Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

NY. S G1 P0000 AB000 USIA KEHAMILAN 28 MINGGU DENGAN

PARTUS PREMATUS IMMINENS (PPI) TANGGAL 12 APRIL 2022 DI

RUANG BRAWIJAYA RSUD KANJURUHAN KEPANJEN

DEPARTEMEN

KEPERAWATAN MATERNITAS

Oleh:
Anggi Maylita Susilo
202120461011183
Kelompok 9

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

NY. S G1 P0000 AB000 USIA KEHAMILAN 28 MINGGU DENGAN

PARTUS PREMATUS IMMINENS (PPI) TANGGAL 12 APRIL 2022 DI

RUANG BRAWIJAYA RSUD KANJURUHAN KEPANJEN

DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MATERNITAS

KELOMPOK - 9
Nama: Anggi Maylita Susilo
NIM: 202120461011183
Periode Praktek/Minggu Ke: 04-08 Maret 2022/ Minggu 1

Malang, 16 April 2022


Pembimbing Institusi, Pembimbing Lahan,

(Juwita, S.Kep. Ns., MS) (Bd. Agustin Ernawati S. ST)

Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan UMM 2


DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
LAPORAN PENDAHULUAN...............................................................................4
A. Definisi..........................................................................................................4
B. Etiologi..........................................................................................................4
C. Epidemologi..................................................................................................5
D. Tanda dan Gejala..........................................................................................5
E. Patofisologi dan Pathway..............................................................................6
F. PATHWAY...................................................................................................7
G. Pemeriksaan Penunjang................................................................................8
H. Penatalaksanaan............................................................................................8
I. Konsep Asuhan Keperawatan.......................................................................9
J. Diagnosa Keperawatan (SDKI)..................................................................10
K. Luaran Keperawatan (SLKI).......................................................................11
L. Intervensi Keperawatan (SIKI)...................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12
BAB II....................................................................................................................13
RESUME 1............................................................................................................13
RESUME 2............................................................................................................16
RESUME 3............................................................................................................19
RESUME 4............................................................................................................22
RESUME 5............................................................................................................27

Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan UMM 3


BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi Partum Prematurus Imminase

Persalinan prematur (preterm) secara umum didefinisikan sebagai


persalinan setelah usia kehamilan 20 minggu sampai sebelum 37 minggu, tanpa
memandang berat badan bayi saat lahir. Persalinan preterm adalah proses
kelahiran pada ibu dengan usia gestasi <37 minggu. Persalinan preterm adalah
persalinan yang berlangsung pada umur kehamilan 20-37 minggu dihitung dari
hari pertama haid terakhir (Emilia & Prawitasari, 2021).

Badan kesehatan dunia (WHO), kelahiran preterm adalah bayi yang lahir
hidup sebelum usia 37 minggu kehamilan telah berakhir (WHO, 2012).
Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi pada usia kehamilan kurang
dari 37 minggu dengan perkiraan berat janin kurang dari 2500
(Manuaba,2012).

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa persalinan preterm


adalah proses persalinan yang terjadi pada usia kehamilan 20 sampai <37
minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir.

B. Etiologi

1. Janin dan plasenta


a. Perdarahan antepartum
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah
kehamilan 28 minggu. Klasifikasi klinis perdarahan antepartum adalah
sebagai plasenta previa, solusio plasenta, vasa previa, perdarahan
antepartum yang belum jelas sumbernya.
b. Kehamilan ganda atau kembar
Pada kehamilan ganda dengan distansi uterus yang berlebihan dapat
terjadi persalinan prematur. Kebutuhan ibu untuk pertumbuhan hamil

Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan UMM 4


kembar lebih besar sehingga terjadi defisiensi nutrisi seperti anemia
kehamilan yang dapat mengganggu pertumbuhan janin dalam rahim.
Frekuensi hidramnion pada hamil kembar sekitar 10 kali lebih besar
dari pada kehamilan tunggal. Keregangan otot rahim yang
menyebabkan iskemia uteri dapat meningkatkan kemungkinan
preeklamsia dan eklampsia (Apriyani et al., 2022).
c. Ketuban pecah dini
Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar
dengan ruangan dalam rahim, sehingga memudahkan terjadinya infeksi.
Endotoksin sebagai produk dari bakteri dapat merangsang asam
arachnoidat dan produksi prostaglandin. Prostaglandin berkerja dengan
modus parakrin untuk merangsang terjadinya kontraksi miomatrium.
d. Cacat bawaan janin
Cacat bawaan janin merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ
janin sejak saat pembuahan. Cacat bawaan janin seperti hidrosefalus,
spinabifida, ensefalokel, attresia ani, atresia.
2. Faktor Ibu
a. Usia ibu
Usia wanita produktif yang aman untuk kehamilan dan persalinan
adalah 20-35 tahun. Wanita pada umur yang kurang dari 20 tahun
mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk mengalami komplikasi pada
kehamilan salah satunya adalah partus prematur karena endometrium
belum matang, dan kejadian partus prematurus juga sering pada ibu
yang berumur diatas 35 tahun karena kesuburan endometrium
berkurang (Apriyani et al., 2022).
b. Preeklamsia/eklampsia
Preeklamsia-eklamsia akan mengakibatkan gangguan fungsi plasenta,
selain itu kenaikan tonus uterus dan kepekaan terhadap perangsangan
sering didapatkan pada preeklamsia-eklamsia sehingga mudah terjadi
persalinan preterm (Prawirohardjo, 2020).
c. Infeksi saluran kemih/genital intra uterin

Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan UMM 5


Infeksi saluran kemih dan jalan lahir (traktus urogenital) sangat
berkaitan dengan persalinan prematur. Infeksi vagina asenden (naik)
menjadi amnionitis yang menyebabkan pecahnya ketuban dan
akhirnya terjadi persalinan preterm. Vaginosis bakterial menyebabkan
terjadinya persalinan preterm melalui mekanisme yang sama dengan
yang terjadi akibat infeksi dalam cairan amnion (Prawirohardjo, 2020).
d. Stress Psikologi
Stresor adalah rangsangan eksternal atau internal yang memunculkan
gangguan pada keseimbangan hidup individu. Karenanya, secara
sederhana stress dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana
individu dituntut berespons adaptif. Stres merupakan suatu keadaan
yang menuntut pola respons individu, karena peristiwa/rangsangan/hal
tersebut mengganggu keseimbangan. Stres ditampilkan antara lain
dengan meningkatnya kegelisahan, ketegangan, kecemasan, sakit
kepala, ketegangan otot, gangguan tidur, meningkatnya tekanan darah,
cepat marah, kelelahan fisik, atau perubahan nafsu makan, seperti
kehilangan selera makan atau sebaliknya, terus-menerus makan dan
depresi. Stres pada ibu dapat meningkatkan kadar kotekolamin dan
kortisol yang akan mengaktifkan placental corticotrophim releasing
hormone dan mempresipitasi persalinan melalui jalur biologis. Stres
juga mengganggu fungsi imunitas yang dapat menyebabkan reaksi
inflamasi atau infeksi intraamnion dan akhirnya merangsang proses
persalinan. Moutquin, membuktikan bahwa stres yang berhubungan
dengan kejadian prematuritas adalah adanya peristiwa kematian,
keluarga yang sakit, kekerasan dalam rumah tangga, dan masalah
keuangan (Krisnadi et al., 2014)
e. Kelainan bentuk uterus atau serviks
Kelainan uterus bawaan seperti uterus septus, uterus bikornus, dan
serviks inkompeten merupakan risiko untuk terjadinya persalinan
prematur. Kemudian persalinan prematur dapat meningkat antara 7-29
kali pada ibu yang memiliki kelainan kongenital saluran muller
(Krisnadi et al., 2014).

Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan UMM 6


f. Riwayat persalinan preterm atau abortus
Ibu yang pernah mengalami riwayat satu kali persalinan preterm
sebelumnya akan meningkatkan risiko untuk mendapatkan persalinan
preterm (Krisnadi et al., 2014).
g. Kelainan imunologi/ kelainan resus
3. Faktor Kebiasaan/pola hidup
a. Merokok
Risiko persalinan prematur pada perokok meningkat sebanyak1,2 kali.
Akibat merokok aktif tidak jauh berbeda dengan merokok pasif selama
kehamilan. Wanita hamil yang merokok pasif (suaminya perokok atau
bekerja dilingkungan perokok) akan mengalami sulit tidur, tidur
kurang nyenyak dan rasa sulit bernafas dibandingkan ibu hamil yang
tidak terpapar asap rokok (Krisnadi et al., 2014).
b. Kenaikan BB ibu saat hamil
Kenaikan berat badan selama hamil dan IMT sebelum hamil juga
berhubungan dengan kejadian prematuritas. Harus dipahami pula
bahwa pertambahan berat badan selama kehamilan tidak hanya karena
naiknya kalori atau deposit lemak, tapi juga akibatretensi cairan, hal ini
menyebabkan hidrasi penting dalam upaya menurunkan persalinan
preterm (Krisnadi et al., 2014).
c. Penggunaan obat-obatan terlarang
Ibu pengguna obat-obat terlarang seperti marijuana dan kokain bisa
menyebabkan kejadian prematuritas. Pemakai kokain mempunyai
kemungkinan 2 kali lebih tinggi disebabkan karena vasokonstriksi
(Krisnadi et al., 2014).
d. Defisiensi Vitamin C
Kadar vitamin C yang rendah meningkatkan kejadian ketuban pecah
dini pada kehamilan kurang bulan sehingga menyebabkan persalinan
preterm (Krisnadi et al., 2014).
e. Faktor pekerjaan
Pekerjaan fisik yang berat, tekanan mental (stress), atau kecemasan
yang tinggi dapat meningkatkan kejadian prematur. Menurut (Krisnadi

Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan UMM 7


et al., 2014), kejadian persalinan preterm lebih rendah pada ibu hamil
yang bukan pekerja. Pekerjaan ibu dapat meningkatkan kejadian
persalinan preterm melalui kelelahan fisik atau stres yang timbul
akibat pekerjaannya. Jenis pekerjaan yang berpengaruh terhadap
peningkatan kejadian prematuritas adalah bekerja terlalu lama,
pekerjaan fisik yang berat, dan pekerjaan yang menimbulkan stres
seperti berhadapan dengan konsumen atau terlibat dengan masalah
uang.
f. Korioamnion
Infeksi korioamnion yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme
telah muncul sebagai kemungkinan penyebab terjadinya kasus ketuban
dan atau persalinan preterm yang tidak dapat dijelaskan hingga kini.
Bakteri patogenik secara tipikal telah ditemukan pada amniosintesis
transabdominal dari sekitar 20% wanita yang sedang dalam persalinan
preterm tanpa bukti infeksi klinis yang nyata dan dengan selaput
ketuban yang utuh (Krisnadi et al., 2014).

C. Tanda dan Gejala

Menurut (Manuaba, 2012) jika proses persalinan berkelanjutan akan


terjadi tanda klinik sebagai berikut :

1. Kontraksi berlangsung sekitar 4 kali per 20 menit atau 8 kali dalam satu
jam.
2. Terjadi perubahan progresif serviks seperti pembukaan lebih dari 1 cm,
perlunakan sekitar 75-80 % bahkan terjadi penipisan serviks.
3. Nyeri punggung

D. Patofisologi

Proses persalinan melibatkan serangkaian peristiwa progresif dimulai


dengan aktivitas HPA (Hipotalamic Pituitry Adrenal) janin dan peningkatan
CRH (Cortikotropin Releasing Hormone) plasenta, hal ini menimbulkan
penurunan fungsi progesteron dan aktivasi estrogen yang kemudian akan
mengaktivasi CAPs (Contraction Associated Proteins) yang termasuk reseptor

Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan UMM 8


oksitosin dan prostaglandin. Peristiwa biologis ini akan menyebabkan
pematangan serviks, kontraksi uterus, aktivasi desidua dan membran janin serta
pada kala II persalinan akan meningkatkan oksitosin ibu (Krisnadi et al., 2014).

Persamaan persalinan matur dan prematur bersama-sama dengan proses


persiapan untuk persalinan fisiologis normal, terutama pada kehamilan >32
minggu. Sebelum usia kehamilan 32 minggu dibutuhkan stimulus patologis
yang lebih besar untuk persalinan. Rangkaian aktivasi HPA janin (maturitas,
infeksi, iskemia), endokrin, parakrin, dan interaksi sistem imun. Perbedaan
mendasar antara persalinan matur dengan prematur adalah aktivitas komponen-
komponenpada partus matur, sedangkan partus prematur berasal dari proses
patologis yang mengaktivasi salah satu atau beberapa komponen (Krisnadi et
al., 2014).

Banyak kasus persalinan prematur sebagai akibat proses patogenik yang


merupakan mediator biokimia yang mempunyai dampak terjadinya kontraksi
rahim dan perubahan serviks, yaitu (Prawirohardjo, 2020):

a. Aktivasi aksis kelenjar hipotalamus-hipofisis-adrenal baik pada ibu


maupun janin, akibat stress pada ibu dan janin
b. Inflamasi desidua-korioamnion atau sistemik akibat infeksi asenden dari
traktus genitourinaria atau infeksi sistemik
c. Perdarahan desidua
d. Pregnan uterus patologik
e. Kelainan uterus atau serviks

Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan UMM 9


E. PATHWAY
F. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa


PPI meliputi:

a. Indikator Laboratorium: darah rutin, kimia darah, golongan ABO,


faktor rhesus, urinalisis, bakteriologi vagina, amniosentesis : surfaktan,
gas dan PH darah janin.
b. USG untuk mengetahui usia gestasi, jumlah janin, besar janin, kativitas
biofisik, cacat kongenital, letak dan maturasi plasenta, volume cairan
tuba dan kelainan uterus.

G. Penatalaksanaan

Beberapa penatalaksanaan plasenta previa dengan perdarahan menurut


(Manuaba, 2012):

1. Pemberian tokolitik
a. Nifedipine 10 mg diulang tiap 30 menit, maksimum 40 mg/6 jam.
Umumnya hanya diperlukan 20 mg dan dosis perawatan 3x10 mg
b. Golongan beta – mimetik : salbutamol per infuse : 20 – 50 / menit
atau salbutamol per oral : 4 mg, 2 – 4 kali / hari
c. Magnesiun sulfate: Magnesium sulfat dipakai sebagai tokolitik
yang diberikan secara parenteral. Dosis awal 4-6 gr IV diberikan
dalam 20 menit, diikuti 1-4 gram/jam tergantung dari produksi
urine dan kontraksi uterus. Bila terjadi efek toksik berikan
kalsium glukonas 1 gram secara IV perlahan-lahan.
d. Atosiban: analog oksitosin bekerja pada resptor oksitosidan
vasopressin. Dosis awal 6,75 mg bolus dalam 1 menit diikuti 18
mg/jam setelah 3 jam/infus, kemudian 6 mg/jam selama 45 jam.
Dosis maksimal 330 mg.
2. Pemberian Antibiotik
Pemberin antibiotik dilakukan hanya saat kehamilan beresiko terjadi
infeksi. Obat yang diberikan eritromisin 3 x 500 mg selama 3 hari.
Adapun pilihan lainnya seperti ampisilin 3 x 500 mg selama 3 hari atau
dapat menggunakan antibiotika lain sepertiklindamisin. Tidak
dianjurkan untuk pemberian ko amoksiklaf karena beresiko NEC.
3. Istirahat baring
Terdapat berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa istirhat baring
bermanfaat baik dalam pencegahan maupun membantu penghentian
partus yang telah berlangsung disertai dengan obat–obatan. Hidrasi
intravena sering dianjurkan sebagai bentuk awal intervensi

H. Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian
Dokumentasi pengkajian merupakan catatan hasil pengkajian yang
dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar
tentang klien dan membuat catatan tentang respon kesehatan klien (Hidayat,
2010).
1. Identitas atau biodata klien Meliputi, nama, umur, agama, jenis
kelamin, alamat, suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan,
pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register, dan diagnosa
keperawatan.
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu Penyakit kronis atau menular dan
menurun seperti jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit
kelamin atau abortus.
b. Riwayat kesehatan sekarang Riwayat pada saat sebelun inpartus
didapatkan cairan ketuban yang keluar pervagina secara spontan
kemudian tidak diikuti tanda-tanda persalinan.
c. Riwayat kesehatan keluarga Pengkajian perubahan fisik
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga keluarga seperti jantung,
DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit
tersebut diturunkan kepada klien
d. Riwayat psikososial Riwayat klien nifas biasanya cemas bagaimana
cara merawat bayinya, berat badan yang semakin meningkat dan
membuat harga diri rendah.

Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan UMM


12
3. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata leksana hidup sehat Karena kurangnya
pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara pencegahan,
penanganan, dan perawatan serta kurangnya menjaga kebersihan
tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya.
b. Pola nutrisi dan metabolism
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena
dari keinginan untuk menyusui bayinya.
c. Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti
biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga
banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan
aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
d. Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah
kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya
odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga
sering terjadi konstipasi karena penderita takut untuk melakukan
buang air besar (BAB).
a. Pola istirahat dan tidur
Pada klien intra partum terjadi perubahan pada pola istirahat dan
tidur karena adanya kontraksi uterus yang menyebabkan nyeri
sebelum persalinan.
b. Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan
keluarga dan orang lain.
c. Pola penagulangan stres
Biasanya klien sering merasa cemas dengan kehadiran anak.
d. Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada perut akibat kontraksi uterus
pada pola kognitif klien intrapartum G1 biasanya akan mengalami

Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan UMM


13
kesulitan dalam hal melahirkan, karena belum pernah melahirkan
sebelumnya.
e. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-
lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi
perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri
f. Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual
atau atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya
proses persalinan dan nifas.
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang
terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
b. Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tiroid,
karena adanya proses menerang yang salah.
c. Mata
Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva,
dan kadang- kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena
proses persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kuning.
d. Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana
kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga.
e. Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-
kadang kadang ditemukan pernapasan cuping hidung
f. Genitalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila
terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak
dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.
g. Ekstermitas
Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan UMM
14
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karena preeklamsia atau karena penyakit
jantung atau ginjal.
h. Dada
Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi
areola mamae dan papila mamae.

Gambar 1.2 Bentuk-bentuk puting susu


- Palpasi daerah payudara.
- Kaji pengeluaran : kolostrum atau ASI dengan cara letakkan jari
telunjuk dan ibu jari didaerah areola, lalu tekan perlahan, kemudian
pijat sambil mengarah ke pangkal puting susu dan lihat cairan yang
dikeluarkan.
a) Ekstremitas bagian atas
- Inspeksi keadaan odem pada jari–jari atau kelainan lain.
- Ajak klien untuk berjabat tangan dan kaji kekuatan otot.
b) Abdomen
- Inspeksi : striae, luka/insisi, linea
- Letakkan stetoskop pada setiap kuadran abdomen untuk
mendengarkan bising usus selama 1 menit penuh.
5. Pemeriksaan Penunjang (Wahyuningsih, 2019)
a. Jumlah darah lengkap hemoglobin atau hematocrit (Hb/Ht) : mengkaji
perubahan dari kadar pra operasi dan mengevaluasi efek dari
kehilangan darah pada pembedahan
b. Urinalis: kultur urine, darah, vaginal, lochea, pemeriksaan tambahan
didasarkan pada kebutuhan individual
6. Pemeriksaan perubahan psikologis

Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan UMM


15
Selain melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang,
pemeriksaan perubahan psikologis juga tidak kalah penting dari
pemeriksaan yang lain. Berdasarkan (Deswani, 2017), berikut ini
merupakan pengkajian yang dilakukan untuk mengkaji perubahan
psikologis:
a. Fase taking in, dengan cara :
- Kaji tingkat ketergantungan klien tentang perawatan diri dan
bayinya, klien berpusat pada dirinya
- Dengarkan dan respon setiap keluhan atau pertanyaan yang
diajukan oleh klien seputar riwayat persalinan
- Ketergantungan harus berakhir pada hari kedua
b. Fase taking hold, dengan cara :
- Kaji tingkat keterlibatan klien yang berpusat pada dirinya.
- Kaji tingkat keinginannya untuk mendapat pendidikan kesehatan.
- Kaji tanda–tanda terjadinya depresi atau postpartum blues : gelisah,
menangis tiba–tiba, sulit tidur, marah terhadap anggota keluarga
termasuk bayi, cemas.
c. Fase letting go, dengan cara :
- Kaji tingkat kesiapan ibu untuk merawat dirinya dan bayinya.
- Kaji pola interaksi dengan keluarga dan lingkungannya.
- Kaji keinginannya untuk segera keluar dari Rumah Sakit dan ingin
merawat bayi dan keluarganya.
- Simpulakan perubahan psikologis ibu pada tahap yang mana.
7. Setelah semua data didapatkan lakukan pengelompokan data yang selaras
dan mendukung terhdap munculnya masalah nifas serta dampak yang
ditimbulkan terhadap kebutuhan dasar kemudian identifikasi
kemungkinan penyebab masalah pada ibu post partum. Setelah itu
rumuskan diagnose keperawatan dan lakukan perencanaan keperawatan
pada ibu nifas (Deswani, 2017).

Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan UMM


16
Analisis Data

DATA ETIOLOGI PROBLEM


(Tanda Mayor & Minor)
DS :  Agen Pencedera Nyeri Akut
Pasien mengatakan nyeri muncul ketika Fisik (post (D.0077) 
menggerakkan kaki pada perut bagian partum)
bawah yaitu pada perinium

P : Nyeri saat bergerak 


Q : Nyeri seperti disayat 
R : Nyeri pada bagian perineum
S : Skala 5 
T : Sering muncul jika dibuat gerak
DO : 
 Tampak meringis menahan
nyeri saat berpindah posisi
 TD: 101/78 mmHg 
 Nadi : 97 x/menit 
 RR : 20x/menit
 Luka perineum tampak bersih
DS : Kelemahan  Defisit
Pasien mengatakan belum bisa berjalan Perawatan Diri
ke kamar mandi untuk mandi, dan (D.0109)
melakukan kebersihan diri.
DO :
-pasien di seka oleh
perawat/bidan/keluarga
-pada area kemaluan nampak bersih
- post partum hari kedua
-anastesi local
DS: Hambatan Pada Menyusui tidak
Pasien mengatakan asi keluar menetes Neonatus efektif (D.0029)
Pasien mengatakan bayi belum menyusu
sama sekali
DO:
- pengeluaran asi menetes
- bayi beradi di ruang perawatan
insentive

Diagnosa Prioritas:

1. Nyeri aku b.d agen pencedera fisik


2. Defisit perawatan diri b.d kelemahan
3. Menyusui tidak efektif b.d hambatan pada neonatus
No Diagnosa Luaran Intervensi Hari/Tgl Implementasi Hari/Tgl Evaluasi
Keperawatan
1 Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri Rabu, 13 1. Mengkomunikasikan Kamis,14 S : pasien
b.d Agen intervensi 1x24 (I.08238)  April terapeutik pada April mengatakan
pencedera jam “Tingkat Observasi  2022 pasien agar dapat 2022 nyeri sudah
fisik (SC) Nyeri (L.08066)” 1. Identifikasi lokasi, mengekspresikan mulai
menurun, dengan karakteristik, nyeri 15.00 berkurang
kriteria hasil :  durasi, frekuensi, 2. Mengobservasi dengan skala 3
1. Keluhan kualitas, intesitas lokasi, karakteristik, O : 
nyeri nyeri  durasi, frekuensi, Pasien dapat
menurun  2. Identifikasi skala kualitas, intensitas mempraktikkan
2. Meringis nyeri  nyeri ulang cara
berkurang  Terapuetik  3. Mengidentifikasi meredakan nyeri
3. Pola napas 1. Berikan teknik skala nyeri dengan cara
membaik nonfarmakologis 4. Menganjurkan pasien nafas dalam dan
untuk cukup istirahat minum obat
mengurangi rasa 5. Memonitoring TTV yang diberikan.
nyeri  pasien didapatkan: Turgor kulit
2. Fasilitasi 6. Mengajarkan baik,akral
istirahat dan relaksasi nafas dalam hangat, mukosa
tidur  jika nyeri mendadak lembab, CRT<2
Edukasi  timbul  dtk
1. Jelaskan strategi 1. Keluhan
meredakan nyeri  nyeri cukup
2. Ajarkan teknik menurun
nonfarmakologi untuk
2. Meringis
mengurangi nyeri 
berkurang
Kolaborasi 
3. Pola napas
1. Kolaborasi
membaik
pemberian analgetik  (20
x/menit)
A : masalah
teratasi
sebagian
P : lanjutkan
intervensi
observasi 1,2, 
terapeutik 1,
edukasi  1

Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan UMM


19
No Diagnosa Luaran Intervensi Hari/Tgl Implementasi Hari/Tgl Evaluasi
Keperawatan
2. Defisit Perawatan Mobilitas Fisik Dukungan Rabu,14 1. perawat membantu Kamis 15 S : pasien
Diri (D.0109) b.d (L.05042)  Perawatan April menyeka pasien April mengatakan sudah
Kelemahan  Setelah Diri : Mandi 2022 2.Menganjurkan 2022 mengerti dan latihan
dilakukan (I.11352) keluarga untuk mobilisasi agar bisa
tindakan Observasi :  membantu pasien dalam ke kamar mandi
keperawatn 1x24 1. Monitor membersihkan diri sendiri
jam maka kebersihan kulit  3.Menganjurkan pasien O : 
mobilitas fisik 2.Monitor untuk latihan mobilisasi  Pergerakan
meningkat integritas kulit miring kanan miring ekstremitas
dengan kriteria Terapeutik :  kiri, duduk, berdiri, meningkat 
hasil :  1.Sediakan kemudian berjalan ke
 Kekuatan otot
1. Pergerakan lingkungan yang kamar mandi
meningkat
ekstremitas aman dan 4.Menganjurkan pasien
 Kelemahan
cukup nyaman untuk rajin
meningkat  2.Fasilitasi membersihkan area fisik menurun
2.Kekuatan otot menggosok gigi perineum menggunakan A : masalah teratasi 
cukup 3.Fasilitasi sabun bayi atau dengan P : hentikan semua
meningkat   mandi air yang mengalir
intervensi 
3.Kelemahan 4.Pertahankan
fisik cukup kebiasaan
menurun kebersihan diri
Edukasi : 
1.Jelaskan
manfaat mandi
dan dampak
tidak mandi

Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan UMM


20
terhadap
kesehatan
3. Menyusui tidak Status Edukasi Kamis,14 1.Mengidentifikasi Jumat, 15 S:  Pasien
efektif b.d Menyusui Menyusui Maret kesiapan dan Maret mengatakan
ketidakadekuatan (L.03029 (I.12393) 2022 kemampuan 2022 bahwa ASI sudah
suplai ASI Setelah Observasi: menerima informasi keluar sedikit
dilakukan 1.Identifikasi 2.Mengedukasi O : 
intervensi 1x24 kesiapan dan perawatan payudara  Suplai ASI
jam kemampuan post patum adekuat
status menyusui menerima (memerah ASI cukup
membaik, informasi menggunakan meningkat
dengan kriteria 2.Identifikasi pompa ASI, pijat A : Masalah
hasil : tujuan atau oksitosin dan Teratasi Sebagian
1. Perlekatan keinginan perawatan P : Lanjutkan
bayi pada menyusui payudara) beserta Intervensi edukasi
payudara ibu suami yang 2
meningkat Terapeutik: mendampingi
2. Miksi bayi 3. memberikan
lebih dari 1.Dukung ibu dukungan terhadap ibu
8x/24 jam meningkatkan untuk meningkatkan
meningkat kepercayaan diri kepercayaan diri saat
3. Suplai ASI dalam menyusui menyusui dengan
adekuat 2. Libatkan kondisi bayi yang
meningkat sistem prematur
4. Hisapan bayi pendukung
meningkat (suami)
5. Bayi rewel

Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan UMM


21
menurun Edukasi:
6. Bayi
menangis 1. Ajarkan
setelah perawatan
menyusu payudara
menurun postpartum
(memerah
ASI, pijat
oksitosin dan
perawatan
payudara)

Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan UMM


22
DAFTAR PUSTAKA

Apriyani, M. T. P., Rahmawati, E., Qoiriyah, S., Dhamayanti, R., Anggraini, A.,
Andera, N. A., Sari, N., Frisca, P. M., Widiastini, & Triguno, Y. (2022).
Komplikasi Kehamilan dan Penatalaksanaannya (M. Sari (ed.)). Global
Eksekutif Teknologi.
Emilia, O., & Prawitasari, S. (2021). Clinical Decission Making Series Obstetri
Ginekologi Clinical Decission Making Series Obstetri Ginekologi. Gajah
Mada University Press.
Krisnad, S. R., Effendi, J. S., & Pribadi, A. (2014). Prematuritas. Refika Aditama.
Manuaba, I. B. G. (2012). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Prawirohardjo, S. (2020). Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo (4th ed.). PT.
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan UMM


23
BAB II
RESUME 1
Nama Pasien : Ny. Ritatul (41 Th)
Diagnosa Medis : Stenosis of ureter
Ruangan : Klinik Urologi
S O A P I E
- Pasien - KU: Cukup Gangguan Pola SLKI 3 Januari 2021 3 Januari 2021
mengatakan sulit - Mata tampak Tidur b.d Kurang Pola Tidur 08.50 09.05
tidur ketika sayu Kontrol Tidur d.d Setelah dilakukan 1. Mengidentifikasi S: Pasien mengatakan
malam hari - Pasien tampak Sulit Tidur dan intervensi selama 1x15 pola aktivitas dan sudah mengerti
- Pasien sering menguap badan terasa lemas menit maka Pola tidur mengenai cara
mengatakan (D0055) Tidur membaik, 2. Mengidentifikasi mengatasi kesulitan
perutnya sakit Kategori: Fisiologis dengan kriteria hasil: faktor tidur
pada bagian Subkategori: - Keluhan sulit tidur pengganggu tidur O:
sebelahkanan dan Aktivitas/Istirahat Menurun (Fisik/Psikologis) - Px kooperatif saat
biasanya rasa - Keluhan sering 3. Mengajarkan diberikan
sakit timbul terjaga teknik distraksi penjelasan oleh
ketika malam Menurun (mendengarkan perawat
hari. - Keluhan tidak musik rohani - Px mampu
- Pasien merasa puas tidur sebelum tidur) mendomentrasika
badan lemas 4. Memberikan n ulang teknik
Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan UMM
24
Menurun edukasi mengenai: distraksi yang
- Keluhan pola tidur minum-minuman diajarkan perawat
berubah hangat sebelum
Menurun tidur, berdoa dan A: Masalah teratasi
- Keluhan istirahat wiritan sebelum
tidak cukup tidur, pergi ke P: Intervensi

Menurun tempat tidur dukungan tidur

ketika sudah dihentikan, anjurkan


SIKI mengantuk, pasien untuk kontrol
Dukungan Tidur mematikan lampu rutin sesuai advice
(1.05174) ketika tidur, dan dokter.
Observasi mengajarkan
1. Identifikasi pola teknik relaksasi
aktivitas dan tidur nafas dalam
2. Identifikasi faktor
pengganggu tidur
(Fisik atau
Psikologis)
3. Terapeutik
1. Fasilitasi

Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan UMM


25
menghilangkan
stres sebelum tidur
Edukasi
2. Anjurkan
menghindari
makanan/minuman
yang mengganggu
tidur
3. Ajarkan relaksasi
otot autogenik atau
cara
nonfarmakologi
lainnya

Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan UMM


26
RESUME 2
Nama Pasien : Tn. Saroji (59 Th)
Diagnosa Medis : BPH
Ruangan : Klinik Urologi
S O A P I E
- Pasien - Disuria Retensi Urin b.d SLKI 3 Januari 2021 3 Januari 2021
mengatakan (Nyeri blok spingter d.d Eliminasi Urine 10.00 10.10
merasa saat BAK) adanya dysuria, (L.04034) 1. Mengidentifikasi tanda S:
anyang- - Distensi distensi kandung Setelah dilakukan dan gejala retensi atau - Pasien
anyangen kandung kemih dan residu intervensi selama 1x10 inkontinensia urine mengatakan
- Pasien kemih urin menit maka Eliminasi 2. Mengidentifikasi faktor sudah mengerti
mengatakan - Adanya (D.0050) Urine membaik, dengan yang menyebabkan retensi penjelasan
ketika BAK residu Kategori: Fisiologis kriteria hasil: atau inkontinensia urine yang
terasa nyeri urin pada Subkategori: - Distensi kandung 3. Memonitor eliminasi urine dianjurkan
- Pasien VU Eliminasi kemih (mis. frekuensi, perawat
mengatakan Meningkat konsistensi, aroma, volume O:
BAK tidak - Disuria dan warna) - Px kooperatif
tuntas dan Menurun 4. Mengambil sampel urine saat diberikan
tidak lancar - Frekuensi BAK atau kultur penjelasan oleh
Membaik 5. Mengajarkan terapi perawat

Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan UMM


27
modalitas penguatan otot-
otot panggul atau berkemih A: Masalah belum
SIKI 6. Menganjurkan minum yang teratasi
Manajemen Eliminasi cukup min minum 2 liter per
Urine hari P:
(1.04152) - Anjurkan
Observasi pasien minum
1. Identifikasi tanda air putih
dan gejala retensi minimal 2 liter
atau inkontinensia perhari
urine - Anjurkan
2. Identifikasi faktor pasien untuk
yang menyebabkan kontrol rutin
retensi atau sesuai advice
inkontinensia urine dokter
3. Monitor eliminasi
urine (mis.
frekuensi,
konsistensi, aroma,
volume dan warna)

Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan UMM


28
Terapeutik
4. Catat waktu-waktu
dan haluaran
berkemih
5. Ambil sampel urine
atau kultur
Edukasi
6. Anjarkan tanda dan
gejala infeksi saluran
kemih
7. Ajarkan terapi
modalitas penguatan
otot-otot panggul atau
berkemih
8. Anjurkan minum
yang cukup

Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan UMM


29
RESUME 3
Nama Pasien : Ny. Tutus Noviani (71Th)
Diagnosa Medis : Inveksi Saluran Kemih (ISK)
Ruangan : Klinik Urologi
S O A P I E
- Px mengatakan Nyeri akut b.d agen SLKI 3 Januari 2022 3 Januari 2022
nyeri pada - Klien tampak pencedera fsiologis Tingkat nyeri 08.30 08.40
bagian perut gelisah d.d adanya keluhan (L. 08066) 1. Menjelaskan S:
- P: Infeksi pada - Klien nyeri pada perut Setelah diberikan strategi untuk - Klien mengatakan
saluran kemih mengalami bagian bawah, intervensi keperawatan meredakan nyeri sudah mengerti
- Q: Nyeri seperti kesulitan tidur gelisah, kesulitan selama 1x15 menit, dengan teknik cara mengatasi
ditusuk-tusuk pada malam hari tidur, skala nyeri 7 maka “tingkat nyeri relaksasi napas nyeri dengan
- R: Pada perut - Meringis (+) (D. 0077) menurun” dengan dalam untuk relaksasi napas
bagian bawah Kategori: Psikologis kriteria hasil: mengurangi nyeri dalam
- S: skala nyeri 7 Subkategori: Nyeri 1. Keluhan nyeri, 2. Menganjurkan O:
(rentang 0-10) & Kenyamanan menurun (4) melakukan teknik - Klien mampu
- T: nyeri hilang 2. Meringis, menurun relaksasi setiap kali mendemonstrasikan
timbul, terutama (4) merasakan nyeri ulang teknik
terasa sangat 3. Gelisah, menurun 3. Menyarankan untuk relaksasi napas
nyeri ketika (4) beristigfar dan dalam yang

Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan UMM


30
BAK. Nyeri 4. Kesulitan tidur, berdoa kepada diajarkan perawat
hilang ketika menurun (4) Allah
diberikan obat 4. Berkolaborasi A: Masalah teratasi
Pereda nyeri untuk pemberian sebagian
dokter SIKI analgetik
1. Manajemen Nyeri P:
(I. 08238) - Anjurkan klien
Observasi: melakukan
- Identifikasi lokasi, relaksasi ketika
karakteristik, durasi, merasakan nyeri,
frekuensi, kualitas, anjurkan pasien
intensitas nyeri untuk kontrol
- Identifikasi skala rutin sesuai
nyeri advice dokter
- Monitor keberhasilan
terapi yang diberikan
Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi

Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan UMM


31
rasa nyeri (relaksasi
napas dalam)
Edukasi
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian analgetik

Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan UMM


32
RESUME 4
Nama Pasien : Tn. Sangkala (67 Th)
Diagnosa Medis : Post op (TURBT)
Ruangan : Klinik Urologi
S O A P I E
- Pasien - Pasien nampak Nyeri akut b.d SLKI 4 Januari 2022 4 Januari 2022
mengatakan nyeri gelisah Agen pencedera 1. Tingkat nyeri 09.55 10.05
pada penis - Tampak fisik d.d pasien (L. 08066) 1. Menganjurkan - S: Pasien mengatakan
- P: Post op meringis (+) Nampak gelisah, Setelah diberikan melakukan teknik mengatakan sudah
TURBT hari ke 7 - Terpasang DC tampak meringis, intervensi relaksasi setiap mengerti cara
- Q: Nyeri seperti - Urin masih skala nyeri 6 keperawatan selama kali merasakan menjaga kebersihan

Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan UMM


33
ditusuk-tusuk bercampur darah (D0077) 1x15 menit, maka nyeri dengan baik dan
- R: Pada perut dan tampak Kategori: “tingkat nyeri 2. Berkolaborasi benar
bagian bawah merah Psikologis menurun” dengan untuk pemberian - Pasien mengatakan
- S: skala nyeri 6 Subkategori: Nyeri kriteria hasil: analgetik akan selalu menjaga
(rentang 0-10) dan kenyamanan 5. Keluhan nyeri, 3. Menyarankan kondisi
- T: nyeri terus menurun (4) keluarga untuk lingkungannya agar
menerus, Nyeri 6. Meringis, menurun mencuci tangan selalu bersih
hilang ketika (4) sebelum dan
diberikan obat Risiko infeksi 7. Gelisah, menurun sesudah kontak O:
Pereda nyeri dengan faktor risiko (4) dengan klien - Pasien kooperatif
dokter efek prosedur 8. Kesulitan tidur, 4. Menyarankan mendengarkan
invasive menurun (4) pasien untuk penjelasan perawat
(D.0142) mempertahankan - Pasien mampu
Kategori: 2. Tingkat infeksi teknik aseptic mendemonstrasika
Lingkungan (L.14137) 5. Menyarankan n tehnik relaksasi
Subkategori: Setelah diberikan pasien untuk rutin napas dalam yang
Keamanan dan intervensi membawa klien diajarkan perawat
proteksi keperawatan selama kontrol dan rawat - Pasien tampak
1x10 menit, maka luka memahami
“Tingkat infeksi 6. Menyarankan penjelasan tentang

Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan UMM


34
menurun” dengan pasien untuk kebersihan diri
kriteria hasil: meningkatkan untuk mencegah
1. Kebersihan tangan, asupan nutrisi infeksi
meningkat (5) untuk membantu
2. Kebersihan diri, proses A: Masalah teratasi
meningkat (5) penyembuhan sebagian
luka
SIKI P: Intervensi
1. Manajemen Nyeri pencegahan infeksi
(I. 08238) dihentikan, anjurkan
Observasi: pasien untuk
- Identifikasi lokasi, melakukan managemen
karakteristik, durasi, nyeri jika merasakan
frekuensi, kualitas, nyeri dan anjurkan
intensitas nyeri kontrol rutin sesuai
- Identifikasi skala advice dokter (Rencana
nyeri aff DC jika urin tidak
- Monitor keberhasilan bercampur darah)
terapi yang diberikan
Terapeutik

Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan UMM


35
- Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (relaksasi
napas dalam)
Edukasi
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian analgetik

2. Pencegahan
infeksi
(I.14539)
Observasi:

Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan UMM


36
- Monitor tanda dan
gejala infeksi local
dan sistemik
Terapeutik:
- Cuci tangan sebelum
dan sesudah kontak
dengan pasien dan
lingkungan pasien
- Pertahankan teknik
aseptic pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi:
- Ajarkan cara
mencuci tangan
dengan benar
- Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka operasi
- Anjurkan
meningkatkan

Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan UMM


37
asupan nutrisi.

Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan UMM


38
RESUME 5
Nama Pasien : Tn. Sutrisno (50 Th)
Diagnosa Medis : BPH
Ruangan : Klinik Urologi
S O A P I E
- Pasien - Pasien terlihat Intoleransi SLKI 4 Januari 2021 4 Januari 2021
mengatakan menggunakan Aktifitas b.d Toleransi Aktivitas 11.00 11.10
anyang-anyangen kursi roda Kelemahan d.d Setelah dilakukan 1. Mengidentifikasi
- Pasien - Pasien terlihat pasien terlihat intervensi selama 1x10 gangguan tubuh S: Pasien
mengatakan lemas lemas menit maka Toleransi yang mengatakan sudah
kencing sering (D0066) Aktivitas meningkat, mengakibatkan mengerti penjelasan
tidak tuntas Kategori: Fisiologis dengan kriteria hasil: kelelahan yang dianjurkan
- Pasien Subkategori: - Keluhan lelah 2. Mengidentifikasi perawat
mengatakan Aktivitas/istirahat Menurun kelelahan fisik dan
kesulitan - Kemudahan dalam emosional O:

melakukan melakukan 3. Memberikan - Px kooperatif

aktivitas sehari- aktivitas sehari- latihan gerak pasif saat perawat

hari akibat kondisi hari atau aktif memberikan

yang dialaminya Meningkat Gerakan Pasif: edukasi terkait

saat ini - Perasaan lemah - Gerakan manajemen

menekuk dan
Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan UMM
39
Menurun meluruskan energy
sendi bahu - Px memahami
- Gerakan anjuran untuk
menekuk dan melakukan
SIKI meluruskan aktifitas secara
Manajemen Energi pangkal paha bertahap
(1.05178) Gerakan aktif:
Observasi - Gerakan untuk A: Masalah teratasi
1. Identifikasi menekuk lutut sebagian
gangguan fungsi pasien dengan
tubuh yang bantuan satu P: Lanjutkan dan
mengakibatkan tangan ulangi intervensi
kelelahan manajemen energy
2. Mengidentifikasi jika pasien masih
kelelahan fisik dan merasa mudah lelah,
emosional anjurkan pasien
3. Monitor lokasi dan untuk kontrol rutin
ketidaknyamanan sesuai advice dokter
selama melakukan
aktivitas

Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan UMM


40
Terapeutik
4. Lakukan latihan
rentang gerak pasif
dana tau aktif
5. Berikan aktifitas
distraksi yang
menenangkan
Edukasi
6. Anjurkan
melakukan aktifitas
secara bertahap

Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan UMM


41

Anda mungkin juga menyukai