Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEBIDANAN

PADA NY. “S” G2P1001 UK 30-31 MINGGU

DENGAN PARTUS PREMATURUS IMMINENS (PPI)

Disusun Oleh :

NEDYA TIARA PUTRI


18618638

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK (D.IV) MINAT KLINIK


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini disahkan pada :

Tanggal :

Di :

Mengetahui

CI Koordinator CI Ruangan

Pembimbing Institusi Mahasiswa


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persalinan prematur berpotensi meningkatkan kematian perinatal sekitar 65-


67%, umumnya berkaitan dengan berat badan lahir rendah (Nugroho, 2010). Indonesia
memiliki angka kejadian partus prematurus sekitar 19% dan merupakan penyebab
utama kematian perinatal (Manuaba, 2009). Partus prematurus dapat diartikan sebagai
dimulainya kontraksi uterus yang disertai dengan perdarahan dan dilatasi serviks serta
turunnya kepala bayi pada wanita hamil yang lama kehamilannya kurang dari 37
minggu (Oxorn, 2010).
Berdasarkan pengertian partus prematurus di atas dapat disimpulkan bahwa
Partus Prematurus Iminens (PPI) adalah adanya suatu ancaman pada kehamilan dimana
timbulnya tanda-tanda persalinan pada usia kehamilan yang belum aterm (20 minggu-
37 minggu) dan berat badan lahir bayi kurang dari 2500 gram.
Komplikasi yang dapat terjadi akibat Partus Prematurus Iminens pada ibu yaitu
dapat menyebabkan infeksi endometrium sehingga menyebabkan sepsis dan lambatnya
penyembuhan luka episiotomi (Nugroho, 2010). Sedangkan pada bayi memiliki resiko
yang lebih tinggi seperti gangguan resprasi, gagal jantung kongesif, perdarahan
intraventrikel dan kelainan neurologik, hiperbilirubinemia, sepsis dan kesulitan makan
(Benson, 2012)
1.2 Tujuan

a. Tujuan Umum

Dengan adanya Asuhan Kebidanan ini diharapkan mahasiswa dapat lebih


mengerti dan memahami pelaksanaan Asuhan Kebidanan pada ibu hamil dengan
Partus Prematurus Iminens (PPI) .

b. Tujuan Khusus
1. Mampu melaksanakan pengkajian data subjektif dan data objektif pada ibu
hamil dengan Partus Prematurus Iminens (PPI)
2. Mampu mengidentifikasi masalah dan diagnosa kebidanan pada ibu hamil
dengan Partus Prematurus Iminens (PPI )
3. Mampu mengantisipasi masalah potensial atau diagnosa pada ibu hamil
dengan Partus Prematrus Iminens (PPI)
4. Mampu melakukan identifikasi kebutuhan segera pada ibu hamil dengan
Partus Prematurus Iminens (PPI)
5. Mampu mengembangkan rencana asuhan secara menyeluruh pada ibu hamil
dengan Partus Prematurus Iminens (PPI)
6. Mampu melaksanakan rencana asuhan secara menyeluruh pada ibu hamil
dengan Partus Prematurus Iminens (PPI).
1.3 Metode Pengumpulan Data
a. Anamnesa

Pengumpulan data melalui cara wawancara dengan ibu hamil. Metode ini
memiliki duacara yaitu langsung dan tidak langsung

b. Pengamatan

Semua bahan yang dalam pembahasan disini telah dilakukan pengamatan secara
langsung

c. Studi dokumentasi

Semua data dikumpulkan dengan mengambil dari hasil penelitian yang sudah ada
(diambil dari rekam medik, buku KIA, Lab)

d. Studi pustaka

Semua bahan yang digunakan dalam pembahasan ini diambil dari beberapa
referensi/buku yang berhubungan dengan kasus dalam masalah yang terjadi

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan ini terdiri dari :

BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 TINJAUAN KASUS

BAB 4 PEMBAHASAN

BAB 5 PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan Dengan Partus Prematurus Iminens

a. Pengertian
Menurut Oxorn (2010), partus prematurus atau persalinan prematur dapat
diartikan sebagai dimulainya kontraksi uterus yang teratur yang disertai pendataran
dan atau dilatasi servix serta turunnya bayi pada wanita hamil yang lama
kehamilannya kurang dari 37 minggu (kurang dari 259 hari) sejak hari pertama haid
terakhir.
Menurut Nugroho (2010) persalinan preterm atau partus prematur adalah
persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu (antara 20-37 minggu)
atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram. Partus preterm adalah kelahiran
setelah 20 minggu dan sebelum kehamilan 37 minggu dari hari pertama menstruasi
terakhir (Benson, 2012). Menurut Rukiyah (2010), partus preterm adalah persalinan
pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu atau berat badan lahir antara 500-2499
gram.
Berdasarkan beberapa teori diatas dapat diketahui bahwa Partus Prematurus
Iminens (PPI) adalah adanya suatu ancaman pada kehamilan dimana timbulnya tanda-
tanda persalinan pada usia kehamilan yang belum aterm (20 minggu-37 minggu) dan
berat badan lahir bayi kurang dari 2500 gram.
b. Etiologi dan Faktor Predisposisi
Menurut Nugroho (2010), mengenai penyebab partus prematurus iminens
belum banyak yang diketahui, namun faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
partus prematurus iminens dapat diklasifikasikan secara rinci sebagai berikut : kondisi
umum, keadaan sosial ekonomi rendah, kurang gizi, anemia, perokok berat (lebih dari
10 batang perhari), umur hamil terlalu muda kurang dari 20 tahun atau terlalu tua
diatas 35 tahun, penyakit ibu yang menyertai kehamilanserta penyulit kebidanan
Perkembangan dan keadaan hamil dapat meningkatkan terjadinya partus prematurus
iminens diantaranya :
1) Kehamilan dengan hidramnion, kehamilan ganda, pre-eklampsia
2) Kehamilan dengan perdarahan antepartum pada solusio plasenta, plasenta previa,
pecahnya sinus marginalis
3) Kehamilan dengan pecah ketuban dini : terjadi gawat janin, temperatur tinggi
4) Kelainan anatomi rahim
5) Keadaan rahim yang sering menimbulkan kontraksi dini : serviks inkompeten
karena kondisi serviks, amputasi serviks
6) Kelainan kongenital rahim
7) Infeksi pada vagina asenden (atas) menjadi amnionitis
Menurut Oxorn (2010), etiologi terjadinya partus prematurus iminens adalah :
1) Iatrogenik
a) Sectio cessarea ulangan yang dikerjakan terlalu dini
b) Pengakhiran kehamilan yang terlalu dini karena alasan bahwa bayi lebih baik
dirawat di bangsal anak dari pada dibiarkan dalam rahim. Termasuk keadaan
seperti diabetes maternal, penyakit hipertensi dalam kehamilan,
erythroblastiosis dan retardasi pertumbuhan intrauterine.
2) Spontan
yaitu 50% idiopatik, ketuban pecah dini, inkompetensi cervix, insufisiensi plasenta,
overdistensi uterus karena kehamilan kembar, polyhidramnion, janin yang besar.
Perdarahan dalam trimester ketiga seperti plasenta previa, abrubtio plasenta dan
vasa previa. Abnormalitas uterus yang mencegah ekspansi seperti hipoplasia uteri,
uterus septata atau bicornuata, synechiae intrauterine dan leimyoma. Trauma
karena jatuh, terpukul pada perut dan tindakan pembedahan. Penyakit pada ibu
seperti toksemia, anemia, penyakit ginjal yang kronis dan penyakit demam yang
akut. Faktor-faktor yang menyertai misalnya status sosial-ekonomi yang rendah,
merokok, bakteriuria, perawatan prenatal yang buruk.
Menurut Benson (2012), yang menyebabkan peningkatan resiko terjadinya
partus prematurus iminens meliputi riwayat partus preterm dalam kehamilan
terdahulu, merokok lebih dari setengah bungkus sehari, terpapar DES dalam uterus
dan anamnesis biopsi konus (pengangkatan sentral serviks untuk mendeteksi
kondisi premaligna atau maligna).
Menurut Winkjosastro (2010), kondisi selama kehamilan yang beresiko
terjadinya partus prematurus iminens adalah :
1) Janin dan plasenta seperti terjadinya perdarahan trimester awal, perdarahan
antepartum (plasenta previa, solusio plasenta, vasa plasenta), ketuban pecah
dini, pertumbuhan janin terhambat, kehamilan gameli dan Polyhidramnion
2) Pada ibu seperti penyakit berat pada ibu, diabetes melitus, pre-
eklamsi/hipertensi, infeksi saluran kemih, penyakit infeksi dengan demam
stress psikologik, kelainan bentuk uterus / serviks, riwayat persalinan preterm /
abortus berulang, inkompetensi serviks (panjang serviks kurang dari 1cm),
pemakaian obat narkotik, trauma, perokok berat (lebih dari 10 batang perhari),
kelaianan imunologi / kelainan rhesus dan usia.
Menurut Nugroho (2010), faktor yang mempengaruhi prematuritas adalah
umur ibu, suku, bangsa, sosial dan ekonomi, bakterinuria, BB ibu sebelum
hamil dan sewaktu hamil, kawin dan tidak kawin (tidak sah 15% prematur,
kawin sah 13% prematur), prenatal (antenatal) care, anemia, penyakit jantung,
jarak persalinan yang terlalu rapat, pekerjaan yang terlalu berat sewaktu hamil.
Faktor resiko prematuritas menurut ( Nugroho, 2010 ) :
1) Mayor seperti keadaan dengan kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus,
serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks mendatar
atau memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat abortus
pada trimester II lebih dari 1 kali, riwayat persalinan preterm sebelumnya,
operasi abdominal pada kehamilan preterm, riwayat operasi konisasi, iritabilitas
uterus.
2) Minor seperti penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam setelah
kehamilan 12 minggu, riwayat pielonefritis, merokok lebih dari 10 batang
perhari. riwayat abortus pada trimester II, riwayat abortus pada trimester I lebih
dari 2 kali.
c. Patofisiologi
Persalinan prematur menunjukkan adanya kegagalan mekanisme yang
bertanggung jawab untuk mempertahankan kondisi tenang uterus selama kehamilan
atau adanya gangguan yang menyebabkan singkatnya kehamilan atau membebani
jalur persalinanan normal sehingga memicu dimulainya proses persalinan secara dini.
Empat jalur terpisah telah dipaparkan, yaitu stress, infeksi, regangan dan perdarahan
(Norwintz, 2007)
d. Tanda – tanda Persalinan Prematur
Menurut Manuaba (2009), jika proses persalinan berkelanjutan akan terjadi tanda
klinik sebagai berikut :
1) Kontraksi berlangsung sekitar 4 kali per 20 menit atau 8 kali dalam satu jam
2) Terjadi perubahan progresif serviks seperti pembukaan lebih dari 1 cm, perlunakan
sekitar 75-80 % bahkan terjadi penipisan serviks.
Kriteria partus prematurus iminens menurut Saefuddin (2009) antara lain kontraksi
yang teratur dengan jarak 7-8 menit atau kurang dan adanya pengeluaran lendir
kemerahan atau cairan pervaginam dan diikuti salah satu berikut ini :
1) Pada periksa dalam : pendataran 50-80 % atau lebih dan pembukaan 2 cm atau
lebih
2) Mengukur panjang serviks dangan vaginal probe USG : jika panjang serviks
kurang dari 2 cm pasti akan terjadi persalinan prematur
Sedangkan kriteria untuk menentukan diagnosis partus prematurus iminens menurut
Wiknjosastro (2010) yaitu :
1) Terjadi pada usia 22-37 minggu
2) Kontraksi yang berulang sedikitnya setiap 7-8 menit sekali atau 2-3 kali dalam
waktu 10 menit
3) Adanya nyeri pada punggung bawah
4) Perdarahan bercak
5) Perasaan menekan daerah serviks
6) Pemeriksaan serviks menunjukkan telah terjadi pembukaan sedikitnya 2 cm dan
penipisan 50-80 %
7) Presentasi janin rendah sampai mencapai spa isiadika
8) Selaput ketuban pecah dapat merupakan tanda awal terjadinya persalinan prematur
e. Pemerikaan Penunjang
Menurut Nugroho (2010) pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan adalah
sebagai berikut :
1) Laboratorium
a) Pemeriksaan kultur urine
b) Pemeriksaan gas dan pH darah janin
c) Pemeriksaan darah tepi ibu : jumlah leukosit
d) C-reactive protein. CRP ada pada serum penderita infeksi akut dan
dideteksi berdasarkan kemampuannya untuk mempresipitasi fraksi
polisakarida somatik non spesifik kuman pneumococcus yang disebut
fraksi C. CRP, dibentuk di hepatosit sebagai reaksi terhadap IL-1, IL-6,
TNF.
2) Amniosintesis :
hitung leukosit, pewarnaan Gram bakteri (+) pasti amnionitis, kultur, kadar IL-1,
IL-6, kadar glukosa cairan amnion

3) Pemeriksaan ultrasonografi
a) Oligohidramnion : berhubungan dengan korioamnionitis dan koloni bakteri
pada amnion.
b) Penipisan serviks : bila ketebalan serviks < 3 cm (USG), dapat dipastikan
akan terjadi persalinan preterm..
c) Kardiotokografi : kesejahteraan janin, frekuensi dan kekuatan kontraksi
d) Sonografi seviks transperineal dapat menghindari manipulasi intravagina
terutama pada kasus KPD dan plasenta previa
F. Komplikasi Partus Prematurus Iminens
Menurut Nugroho (2010), komplikasi partus prematurus iminens yang terjadi
pada ibu adalah terjadinya persalinan prematur yang dapat menyebabkan infeksi
endometrium sehingga mengakibatkan sepsis dan lambatnya penyembuhan luka
episiotomi. Sedangkan pada bayi prematur memiliki resiko infeksi neonatal lebih
tinggi seperti resiko distress pernafasan, sepsis neonatal, necrotizing enterocolitis dan
perdarahan intraventikuler.
Menurut Benson (2012), terdapat paling sedikit enam bahaya utama yang
mengancam neonatus prematur, yaitu gangguan respirasi, gagal jantung kongestif,
perdarahan intraventrikel dan kelainan neurologik, hiperilirubinemia, sepsis dan
kesulitan makan.
Sedangkan menurut Oxorn (2010), prognosis yang dapat terjadi pada persalinan
prematuritas adalah :
1) Anoksia 12 kali lebih sering terjadi pada bayi prematur
2) Gangguan respirasi
3) Rentan terhadap kompresi kepala karena lunaknya tulang tengkorak dan
immaturitas jaringan otak
4) Perdarahan intracranial 5 kali lebih sering pada bayi prematur dibanding bayi aterm
5) Cerebral palsy
6) Terdapat insidensi kerusakan organik otak yang lebih tinggi pada bayi prematur
(meskipun banyak orang–orang jenius yang dilahirkan sebelum aterm).
g. Penatalaksanaan / pengobatan
Menurut Benson (2012), pengobatan utama terdiri atas dua modalitas yaitu istirahat
baring dan obat – obatan.
1) Istirahat baring
Terdapat berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa istirhat baring bermanfaat
baik dalam pencegahan maupun membantu penghentian partus yang telah
berlangsung disertai dengan obat–obatan. Hidrasi intravena sering dianjurkan
sebagai bentuk awal intervensi, sebelum mulai dengan obat-obat farmakologik.
2) Obat farmakologik
a) Beta – simpatomimetik
Dinamakan demikian karena lebih merangsang reseptor beta – adrenergik, dua
obat yang paling sering digunakan adalah ritodrine dan terbutaline. Reaksi
kerja obat ini yaitu dapat menurunkan tonus otot polos uterus, bronkiolus dan
vaskulator, output urine juga berkurang dan glikogenolisis dan pembebasan
insulin kedua – duanya meningkat, nadi meningkat, tekanan darah diastolik
menurun, frekuensi jantung cepat.
Prosedur pemberian ritodrine :
(1) Usahakan pemeriksaan darah lengkap dengan platelet, elektrolit serum,
dan glukosa
(2) Mulai infus IV kemudian mulai obat dengan kecepatan 50 – 100 / menit,
harus menggunakan infussion pump
(3) Naikkan dosis dengan 50 / menit setiap 15 menit sampai kontraksi lebih
kecil dari empat kali / jam atau sampai dosis maksimum 350 / menit
(4) Pertahankan dosis selama 6 – 12 jam, pemantauan fetus terus dilakukan
dan pasien tetap diobservasi sampai menjadi stabil dengan medikasi oral
(5) Ubah menjadi pengobatan oral dengan pemberian 10 – 20 mg ritodrine
peroral satu jam sebelu menghentikan medikasi IV. Tindak lanjuti dengan
10 – 20 mg ritodrine peroral setiap 2 – 4 jam sesuai keperluan.
b) Magnesium Sulfat
Mekanisme kerja magnesium yaitu menurunkan kalsium bebas intraselular
yang perlu untuk kontraksi otot polos, namun magnesium memiliki efek ini
pada semua otot.
Salah satu efek samping yang sangat mengganggu adalah disforia dimana
dilukiskan perasaan bagai terperangkap awan gelap.
Prosedur pemberian Magnesium Sulfat :
(1) Magnesium merupakan pilihan yang baik bagi pasien dengan diabetes, perdarahan
dan gangguan jantung.
(2) Usahakan pemeriksaan darah lengkap dengan platelet, elektrolit serum, dan
glukosa
(3) Berikan dosis awal 4g selama 10 – 20 menit dan kemudian infus magnesium
dengan kecepatan 1 – 3 g / jam. Dosis magnesium tidak boleh melebihi 4 g / jam
karena kadar toksik mungkin tercapai
(4) Naikkan dosis sebanyak 0,5 g setiap 15 menit sampai kontraksi uterus sama atau
kurang dari 4 per jam
(5) Frekuensi pernafasan dan refleks tendon dalam harus imonitor dengan seksama
(6) Setelah relaksasi uterus tercapai, sejumlah ahli kebidanan akan menganti obat
dengan beta – simpatomimetik oral.
Menurut Nugroho (2010), pada kasus amnionitis yang tidak mungkin ditangani
ekspektatif, harus dilakukan intervensi yaitu dengan :
1) Akslerasi pematangan fungsi paru
a) Terapi glukokortikoid, misalnya dengan betamethasone 12 mg IM, 2 kali
selang 24 jam, atau dexamethasone 5 mg tiap 12 jam IM sampai 4 dosis
b) Thyrotropin releasing hormone 400 IV, akan meningkatkan kadar tri–
iodothyronine yang dapat meningkatkan produksi surfaktan
c) Suplemen inositol, karena inositol merupakan komponen membran
fosfolipid yang berperan dalam pembentukan surfaktan.
2) Pemberian antibiotika
a) Pemberian antibiotika yang tepat dapat menurunkan angka kejadian
koriomnionitis dan sepsis neonatorum
b) Diberikan 2 gram ampicillin IV tiap 6 jam sampai persalinan selesai
c) Peneliti lain memberikan antibiotik kombinasi untuk kuman anaerob
d) Setelah itu dilakukan deteksi dan penanganan terhadap faktor resiko
persalinan prematur, bila tidak ada kontra indikasi, diberi tokolitik.
3) Pemberian tokolitik
a) Nifedipine 10 mg diulang tiap 30 menit, maksimum 40 mg/6 jam.
Umumnya hanya diperlukan 20 mg dan dosis perawatan 3x10 mg
b) Golongan beta – mimetik : salbutamol per infuse : 20 – 50 / menit atau
salbutamol per oral : 4 mg, 2 – 4 kali / hari

2.2 Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Dengan PPI


1. Pengertian
Proses manajemen adalah suatu proses pemecahan. Proses menajemen memberi suatu
metode pengaturan atau pengorganisasian pikiran dan tindakan dalam suatu urutan yang
logis dan menguntungkan baik pasien maupun petugas kesehatan. Proses ini
menggambarkan prilaku yang diharapkan dari klinisi yang tidak hanya melibatkan
proses berfikir dan bertindak, tetapi juga tingkat prilaku pada setiap langkah yang akan
dicapai dalam memberikan asuhan atau pelayanan yang aman dan menyeluruh (Sutjiati,
2010).
2. Langkah –langkah manajemen kebidanan SOAP
a. Data Subyektif

1) Merupakan informasi yang dicatat mencakup identitas, keluhan yang diperoleh


dari hasil wawancara langsung kepada pasien / klien (anamnesis) atau dari
keluarga dan tenaga kesehatan (allo anamnesis) (Sudarti, 2010).
1) Biodata yang diambil untuk pasien (suami, istri).
Pengkajian biodata antara lain :
a) Nama : Dikaji dengan nama yang jelas dan lengkap, untuk menghindari
adanya kekeliruhan atau untuk membedakan dengan klien atau pasien
lainnya.
b) Umur : Untuk mengetahui faktor resiko. Pada ibu hamil dengan PPI
biasanya terjadi pada usia < 20 tahun atau > 35 tahun (Nugroho, 2010)
c) Agama : Untuk memberikan motivasi atau dorongan sesuai dengan agama
yang dianut.
d) Suku bangsa: Untuk mengetahui adat istiadat yang menguntungkan dan
merugikan.
e) Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat intelektual, tingkat penerimaan
informasi hal-hal baru atau pengetahuan baru karena tingkat pendidikan
yang lebih tinggi, mudah mendapatkan informasi. Memudahkan ibu untuk
menerima informasi KIE tanda bahaya partus prematurus iminens.
f) Pekerjaan: Untuk mengetahui status ekonomi keluarga. Pada ibu hamil
dengan PPI terjadi pada keadaan sosial ekonomi rendah dan pekerjaan
yang terlalu berat sewaktu hamil (Nugroho, 2010).
g) Alamat: Untuk mempermudah hubungan jika diperlukan dalam keadaan
mendesak sehingga bidan mengetahui tempat tinggal pasien.

2) Keluhan Utama
Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan saat pemeriksaan serta
berhubungan dengan persalinan. Pada kasus ibu hamil dengan partus prematurus
iminens keluhannya meliputi mules yang berulang pada usia kehamilan 20-37
minggu, keluar lendir bercampur darah, kram seperti menstruasi, nyeri punggung
bawah, tekanan panggul yang terasa seperti bayi mendorong kebawah, cairan
encer yang keluar dari vagina (Winkjosastro, 2010)
3) Riwayat menstruasi
Menurut Sutjiati (2010), untuk mengetahui tentang usia menarche, siklus
menstruasi, lama menstruasi, nyeri, pendarahan intra menstruasi, problem dan
prosedur (misal: amenorrhoe, perdarahan irregular)
4) Riwayat Kehamilan Sekarang
Primigravida / multigravida, usia kehamilan, presentasi letak janin, hari pertama
haid terakhir, gerakan janin, obat yang dikonsumsi, keluhan selama hamil, ANC
berapa kali, teratur/tidak, penyuluhan yang pernah didapat, imunisasi TT dan
kekhawatiran khusus trauma dan kelainan letak (Nugroho, 2010). Pada ibu hamil
dengan PPI biasanya mempunyai riwayat kehamilan ganda, hidramnion, pre-
eklampsia, perdarahan antepartum seperti solusio plasenta, plasenta previa,
pecahnya sinus marginalis, ketuban pecah dini, serviks inkompetensia, infeksi
pada vagina asenden (Nugroho, 2010).
5) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan yang lalu
Untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat penyakit seperti : hypertensi,
jantung, diabetes melitus dan asma.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini.
Pada ibu dengan PPI, penyakit yang diderita ibu seperti toksemia, anemia,
penyakit ginjal yang kronis dan penyakit demam yng akut (Oxorn, 2010).
c) Riwayat kesehatan keluarga
Untuk mengetahui adanya penyakit menurun seperti asma, DM, hipertensi,
jantung serta penyakit menular seperti epilepsi yang dapat mempengaruhi
kehamilan serta adanya riwayat keturunan kembar (Sutjiati, 2010).
6) Riwayat perkawinan
Yang perlu dikaji adalah status perkawinan sah atau tidak, lamanya perkawinan,
sudah berapa lama menikah (Sutjiati, 2010). Pada ibu hamil dengan PPI terjadi
15% terjadi persalinan prematur pada kawin tidak sah (Nugroho, 2010).
7) Riwayat keluarga berencana
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa,
berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi dan apakah ada
kegagalan dalam menjalankan program berKB (Sutjiati, 2010).
8) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
a) Kehamilan : Untuk mengetahui berapa umur kehamilan, bagaimana letak
janin dan berapa tinggi fundus uteri, apakah sesuai dengan umur kehamilan
atau tidak. Pada ibu dengan PPI adanya riwayat abortus berulang dan
perawatan prenatal care yang buruk (Wiknjsastro, 2010).
b) Persalinan : Spontan atau buatan, lahir aterm atau prematur, ada atau tidak
perdarahan, waktu persalinan ditolong oleh siapa, dimana tempat melahirkan,
ada atau tidak riwayat persalinan prematur sebelumnya. Pada ibu hamil
dengan PPI memiliki riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali,
riwayat persalinan preterm sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan
preterm (Nugroho, 2010)
c) Nifas : Apakah ada luka episiotomi atau robekan jalan lahir yang telah dijahit.
d) Anak : Jenis kelamin, hidup atau mati, kalau sudah meninggal pada usia
berapa dan sebab meninggal, berat badan dan panjang badan waktu lahir.
9) Pola kebiasaan sehari-hari
Menurut (Saminem, 2010) pola kebiasaan sehari–hari yang perlu dikaji adalah :
a) Pola nutrisi
Makan teratur 3 kali sehari, 1 piring nasi, lauk, sayur dan buah, minum kurang
lebih 8 gelas per hari, susu, teh dan air putih. Pada ibu yang kurang gizi dapat
mempengaruhi terjadinya PPI (Nugroho, 2010).

b) Pola Aktivitas
Apa aktivitas sehari-hari yang dilakukan ibu. Pada ibu hamil dengan PPI
baianya melakukan pekerjaan yang terlalu berat (Nugroho, 2010).
c) Pola Seksual
Untuk mengetahui apakah hubungan seksual berlangsung dengan normal dan
ada keluhan atau tidak. Pada ibu dengan PPI biasanya frekuensi hubungan
seksual berlebihan terutama pada usia kehamilan tua dan dengan posisi yang
tidak aman
d) Pola eliminasi
Utuk mengetahui frekuensi BAB dan BAK serta output cairan. Pada ibu
hamil dengan PPI biasanya disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih
atau bakterinuria ( Wiknjosasttro, 2010).
e) Perokok dan pemakai obat-obatan
Untuk mengetahui apakah ada kebiasaan merokok dan mengkonsumsi obat-
obatan serta alkohol. Pada ibu dengan PPI biasanya perokok berat atau lebih
dari 10 batang/hari (Wiknjsastro, 2010).
b. Data Obyektif
Data Obyektif menggambarkan dokumentasi hasil pemeriksaan fisik, hasil
laboratorium dan pemeriksaan diagnostik lain yang dilakukan sesuai dengan
beratnya masalah. Catatan medik dan informasi dari keluarga atau orang lain yang
dapat dimasukkan dalam data obyektif ini. Data ini akan memberikan bukti gejala
klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis untuk mendukung
asuhan sebagai langkah kedua dalam SOAP (Saminem, 2010).
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan umum : Untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik,
sedang atau buruk.
b) Kesadaran : Untuk mengetahui tingkat kesadaran yaitu composmentis,
apatis, samnolen, atau koma. Normalnya kesadaran composmentis
c) Tekanan darah : Untuk mengetahui tekanan darah ibu, normal tekanan
darah adalah 120/80 mmHg. Pada ibu hamil dengan PPI biasanya
mengalami anemia selama kehamilannya (Nugroho, 2010).
d) Suhu : Apakah ada peningkatan suhu atau tidak. Normalnya suhu tubuh
adalah 35,6 0 C – 37,60 C . pada ibu dengan PPI adanya demam
yang akut (Oxorn, 2010).
e) Denyut nadi : Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam menit.
Batas normal 60-100x/menit.
f) Respirasi : Untuk mengetahui frekuensi pernafasan yang dihitung dalam 1
menit. Batas normal dalam 1 menit adalah 16-24 x/menit
g) Berat badan : Untuk mengetahui adanya kenaikan berat badan selama
hamil. Penambahan berat badan rata-rata 0,3-0,5 kg/ minggu. Tetapi nilai
normal untuk penambahan berat badan selama kehamilan 9-12 kg
h) Tinggi badan : Untuk mengetahui tinggi badan ibu hamil, kurang dari 145
cm atau tidak, termasuk resiko tinggi atau tidak
i) Lila : Untuk mengetahui lingkar lengan atas ibu, normalnya 23,5 cm
2) Pemeriksaan fisik
a) Kepala
(1) Rambut : Untuk menilai warna, ketebalan, distribusi merata atau tidak
(2) Muka : Keadaan muka pucat atau tidak, adakah kelainan atau tidak,
adakah oedema atau tidak.
(3) Mata : Conjungtiva warna pucat atau kemerahan, skelera putih atau
tidak
(4) Hidung : Untuk mengetahui ada tidaknya polip
(5) Telinga : Bagaimana keadaan daun telinga, liang telinga, bentuk
telinga, dan posisinya
(6) Mulut : Untuk mengetahui apakah mulut bersih dan kering, ada carries,
dan karang gigi atau tidak
b) Leher
Untuk mengetahui apakah ada pembesaran vena juguluris, pembesaran
kelenjar limfe dan tyroid
c) Dada dan axilla
(1) Mamae : Untuk mengetahui bentuk payudara dan pigmentasi puting,
puting susu menonjol, benjolan abnormal dan kolostrum
(2) Axilla : Adakah tumor atau benjolan, adakah nyeri tekan atau tidak
d) Ekstremitas
Untuk mengetahui apakah ada oedema atau tidak, terdapat varicess atau
tidak, reflex patella + / -

3) Pemeriksaan khusus obstetri


1. Inspeksi
Untuk mengetahui pembesaran perut sesuai usia kehamilan, bentuk abdomen,
linea alba / nigra, striae albkan / lividae, kelainan dan pergerakan janin.
2. Palpasi
a. Tinggi fundus uteri :
Untuk mengetahui TFU dengan cara menggunakan pita ukur, dilakukan
pengukuran dengan menempatkan ujung pita ukur pada tepi atas sympisis
pubis dan tetap menjaga pita ukur agar tetap menempel pada dinding
abdomen da diukur jaraknya kebagian atas fundus uteri. Pada ibu hamil
dengan PPI tinggi fundus uteri pada usia kehamilan 20 minggu sepusat atau
16-18 cm, usia kehamilan 28 minggu 24-26 cm, usia kehamilan 32 minggu
28-30 cm, usia kehamilan 36 minggu 32-34 cm.
Leopold I : Menentukan TFU dan bagian apa yang terdapat pada fundus ibu
Leopod II : Menentukan apa yang terdapat disebelah kanan dan kiri perut
ibu
Leopold III : Menentukan bagian apa yang terdapat dibawah perut ibu dan
apakah sudah masuk PAP atau belum
Leopold IV : Menentukan seberapa jauh bagian terendah janin masuk PAP
(pada primipara masuk PAP pada usia kehamilan 36 minggu
dan pada multipara saat persalinan)
b. HIS / Kontraksi : Untuk mengkaji frekuensi, lamanya dan kekuatan
kontraksi. Pada ibu dengan partus prematurus iminens terjadinya kontraksi
uterus yang teratur dengan jarak 7-8 menitatau kurang atau 2-3 kali dalam
waktu 10 menit sekali atau 1-2 kali (Wiknjosastro, 2010)
c.Tafsiran berat : Untuk memperkirakan berat badan janin. Pada ibu dengan
partus prematurus iminens tafsiran berat janin adalah < 2500 gram
d. Pemeriksaan dalam anogenital
a) Vulva/vagina
Untuk mengetahui adakah edema, varises, luka, kemerahan atau tidak,
pembesaran kelenjar bartolini, ada pengeluarann pervaginam atau tidak,
ada pembukaan atau tidak, penipisan, presentasi, selaput ketuban masih
utuh atau tidak dan sudah sejauh mana penurunan kepala. Pada ibu
hamil dengan PPI adanya pengeluaran lendir kemerahan atau cairan
pervaginam. Pada pemeriksaan dalam, pendataran 50-80 % atau lebih,
pembukaan 2cm atau lebih (Saefuddin, 2009).
b) Perineum
Untuk mengetahui ada bekas luka atau tidak, ada keluhan atau tidak
c) Anus
Untuk mengetahui ada hemoroid atau tidak, ada kelainan atau tidak.
e. Pemeriksaan penunjang
Dilakukan untuk mendukung penegakan diagnosa. Pada kasus partus
prematurus imminens data yang diperlukan adalah berupa USG (tebal
serviks 2 cm), keadaan air ketuban, CTG (kesejahteraan janin), CRP (> 0,7
mg / ml ), leokosit dalam air ketuban (20 / ml atau lebih), leukosit dalam
serum ibu (>13.000 / ml), kultur urine, pemeriksaan gas dan pH darah
janin.
f. Analisa data
Merupakan kesimpulan dari data subjektif dan objektif. Analisa pada
partus prematurus iminens yaitu : Ny. “.....’’, G .... P .... A .... umur < 20
tahun atau > 35 tahun, usia kehamilan 20-37 minggu, janin gameli, ,
keadaan ibu dan bayi baik / buruk.
g. Penatalaksanaan dan Evaluasi
Merupakan rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan analisis
data serta evaluasi dari tindakan yang telah dilakukan, seperti:
1) Menginformasikan hasil pemeriksaan dan rencana asuhan, ibu
mengerti dengan apa yang diinformasikan
2) Konseling tentang partus prematurus iminens, ibu memahami apa
yang dimaksud dengan partus prematurus, tanda gejalanya dan
komplikasi yang terjadi
3) Menganjurkan ibu untuk istirahat total agar kehamilannya dapat
dipertahankan, ibu mau mengikuti anjuran untuk beristiahat total
4) Memberikan terapi sesuai dengan indikasi dan instruksi dokter
Misalnya pemberian :
a) Kortikosteroid untuk pematangan paru
(1) Betamethason : 12 mg selang 2x24 jam
(2) Dexamethason : 5 mg tiap 12 jam, IM, sampai 4 dosis

b) Antibiotik : 2 g ampicilin, IV
c) Memberikan tokolitik
(1) Kalsium antagonis: 10 mg nifedipin, diulang tiap 5 menit
maksimm 40 mg / 6 jam
(2) Golongan beta-mimetik
Salbutamol : 20-50 µg / menit, salbutamol per oral 4
mg, 2-4 kali sehari
5) Memantau keadaan janin, keadaan janin baik
6) Memantau kontraksi, DJJ dan apabila upaya tokolitik tidak berhasil,
lakukan pemantauan kemajuan persalinan
BAB 3
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY. “S” G2P1001 UK 30-31 MINGGU
DENGAN PARTUS PREMATURUS IMMINENS (PPI)

I. Pengkajian
A. Data Subjektif
1. Biodata
Nama : Ny. “S” Nama : Tn. “ M”

Umur : 26 tahun Umur : 28 tahun

Agama : islam Agama : islam

Pendidikan : SMP Pendidikan : SD

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Alamat : Kayunan 2/2 plosoklaten

2. Keluhan Utama
Perut terasa kenceng-kenceng sejak jam 16.00
3. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan yang lalu dan sekarang
Pasien tidak pernah menderita penyakit, seperti jantung, diabetes militus, ginjal,
hipertensi/hipotensi, hepatitis, anemia, TORCH, TBC, dan asma.
b) Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada riwayat penyakit turunan (asma, diabetes militus, haemophili,
keturunan kembar dan penyakit kronis.
4. Riwayat obstetric
a) Menstruasi
Menarche : 10- 12 tahun
Siklus : 28-30 hari
Lama menstruasi : 4-7 hari
Banyak : 50-60 cc/hari
Dismenorea : tidak ada
Flour albus : tidak ada
HPHT : 18- 12 - 2018
HPL : 25-09-2019
b) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
N Tgl/Bln/ Usia Tempat Jenis Penolo Penyulit Ana Nifas Usi
o Th Kehamil persalin persalin ng kehamil k a
persalina an an an an JK BB PB ana
n k
1 38-39 BPM Spontan Bidan Tidak L 300 48c Norm 4 th
14-06- minggu ada 0 m al
2014

2 Hamil
Ini

c) Riwayat Kehamilan sekarang


Ibu mengatakan ini kehamilan ke 1 Dengan usia kehamilan 9 bulan
ANC TM I : 1 kali
Terapi asam folat 1x1, B6 3x1
Hasil pemeriksaan : Kehamilan Normal
Penyuluhan yg didapat: Makan sedikit tapi sering
ANC TM II : 2 kali
Terapi Tablet Fe 1x1, B6 3x1
Hasil pemeriksaan : Kehamilan Normal
Penyuluhan yg didapat: Istirahat yang cukup
5. Riwayat perkawinan
Lama menikah 5 tahun
Umur pertama kali menikah 20 tahun
6. Riwayat KB
Belum pernah menjadi peserta KB
7. Riwayat Psikososial
Ibu, Suami dan Keluarga mengharapkan kehamilan ini
8. Riwayat budaya
Tidak ada riwayat budaya keluarga yang merugikan ibu, seperti ibu tidak tarak
makanan
9. Perilaku Kesehatan
Jamu : Ibu tidak minum jamu
Merokok : Ibu tidak merokok
Minum Minuman Keras : Ibu tidak Minum Minuman Keras
10. Pola kebiasaan sehari-hari
Pola Sebelum Hamil Selama Hamil
Kebiasaa
n

Nutrisi Makan 3x/hari Makan 3x/hari


Minum ± 5-7 gelas Minum ± 6-7gelas
Keluhan mual
Eliminasi BAB 1x/hari BAB 1x/hari
BAK ± 2-3x/hari BAK ± 3-4x/hari
Keluhan tidak ada

Istirahat Siang 1-2 jam Siang 1-2 jam


Malam 7-8 jam Malam 7-8 jam

Personal Mandi 2x/hari Mandi 2x/hari


Higiene Gosok gigi 2x/hari Gosok gigi 2x/hari

Aktivitas Menyapu, Memasak, Menyapu, Memasak, Cuci Piring


Cuci Piring

Seksual Seminggu 2x Seminggu 1x

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
KU : baik
Kesadaran : composmentis
TD : 110/70mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,5 ºC
RR : 24 x/menit
BB sekarang : 62 kg
TB : 170 cm
Lila : 25 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Muka : tidak ada Chloasma gravidarum, tidak pucat, tidak oedem
Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak kuning
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis
Payudara :Simetris, hiperpigmentasi areola payudara, putting susumenonjol
Perut : Tidak ada bekas luka SC, pembesaran sesuai usia kehamilan, ada/tidak ada
heperpigmentasi kulit seperti linea alaba dan strie gravidarum
Genetalia: Tidak ada pengeluaran flour albus, tidak ada kondiloma, ada/tidak ada
bekas luka episiotomi/heacting
Anus : Tidak Himoroid
Estremitas
Atas : Tidak odem, Tidak varises
Bawah : Odem, Tidak varises
b. Palpasi
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Dada : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, colostrum belun keluar
Leopold I : Teraba bokong
Leopold II : PUKA
Leopold III : Teraba bulat, keras, melenting (kepala)
Leopold IV :U
Mc. Donald : TFU : 20 cm
c. Auskultasi
Puntum Maksimum : Bagian Kanan Bawah
DJJ : 137 x/menit

II. Interpretasi Data Dasar


Dx : G2 P1001 Uk Uk 30-31 Minggu Dengan Partus Prematurus Imminens (PPI)

Ds : hamil anak ke dua tidak pernah keguguran


hari pertama haid terakhir 18-12-2018
Do :
a. Keadaan umum : baik

Kesadaran : Composmentis

TD : 110/70mmHg

Nadi : 80 x/menit

Suhu : 36,5 ºC

RR : 24 x/menit

b. Palpasi :

LI : Teraba bokong
LII : Puka
LIII : Teraba kepala, belum masuk PAP
L IV :U
DJJ : 137 x/menit
Punctum maksimum : Kanan bawah pusat
III. Antisipasi Diagnosa dan Masalah Potensial
a. Pada Ibu :
Perdarahan Pasca Persalinan
b. Pada Janin :
Fetal Distress, Asfiksia, Kematian dalam rahim
IV. Identifikasi Kebutuhan Segera
Kolaborasi dengan dokter SpOG :
1. Infus RL drip nairet 1 amp
2. Inj. dexa 2 x 16 mg/ 24 jam j 19.30
3. Inj. cefo 3 x 1 gr j 3.30
4. Profecom sup 2/ rect

V. Intervensi
Tanggal : 21 - 7 - 2019 Pukul :19.20
1. Beritahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan
2. Evaluasi ibu dan suami tentang kehamilan dengan Partus Prematorus Iminens
3. Anjurkan ibu untuk tirah baring ( bed rest)
4. Memberi ibu support mental dan spiritual
5. Menganjukan pada keluarga dan ibu agar tetap mendapat asupan nutrisi
6. Berikan terapi sesuai advis dokter :
- Infus RL drip nairet 1 amp
- Inj. dexa 2 x 16 mg/ 24 jam j 19.30
- Inj. cefo 3 x 1 gr j 3.30
- Profecom sup 2/ rect

VI. Implementasi
Tanggal : 21 Juli 2019 Jam : 19.40 WIB
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang dilakukan bahwa kondisi ibu dan janin
saat ini adalah cukup baik namun harus dirawat
a. Keadaan umum : baik

Kesadaran : Composmentis

TD : 110/70mmHg

Nadi : 80 x/menit

Suhu : 36,5 ºC

RR : 24 x/menit

b. Palpasi :

LI : Teraba bokong
LII : Puka
LIII : Teraba kepala, belum masuk PAP
L IV :U
DJJ : 137 x/menit
HIS : 1X10”
Punctum maksimum : Kanan bawah pusat
2. Memberi ibu suport mental dan spiritual bahwa ibu dan janin dalam keadaan baik-
baik saja selama dalam penanganan dokter dan bidan yang berjaga, serta minta ibu
dan keluarga untuk banyak-banyak berdo’a
3. Menganjurkan ibu untuk bed rest dan tidak banyak melakukan aktifitas ataupun
turun dari tempat tidur jika ingin BAK menggunakan pispot.
4. Menganjurkan ibu atau keluarga untuk memberi ibu makan atau minum agar
nutrisinya tercukupi
5. Melakukan kolaborasi dengan dr. Sp.OG untuk terminasi kehamilan dengan cara
induksi persalinan dan memonitoring janin sebaik-baiknya:.

VII. Evaluasi
Tanggal : 21 Juli 2019 Jam : 19.50 WIB
1. Ibu dan keluarga mengerti tentang kondisinya saat ini sehingga harus dilakuka
perawatan
2. Ibu merasa tenang setelah di beri suport
3. Ibu mengerti jika tidak boleh melakukan banyak aktifitas dan harus bed rest
4. Ibu dan keluarga mengerti bahwa boleh makan apa saja tanpa ada pantangan
5. Kolaborasi telah dilaksanakan

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal : 21 Juli 2019 Jam : 20.00 WIB

S : Hamil anak ke dua, kenceng-kenceng

O :- Keadaan Umum : Cukup

- TTV :

- TD : 110/70 mmHg -R : 22 x/m

-N : 80x/m -T : 36,5c

- Abdomen :
LI : Teraba bokong
LII : Puka
LIII : Teraba kepala, belum masuk PAP
L IV :U
DJJ : 137 x/menit
HIS : 1X10”
- VT : Tidak dilkukan

A : G2P1001 uk 30-31 mg dengann PPI + PPM (usg dr. sulung)

P : - Infus RL

- Cek DL

- Advis dr Sulung SpOG :

- Inj. dexa 2x 16 mg / 24 jam

- Inj. Cefo 3 x 1 gr

- Inf RL drip nairet 1 amp

- Profecom 2 tab/ rect (k/p)

Tanggal : 21 Juli 2019 Jam : 21.30 WIB

S : kenceng-kenceng jarang

O :- Keadaan Umum : Cukup

- TTV :

- TD : 110/80 mmHg -R : 22 x/m

-N : 80x/m -T : 36,5c

- Abdomen :

LI : Teraba bokong
LII : Puka
LIII : Teraba kepala, belum masuk PAP
L IV :U
DJJ : 136 x/menit
HIS : 1X10”
- VT : Tidak dilkukan

A : G2P1001 uk 30-31 mg dengann PPI + PPM (usg dr. sulung)

P : - Infus RL

- Advis dr Sulung SpOG :

- Inj. dexa 2x 16 mg / 24 jam

- Inj. Cefo 3 x 1 gr

- Inf RL drip nairet 1 amp

- Profecom 2 tab/ rect (k/p)

Tanggal : 21 Juli 2019 Jam : 23.30 WIB

S : Keluar darah dari jalan lahir

O :- Keadaan Umum : Cukup

- TTV :

- TD : 110/90 mmHg -R : 21 x/m

-N : 80x/m -T : 36,5c

- Abdomen :

LI : Teraba bokong
LII : Puka
LIII : Teraba kepala, belum masuk PAP
L IV :U
DJJ : 137 x/menit
HIS : 1X10”
- VT : Tidak dilkukan

- Keluar darah pervag (+), sakit nyeri perut(-)

A : G2P1001 uk 30-31 mg dengann PPI + PPM (usg dr. sulung)

P : - Infus RL

- Advis dr Sulung SpOG :

- Inj. dexa 2x 16 mg / 24 jam

- Inj. Cefo 3 x 1 gr j 04.00 (2)


- Inf RL drip nairet 1 amp

- Profecom 2 tab/ rect (k/p)

Tanggal : 22 Juli 2019 Jam : 06.00 WIB

S : Keluar darah

O :- Keadaan Umum : Cukup

- TTV :

- TD : 110/70 mmHg -R : 22 x/m

-N : 80x/m -T : 36,5c

- Abdomen :

LI : Teraba bokong
LII : Puka
LIII : Teraba kepala, belum masuk PAP
L IV :U
DJJ : 137 x/menit
HIS : 1X10”
- VT : Tidak dilkukan

- Keluar darah pervag sedikit

A : G2P1001 uk 30-31 mg dengann PPI + PPM (usg dr. sulung)

P : - Infus RL

- Advis dr Sulung SpOG :

- Inj. dexa 2x 16 mg / 24 jam

- Inj. Cefo 3 x 1 gr

- Inf RL drip nairet 1 amp

- Profecom 2 tab/ rect (k/p)


Tanggal : 22 Juli 2019 Jam : 12.00 WIB

S : Keluar darah sedikit, kenceng jarang

O :- Keadaan Umum : Cukup

- TTV :

- TD : 120/80 mmHg -R : 22 x/m

-N : 80x/m -T : 36,5c

- Abdomen :

LI : Teraba bokong
LII : Puka
LIII : Teraba kepala, belum masuk PAP
L IV :U
DJJ : 137 x/menit
HIS : 1X10”
- VT : Tidak dilkukan

- Keluar darah pervag sedikit

A : G2P1001 uk 30-31 mg dengann PPI + PPM (usg dr. sulung)

P : - Infus RL

- Advis dr Sulung SpOG :

- Inj. dexa 2x 16 mg / 24 jam

- Inj. Cefo 3 x 1 gr

- Inf RL drip nairet 1 amp

- Profecom 2 tab/ rect (k/p)

Tanggal : 22 Juli 2019 Jam : 20.00 WIB

S : Kenceng jarang

O :- Keadaan Umum : Cukup

- TTV :
- TD : 120/70 mmHg -R : 22 x/m

-N : 80x/m -T : 36,5c

- Abdomen :

LI : Teraba bokong
LII : Puka
LIII : Teraba kepala, belum masuk PAP
L IV :U
DJJ : 137 x/menit
HIS : 1X10”
- VT : Tidak dilkukan

A : G2P1001 uk 30-31 mg dengann PPI + PPM (usg dr. sulung)

P : - Infus RL

- Advis dr Sulung SpOG :

- Inj. dexa 2x 16 mg / 24 jam

- Inj. Cefo 3 x 1 gr

- Inf RL drip nairet 1 amp

- Profecom 2 tab/ rect (k/p)

Tanggal : 23 Juli 2019 Jam : 06.00 WIB

S : Kenceng jarang

O :- Keadaan Umum : Cukup

- TTV :

- TD : 110/70 mmHg -R : 22 x/m

-N : 80x/m -T : 36,5c

- Abdomen :

LI : Teraba bokong
LII : Puka
LIII : Teraba kepala, belum masuk PAP
L IV :U
DJJ : 137 x/menit
HIS : 1X10”
- VT : Tidak dilkukan

- Keluar darah pervag sedikit

A : G2P1001 uk 30-31 mg dengann PPI + PPM (usg dr. sulung)

P : - Aff Infus RL

- Pasien diperbolehkan pulang karena keadaan sudah membaik


BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini penulis akan membandingkan antara hasil studi

kasus dengan teori – teori. Teori yang disajikan dapat mendukung atau bertentangan

dengan kasus di lahan. Sehingga dari hal itu penulis dapat mengetahui kelebihan dan

kekurangan atau kesenjangan tersebut menggunakan langkah – langkah manajemen

kebidanan yaitu pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, tindakan segera,

rencana tindakan, pelaksanaan dan evaluasi.

A. Pengkajian

Menurut teori Pengkajian adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber,

baik sumber primer (pasien) maupun sumber sekunder (anggota keluarga atau

tenaga kesehatan lain) (Sari, 2012).

Pada data subyektif didapatkan keluhan utama ibu kenceng- keceng .Pada

langkah ini tidak terdapat kesenjang antara teori dan praktik dilahan.

Pada data obyektif menurut teori pada kasus hamil dengan partus

prematorus iminens dari hasil pemeriksaan umum didapatkan keadaan umum

baik, kesadaran composmentis(Nugroho, 2012). Pada kasus Ny. S keadaan umum

baik, kesadaran composmentis. Pada langkah ini terdapat kesenjangan antara

teori dan praktik dilahan yaitu berat badan tidak turun.

Pada kasus Ny. S lingkaran perut tidak mengecil, TFU tidak mengalami

penururnan, DJJ dalam keadaan normal. Pada langkah ini terdapat kesenjangan
antara teori dengan praktik dilahan yaitu lingkaran perut tidak mengecil, TFU

tidak mengalami penurunan dan DJJ dalam keadaan normal yaitu 140x/menit.

Pada pemeriksaan penunjang menurut teori dilakukan pemeriksaan USG

(Nugroho, 2012). Pada kasus Ny. S dilakukan pemeriksaan USG. Pada langkah

ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan praktik dilahan yaitu tidak

dilakukan pemeriksaan USG.

B. Interpretasi Data

Identifikasi terhadap diagnosis, masalah dan kebutuhan pasien berdasarkan

interpretasi yang benar atas data – data yang telah dikumpulkan (Sulistyawati,

2009).

Dari data yang diperoleh saat penulis melakukan pengkajian dapat

ditegakkan diagnosa kebidanan yaitu Ny. S G2P1001 uk 30-31 minggu, janin

tunggal, hidup, intrauterin, letak memanjang, punggung kanan, presentasi kepala.

Masalah dari kasus Ny. S adalah ibu merasa cemas karena perutnya terasa

kencang-kencang tapi belum waktunya untuk melahirkan. Kebutuhan yang

diperlukan Ny. S yaitu memberi support mental kepada ibu agar ibu tidak cemas

dalam menghadapi persalinan. Pada langkah ini tidak ada kesenjangan antara

teori dengan kasus.

C. Diagnosa Potensial

Pada langkah ini diidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan


rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi, pencegahan,
bila memungkinkan menunggu mengamati dan bersiap – siap apabila hal tersebut
benar – benar terjadi (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

Berdasarkan teori yang ada diagnosa potensial yang ditemukan pada kasus
ibu bersalin dengan induksi atas indikasi kehamilan serotinus, pada ibu akan
terjadi rupture uteri atau partus lama, pada bayi terjadi fetal distress dan IUFD
(Prawirohardjo, 2011).

Pada kasus Ny. S dengan kehamilan PPI diagnosa potensial pada ibu
perdarah pada bayi terjadi fetal distress dan IUFD.

Pada langkah ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dan
kasus dilahan.

D. Tindakan Segera

Pada langkah ini mengidentifiksi dan menetapkan perlunya tindakan segera

oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama

dengan anggota tim kesehatan lain sesuai kondisi pasien (Ambarwati dan

Wulandari, 2010).

Menurut teori tindakan segera pada ibu hamil dengan PPI adalah kolaborasi

dengan dokter SpOG untuk penanganan.

Pada kasus Ny. S tindakan segera yang dilakukan untuk mencegah

terjadinya komplikasi adalah melakukan pemantauan keadaan ibu dan janin

setiap 15 menit dan kemajuan persalinan setiap 4 jam. Melakukan kolaborasi

dengan dokter SpOG.

E. Rencana Tindakan

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh berdasarkan


langkah sebelumnya. Semua perancanaan yang dibuat harus berdasarkan
pertimbangan yang tepat, meliputi pengetahuan, teori yang up to date, perawatan
berdasarkan bukti (evidance based care), serta divalidasikan dengan asumsi
mengenai apa yang diinginkan dan tidak diinginkan oleh pasien (Sulistyawati,
2009).

F. Pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana sebelumnya,

baik terhadap masalah pasien maupun diagnosa yang telah ditetapkan.

G. Evaluasi

Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni dengan

melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan oleh

bidan (Sari, 2012).


BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Persalinan prematur merupakan suatu keadaan disertai tanda-tanda persalinan


yang berlangsung pada usia kehamilan sebelum 37 minggu. Partus PrematurusImminens
(PPI) merupakan ancaman persalinan prematur yang kemungkinan dapat dilakukan
penundaan persalinan dengan kriteria tertentu. PPI pada usia kehamilan 24-34minggu
dapat dilakukan penundaan persalinan dengan pemberian terapi tokolitik dank
ortikosteroid. Hal ini dilakukan untuk menunggu pematangan paru yang akan matang
pada usia kehamilan 34 minggu sehingga mengurangi angka gangguan pernafasan
neonatal. Pada usia kehamilan setelah 34 minggu tidak direkomendasikan
pemberiantokolitik dan kortikosteroid sesuai dengan pemaparan dalam guidline  RCOGH
(Royal  College of Obstericians and Gynaecologies). bahwa penanganan persalinan prete
rm merekomendasikan tidak perlu menggunakan agen tokolitik jika tidak terdapat bukti
yang jelas yang akan meningkatkan outcome pada terjadinya persalinan
preterm. Pemberianterapi tokolitik dan kortikosteroid pada partus prematurus imminens u
mur kehamilan setelah 34 minggu memiliki faktor risiko terjadi ga!at janin akibat adanya
penurunanaliran darah uteroplasenta dan meningkatkan angka persalinan prematur

5.2. Saran

1. Untuk Bidan
Bidan sebagai tanaga kesehatan sangat berperan dalam menurunkan angka kematian
ibu, oleh karena itu bidan perlu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam
memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat.
2. Untuk klien
Diharapkan pasien dalam keadaan baik.
3. Untuk Institusi
Perlu peningkatan pembelajaran di laboratorium khususnya penanganan induksi
persalinan sehingga dapat melakukan suatu tindakan penanganan pada kasus
tersebut karena prakrek laboratorium sangatlah bermanfaat dalam membina
tenaga bidan guna menciptakan sumber daya manusia yang berpotensi dan
professional.
DAFTAR PUSTAKA

Benson. Raloh C dan Pernoll. Martin L. 2012. Buku Saku Obsetri dan Ginekologi. EGC.
Jakarta
Farrer Helen. 2010. Perawatan Maternitas (Maternity Care) Edisi 2. EGC. Jakarta. Hal
14 - 32
Hariadi. R. 2004. Ilmu Kedokteran. Surabava : Himpunan Kedokteran Fetomaternal
Perkumpulan Obsetri dan Ginekologi. Indonesia
http://documents/laporan-pendahuluan-partus-prematurus-imminens.html (diakses
tanggal 15 Juni 2016, pukul 20:30)
Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana. EGC.
Jakarta. Hal 61 – 68
Nugroho Taufan.2011. Buku Ajar Obsetri untuk Mahasiswa Kebidanan. Nuha Medika.
Yogyakarta. Hal 45 - 55
Prawirohardjo. 2005. Ilmu Kandungan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta
Tarwoto dan Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan Edisi 3. Salemba Medika. Jakarta
Varney, dkk. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Volum 1 Edisi 4. EGC. 2007. Jakarta. Hal
29 – 39
Winkjosastro.2007. Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Jakarta
Yatim.2008. Penyakit Kandungan. Pustaka Populer Obor. Jakarta
Zuyina, dkk. Anatomi, Fisiologi, dan Obsgyn untuk Kebidanan. Nuha Medika.
Yogyakarta. Hal 249 - 253

Anda mungkin juga menyukai