Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIK PROFESI

CASE BASED DISCUSSION

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL


NEONATAL PADA NY “I” UMUR 24 TAHUN G1P0A0 UK 24 MINGGU
5 HARI DENGAN PARTUS PREMATURUS IMINENT

TAHUN
2022/2023
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1. Latar Belakang................................................................................................... 1
2. Tujuan................................................................................................................ 4
BAB II. TINJAUAN TEORI................................................................................... 5
BAB III. DOKUMENTASI SOAP.......................................................................... 9
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................... 16
BAB V SIMPULAN................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bagi keluarga, kehamilan merupakan peristiwa yang membahagiakan

bagi calon ayah dan ibu, tetapi juga menyedihkan karena calon ibu biasanya

tidak mencapai kehamilan cukup bulan. Berat janin kurang dari 2500 gram atau

kehamilan kurang dari 37 minggu. Hal ini dapat menyebabkan kelahiran

prematur/prematur.

Organisasi kesehatan dunia WHO Mendefinisikan kelahiran prematur

sebagai kelahiran yang terjadi sebelum 37 minggu kehamilan. Kelahiran

prematur berdampak pada buruknya kualitas hidup bayi, mencatat 15 juta bayi

diperkirakan lahir secara prematur dalam setiap tahunnya dan tingkat kelahiran

prematur berkisar di antara 5-18% dari keseluruhan angka kelahiran bayi

disebabkan oleh usia ibu hamil yang semakin tua, kesehatan ibu yang bisa jadi

disebabkan oleh gaya hidup tak sehat, termasuk merokok, serta kondisi

pertumbuhan janin yang terhambat . Lebih dari 60% kelahiran prematur terjadi

di Afrika dan Asia Selatan disebabkan karena faktor rendahnya ekonomi,

kurangnya penyediaan perawatan dan tenaga medis (Sheliha, 2020).

Persalinan kurang bulan (prematur) adalah persalinan sebelum usia

kehamilan 37 minggu atau bayi berat lahir dengan 500-2499 gram. Kejadian

prematur masih tinggi dan merupakan penyebab utama kematian neonatus.

Amerika Serikat mempunyai angka kejadian berkisar 8-10% sementara

Indonesia 16-18% dari semua kelahiran hidup. Ibu yang memiliki riwayat

1
2

melahirkan bayi prematur berisiko 20-30% beresiko kembali pada kehamilan

berikutnya. Akan tetapi, 50% ibu yang melahirkan prematur tidak mempunyai

faktor resiko (Wahyuni, 2016)

Angka Kematian Bayi (AKB) adalah salah satu indikator dalam

mengetahui derajat kesehatan di suatu negara seluruh dunia. Menurut data

World Health Organization (WHO) tahun 2021 tercatat angka prematuritas

Washington D.C. dan Puerto Rico mengalami penurunan, sementara beberapa

kasus kelahiran prematur di 13 negara bagian mengalami peningkatan yaitu

bagian Puerto Riko termasuk Alabama, Arkansas, Louisiana, Mississippi,

Carolina Selatan, dan Virginia Barat. Angka ini tidak jauh berbeda pada

Indonesia yaitu 2,8 per 1000 kelahiran hidup (WHO, 2021).

Dampak pada persalinan prematur adalah kemungkinan bayi yang

dilahirkan akan mengalami gangguan beberapa fungsi organ tubuh sehingga

membutuhkan perawatan intensif untuk bertahan hidup. Kemampuan hidup

bayi premature selain ditentukan oleh berat badan, juga ditentukan oleh usia

gestasi. Selain masalah ketahanan hidup, masalah penting lain adalah kualitas

hidup yang di capai oleh bayi prematur dan memiliki berat badan lahir rendah

(Oktarina, 2016).

Upaya untuk memperbaiki kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak telah

menjadi prioritas utama oleh pemerintah, penyebab persalinan prematur belum

diketahui pasti. Namun kejadian kelahiran dini diduga berasal dari kondisi ibu

sebelum hamil atau komplikasi yang dialami ibu ketika hamil. Faktor yang

mempengaruhi persalinan prematur adalah sebagai berikut yaitu faktor ibu


3

yaitu umur kurang dari dua puluh tahun atau diatas 35 tahun, paritas yaitu

jumlah anak yang pernah dilahirkan hidup antara 0 sampai lebih dari 4, faktor

kehamilan KPD yaitu keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum proses

persalinan, dan tekanan darah ibu yang tidak normal (Saifuddin, A., Trijatmo

R, 2016).

Hasil penelitian (A. R. Muliyana, 2020) yang berjudul faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian persalinan prematur didapatkan sebanyak 24

orang responden (60,0%) dengan umur resiko tinggi (35 tahun) mengalami

persalinan prematur dan 4 orang responden (17,4%) orang dengan resiko

rendah (25-30 tahun) juga mengalami persalinan prematur.

Peran Bidan untuk penanganan kasus ibu hamil dengan komplikasi diatur

dalam PERMENKES No.28 Tahun 2017 tentang izin dan penylenggaraan

praktik bidan yang disebutkan dalam pasal 18 yaitu bidan memiliki

kewenangan guna membantu memberi fasilitas kesehatan ibu, pelayanan

kesehatan anak serta fasilitas kesehatan reproduksi seorang wanita dan KB.

Pelayanan kesehatan ibu diberikan meliputi konseling pada masa sebelum

hamil, antenatal pada kehamilan normal, persalinan normal, ibu nifas normal,

ibu menyusui, memberikan edukasi dimasa antara dua kehamilan (Kemenkes

RI, 2019)

Menurut jurnal (Tehranian, N., Ranjbar M., Shoebeiri, 2016) Komplikasi

maternal seperti penyakit menular dan hipertensi paling banyak menyebabkan

persalinan prematur secara umum. Prevalensi kelahiran prematur di Iran adalah

dilaporkan ke rentang diantara 5,6% dan 13,4%. Persalinan prematur adalah


4

penyebab utama kematian janin dan morbiditas seperti serebral kelumpuhan

parah, cedera otak, retinopati, nekrotikanat, enterocolitis, dan gangguan

pernafasan. Dibandingkan anak normal, resiko dari gangguan sensorik motorik

belajar, cacat, dan komplikasi perilaku lebih tinggi pada anak prematur.

Banyaknya faktor dapat berkontribusi terhadap kondisi ini termasuk rendahnya

tingkat hemoglobin ibu, gestasional penambahan berat badan, faktor biologis

dan genetik.

Penelitian (Mustika Eni, 2021) dengan judul analisis hubungan faktor

maternal dan penyakit kronik pada persalinan prematur didapatkan hasil bahwa

dari 143 responden yang tekanan darah ibu normal sebanyak 23 responden

(16,1%) yang mengalami persalinan prematur, sedangkan dari 59 responden

yang tekanan darah ibu tidak normal sebanyak 49 responden (83,1%) yang

mengalami persalinan prematur.

B. Tujuan

Adapun tujuan penyusunan laporan case base discussion ini adalah

untuk melatih penalaran klinis dan menekankan pemecahan masalah yang

terdapat pada kasus yang ditemukan saat melaksanakan praktik klinik

kebidanan yang berjudul “Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan

Maternal Neonatal Pada Ny “I” Umur 24 Tahun G1p0a0 Uk 24 Minggu 5

Hari Dengan Partus Prematurus Iminent ” dengan penyusunan laporan

secara terstruktur dan sistematis


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Menurut Nugroho (2010) persalinan preterm atau partus prematur

adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu (antara

20-37 minggu) atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram. Badan

Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa bayi premature adalah bayi yang

lahir pada usia kehamilan 37 minggu atau kurang.

Menurut Oxorn (2010), partus prematurus atau persalinan prematur

dapat diartikan sebagai dimulainya kontraksi uterus yang teratur yang disertai

pendataran dan atau dilatasi servix serta turunnya bayi pada wanita hamil yang

lama kehamilannya kurang dari 37 minggu (kurang dari 259 hari) sejak hari

pertama haid terakhir.

Berdasarkan beberapa teori diatas dapat diketahui bahwa Partus

Prematurus Iminens (PPI) adalah adanya suatu ancaman pada kehamilan

dimana timbulnya tanda-tanda persalinan pada usia kehamilan yang belum

aterm (20 minggu-37 minggu) dan berat badan lahir bayi kurang dari 2500

gram.

B. Etiologi dan Faktor Resiko

Etiologi dan Faktor Resiko Faktor resiko PPI menurut Wiknjosastro

(2012) yaitu :

5
6

a. Janin dan plasenta : perdarahan trimester awal, perdarahan antepartum,

KPD, pertumbuhan janin terhambat, cacat bawaan janin, gemeli,

polihidramnion

b. Ibu : DM, pre eklampsia, HT, ISK, infeksi dengan demam, kelainan

bentuk uterus, riwayat partus preterm atau abortus berulang, inkompetensi

serviks, pemakaian obat narkotik, trauma, perokok berat, kelainan

imun/resus

Menurut Nugroho (2010), faktor yang mempengaruhi prematuritas adalah

umur ibu, suku, bangsa, sosial dan ekonomi, bakterinuria, BB ibu sebelum

hamil dan sewaktu hamil, kawin dan tidak kawin (tidak sah 15% prematur,

kawin sah 13% prematur), prenatal (antenatal) care, anemia, penyakit jantung,

jarak persalinan yang terlalu rapat, pekerjaan yang terlalu berat sewaktu hamil.

Namun menurut Rompas (2008) ada beberapa resiko yang dapat

menyebabkan partus prematurus yaitu :

a. Faktor resiko mayor : Kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus,

serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks

mendatar/memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat

abortus pada trimester II lebih dari 1 kali, riwayat persalinan pretem

sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan preterm, riwayat operasi

konisasi, dan iritabilitas uterus.

b. Faktor resiko minor : Penyakit yang disertai demam, perdarahan

pervaginam setelah kehamilan 12 minggu, riwayat pielonefritis, merokok


7

lebih dari 10 batang perhari, riwayat abortus pada trimester II, riwayat

abortus pada trimester I lebih dari 2 kali.

C. Diagnosis

Beberapa kriteria dapat dipakai sebagai diagnosis ancaman PPI

(Wiknjosastro, 2012), yaitu:

a. Usia kehamilan antara 20 dan 37 minggu atau antara 140 dan 259 hari,

b. Kontraksi uterus (his) teratur, yaitu kontraksi yang berulang sedikitnya

setiap 7-8 menit sekali, atau 2-3 kali dalam waktu 10 menit,

c. Merasakan gejala seperti rasa kaku di perut menyerupai kaku menstruasi,

rasa tekanan intrapelvik dan nyeri pada punggung bawah (low back pain),

d. Mengeluarkan lendir pervaginam, mungkin bercampur darah,

e. Pemeriksaan dalam menunjukkan bahwa serviks telah mendatar 50-80%,

atau telah terjadi pembukaan sedikitnya 2 cm,

f. Selaput amnion seringkali telah pecah, g. Presentasi janin rendah, sampai

mencapai spina isiadika.

Menurut Manuaba (2009), jika proses persalinan berkelanjutan akan

terjadi tanda klinik sebagai berikut :

a. Kontraksi berlangsung sekitar 4 kali per 20 menit atau 8 kali dalam satu

jam.

b. Terjadi perubahan progresif serviks seperti pembukaan lebih dari 1 cm,

perlunakan sekitar 75-80 % bahkan terjadi penipisan serviks.


8

D. Komplikasi

Menurut Nugroho (2010), komplikasi partus prematurus iminens yang

terjadi pada ibu adalah terjadinya persalinan prematur yang dapat

menyebabkan infeksi endometrium sehingga mengakibatkan sepsis dan

lambatnya penyembuhan luka episiotomi. Sedangkan pada bayi prematur

memiliki resiko infeksi neonatal lebih tinggi seperti resiko distress pernafasan,

sepsis neonatal, necrotizing enterocolitis dan perdarahan intraventikuler.

Menurut Benson (2012), terdapat paling sedikit enam bahaya utama

yang mengancam neonatus prematur, yaitu gangguan respirasi, gagal jantung

kongestif, perdarahan intraventrikel dan kelainan neurologik,

hiperilirubinemia, sepsis dan kesulitan makan. Sedangkan menurut Oxorn

(2010), prognosis yang dapat terjadi pada persalinan prematuritas adalah :

a. Anoksia 12 kali lebih sering terjadi pada bayi premature

b. Gangguan respirasi

c. Rentan terhadap kompresi kepala karena lunaknya tulang tengkorak dan

immaturitas jaringan otak

d. Perdarahan intracranial 5 kali lebih sering pada bayi prematur dibanding

bayi aterm

e. Cerebral palsy

f. Terdapat insidensi kerusakan organik otak yang lebih tinggi pada bayi

prematur (meskipun banyak orang–orang jenius yang dilahirkan sebelum

aterm).
BAB III
DOKUMENTASI SOAP
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL PADA NY “I” UMUR 24 TAHUN
G1P0A0 UK 24 MINGGU 5 HARI DENGAN PARTUS PREMATURUS IMINENT

Responden
Tanggal Deksripsi Kegiatan Pembimbing TTD
CI
Tanggal : 19 Juni 2023 Subyektif TTD Mahasiswa
Ibu datang ingin memeriksakan kehamilannya
Waktu : 09.30 WIB
karena merasakan keluhan yang tidak dapat Dina Purnama Sari
Tempat : RSUD Besemah
ditahan
Tanda Tangan
Pengkaji : Dina Purnama Sari Perceptor Lahan
Obyektif
1. Pemeriksaan Umum ……………………
a. KU : Kesakitan
Tanda Tangan
b. Kesadaran : Composmentis Pembimbing PKK

c. BB : 41 kg
d. TB : 150 cm ……………………

9
10

e. LILA : 21 cm
f. IMT : 18,22 kg/m2
g. TTV TD : 105/74 mmHg
Nadi : 78 x/menit
Suhu : 36,5˚C
RR : 20x/menit

2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala :Mesosepal,rambut
warna hitam, bersih,
tidak mudah rontok

b. Muka :Tidak pucat, tidak ada


odema

c. Mata :Konjungtiva pucat,


sclera putih, bersih,
tidak bengkak, tidak
ada gangguan
penglihatan
11

: Simetris, tidak teraba


d. Payudara massa, tidak
ditemukan nyeri
tekan,bersih.

e. Ektremi : tidak ada kelainan,


tas atas bentuk simetris, turgor
baik.
f. Abdomen : Tidak ada luka bekas
operasi, tidak
ditemukan benjolan
abnormal
g. Genitalia : bersih, tidak
ditemukan kelainan,
bentuk simetris,
turgor baik.
12

Analisa
Ny ”I” Umur 24 Tahun G1P0A0 hamil 24
minggu 5 hari Dengan partus prematurus
Eminens

Masalah
a. Nyeri perut akibat kontraksi uterus
b. Ketuban pecah dini
c. DJJ >160x / menit
d. Kurangnya pengetahuan mengenai cara
meredakan rasa nyeri
Kebutuhan
a. Oksigenasi untuk mencegah terjadinya
fetal distress.
b. Pemberian cairan infus untuk intake
cairan bagi tubuh ibu.
c. Pendidikan kesehatan mengenai cara
mengurangi rasa nyeri perut.
13

Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu dan suami bahwa
keadaan ibu secara umum tidak baik. Ibu
kesakitan, detak jantung janin melebihi
normal.
Hasil : Ibu terlihat kesakitan. Suami
terlihat khawatir,
2. Kolaborasi dengan dokter:
a. Pemberian oksigenasi dengan tekanan
2 l/menit.
b. Pemasangan infus pada lengan kanan
ibu dengan cairan RL 13 tpm untuk
intake cairan bagi tubuh ibu
c. Pengambilan darah untuk dilakukan
cek darah lengkap. Hasil : tindakan
telah dilakukan sebagai langkah awal
perbaikan kondisi ibu.
3. Memberitahu ibu untuk menarik nafas
14

panjang untuk memperlancar sirkulasi O2


ke janin agar detak jantung janin kembali
normal. Menarik nafas panjang kemudian
menghembuskan perlahan lewat mulut
juga berfungsi untuk relaksasi mengurangi
rasa nyeri yang dirasakan ibu.
Hasil : ibu bernafas panjang dan
menghembuskan perlahan. Ibu terlihat
lebih baik. DJJ (12.00 WIB) 160x/menit,
DJJ (12.15 WIB) 155x/menit
4. Memberitahu ibu dan suami bahwa ibu
tidak boleh beraktifitas seperti berdiri dan
berjalan karena ketuban sudah rembes
yang dapat semakin parah bila ibu banyak
bergerak.
Hasil : ibu dan suami akan melakukan
saran bidan.
5. Memberi support ibu dan suami bahwa
keadaan ibu akan semakin membaik, ibu
15

dan bayi sehat sampai persalinan nanti.


Menganjurkan suami serta keluarga untuk
mendukung dan menemani ibu.
Hasil : ibu dan suami terlihat lebih tenang.
Suami mengatakan akan selalu
mensupport ibu
6. Membantu ibu untuk pindah ke ruang
bersalin guna mendapatkan perawatan dan
pengawasan lebih lanjut.
Hasil : ibu dipindahkan ke ruang bersalin.
7. Mendokumentasikan asuhan.
Hasil : asuhan telah didokumentasikan
BAB IV

PEMBAHASAN

Hasil pengkajian data subyektif didapatkan bahwa ibu datang ingin

memeriksakan kehamilannya karena merasakan keluhan yang tidak dapat

ditahan. Penatalaksanaan yang diberikan yaitu :

1. Memberitahu ibu dan suami bahwa keadaan ibu secara umum tidak baik.

Ibu kesakitan, detak jantung janin melebihi normal.

Hasil : Ibu terlihat kesakitan. Suami terlihat khawatir,


2. Kolaborasi dengan dokter:

a. Pemberian oksigenasi dengan tekanan 2 l/menit.

b. Pemasangan infus pada lengan kanan ibu dengan cairan RL 13 tpm

untuk intake cairan bagi tubuh ibu

3. Pengambilan darah untuk dilakukan cek darah lengkap

Hasil : tindakan telah dilakukan sebagai langkah awal perbaikan kondisi

ibu.

4. Memberitahu ibu untuk menarik nafas panjang untuk memperlancar

sirkulasi O2 ke janin agar detak jantung janin kembali normal. Menarik

nafas panjang kemudian menghembuskan perlahan lewat mulut juga

berfungsi untuk relaksasi mengurangi rasa nyeri yang dirasakan ibu.

Hasil : ibu bernafas panjang dan menghembuskan perlahan. Ibu terlihat

lebih baik. DJJ (12.00 WIB) 160x/menit, DJJ (12.15 WIB) 155x/menit

16
17

5. Memberitahu ibu dan suami bahwa ibu tidak boleh beraktifitas seperti

berdiri dan berjalan karena ketuban sudah rembes yang dapat semakin

parah bila ibu banyak bergerak.

Hasil : ibu dan suami akan melakukan saran bidan.

6. Memberi support ibu dan suami bahwa keadaan ibu akan semakin

membaik, ibu dan bayi sehat sampai persalinan nanti. Menganjurkan

suami serta keluarga untuk mendukung dan menemani ibu.

Hasil : ibu dan suami terlihat lebih tenang. Suami mengatakan akan selalu

mensupport ibu

7. Membantu ibu untuk pindah ke ruang bersalin guna mendapatkan

perawatan dan pengawasan lebih lanjut.

8. Hasil : ibu dipindahkan ke ruang bersalin.

9. Mendokumentasikan asuhan.

Hasil : asuhan telah didokumentasikan

Teori

Terjadinya PPI dapat disebabkan oleh pekerjaan yang dilakukan oleh ibu,

aktifitas ibu yang terlalu berat dapat menjadi faktor resiko terjadinya PPI sesuai

dengan yang dikemukakan Rahmawati (2013) bahwa wanita hamil tetap dapat

bekerja namun aktivitas yang dijalaninya tidak boleh terlalu berat. Istirahat untuk

wanita hamil dianjurkan sesering mungkin. Seorang wanita hamil disarankan

untuk menghentikan aktivitasnya apabila mereka merasakan gangguan dalam

kehamilan. Pekerjaan yang membutuhkan aktivitas berat, berdiri dalam jangka


18

waktu lama, pekerjaan dalam industri mesin, atau pekerjaan yang memiliki efek

samping lingkungan harus dimodifikasi. Aktivitas fisik juga mempengaruhi

kebutuhan nutrisi wanita hamil. Apabila wanita tidak dalam kondisi sehat,

aktivitas yang keras dapat menyebabkan pengalihan glukosa dari janin dan

plasenta ke otot-otot ibu untuk pembentukan energi. Ini juga dapat menyebabkan

hipoksia janin karena aliran darah melalui plasenta dialihkan ke ibu, sehingga

suplai oksigen berkurang.

Penatalaksanaan berupa pemberian oksigen dikarenakan detak jantung

janin melebihi normal yaitu 163x/menit. Denyut Jantung Janin (DJJ) normal 110-

160 kali permenit (Bobak, dkk, 2005). Pemberian oksigenasi bertujuan untuk

meningkatkan oksigenasi ke janin karena mengalami hipoksia akibat PPI.

Stabilisasi lain berupa pemasangan infus dan pengambilan sampel darah untuk

pemeriksaan laboratorium.

Kemudian memberikan anjuran untuk menarik nafas panjang untuk

memperlancar sirkulasi oksigen dan teknik relaksasi karena ibu terlihat kesakitan.

Menurut Fitriani (2014) teknik relaksasi nafas dalam dapat mengendalikan nyeri

dengan meminimalkan aktifitas simpatik dalam sistem saraf otonom. Ibu

meningkatkan aktifitas komponen saraf parasimpatik vegetatif secara simultan.

Teknik tersebut dapat mengurangi sensasi nyeri dan mengontrol intensitas reaksi

ibu terhadap rasa nyeri. Hormon adrenalin dan kortisol yang menyebabkan stres

akan menurun, ibu dapat meningkatkan konsentrasi dan merasa tenang sehingga

memudahkan ibu untuk mengatur pernafasan.


19

Penatalaksanaan yang lain adalah memberi support ibu dan suami bahwa

keadaan ibu akan semakin membaik, ibu dan bayi sehat sampai persalinan nanti.

Menganjurkan suami serta keluarga untuk mendukung dan menemani ibu.

Menurut Itsna (2015), kecemasan merupakan respon yang biasa terjadi pada

seseorang dalam menghadapi situasi yang mengancam, resiko kehilangan sesuatu

ataupun kurangnya kestabilan emosi dalam situasi yang tidak familiar. Dalam

situasi tersebut, kebutuhan spiritual menjadi bagian integral dalam kesehatan fisik

mental dan emosional. Kesejahteraan secara spiritual merupakan kondisi

seseorang yang menunjukkan aspek positive dari spiritualitasnya dan juga adanya

keseimbangan antara hubungan dengan dirinya, orang lain, lingkungan dan juga

dengan Tuhannya. Kesejahteraan spiritual adalah sebagai coping dan juga dapat

meningkatkan locus internal dalam mengendalikan situasi stress. Keluarga harus

memberikan dukungan yang positif agar anggota keluarga yang lain tidak

mengalami stres. Bila kondisi stres dapat dikendalikan maka modulasi sistem

imun menjadi lebih baik. Stres yang lama dan berkepanjangan akan berdampak

pada penurunan sistem imun dan mempercepat progresivitas penyakit. Adanya

keterkaitan antara kondisi stres dengan progresivitas penyakit, maka perlunya

menciptakan lingkungan yang kondusif (Triyatno, 2009).


BAB V
SIMPULAN

Setelah dilakukan pengkajian, pemeriksaan dan penyusunan laporan case

base discussion didapatkan kesimpulan Asuhan Kebidanan Pada Ny ”I” Umur

24 Tahun Dengan partus prematurus Iminens. Bidan dalam melaksanakan

asuhan kebidanan sudah sesuai dengan evidence based yang ada yaitu dengan

memberikan tindakan dan juga memberikan penyuluhan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, R., & Nuryani, D. D. (2015). Determinan Persalinan Prematur di RSUD


Dr. Abdul Moeloek. 305–309

Benson, Ralph C. 2012. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC

Kemenkes RI, 2019. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI

Mustika Eni, & F. M. (2021). Analisis Hubungan Faktor Maternal Dan


Penyakit Kronik Pada Persalinan Prematur. Urnal Kesehatan Dan
Pembangunan, 11(21), 19–27.
https://doi.org/10.52047/jkp.v11i21.94

Nugroho, Taufan. 2010. Buku Ajar Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan


Yogyakarta : Nuha Medika

Oktarina, M. (2016). Buku Ajaran Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi


Baru Lahir. Deepublish.

Oxorn Harry, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan
(Human Labor and Birth). Yogyakarta : YEM.

Safuddin, AB. 2016. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwana Prawirohardjo

Saifuddin, A., Trijatmo R, G. H. (2016). Ilmu kebidanan sarwono


prawirohardjo. Bina Pustaka.

Sheliha, N. L. (2020). LITERATURE REVIEW FAKTOR – FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR.

Tehranian, N., Ranjbar M., Shoebeiri, F. (2016). The Prevalence Rate and Risk
Factors Preterm Delivery in Teran, Iran. J. Midwifery Health, 4(2),
600– 604.

Wahyuni, P. (2016). Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan.


FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Persalinan, 2(1), 61–68.

Wiknjosastro H. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwana Prawirohardjo

21

Anda mungkin juga menyukai