibu yang berusia 30-
2016).
al., 2016).
mengalami satu kali abortus dan 1,9 kali pada ibu yang mengalami dua
d) Usia
kehamilan dibawah usia 20 tahun secara psikis dan fisik masih kurang,
dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang menimpa
(Widyastuti, 2009).
2010).
Infeksi saluran kemih dan jalan lahir (traktus urogenital) berkaitan dengan
persalinan prematur. Infeksi intrauteri mempunyai peran untuk memicu persalinan prematur
akibat aktivasi sistem imun bawaan. Dalam hal ini, mikroorganisme meyebabkan pelepasan
sitokin inflamasi, seperti interleukin dan tumor necrosis factor (TNF), yang kemudian
merangsang produksi prostaglandin dan/atau matrix-
degrading enzyme. Selanjutnya, prostaglandin akan merangsang kontraksi rahim
menginfeksi, jalur masuknya bakteri tersebut dapat melalui beberapa jalur yaitu
Kriteria infeksi dapat dilihat dari peningkatan jumlah sel darah putih
2012). Leukositosis pada ibu hamil adalah terjadi peningkatan jumlah sel darah
putih melebihi nilai normal di dalam darah pada masa kehamilan. Jumlah leukosit
lebih dari 15.000/mm3 merupakan indikasi bahwa ibu hamil mengalami infeksi
(Ross, 2017). Penyebab leukositosis pada ibu hamil antara lain infeksi virus,
salah satu faktor risiko dengan nilai OR=4,89 (Maria et al, 2016).
Prevalensi pesalinan prematur di provinsi Hormozgan sebanyak 5,5 %
Health
berikut :
1) Pemenuhan kebutuhan Oksigen/Udara
a) Saluaran Pernafasan
jalan pernafasan.
vital paru
(4) Keterbatasan ekspansi dada
paru
paru
h) Distres respiratori
(1) Ansietas
(1) Kakeksia
(2) Malnutrisi
(1) Injuri
dan mempengaruhi
Yang berbeda dengan kebiasaan
Yang berbeda dari standar
(3) Yang bnertentangan dengan kondisi individu.
c) Kondisi internal dan eksternal pemasukan makanan
dan cairan
dan nutrisi
pembatasan asupan
(b) Atropi mukosa mulut pada orang tua sehingga kemampuan merasakan
dan tulang
f) Lingkungan
(1) Jamban
Tingkat kelelahan
(1) Aktivitas yang membuat lelah
c) Gangguan pergerakan
(1) Penyabab ngangguan pergerakan
d) Pemeriksaan fisik
(1) Tingkat kesadaran
(3) Ekstremitas
sensori komunikasi
(1) Halusinasi
(3) Kelesuan
(4) Ilusi
(3) Imobillisasi
Diagnosa Keperawatan
Setelah menggunakan pengkajian Teori dorothea orem penegakan diagnosa
mengacu pada diagnosa keperawatan yang aktual, resiko tinggi dan kemungkinan.
Teori Orem masih lebih berfokus pada masalah fisiologis, namun diagnosa dapat
3. Intervensi Keperawatan
Diberikan jika kemampuan merawat diri pada klien berkurang dari yang dibutuhkan
untuk memenuhi self care yang sebenarnya sudah diketahui. Berikut intervensi yang
dapat dilakukan sesuai standar intervensi keperawatan Indonesia (Tim Pokja Siki DPP
PPNI, 2018).
Kriteria Hasil :
1) Keluhan nyeri menurun
2) Meringis menurun
Terapeutik
1) Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Edukasi
1) Jelaskan strategi meredakan nyeri
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
b. Gangguan rasa nyaman b.d gangguan adaptasi kehamilan
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … jam diharapkan status
Kriteria Hasil :
1) Keluhan tidak nyaman menurun
2) Gelisah menurun
Terapeutik
1) Pertahankan postur tubuh yang benar
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemeriksaan labolatorium
c. Ansietas b.d kondisi kehamilan perinatal
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … jam diharapkan status tingkat
Kriteria hasil :
1) Prilaku gelisah menurun
Terapeutik
1) Pahami situasi yang membuat ansietas
Edukasi
1) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian obat anti ansietas, jika perlu
d. Risiko infeksi d.d ketuban pecah sebelum waktunya
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … jam diharapkan status tingkat
Kriteria hasil :
1) Demam menurun
2) Nyeri menurun
pasien
Edukasi
1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
4. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan untuk mengatasi diagnosa ini dilaksanakan seintervensi
keperawatan yang sudah dibuat, setiap implementasi, akan ada respon hasil dari pasien
setiap harinya. keperawatan ini dilakukan dengan tujuan pasien mampu melakukan
perawatan diri secara mandiri (Self care) dengan penyakit yang ia alami sehingga pasien
` 5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perkembangan pasien atas tindakan yang telah
dilakukan sehingga dapat disimpulkan apakah tujuan asuhan keperawatan tercapai atau
belum.