Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN

RETINO BLASTOMA

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini yang merupakan tugas mata kuliah
keperawatan medikal bedah 1 dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan penyakit Retino Blastoma”
Penulis juga sangat menyadari dalam pembuatan makalah ini masih
banyak sekali kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun dari semua pihak akan sangat membantu demi
perbaikan dan penyempurnaan makalah ini. Penulis juga sangat berharap semoga
makalah ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai suatu acuan untuk
pembuatan makalah berikutnya yang lebih baik.

Palembang, Agustus 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2. Tujuan Penulisan ............................................................................ 2
1.2.1. Tujuan Umum .................................................................... 2
1.2.2. Tujuan Khusus ................................................................... 2
1.3 Manfaat Penulisan .......................................................................... 2
1.4 Metoda Penulisan ........................................................................... 2

BABII TUJUAN TEORITIS


2.1. Konsep Dasar Teori....................................................................... 3
2.1.1. Pengertian Retino Blastoma ............................................... 3
2.1.2. Anatomi dan Fisiologi ........................................................ 3
2.1.3. Etiologi ............................................................................... 6
2.1.4. Patofisiologi ....................................................................... 7
2.1.5. Klasifikasi .......................................................................... 7
2.1.6. Manifestasi Klinis. ............................................................. 8
2.1.7. Pencegahan. ........................................................................ 9
2.1.8. Penatalaksanaan ................................................................. 10
2.1.9. Pemeriksaan penunjang...................................................... 10
2.1.10. Komplikasi ....................................................................... 11
2.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ............................................. 11
2.2.1. Pengkajian ........................................................................... 11
2.2.2. Diagnosa Keperawatan........................................................ 14
2.2.3. Intervensi ............................................................................. 14
2.2.4. Implementasi ...................................................................... 15
2.2.5. Evaluasi .............................................................................. 15

iii
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan .................................................................................. 27
3.2. Saran .............................................................................................. 27

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit kanker adalah penyakit yang sangat menakutkan, dari orang
dewasa sampai anak-anak tidak luput dari cengkeramannya. Dan ternyata Kanker
Retina Mata merupakan penyakit kanker yang menempati urutan nomor dua
terbanyak selain kanker darah atau leukemia. Penyakit kanker retina ini ditandai
dengan bercak putih. Dan ternyata kanker retina ini menyerang anak-anak yang
berumur 0-5 tahun. Dan juga berdasarkan data badan kesehatan dunia penderita
kanker ini terus meningkat dan mencapai 2-4% diseluruh dunia. Di Indonesia
9.000 penderitanya kanker retina, ini disebut juga retino blastoma termasuk
penderita yang jumlahnya tertinggi Kanker retina ini pemicunya adalag faktor
genetik atau pengaruh lingkungan dan infeksi virus.
Gejala yang ditimbulkan retinoblastoma adalah timbulnya bercak putih di
bagian tengah mata atau retina, membuat mata seolah-olah bersinar bila terkena
cahaya. Kemudian kelopak mata menurun dan pupil melebar, penglihatan
terganggu atau mata kelihatan juling. Tapi apabila stadium berlanjut mata tampak
menonjol. Jadi apabila terihat tanda-tanda berupa mata merah, berair, bengkak,
walaupun sudah diberikan obat mata dan pada kondisi gelap terlihat seolah
bersinar seperti kucing jadi anak tersebut bisa terindikasi penyakit
retinoblastastoma
Retinoblastoma adalah kanker yang terjadi pada retina mata. Retina adalah
lapisan mata yang sensitif terhadap cahaya (yang memungkinkan mata untuk
melihat). Retinoblastoma biasanya terjadi pada anak sewaktu masih berada dalam
kandungan sampai berusia 5 tahun, tapi paling sering menyerang anak berusia
dibawah 2 tahun. Retinoblastoma dapat disembuhkan bila terdeteksi dini.
Retinoblastoma yang terjadi pada satu mata disebut sebagai unilateral dan yang
terjadi pada dua mata disebut sebagai bilateral. 90% dari pasien penderita
retinoblastoma tidak memiliki sejarah penderita retinoblastoma dalam keluarga.
Sedang 10% lainnya memiliki sejarah penderita retinoblastoma dalam keluarga.

1
Retinoblastoma biasanya terjadi pada anak sewaktu masih berada dalam
kandungan sampai berusia 5 tahun, tapi paling sering menyerang anak berusia 2
tahun.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum:
Mahasiswa dapat mengetahui Asuhan keperawatan pada pasien yang
mengalami Retinoblastoma
1.2.2 Tujuan Khusus:
a. Mahasiswa Mampu menjelaskan konsep teori Retino Blastoma
b. Mahasiswa Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan
penyakit Retino Blastoma
c. Mahasiswa Mampu merumuskan diagnose keperawatan.
d. Mahasiswa Mampu membuat rencana tindakan asuhan
keperawatan pada pasien Retino Blastoma
e. Mahasiswa Mampu menerapkan rencana yang akan di susun.
f. MahasiswaMampu menyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan
keperawatan

1.3 Metoda Penulisan


Dalam penyususnan makalah ini menggunakan metode study
pustaka,dengan cara mengambil referensi dari beberapa sumber yang ada
hubungannya dengan Retino Blastoma.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1.Konsep Teori Penyakit


2.1.1. Pengertian
Retinoblastoma adalah tumor ganas elemen-elemen embrional retina.
Gangguan ini merupakan tumor ganas utama intra okuleryang terjadi pada anak-
anak terutama pada umur dibawah 5 tahun dan sebagian besar didiagnosis antara
usia 6 bulan dan 2 tahun. ( Ns. Indriana N. Istiqomah, S.Kep).
Retinoblastoma adalah kanker salah satu atau kedua mata yang berasal di
jala, terang sensitif lapisan mata yang memungkinkan mata untuk melihat dan
terjadi pada anak-anak muda. (Abramson DH, 1985).
Retinoblastoma adalah tumor ganas utama intraokuler yang ditemukan pada
anak-anak, terutama pada usia dibawah 5 tahun. (Wijaya N, 1993).

2.1.2. Anatomi Dan Fisiologi


Anatomi Fisiologi Mata
Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga
lapisan. Dari luar ke dalam, lapisan–lapisan tersebut adalah : (1) sklera/kornea, (2)
koroid/badan siliaris/iris, dan (3) retina. Sebagian besar mata dilapisi oleh jaringan
ikat yang protektif dan kuat di sebelah luar, sklera, yang membentuk bagian putih
mata. Di anterior (ke arah depan), lapisan luar terdiri atas kornea transparan
tempat lewatnya berkas–berkas cahaya ke interior mata. Lapisan tengah dibawah
sklera adalah koroid yang sangat berpigmen dan mengandung pembuluh-
pembuluh darah untuk memberi makan retina. Lapisan paling dalam dibawah
koroid adalah retina, yang terdiri atas lapisan yang sangat berpigmen di sebelah
luar dan sebuah lapisan syaraf di dalam. Retina mengandung sel batang dan sel
kerucut, fotoreseptor yang mengubah energi cahaya menjadi impuls syaraf.
Struktur mata manusia berfungsi utama untuk memfokuskan cahaya ke
retina. Semua komponen–komponen yang dilewati cahaya sebelum sampai ke
retina mayoritas berwarna gelap untuk meminimalisir pembentukan bayangan

3
gelap dari cahaya. Kornea dan lensa berguna untuk mengumpulkan cahaya yang
akan difokuskan ke retina, cahaya ini akan menyebabkan perubahan kimiawi pada
sel fotosensitif di retina. Hal ini akan merangsang impuls–impuls syaraf ini dan
menjalarkannya ke otak.
Cahaya masuk ke mata dari media ekstenal seperti, udara, air, melewati
kornea dan masuk ke dalam aqueous humor. Refraksi cahaya kebanyakan terjadi
di kornea dimana terdapat pembentukan bayangan yang tepat. Aqueous humor
tersebut merupakan massa yang jernih yang menghubungkan kornea dengan lensa
mata, membantu untuk mempertahankan bentuk konveks dari kornea (penting
untuk konvergensi cahaya di lensa) dan menyediakan nutrisi untuk endothelium
kornea. Iris yang berada antara lensa dan aqueous humor, merupakan cincin
berwarna dari serabut otot. Cahaya pertama kali harus melewati pusat dari iris
yaitu pupil. Ukuran pupil itu secara aktif dikendalikan oleh otot radial dan sirkular
untuk mempertahankan level yang tetap secara relatif dari cahaya yang masuk ke
mata. Terlalu banyaknya cahaya yang masuk dapat merusak retina.
Namun bila terlalu sedikit dapat menyebabkan kesulitan dalam melihat.
Lensa yang berada di belakang iris berbentuk lempeng konveks yang
memfokuskan cahaya melewati humour kedua untuk menuju ke retina. Untuk
dapat melihat dengan jelas objek yang jauh, susunan otot siliare yang teratur
secara sirkular akan akan mendorong lensa dan membuatnya lebih pipih. Tanpa
otot tersebut, lensa akan tetap menjadi lebih tebal, dan berbentuk lebih konveks.
Manusia secara perlahan akan kehilangan fleksibilitas karena usia, yang dapat
mengakibatkan kesulitan untuk memfokuskan objek yang dekat yang disebut juga
presbiopi.
Ada beberapa gangguan refraksi lainnya yang mempengaruhi bantuk
kornea dan lensa atau bola mata, yaitu miopi, hipermetropi dan
astigmatisma.Selain lensa, terdapat humor kedua yaitu vitreous humor yang
semua bagiannya dikelilingi oleh lensa, badan siliar, ligamentum suspensorium
dan retina. Dia membiarkan cahaya lewat tanpa refraksi dan membantu
mempertahankan bentuk mata. Bola mata terbenam dalam corpus adiposum
orbitae, namun terpisah darinya oleh selubung fascia bola mata.

4
Bola mata terdiri atas tiga lapisan dari luar ke dalam, yaitu :
1. Tunica Fibrosa
Tunica fibrosa terdiri atas bagian posterior yang opaque atau sklera dan
bagian anterior yang transparan atau kornea. Sklera merupakan jaringan ikat padat
fibrosa dan tampak putih. Daerah ini relatif lemah dan dapat menonjol ke dalam
bola mata oleh perbesaran cavum subarachnoidea yang mengelilingi nervus
opticus. Jika tekanan intraokular meningkat, lamina fibrosa akan menonjol ke luar
yang menyebabkan discus menjadi cekung bila dilihat melalui oftalmoskop.
Sklera juga ditembus oleh n. ciliaris dan pembuluh balik yang terkait yaitu
vv.vorticosae. Sklera langsung tersambung dengan kornea di depannya pada batas
limbus. Kornea yang transparan, mempunyai fungsi utama merefraksikan cahaya
yang masuk ke mata. Tersusun atas lapisan-lapisan berikut ini dari luar ke dalam
sama dengan: (1) epitel kornea (epithelium anterius) yang bersambung dengan
epitel konjungtiva. (2) substansia propria, terdiri atas jaringan ikat transparan. (3)
lamina limitans posterior dan (4) endothel (epithelium posterius) yang
berhubungan dengan aqueous humour.
2. Lamina vasculosa
Dari belakang ke depan disusun oleh sama dengan : (1) choroidea (terdiri
atas lapis luar berpigmen dan lapis dalam yang sangat vaskular) (2) corpus ciliare
(ke belakang bersambung dengan choroidea dan ke anterior terletak di belakang
tepi perifer iris) terdiri atas corona ciliaris, procesus ciliaris dan musculus ciliaris
(3) iris (adalah diafragma berpigmen yang tipis dan kontraktil dengan lubang di
pusatnya yaitu pupil) iris membagi ruang diantara lensa dan kornea menjadi
camera anterior dan posterior, serat-serat otot iris bersifat involunter dan terdiri
atas serat-serat sirkuler dan radier.
3. Tunica sensoria (retina)
Retina terdiri atas pars pigmentosa luar dan pars nervosa di dalamnya.
Permukaan luarnya melekat pada choroidea dan permukaan dalamnya berkontak
dengan corpus vitreum. Tiga perempat posterior retina merupakan organ
reseptornya. Ujung anterior membentuk cincin berombak, yaitu ora serrata, di
tempat inilah jaringan syaraf berakhir. Bagian anterior retina bersifat non-reseptif

5
dan hanya terdiri atas sel-sel pigmen dengan lapisan epitel silindris di bawahnya.
Bagian anterior retina ini menutupi procesus ciliaris dan bagian belakang iris.
Di pusat bagian posterior retina terdapat daerah lonjong kekuningan, macula
lutea, merupakan daerah retina untuk penglihatan paling jelas. Bagian tengahnya
berlekuk disebut fovea sentralis.
Nervus opticus meninggalkan retina lebih kurang 3 mm medial dari macula
lutea melalui discus nervus optici. Discus nervus optici agak berlekuk di pusatnya
yaitu tempat dimana ditembus oleh a. centralis retinae. Pada discus ini sama sekali
tidak ditemui coni dan bacili, sehingga tidak peka terhadap cahaya dan disebut
sebagai bintik buta. Pada pengamatan dengan oftalmoskop, bintik buta ini tampak
berwarna merah muda pucat, jauh lebih pucat dari retina di sekitarnya.

2.1.3. Etiologi
Retinoblastoma terjadi karena kehilangan kedua kromosom dari satu alel
dominan protektif yang berada dalam pita kromosom 13g14. Bisa karena mutasi
atau diturunkan. Mutasi terjadi akibat perubahan pada rangkaian basa DNA.
Peristiwa ini dapat timbul karena kesalahan replikasi, gerakan, atau perbaikan sel.
Mutasi dalam sebuah sel benih akan ditransmisikan kepada turunan sel tersebut.
Sejumlah faktor, termasuk virus, zat kimia, sinar ultraviolet, dan radiasi pengion,
akan meningkatkan laju mutasi. Mutasi kerapkali mengenai sel somatic dan
kemudian diteruskan kepada generasi sel berikutnya dalam suatu generasi
Penyebabnya adalah tidak terdapatnya gen penekan tumor, yang sifatnya
cenderung diturunkan. Sekitar 10% penderita retinoblastoma memiliki saudara
yang juga menderita retinoblastoma dan mendapatkan gennya dari orang tua.
Kanker bisa menyerang salah satu maupun kedua mata. Kanker bisa menyebar ke
kantung mata dan ke otak (melalu saraf penglihatan/nervus optikus).

6
2.1.4. Patofisiologi
Jika letak tumor di macula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa
tumor yang semakin membesar akan memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-
tanda peradangan vitreus yang menyerupai endoftalmitis. Jika sel-sel tumor
terlepas dan masuk ke segmen anterior mata, akan menyebabkan glaucoma atau
tanda peradangan berupa hipopion atau hifema. Pertumbuhan tumor ini dapat
menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui; nervus optikus ke otak,
sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh kesumsum
tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat,
dapat menonjol ke badan kaca. Dipermukaan terdapat neovaskularisasi dan
perdarahan. Warna iris tidak normal. Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar
limfe preaurikuler dan submandibula serta secara hematogen ke sumsum tulang
dan visera , terutama hati.

2.1.5.Klasifikasi Retinoblastoma
1. Golongan I
Tumor soliter/multiple kurang dari 4 diameter papil. Terdapat pada atau
dibelakang ekuator, Prognosis sangat baik.
2. Golongan II
Satu atau beberapa tumor berukuran 4-10 diameter papil dan prognosis baik
3. Golongan III
Tumor ada didepan ekuator atau tumor soliter berukuran >10 diameter papil
dan prognosis meragukan
4. Golongan IV
Tumor multiple sampai ora serata dan prognisis tidak baik
5. Golongan V
Setengah retina terkena benih di badan kaca dan prognosis buruk

7
Terdapat tiga stadium dalam retinoblastoma :
a. Stadium tenang
Pupil lebar, dipupil tampak refleks kuning yang disebut “automatic cats eye”.
b. Stadium glaukoma
Oleh karena tumor menjadi besar, menyebabkan tekanan intraokular meninggi.
c. Stadium ekstraokuler
Tumor menjadi lebih besar, bola mata memebesar menyebabakan eksoftalmus
kemudian dapt pecah kedepan sampai keluar dari rongga orbita disertai
nekrose diatasnya.

2.1.6. Manifestasi Klinis


Gejala retinoblastoma dapat menyerupai penyakit lain dimata.
a. Strabismus karena penurunan penglihatan dan apabila letak tumor di makula.
b. Kadang mata merah yang nyeri
c. Massa tumor yang makin membesar akan memperlihatkan leukokoria
Tanda Funduskopi dengan pupil yang dilebarkan memperlihatkan massa
merah muda keputihan yang menonjol keluar dari retina ke dalam ruang vitreous.
Bila sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior mata, akan
menyebabkan glukoma atau tanda-tanda peradangan berupa hipopion atau hifema.
Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor
melalui nervus optikus ke otak melalui sklera ke jarinngan orbita dan sinus
pranasal, metastasis jauh kes sumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada
fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol kedalam badan kaca.
Dipermukaan terdapt neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris tidak normal.

8
2.1.7. Pencegahan
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit retino blastoma
dapat dilakukan dengan cara terapi
Beberapa cara terapi adalah :
1. Enukleasi mengangkat boila mata dan dioganti dengan bola mata prothese
(buatan).
2. Penyinaran bola mata. Retino blastoma bersifat radiosensitif, sehingga terapi
ini sangat efelktipo. Bahayanya jaringan sekitarnya dapat rusak akibat
penyinaran.
3. Photocoagulation : terapi dengan sinar Laser ini sangat efektip pada ukuran
Kanker yang kecil.
4. Cryotherapy : terapi dengan cara pendinginan (pembekuan) pada kanker
ukuran kecil terapi ini berhasil baik.
5. Chemotherapy : diberikan obat-obatan anti kanker yang dapat mengecilkan
ukuran kanker.

Cara terapi mana yang dipakai tergantung dari :


1. Ukuran kanker
2. Lokasi kanker
3. Apakah sudah menjalar atauy belum
4. Bagaimana status/keadaan bola mata yang lain
5. Adanya komplikasi
6. Riwayat keluarga
7. Tersedianya fasilitas untuk terapi-terapi diatas
Pembedahan
Enukleasi : Dilakukan pada tumor yang masih terbatas pada itraokuler ialah
dengan mengangkat seluruh bola mata dan meotong saraf optik sepanjang
mungkin.
Ekssentrasi Orbita : Dilakukan pada tumor yang sudah ekstensi ke jaringan orbita
ialah dengan mengangkat seluruh isi orbita dengan jaringan periostnya
Sesudah operasi diberikan therapi radiasi untuk membunuh sisa – sisa sel tumor

9
2.1.8. Penatalaksanaan
Ultrasonografi dan tomografi komputer dilakkukan terutama untuk klien
dengan metastasis keluar, misalnnya dengan gejala proptosis bola mata.
Jika satu mata yang terserang, pengobatan tergantung pada klasifikasi tumor :
a. Golongan I atau II dengan pengobatan local (radiasi, cryotherafy, fotokoagulasi
laser). Kadang-kadang digabung dengan kemoterapi..
b. Jika tumor besar (golongan IV atau V), mata harus dienukleasi segera. Mata
yang tidak terkena dilakukan radiasi sinar-X dan kemoterapi.
Pada tumor intraokuler yang sudah mencapai seluruh vitreus dan visus nol,
dilakukan enukleasi. Jika tumor telah keluar bulbus okuli tetapi masih terbatas di
rongga orbita, dilakukan kombinasi eksenterasi, radioteraapi dan kemoterafi.
Klien harus dievaluasi seumur hidup katena 20-90 % klien ratinnoblastoma
bilateral akan menderita tumor ganas primer terutamaasteosarkoma.

2.1.9. Pemeriksaan Penunjang


Diagnosis pasti retinoblastoma intaokuler dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan patologi anatomi. Karena tindakkan biopsi merupakan
kontraindikasi, maka untuk menegakkan diagnosis digunakan bebrapa
pemeriksaan sebagai sarana penunjang:
1. Fundus Okuli : Ditemukan adanya massa yang menonjol dari retina
disertai pembuluh darah pada permukaan ataupun didalam massa tumor
tersebut dan berbatas kabur
2. X Ray : Hampir 60 – 70 % penderita retinoblastoma menunjukkan
kalsifikasi. Bila tumor mengadakan infiltrasi ke saraf optik foramen :
Optikum melebar.
3. USG : Adanya massa intraokuler
4. LDH : Dengan membandingkan LDH aqous humor dan serum darah, bila
ratsio lebih besar dari 1,5 dicurigai kemungkinan adanya retinoblastoma
intaokuler (Normal ratsio Kurang dari 1)
5. Ultrasonografi dan tomografi komputer dilakukan terutama untuk pasien
dengan metastasis ke luar, misalnya dengan gejala proptosis bola mata.

10
2.1.10. Komplikasi
Komplikasi pada retinoblastoma adalah lepasnya Retina (ablasio retina),
peninggian tekanan bola mata (glucoma)
Komplikasi lain berupa terhambatnya pematusan aqous humor sehingga timbul
glaukoma sekunder.
Metastase melalui beberapa jalan antara lain :
a. Lamina kribosa, saraf optik kemudian mengadakan infiltrasi ke arah vaginal
sheat subarachnoid untuk menuju ke intracranial
b. Jaringan choroid, dengan melalui pembuluh darah tumor menyebar ke seluruh
tubuh.
c. Pembuluh emisari, tumor menyebabr ke bagian posterior orbita

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas klien meliputi nama, umur : sering terjadi padaa aanak-anakdi
bawah 2 tahun, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian,
No register, dan diagnosa medis.
b. Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu, usia,
pendidikan, pekerjaan/sumber penghasilan, agama, dan alamat.
c. Identitas saudara kandung meliputi nama, usia, jenis kelamin,
hubungan dengan klien, dan status kesehatan.
2. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan saat ini juga, alasan kenapa masuk rumah sakit
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Gejala awal yang muncul pada anak. Bisa berupa bintik putih
pada mata tepatnya pada retina, terjadi pembesaran, mata merah dan
besar.

11
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan Kemungkinan
memakan makanan/minuman yang terkontaminasi, infeksi ditempat
lain misal: pernapasan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan dalam keluarga,
misalnya ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang
sama.

4. Pemberian Sistem
a. Aktivitas
Gejala: kelelahan, malaise, kelemahan, ketidakmampuan untuk
melakukan aktivitas biasanya.
Tanda: kelelahan otot.
Peningkatan kebutuhan tidur, somnolen.
b. Sirkulasi
Gejala: palpitasi.
Tanda: takikardi, mur-mur jantung.
Kulit, membran mukosa pucat.
Defisit saraf kranial dan/atau tanda perdarahan cerebral.
c. Eliminasi
Gejala: diare; nyeri tekan perianal, nyeri.
Darah merah terang pada tisu, feses hitam.
Darah pada urine, penurunan haluaran urine.
d. Integritas ego
Gejala: perasaan tak berdaya/tak ada harapan.
Tanda: depresi, menarik diri, ansietas, takut, marah, mudah terangsang.
Perubahan alam perasaan, kacau.
e. Makanan/cairan
Gejala: kehilangan nafsu makan, anoreksia, muntah.
Perubahan rasa/penyimpangan rasa.

12
Penurunan berat badan.
f. Neurosensori
Gejala: kurang/penurunan koordinasi.
Perubahan alam perasaan, kacau, disorientasi, ukuran konsisten.
Pusing, kebas, kesemutan parastesi.
Tanda: otot mudah terangsang, aktivitas kejang.
g. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala: nyeri orbital, sakit kepala, nyeri tulang/sendi, nyeri tekan
sternal, kram otot.
Tanda: perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah, fokus, pada diri sendiri.
h. Pernapasan
Gejala: napas pendek dengan kerja minimal.
Tanda: dispnea, takipnea, batuk.
Gemericik, ronki.
Penurunan bayi napas.
i. Keamanan
Gejala: riwayat infeksi saat ini/dahulu, jatuh..
Gangguan penglihatan/kerusakan.
Perdarahan spontan tak terkontrol dengan trauma minimal.
Tanda: demam, infeksi.
Kemerahan, purpura, perdarahan retinal, perdarahan gusi, atau
epistaksis.
Pembesaran nodus limfe, limpa, atau hati (sehubungan dengan invasi
jaringan)
Papil edema dan eksoftalmus.
j. Seksualitas
Gejala: perubahan libido.
Perubahan aliran menstruasi, menoragia.
Lipopren.

13
k. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: riwayat terpajan pada kimiawi, mis; benzene, fenilbutazon, dan
kloramfenikol(kadar ionisasi radiasi berlebihan, pengobatan
kemoterapi sebelumnya, khususnya agen pengkilat.
Gangguan kromosom, contoh sindrom down atau anemia franconi
aplastik

2.2.2. Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan proses penyakitnya.
(kompresi/dekstruksi jaringan saraf, inflamasi),
2. Gangguan persepsi sensorik penglihatan berhubungan
dengan gangguan penerimaan sensori dari organ penerima,
3. Gangguan rasa aman cemas, berhubungan dengan perubahan status
kesehatan
4. Resiko tinggi cedera, sehubungan dengan keterbatasan lapang
pandang
5. Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurangnya
informasi mengenai penyakit

2.2.3. Intervensi
a. Kaji tingkat nyeri, penyebab dan hal-hal yang dapat meradakan nyeri

b. Berikan balutan mata untuk mengurangi pergerakan mata dan

mengurangi nyeri yang diakibatkannya.

c. Berikan analgetik dan antibiotik sesuai terapi yang diperintahkan

d. Bantu aktivitas klien selama sakit

e. Jelaskan semua prosedur tindakan yang akan diberikan pada klien

f. Jelaskan tentang retinoblastoma, penyebab, komplikasi dan hal-hal

yang memperburuk kondisi mata

14
g. Bantu pasien untuk belajar melakukan koping dan menyesuaikan diri

terhadap situasi

h. Dorong pasien untukbersosialisasi dengan sekitarnya

2.2.4. Implementasi
Tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah
dilakukan sebelumnya.

2.2.5. Evaluasi
a. Nyeri berkurang ditandai dengan klien mengurangi aktivitas mata

dengan menggunakan balutan mata yang memadai dan

mengistirahatkan mata nya.

b. Klien dapat menjelaskan penyebab retinoblastoma dan pencegahannya

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Retinoblastoma merupakan tumor ganas utama intraokuler ditemukan
pada anak – anak, terutama pada usia dibawah lima tahun. Gejala
retinoblastoma dapan menyerupai dengan penyakit mata lainnya. Dalam
proses pengkajiannya dilakukan secara anamnesis dengan menanyai langsung
si pasien atau pun keluaraga meliputi data, riwayat dulu dan sekarang serta
keluhan pasien. Pengkajian dengan pemeriksaan fisik umum dan khusus
untuk mata serta pemeriksaan penunjangnya. Berdasarkan dari hasil
pengkajian tersebut kita dapat menyimpulkan diagnosa keperawatannya
mulai dari gangguan rasa nyaman nyeri, gangguan persepsi sensorik
penglihatan, gangguan rasa aman cemas, resiko tinggi cedera, kurangnya
pengetahuan keluarga. Setelah itu perawat dapat memberikan rencana asuhan
keperawatan pada pasien. Kemudian perawat harus mengevaluasi dari hasil
intervensi dan implementasinya.

3.2. Saran
Pada orangtua yang mengalami retinoblastoma hendaknya melakukan
pemeriksaan mata terhadap anaknya, karena retinoblastoma dapat diturunkan
ke anak mereka. Sebaiknya orangtua mengetahui tanda dan gejala adanya
retinoblastoma secara dini, ini bertujuan umtuk menghindari prognosis yang
sangat buruk. Retinoblastoma ini dapat ditemukan pada usia 3th bahkan
dapat juga ditemukan pad usia 10bln, maka dari itu orangtua seharusnya
lebih aktif sehingga orangtua tidak menyadarinya setelah di stadium lanjut.

16
DAFTAR PUSTAKA

Istiqomah, Indriana, N., 2005, Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata,


editor, Monica Ester. EGC, Jakarta.
Ganong, William, F., 1998, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 17, EGC,
Jakarta.
Ilias S, Kedaruratan dalam ilmu penyakit mata, Jakarta, Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 1985.
Prof.dr.Sidarta Ilyas SpM dkk, 2002, sagung seto. Ilmu penyakit mata untuk
dokter umum dan mahasiswa kedoteran edisi 2,
Suddarth & Brunner, Keperawatan Medikal Bedah, 2002. EGC: Jakarta

17

Anda mungkin juga menyukai