Anda di halaman 1dari 46

ASKEB CHEPAL HEMATOM

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Cefalhematum biasanya disebabkan oleh cedera pada periosteum tengkorak selama persalianan
dan kelahiran, meskipun dapat juga timbul tanpa trauma lahir. Sefalhematoma terjadi sangat
lambat, sehingga tidak nampak adanya edema dan eritema pada kulit kepala. Insidennya adalah
2,5 %. Perdarahan dapat terjadi di satu atau kedua tulang parietal. Tepi periosteum membedakan
cefalhematum dari caput sucsedeneum. Caput terdiri atas pembengkaakan local kulit kepala
akibat edema yang terletak di atas periosteum. Selain itu, sefalhematum mungkin timbul
beberapa jam setelah lahir, sering tumbuh semakin besar dan lenyap hanya setelah beberapa
minggu atau beberapa bulan.

1.2. Rumusan Masalah


Dari uraian latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah pada kasus ini adalah
bagaimana memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Cephalhematoma.

1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan
Cephalhematoma.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian cephalhematoma
b. Mengetahui faktor predisposisi cephalhematoma
c. Mengetahui tanda dan gejala cephalhematoma
d. Mengetahui pengkajian cephalhematoma
e. Mengetahui komplikasi cephalhematoma
f. Mengetahui Penatalaksanaan cephalhematoma

1.4. MANFAAT
1.4.1. Bagi Mahasiswa
Penulisan laporan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa,
sehingga dapat mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan kebidanan.
1.4.2. Bagi Petugas Kesehatan
Penulisan laporan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi serta memberikan
manfaat bagi petugas kesehatan khususnya bidan dalam penanganan kepada bayi baru lahir
dengan Cephalhematoma.
1.4.3. Bagi Institusi Pendidikan Akademi Kebidanan Sari Mulia
Penulisan laporan ini diharapkan dapat meningkatkan ilmu, wawasan dan menambah
pembelajaran pendidikan terutama akademi kebidanan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Pengertian
Cephalhematoma adalah perdarahan sub periosteal akibat ruptur pembuluh darah antara
tengkorak dan periosteum.
Cephalhematoma adalah perdarahan superfisial akibat kerusakan jaringan periosteum karena
tekanan jalan lahir dan tidak melampaui batas garis tengah.
Cephalhematoma adalah pembengkakan pada kepala karena adanya penumpukan darah yang
disebabkan perdarahan sub periosteum.

2.2. Faktor Predisposisi


1. Tekanan jalan lahir yang terlalu lama pada kepala saat persalinan
2. Moulage terlalu keras
3. Partus dengan tindakan seperti forcep, vacum ekstraksi

2.3. Gejala Tanda Dan Gejala


1. Baru tampak 6-8 jam setelah lahir, besar, hilang 16-22 jam atau beberapa minggu kemudian.
2. Lunak, tetapi tidak leyok pada tekanan dan berfluktuasi.
3. Pembengkakan terbatas.
4. Tidak melewati sutura.
5. Tempatnya tetap.
6. Karena perdaraahan subperiosteum

2.4. Pengkajian
2.4.1. Subyektif
a. Identitas :
Terjadi pada BBL terutama nampak jelas pada beberapa hari setelah lahir (6-8 jam)
b. Keluhan
Benjolan di kepala bayi beberapa jam setelah lahir
2.4.2. Obyektif
a. Benjolan di kepala bayi, biasanya pada daerah tulang parietal, oksipital
b. Berkembang secara bertahap dalam waktu 12-72 jam
c. Pembengkakan kepala berbentuk benjolan difus
d. Berbatas tegas, tidak melampaui batas sutura
e. Perabaan, mula-mula keras lama kelamaan lunak
f. Pada daerah pembengkakan terdapat pitting odema
g. Sifat timbulnya perlahan, benjolan tampak jelas setelah 6-8 jam setelah lahir
h. Bersifat soliter / multiple
i. Anemi, hiperbilirubin bila gangguan meluas
j. Jarang menimbulkan perdarahan yang memerlukan transfusi, kecuali bayi yang mempunyai
gangguan pembekuan
k. Pemeriksaan radiologi : bila ada indikasi gangguan nafas, benjolan terlalu besar
3. Assesment
a. Diagnosa : Cephalhematoma
b. Masalah : Kecemasan orang tua
4. Planning
a. Prinsip intervensi sama dengan caput succedaneum
b. Riwayat bayi seperti bayi normal, bila tidak ada komplikasi lanjut (fraktur tengkorak)
c. Observasi ketat untuk mendeteksi perkembangan
d. Pantau hematokrit, pantau adanya hiperbilirubin
e. Berikan ASI secara adekuat
f. Cegah infeksi: bila ada permukaan yang mengalami luka maka jaga agar tetap kering dan
bersih
g. Rujuk : bila ada fraktur tulang tengkorak, cefalhematoma yang terlalu besar
h. Bila tidak ada komplikasi : tanpa pengobatan khusus akan sembuh / mengalami resolusi dalam
2 - 8 minggu

2.5. Komplikasi
1. Ikterus
2. Anemia
3. Infeksi
4. Kalasifikasi mungkin bertahan selama > 1 tahun

2.6. Penatalaksanaan
Pada neonatus dengan sefalhematoma tidak diperlukan pengobatan, namun perlu dilakukan
fototerapi untuk mengatasi hiperbilirubinemia.
1. Tidak perlu tindakan khusus.
2. Benjolan akan hilang sendiri dalam beberapa minggu atau beberapa bulan.
3. Observasi terhadap bilirubinemia dan trombositopenia.
4. Dapat diberi vitamin K untuk mengurangi perdarahan.
5. Pemeriksaan x-ray tengkorak, bila dicurigai adanya fraktur (mendekati hampir 5% dari seluruh
cephalhematoma)
6. Pemantauan bilirubinia, hematokrit, dan hemoglobin
7. Aspirasi darah dengan jarum suntik tidak diperlukan
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR


DENGAN CEPHALHEMATOMA
DI KLINIK AKBID SARI MULIA

Tanggal Pengkajian : 20 April 2010


Jam Pengkajian : 15.30 WIB
Tempat Pengkajian : Klinik Akbid Sari Mulia

A. SUBJECTIVE DATA
1. Identitas
Bayi
Nama : Bayi Ny. Ani
Tanggal/ jam lahir : 10 april 2010 / 13.30 WIB
Jenis kelamin : Laki-laki
Orang tua Ayah Ibu
Nama Tn. Ahmad Ny. Ani
Umur 22 Tahun 20 Tahun
Agama Islam Islam
Suku/bangsa Banjar/Indonesia Banjar/Indonesia
Pendidikan SMU SMU
Pekerjaan Swata IRT
alamat Jl. Pramuka Gg. Melati RT. 14 Jl. Pramuka Gg. Melati RT. 14
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan telah melahirkan 6 jam yang lalu dan khawatir dengan keadaan bayinya karena
terdapat benjolan di kepala bayinya.

3. Riwayat perinatal
a. Kehamilan : 1
b. Tempat ANC : BPS dan PKM
c. Imunisasi TT : Lengkap
d. Obat yang pernah diminum saat hamil : B6, kalk, antasid, dan FE
e. Penerimaan ibu/keluarga terhadap kehamilan : Baik
f. Masalah yang dialami saat hamil :
No. Keluhan UK Oleh Terapi
1 pusing 30 minggu Bidan FE

4. Riwayat Intranatal
a. Persalinan ke : 1
b. Tempat dan penolong persalinan : Klinik dan Bidan
c. Masalah saat persalinan : Tidak ada
d. Cara persalinan : Spontan belakang kepala
e. Lama persalinan
Kala I : sekitar 8 jam
Klaa II : sekitar 1 jam
f. Keadaan bayi saat lahir : Hidup, segera menangis, BB 2700 gr, PB 49 cm.

5. Riwayat Kesehatan
a. bayi : Bayi segera menangis,
b. keluarga : Keluarga tidak pernah mendertia penyakit menular seperti hepatitis, TBC, dan
AIDS. Serta tidak pernah menderita penyakit menurun seperti penyakit jantung, asma, dan DM.

6. Status Imunisasi
Hepatitis B : 2 jam setelah bayi dilahirkan
Vitamin K : 1 jam setelah bayi dilahirkan

7. Pola Kebutuhan Biologis


a. Nutrisi
Jenis yang dikonsumsi : ASI
Frekuensi : Sesering mungkin
Banyaknya : Sampai kenyang

b. Eliminasi
BAB BAK
Frekuensi : Belum Frekuensi : 1 x
Warna : - warna : Kuning jernih
Konsistensi : - Bau : Khas
Masalah : Tidak ada

c. Personal hygine
Frekuensi mandi : Belum
Frekuensi ganti pakaian : Sesuai dengan kebutuhan
Penggunaan popok anti tembus : -

8. Data Psikososial dan Spiritual


a. Tanggapan ibu dan keluarga terhadap kelahiran bayi : Senang
b. Tanggapan ibu dan keluarga terhadap keadaan bayi : Khawatir
c. Pengambil keputusan dalam keluarga : Suami
d. Pengetahuan keluarga tentang perawatan bayi : Bidan
e. Kegiatan ritual dalm keluarga terkait dengan kelahiran :Tasmiyah dan aqiqah

B. OBJECTIVE DATA
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda vital : Jantung 128 x/menit, Respirasi 45x/menit, suhu 37 °C
d. Apgar skor : 8

2. Pemeriksaan antropometri
a. BB : 2700 gr
b. PB : 49 cm
c. Lingkar kepala
Circum ferentia suboccipito bregmatika : 33 cm
Circum ferentia fronto occipitalis : 34 cm
Circum ferentia mento occipitalis : 35 cm
d. Lingkar dada : 34 cm
e. LILA : 11 cm

3. Pemeriksaan khusus
Kepala : Ubun-ubun datar, sutura terpisah, ada benjolan lunak
Mata : Tidak tampak pembengkakan kelopak mata, tidak ada pengeluaran cairan, sklera tidak
ikterik.
Telinga : Simetris, tidak ada pengeluaran cairan.
Hidung : Simetris, tidak ada polip, tidak ada pergerakan cuping hidung.
Mulut : Terdapat celah di bibir atas sebelah kiri dan bibir berwarna merah.
Dada/mamae : Simetris saat inspirasi dan ekspirasi, tidak ada retraksi dada dan terdapat areola
pada mammae.
Perut : Tidak ada benjolan, tidak ada tanda-tanda infeksi pada tali pusat.
Tungkai : Simetris, lengkap, gerakan aktif, warna kulit kemerahan, tidak ada fraktur.
Genetalia : Testis sudah turun ke skrotum.
Anus : Berlubang.

4. Pemeriksaan refleks primitif


a. Reflek moro : +
b. Reflek rooting : +
c. Reflek grasphink : +
d. Reflek sucking : +
e. Reflek tavick neck : -
f. Reflek baby sky : -

5. Pemeriksaan perkembangan bayi


a. Kemampuan bahasa bayi : Menangis
b. Kemampuan motarik halus : -
c. Kemampuan motarik kasar : -
d. Adaptasi sosial : -

6. Pemeriksaan penunjang : Tidak dilakukan

C. ASSESMENT
a. Diagnasa kebidanan : Bayi lahir normal, spontan belakang kepala dengan Cephalhematoma
b. Masalah : Kecemasan orang tua bayi
c. Kebutuhan : Konseling tentang perawatan bayi dengan cephalhematoma

D. PLANNING
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa denyut jantung 128 x/menit, R 45
x/menit, T 37 °C, serta terdapat benjolan lunak pada kepala.
”Ibu mengetahui hasil pemeriksaan.”

2. Memberitahukan kepada ibu tentang penanganan bayi dengan cephalhematoma, yaitu bahwa
tidak diperlukan pengobatan atau tindakan khusus, karena benjolan akan hilang sendiri dalam
beberapa minggu atau beberapa bulan. “Ibu mengetahui tentang penanganan bayi dengan
cephalhematoma.”

3. Memberikan support pada ibu dan keluarga agar dapat menerima keadaan bayinya dengan
baik dan senantiasa merawat bayinya. Dan menjelaskan kemungkinan komplikasi yang terjadi
pada bayi, yaitu :
a. Ikterus
b. Anemia
c. Infeksi
d. Kalasifikasi mungkin bertahan selama > 1 tahun
“Ibu dan keluarga mengerti dengan keadaan bayinya dan bersedia merawat bayinya dengan baik.
Dan mereka mengetahui komplikasi yang mungkin akan terjadi.”

4. Menganjurkan ibu untuk mencegah infeksi dengan cara menjaga benjolan agar tetap kering
dan mencegah luka dengan cara menjaga daerah benjolan dari benda keras yang bisa
menyebabkan trauma.
“Ibu bersedia mencegah infeksi dan mencegah luka pada daerah benjolan kepala bayinya.”
5. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin atau setiap bayinya menangis
selama enam bulan sebagai ASI ekslusif.
”Ibu bersedia memberikan ASI ekslusif.”

6. Menganjurkan ibu untuk mempertahankan kehangatan bayinya dengan cara tetap menyelimuti
bayi dari kepala sampai kaki agar bayi tidak hipotermi.
”Ibu bersedia untuk tetap menjaga kehangatan batinya.”

7. Memberitahukan kepada ibu cara perawatan tali pusat bayi, yaitu dengan menjaganya tetap
bersih dan kering, seerta tidak memberikan alkohol, bedak dan lain-lain, sehingga dapat
melindungi bayi dari kemungkinan infeksi
”Ibu mengerti cara perawatan tali pusat dan bersedia melakukannya.”

8. Menganjurkan ibu agar selalu menjaga kebersihan bayi dengan mandi 1-2 x sehari, ganti
popok setiap kali sehabis BAK dan BAB, mengganti pakaian bila terlihat kotor dan tidak
memberikan bedak pada alat kelamin bayi.
“Ibu bersedia melakukan apa yang telah dianjurkan.”
9. Menjelaskan tanda bahaya yang mungkin terjadi pada bayi seperti bayi malas menyusui,
demam, kejang, perdarahan tali pusat, kulit kebiruan, nanah yang berbau pada tali pusat, megap-
megap, dan menganjurkan ibu untuk segera datang ke tenaga kesehatan terdekat jika hal tersebut
terjadi.
“Ibu mengetahui tanda bahaya pada bayi baru lahir dan bersedia segera datang ke tenaga
kesehatan terdekat jika hal tersebut terjadi.”
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Cephalhematoma merupakan perdarahan subperiosteum. Sefalhematoma terjadi sangat lambat,
sehingga tidak nampak adanya edema dan eritema pada kulit kepala.
Pada neonatus dengan sefalhematoma tidak diperlukan pengobatan karena benjolan akan hilang
dengan sendirinya dalam beberapa minggu atau bulan bila tidak ada komplikasi.

B. Saran
Pada cephalhematoma bidan bisa menjelaskan kepada ibu dan keluarga bayi bahwa tidak
diperlukan tindakan atau penanganan khusus bila tanpa komplikasi. Salah satu penyebab cephal
hematoma adalah trauma lahir, karena itu untuk mencegah terjadinya cephalhematoma bisa
dilakukan dengan memimpin persalinan yang aman dan tepat.
Diposkan oleh Dwi Retnoningsih di 04.10
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Monday, February 11, 2013

Asuhan Pada Bayi Baru Lahir Dengan Cephal Hematoma

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cephal Hematoma adalah pendaftaran sub periosteal akibat kerusakan jaringan


poriestum Karena tarikan atau tekanan jalan lahir.

Dan tidak pernah melampaui batas sutura garis tengah tulang tengkorak yang sering
terkena adalah tulang temporal atau varietal di temukan pada 0,5-2% dari kelahiran
hidup.

B. Rumusan Masalah
Hematoma dapat terjadi karena :
1. Persalinan sama
Persalinan yang sama dan sukar, dapat menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis ibu
terhadap tulang kepala bayi, yang menyebabkan robeknya pembuluh darah.

2. Tarikan vakum atau cunam persalinan yang di bantu dengan vakum atau cunam yang
kuat dapat menyebabkan penumpukan darah akibat robeknya pembuluh darah yang
melintasi tulang kepala jaringan penosteum.

3. Kelahiran sunsang yang mengalmi kesukaran yang melahirkan kepada bayi.

PATOFISIOLOGI

1. Cephal hematoma terjadi akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi tulang kepala
kejaringan penosteum. Robeknya pembuluh darah ini dapat terjadi pada persalinan
lama. Akibat pembuluh darah ini timbul timbunan darah di daerah sub periosteal yang
dari luar terlihat berjalan.

2. Bagian kepala yang hemotema biasanya berwarna merah akibat adanya penumpukan
daerah yang pedarahan sub periosteum.

Tanda-Tanda Dan Gejalanya

1. Adanya fluktuasi
2. Adanya benjolan, biasanya baru tampak jelas setelah 2 jam setelah bayi lahir.
3. Adanya chepal hematoma timbul di daerah tulang pariental berupa benjolan timbunan
kalsium dan sisa jaringan fibrosa yang masih teraba sebagian benjolan keras sampai
umur 1-2 tahun.

PENATALAKSANAAN
Cephal hematoma umumnya tidak memerlukan perawatan khusus, biasanya akan
mengalami resolusi khusus sendiri dalam 2-8 minggu tergantung di besar kecilnya
benjolan, namun apabila di curigai adanya faktur, kelainan ini akan agak lama
menghilang (1-3 bulan ) dibutuhkan penatalaksanaan khusus antara lain :
1. Menjaga kebersihan luka
2. Tidak boleh melakukan massa luka / berjalan Cephal hematoma
3. Pemberian vitamin K
4. Bayi dengan cephal hematoma tidak boleh langsung di susui oleh ibunya Karena
pergerakan dapat menganggu pembuluh darah yang mulai putih.

C. Manajemen asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan cephal hematoma dengan
tujuh langkah varney Helen.
I. Pengkajian data

DS.
Nama bayi : bayi w

Jenis kelamin : laki-laki


Tanggal lahir : 13 agustus 2007

Nama orang tua :


1. Ibu :

Nama : Ny. M
Umur : 23 tahun

Agama : islam
Suku/bangsa : Aceh / Indonesia

Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jln. Almuslim no.2, matangglumpang dua
2. Ayah :
Nama : Tn. U
Umur : 28 tahun
Agama : islam
Suku/bangsa : Aceh / Indonesia

Pendidikan : SMA
Pekerjaan : wiraswasta

Alamat : Jln. Almuslim no.2, matangglumpang dua

Ibu mengatakan bahwa dikepala bayinya terdapat pembengkakan atau benjolan dan
baru terlihat 2 jam setelah lahir. Saat di raba bayinya menangis kesakitan. Dan luka
vakum ekstrasi karena proses persalinan ibu yang menggunakan alat vakum ekstrasi.
DO :

Tanda vital :
Temp : 37˚C
Pols : 60 x/m

RR : 45 x/m
Lingkar kepala : 37 cm

- Terdapat pembengkakan atau benjolan pada kepala bayi dengan diameter 3 cm dan
berwarna biru

II. Identifikasi diagnosa


Diagnosa

Bayi baru lahir usia 2 hari dengan cephal hematoma


Data dasar :
S : Ibu mengeluh dikepala anaknya terjadi pembengkakan berwarna kebiruan
O : Tanda vital :
Temp : 37˚C
Pols : 60 x/m
RR : 45 x/m

Lingkar kepala : 37 cm

Ditemukan pembengkakan berwarna kebiruan di kepala bayi

Masalah :

Terdapat luka yang masih basah karena vakum ekstrasi


Kebutuhan :

memberikan rasa nyaman pada ibu dengan konseling tentang cephal hematoma.
III. Antisipasi masalah dan masalah potensial

- Terjadi infeksi pada luka di kepala bayi


- Terjadi peningkatan bilirubin atau ikhterus ( bayi kekuning-kuningan )

IV. Antisipasi tindakan segera atau kolaborasi


- Kolaborasi dengan dokter spesialis anak

V. Perencanaan asuhan ( intervensi )


1. Atasi peningkatan suhu
2. Atasi pencegahan infeksi
3. Observasi tanda-tanda vital
4. Jelaskan pada ibu / keluarga tentang kondisi bayi saat ini
5. Beritahu ibu / keluarga bila terdapat tanda-tanda bahaya pada bayi
6. Batasi mobilitas pada bayi

7. Beri dukungan psikologis pada ibu atau keluarga

VI. Pelaksanaan asuhan

1. Mengatasi peningkatan suhu, dengan cara kompres air hangat dan pemberian asi
minimal 3-4 jam sekali dengan porsi sedikit kira-kira 30 cc tapi sering.
2. Mengatasi pencegahan infeksi dengan cara merawat / menjaga kebersihan luka dan
benjolan dikepala agar tetap bersih dan memberikan antibiotika.
3. Mengobservasi tanda-tanda vital pada bayi

Temp : 37˚ C
Pols : 60 x/m
RR : 40 x/m

4. Menjelaskan pada ibu / keluarga tentang kondisi bayi saat ini bahwa keadaan pada
benjolan dikepalanya akan menghilang 2-8 minggu, agar keluarga tidak terlalu cemas.
5. Memberi tahukan kepada ibu / keluarga bila terdapat tanda-tanda pada bayi, jika:
Temp : ≥ 37˚ atau ≤ 35˚ C
Pols : ≥ 60 x/m atau ≤ 30 x/m
RR : ≥ 60 x/m atau ≤ 30 x/m

6. Melakukan pembatasan mobilitas dengan cara jangan terlalu sering mengangkat/


mengendong bayi. Hal ini bertujuan agar peningkatan yang meluas pada kepala bayi
7. Memberikan dukungan psikologi pada ibu dan keluarga agar tidak terlalu cemas.
VII. Evaluasi
Tanggal 16 agustus 2007 , pukul 16.00 wib
Ibu mengerti tentang penjelasan bidan
Asuhan yang diberikan pada bayi dengan cephal hematoma sudah dilakukan sesuai
prosedur.

D. Manajemen asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan CEPHAL HEMATOMA
dengan menggunakan metode SOAP :
S : Pasien datang hari senin, tanggal 16 agustus 2007 jam 09.30.

Dengan keluhan terdapat benjolan dan luka vakum ekstrasi si kepala bayinya.

Nama bayi : bayi w

Jenis kelamin : laki-laki


Tanggal lahir : 13 agustus 2007

Nama orang tua :

1. Ibu :

Nama : Ny. M
Umur : 23 tahun

Agama : islam
Suku/bangsa : Aceh / Indonesia

Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT

Alamat : Jln. Almuslim no.2, Matangglumpang Dua

2. Ayah :
Nama : Tn. U
Umur : 28 tahun
Agama : islam
Suku/bangsa : Aceh / Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : wiraswasta

Alamat : Jln. Almuslim no.2, Matangglumpang Dua

O : Tanda vital :
Temp : 37˚C

Pols : 60 x/m
RR : 45 x/m

Terdapat benjolan dan luka vakum ekstrasi dikepala bayi


A : Bayi baru lahir usia 2 hari dengan cephal hematoma

P : Tanggal 16 agustus 2007 jam 09.00 wib

1. Mengatasi peningkatan suhu


2. Mengatasi pencegahan infeksi

3. Mengobservasi tanda-tanda vital

4. Menjelaskan pada ibu / keluarga tentang kondisi bayi saat ini


5. Memberitahukan kepada ibu / keluarga bila terdapat tanda-tanda bahaya
6. Melakukan pembatasan mobilitas
7. Memberikan dukungan psikologis pada ibu / keluarga
8. Pantau kondisi bayi
E. Penutup
1. Kesimpulan
Cephal Hematoma adalah pendaftaran sub periosteal akibat kerusakan jaringan
poriestum Karena tarikan atau tekanan jalan lahir.

Hematoma dapat terjadi karena :


Persalinan sama
1. Persalinan yang sama dan sukar, dapat menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis ibu
terhadap tulang kepala bayi, yang menyebabkan robeknya pembuluh darah.
2. Tarikan vakum atau cunam persalinan yang di bantu dengan vakum atau cunam yang
kuat dapat menyebabkan penumpukan darah akibat robeknya pembuluh darah yang
melintasi tulang kepala jaringan penosteum.
3. Kelahiran sunsang yang mengalami kesukaran yang melahirkan kepada bayi.

2. SARAN
Terima kasih yang tak terhingga kepada ibu FITIRIANI, SSIT selaku dosen pengasuh
kami. Karena dengan beliau memberikan arahan dan tugas kepada kita semua, kita
dapat menambah sedikit wawasan dan ilmu pengetahuan tentang masalah “Asuhan
Pada Bayi Baru Lahir Dengan Cephal Hematoma”.
Oleh Karena itu, kami mengharapkan kepada rekan-rekan semua untuk menyadari
akan pentingnya kita memahami masalah ini.

Kami selaku penulis mengharapkan kepada rekan-rekan semua untuk memikirkan


apa yang kita lakukan untuk menjaga keselamatan bayi didaerah kita masing-masing.
Daftar Pustaka

Parawiraharjo, sarwono 2002. Ilmu kebidanan. Jakarta :


Yayasan bina pustaka.

Askeb BBL dengan Cephal Hematoma

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR


PADA BAYI “NY. R” UMUR 2 JAM DENGAN CEPHAL HEMATOMA
DI RS KIA AYUNDA, DEPOK, SLEMAN

No Register : 0190911
Masuk BPM Tanggal/Jam : 2 Desember 2012, Jam 08.00 WIB
Dirawat di Ruang : Pemeriksaan

I. PENGKAJIAN DATA Tanggal : 2-12-2012, Jam 08.00 WIB, Oleh : Bidan Rini
A. Data Subyektif
1. Biodata
a. Identitas Anak
Nama : Bayi Ny. R
Tanggal Lahir, Jam : 2 Desember 2012, Jam 06.00 WIB
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak ke : I (Pertama)

b. Identitas Orang Tua


IBU AYAH
Nama : Ny. R Tn. A
Umur : 25 Tahun 27 Tahun
Agama : Islam Islam
Suku /Bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pegawai Swasta
Alamat : Jl. Wedomartani gang Mawar No. 5 Depok, Sleman
No Telepon : 085738045860

2. Alasan kunjungan
Ibu mengatakan 2 jam yang lalu melahirkan bayi perempuan

3. Keluhan utama
Ibu mengatakan bayi baru lahir 2 jam yang lalu dengan keluhan terdapat pembengkakan dan luka
pada kepala yang disebabkan karena persalinan dengan vakum ekstraksi.

4. Riwayat Antenatal
a. Kehamilan ke : I (pertama)
b. Tempat ANC : RS KIA oleh Bidan
c. Frekuensi ANC :
TM I : ibu mengatakan periksa di bidan 2 kali / bulan dengan keluhan mual muntah. Ibu mendapatkan
Vitamin B6 dan Tablet besi serta imunisasi TT1 dan mendapatkan penyuluhan tentang nutrisi
masa hamil dan istirahat selama hamil.
TM II : ibu mengatakan periksa di bidan 2 kali / bulan tanpa keluhan, ibu mengatakan merasakan gerakan
janin pertama kali pada umur kehamilan 5 bulan, ibu mengatakan mendapatkan tablet tambah
darah, vitamin serta suntik TT2.
TM III : ibu mengatakan periksa di bidan 3 kali / bulan tanpa keluhan, tanpa keluhan dan mendapatkan
tablet tambah darah serta vitamin. Ibu mengatakan mendapatkan penyuluhan tentang tanda-tanda
persalinan.
d. Imunisasi TT :
TT1 : 26-2-2012
TT2 : 24-3-2012
e. Kenaikan Berat Badan : 10 kg
f. Riwayat Penyakit Kehamilan :
1) Perdarahan : Tidak ada
2) Pre Eklampsia/Eklampsia : Tidak ada
3) Lain-lain : Tidak ada
g. Kebiasaan Waktu Hamil :
1) Nutrisi :
Selama hamil ibu makan 3x/hari dengan porsi sedang dan menu bervariasi seperti nasi, sayur,
lauk, buah dan lain-lain. Ibu minum + 9 gelas/hari.
2) Obat-obatan/jamu :
Ibu mengatakan selama hamil tidak pernah minum jamu tradisional, ibu juga mengkonsumsi
obat-obat yang diberikan bidan setelah periksa.
3) Merokok :
Ibu mengatakan tidak pernah merokok
4) Lain-lain : Tidak ada

5. Riwayat Persalinan
Lahir tanggal : 2 Desember 2012 Jam : 06.00 WIB
Tempat Persalinan : RS KIA Ayunda
Penolong : Dokter Sp.OG
Jenis Persalinan : Buatan (Vakum ekstraksi)
Lama persalinan
Kala I : berlangsung 16 jam, kemajuan persalinan lama, ibu tampak lemah, ketuban pecah saat
pembukaan servik 10 cm disertai perdarahan 50 cc
Kala II : berlangsung 65 menit, ibu mengejan lemah, bayi lahir dengan persalinan buatan yaitu ekstraksi
vakum, bayi lahir pukul 06.00 WIB tidak ada lilitan tali pusat dan terdapat cephal hematoma dan
luka akibat vakum.
Kala III : Berlangsung 10 menit, kontraksi uterus baik, TFU 2 jari di bawah pusat, perdarahan 100 cc
Kala IV : Berlangsung 2 jam, perdarahan 60 cc
Total : 19 jam 15 menit, perdarahan 210 cc
Keadaan air ketuban : jernih
Komplikasi : tidak ada
Nilai APGAR : 1’ : 8 5’ : 8 10’ : 9

7. Riwayat Penyakit Keluarga


a. Penyakit yang pernah / sedang diderita keluarga (menahun, menurun, menahun)
Ibu mengatakan dari pihak keluarga ibu maupun keluarga suami tidak sedang menderita
penyakit menular seperti (PMS, TBC, HIV/AIDS, Hepatitis), Penyakit menurun (DM, ASMA,
Hipertensi), penyakit menahun seperti (Jantung).
8. Pola Kebutuhan Dasar Bayi
a. Nutrisi : Bayi diberikan ASI saja
b. Eliminasi : BAB / mekonium belum keluar
BAK + 3 kali
c. Istirahat : Bayi tidur + 1 jam
d. Kebersihan Diri : Bayi belum dimandikan sebelum 6 jam.

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Tanda vital sign
Nadi : 120x/menit
Pernafasan : 50x/menit
Suhu : 36,8oC
Pengukuran Antopometri
Berat badan : 3200 gram
Panjang badan : 50 cm
Lila : 11 cm
Lingkar dada : 34 cm
Lingkar kepala
CFO : 33 cm CSOB : 34 cm
CMO : 35 cm CSMB : 34 cm
Pemeriksaan Reflek
Reflek morrow : Bayi langsung kaget saat ada rangsangan
Reflek rotting : Bayi langsung dapat mencari puting susu
Reflek sucking : Bayi dapat menghisap lemah
Reflek swallowing : Bayi dapat menelan dengan baik
Reflek tonick neck : Bayi dapat menoleh ke kanan dan kiri

2. Pemeriksaan Fisik
la : Mesocepal, UUB Cembung, UUK datar, ada benjolan, ada chepal hematoma, ada odema
berwarna kebiruan, ada luka pada kepala (P : 2cm L : 1 cm, diameter : 3 cm), tidak ada moulage
/ penyusupan, kulit kepala bersih, rambut hitam.
h : simetris, bentuk oval, berwarna kemerahan, tidak terdapat benjolan abnormal
: simetris, tidak ada strabismus / juling, tidak ada tanda-tanda infeksi, konjungtiva
merah muda,sklera tidak ikterik, dan penglihatan baik.
ga : simetris, bersih, tidak ada sekret, telinga berlubang
Hidung : lubang hidung simetris, tidak ada polip, tidak ada
secret, tidak ada cuping hidung.
t : simetris, bibir lembab, tidak ada labioskisis, tidak ada palatoskisis, tidak ada labiopalatoskisis,
lidah bersih, tidak ada kelainan pallatum, reflek hisap lemah.
r : tidak ada pembesaran kelenjar parotis, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada
pembesaran kelenjar limfe dan tidak adapembesaran kelenjar vena jugularis.
: simetris, tidak ada bunyi wezzing, tidak ada retraksi dinding dada, denyut jantung teratur, puting
susu menonjol.
Abdomen : simetris, tidak kembung, bising usus normal, tidak
ada massa/benjolan.
mitas Atas : simetris, jumlah jari tangan lengkap, tidak sianosis, gerakan aktif.
itas Bawah : simetris, jumlah jari kaki lengkap, tidak sianosis, gerakan aktif.
lia : jenis kelamin perempuan, vagina berlubang, uretra berlubang, labia mayora menutupi labia
minora.
ng : tidak lordosis, kifosis, skoliosis
: anus berlubang, dan tidak ada tanda-tanda infeksi
: warna kulit merah muda, ada verniks caseosa, tidak ada pembengkakan.

3.Pemeriksaan Penunjang Tgl :2-12-2012 Jam 08.45 WIB, Oleh : Bidan Rini
- Pemeriksaan Hb

4. Data Penunjang
Tidak ada
II. INTERPRETASI DATA
A. Diangnosa kebidanan
Seorang Bayi “Ny. R” umur 2 jam dengan cephal hematoma.
DS : Ibu Mengatakan anaknya lahir 2 Desember 2012
Ibu mengatakan 2 jam yang lalu melahirkan anak perempuan
Ibu mengatakan bayinya menangis kesakitan saat diraba bagian kepalanya tepatnya pada bagian
bekas luka vakum
DO :
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Tanda vital sign
Nadi : 120x/menit
Pernafasan : 50x/menit
Suhu : 36,8oC
Lingkar kepala
CFO : 33 cm CSOB : 34 cm
CMO : 35 cm CSMB : 34 cm
Pemeriksaan Reflek
Reflek morrow : Bayi langsung kaget saat ada rangsangan
Reflek rotting : Bayi langsung dapat mencari puting susu
Reflek sucking : Bayi dapat menghisap lemah
Reflek swallowing : Bayi dapat menelan dengan baik
Reflek tonick neck : Bayi dapat menoleh ke kanan dan kiri
la : Mesocepal, UUB Cembung, UUK datar, ada benjolan, ada chepal hematoma, ada odema
berwarna kebiruan, ada luka pada kepala (P : 2cm, L : 1 cm, diameter : 3 cm ), tidak ada
moulage / penyusupan, kulit kepala bersih, rambut hitam.

B. Masalah
a. Gangguan integritas pada kulit kepala karena luka bekas vakum ektraksi
DS : Keluarga mnegatakan banyinya terdapat pembengkakan pada kepala dan luka dalam keadaan
basah.
DO : - Terdapat pembangkakan berwarna kebiruan
- Terdapat luka yang masih basah karena vakum ekstraksi
- Keadaan luka bersih
b. Gangguan tekanan intracranial
DS : Keluarga mengatakan lahir dengan vakum dan terdapat pembengkakan pada kepala.
DO : Terdapat pembengkakan pada kepala bayi, dengan diameter 3 cm dan berwarna biru
c. Gangguan tingkat kecemasan orang tua
DS : Orang tua selalu cemas dan selalu menanyakan kondisi bayinya
DO : Keluarga tampak resah dan sedih, raut wajah orang tua tampak cemas.

III. DIAGNOSA POTENSIAL


Tidak ada

IV. ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA


Mandiri : Tidak ada

Kolaborasi : Tidak ada

Rujukan : Tidak ada

V. PERENCANAAN Tanggal : 2-12-2012, Jam : 09.00 WIB, Oleh : Bidan Rini

1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan


2. Jelaskan pada ibu tentang kondisi bayi saat ini
3. Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya, dan ajarkan ibu cara menyusui yang benar
4. Beritahu ibu cara pencegahan infeksi
5. Beritahu ibu tanda bahaya bayi baru lahir
6. Beri dukungan psikologis pada ibu dan keluarga
7. Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital, dan palpasi kepala pada pemeriksaan mendatang
8. Beritahu ibu jadwal kunjungan ulang

VI. PELAKSANAAN Tanggal :2-12-2012, Jam : 09.20 WIB, Oleh: Bidan Rini
1. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital (S=36,80C, R= 50x/menit, Nadi=120x/menit),
pemeriksaan fisik (BB=3200 gram, TB=50 cm, kepala = ada cephal hematoma).
2. Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang kondisi bayi saat ini. Bahwa keadaan pada benjolan
pada kepala merupakan hal yang fisiologis dan akan menghilang 2-8 minggu sehingga keluarga
tidak perlu cemas.
3. Menganjurkan ibu untuk tetep menyusui bayinya yaitu minimal setiap 2 jam atau bayi
menangis. Cara menyusui yang benar yaitusangga dan posisikan kepala dan tubuh bayi lurus,
tubuh bayi menempel pada perut ibu, sebagian besar areola mammae bagian bawah masuk
kedalam mulut bayi saat menyusui.
4. Memberitahu ibu cara pencegahan infeksi
a. Perawatan luka dan benjolan pada kepala
Melakukan perawatan luka dan pembengkakan pada kepala. Perawatan ini dilakukan setiap hari
oleh perawat/bidan yang bertugas, atau oleh keluarga dengan memperhatikan kebersihan luka
b. Perawatan tali pusat dengan teknik steril
Melakukan perawatan tali pusat secara steril dan mengajarkan pada keluarga mengenai cara
perawatan tali pusat secara steril.Biarkan tali pusat terbuka, jangan menambahkan apapun pada
tali pusat, jika tali pusat terkena air kencing, keringkan dengan kassa kering steril.
5. Memberitahu ibu dan keluarga bila terdapat tanda-tanda bahaya pada bayi dan laporkan segera
pada petugas. Dengan tanda-tanda sebagai berikut :
a. Suhu tubuh diatas 37,50C atau dibawah 350C
b. Pernapasan di atas 60 x/menit atau kurang dari 30 x/menit
c. Bayi mengalami ikterus atau warna kulit bayi berwarna kekuningan
d. Tanda-tanda bahaya lain yang timbul pada bayi.
6. Memberikan dukungan psikologis pada ibu dan keluarga, seperti : memberi dukungan bahwa ini
merupakan hal yang normal terjadi, ibu dan keluarga tidak perlu cemas.
7. Mengobservasi keadaan umum, tanda-tanda vital dan palpasi pada kepala, meliputi :
a. Periksa suhu tubuh
b. Hitung denyut nadi, cepat atau lambat
c. Hitung dan berikan pernafasan dalam atau dangkal
d. Periksa lingkar kepala bayi dan palpasi kepala
8. Memberitahu ibu kunjungan ulang 2 minggu kemudian pada tanggal 16-12-2012 atau jika ada
keluhan

VII.EVALUASI Tanggal :2-12-2012, Jam: 10.00 WIB, Oleh : Bidan Rini


1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan bayinya
2. Ibu sudah mengetahui kondisi bayinya saat ini dan ibu senang bahwa keadaan bayinya dalam
keadaan normal
3. Ibu bersedia untuk tetap memberikan ASI pada bayinya, dan ibu bersedia mengikuti anjuran
bidan cara menyusui yang benar
4. Ibu mengerti cara pencegahan infeksi, ditandai dengan ibu dapat membersihkan benjolan pada
kepala bayi
5. Ibu mengerti tentang tanda bahaya bayi baru lahir dan ibu bersedia melaporkan ke petugas
kesehatan jika menemukan gejala tanda bahaya.
6. Bidan telah meberikan dukungan psikologis, ibu tampak lebih tenang.
7. Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital dan palpasi kepala siap dilakukan
8. Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang 2 minggu kemudian pada tanggal 16-12-2012, atau
jika ada keluhan.

Diposkan oleh Midwifery blog di 05.39

ASUHAN NEONATUS BAYI dan BALITA


dengan CEPHAL HEMATOMA

ASUHAN NEONATUS BAYI dan


BALITA dengan
CEPHAL HEMATOMA
Dosen Pengampu : Maftuchah, S.SiT

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Neonatus Bayi dan


Balita dengan Cephal hematoma
Disusun oleh
1. Nur Latifah II B / AKU.11.037

2. Nurul Istiq Fitriyah II B / AKU.11.039

3. Puji Ratnasari II B / AKU.11.041

4. Renita II B / AKU.11.043

AKADEMI KEBIDANAN UNISKA KENDAL


Jalan Soekarno-Hatta No 99 Telp (0294) 381299
2011/2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat hidayah dan inayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ASUHAN NEONATUS BAYI dan BALITA.
Penyusun berharap tulisan ini bisa memberikan wawasan luas untuk memahami tentang Asuhan
Kebidanan neonatus bayi dan balita dengan cephalhematoma. Selain itu penyusun berharap tulisan ini
dapat menjadi dasar pengantar dan pemenuhan materi perkuliahan ASUHAN NEONATUS BAYI dan
BALITA.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat sangat membangun,
penulis mengharapkan demi kesempurnaan makalah ini dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita
semua.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu penyusunan
tulisan ini. Semoga Allah SWT memberkati kita semua.

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i

KATA PENGANTAR..................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..........................................................................

B. Rumusan Masalah.....................................................................

C. Tujuan.......................................................................................

D. Manfaat.....................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI........................................................................

A. Pengertian Cephal hematoma........................................................

B. Etiologi Cephal hematoma............................................................

C. Gejala dan Tanda Cephal hematoma...............................................

D. Patofisiologi Cephal hematoma........................................................

E. Komplikasi Cephal hematoma........................................................

F. Penatalaksanaan..................................................................

BAB III PENUTUP......................................................................................

A. Kesimpulan...............................................................................

B. Saran.........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Cephal hematoma biasanya disebabkan oleh cedera pada periosteum tengkorak selama
persalianan dan kelahiran, meskipun dapat juga timbul tanpa trauma lahir. Cephal hematoma terjadi
sangat lambat, sehingga tidak nampak adanya edema dan eritema pada kulit kepala. Insidennya adalah
2,5 %. Perdarahan dapat terjadi di satu atau kedua tulang parietal. Tepi periosteum membedakan cephal
hematoma dari caput sucsedeneum. Terdapat juga faktor predisposisi yaitu seperti tekanan jalan lahir
yang terlalu lama pada kepala saat persalinan, moulage terlalu keras dan partus dengan tindakan
seperti forcep maupun vacum ekstraksi. Caput terdiri atas pembengkaakan lokal kulit kepala akibat
edema yang terletak di atas periosteum. Selain itu,sefalhematum mungkin timbul beberapa jam setelah lahir,
sering tumbuh semakin besar dan lenyap hanya setelah beberapa minggu atau beberapa bulan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan Cephalhematoma ?

2. Apa penyebab dari Cephalhematoma ?

3. Bagaimana memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Cephalhematoma ?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian Cephalhematoma

2. Untuk mengetahui penyebab dari Cephalhematoma


3. Untuk mengetahui bagaimana memberikan asuhan kebidanan pada bayi barulahir dengan
Cephalhematoma.

4. Untuk menambah wawasan bagi mahasiswa dan pembaca tentang Cephalhematoma

D. MANFAAT

Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk memberikan gambaran tentang Cephalhematoma yang terjadi pada bayi dan balita

2. Sebagai bahan masukan untuk memperluas dan memperdalam pemahaman tentang Cephalhematoma

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN CEPHAL HEMATOMA

Cephal hematoma adalah perdarahan sub periosteal akibat kerusakan jaringan poriestum
karena tarikan atau tekanan jalan lahir. Dan tidak pernah melampaui batas sutura garis tengah.
Pemeriksaan x-ray tengkorak dilakukan, bila dicurigai ada nya faktur (mendekati hampir 5% dari seluruh
cephalhematoma). Tulang tengkorak yang sering terkena adalah tulang temporal atau parietal
ditemukan pada 0,5-2 % dari kelahiran hidup. (Menurut P.Sarwono.2002. Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal ; Bagus Ida Gede Manuaba. 1998; Prawiraharjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan)

Cephal hematoma adalah pembengkakan pada daerah kepala yang disebabkan karena
adanya penumpukan darah akibat pendarahan pada subperiostinum. ( Vivian nanny lia dewi, 2010 ) ).
Kelainan ini agak lama menghilang (1-3 bulan). Pada gangguan yang luas dapat
menimbulkan anemia dan hiperbilirubinemia. Perlu pemantauan hemoglobin, hematokrik, dan bilirubin.
Aspirasi darah dengan jarum tidak perlu di lakukan. (Sarwono Prawirohardjo,2007).

B. ETIOLOGI CEPHAL HEMATOMA

Hematoma dapat terjadi karena :

a) Persalinan lama

Persalinan yang lama dan sukar, dapat menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis ibu terhadap tulang
kepala bayi, yang menyebabkan robeknya pembuluh darah.

b) Tarikan vakum atau cunam


Persalinan yang dibantu dengan vacum atau cunam yang kuat dapat menyebabakan penumpukan darah
akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi tulang kepala ke jaringan periosteum.

c) Kelahiran sungsang yang mengalami kesukaran melahirkan kepala bayi.


( Menurut : Prawiraharjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan )

C. TANDA dan GEJALA CEPHAL HEMATOMA

Berikut ini adalah tanda-tanda dan gejala Cephal hematoma:

a) Adanya fluktuasi

b) Adanya benjolan, biasanya baru tampak jelas setelah 2 jam setelah bayi lahir

c) Adanya chepal hematoma timbul di daerah tulang parietal


Berupa benjolan timbunan kalsium dan sisa jaringan fibrosa yang masih teraba. Sebagian benjolan keras
sampai umur 1-2 tahun. Tempatnya tetap.

d) Kepala tampak bengkak dan berwarna merah, karena perdaraahan subperiosteum


e) Tampak benjolan dengan batas yang tegas dan tidak melampaui tulang tengkorak ( tidak melewati
sutura).

f) Pada perabaan terasa mula – mula keras kemudian menjadi lunak, tetapi tidak leyok pada tekanan dan
berfluktuasi.

g) Benjolan tampak jelas lebih kurang 6 – 8 jam setelah lahir

h) Benjolan membesar pada hari kedua atau ketiga, pembengkakan terbatas

i) Benjolan akan menghilang dalam beberapa minggu.

D. PATOFISIOLOGI CEPHAL HEMATOMA

a) Cephal hematoma terjadi akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi tulang kepala ke jaringan
poriosteum. Robeknya pembuluh darah ini dapat terjadi pada persalinan lama. Akibat pembuluh darah
ini timbul timbunan darah di daerah sub periosteal yang dari luar terlihat benjolan.

b) Bagian kepala yang hematoma bisanya berwarna merah akibat adanya penumpukan daerah yang
perdarahan sub periosteum.
( Menurut : FK. UNPAD. 1985. Obstetri Fisiologi Bandung )

E. KOMPLIKASI CEPHAL HEMATOMA

a) Ikterus

b) Anemia

c) Infeksi

d) Kalasifikasi mungkin bertahan selama > 1 tahun

Gejala lanjut yang mungkin terjadi yaitu anemia dan hiperbilirubinemia. Jarang menimbulkan
perdarahan yang memerlukan transfusi, kecuali bayi yang mempunyai gangguan pembekuan Kadang-
kadang disertai dengan fraktur tulang tengkorak di bawahnya atau perdarahan intra kranial.

F. PENATALAKSANAAN

Cephal hematoma umumnya tidak memerlukan perawatan khusus. Biasanya akan mengalami
resolusi khusus sendiri dalam 2-8 minggu tergantung dari besar kecilnya benjolan. Namun apabila
dicurigai adanya fraktur, kelainan ini akan agak lama menghilang (1-3 bulan) dibutuhkan
penatalaksanaan khususantara lain :
a) Cegah infeksi bila ada permukan yang mengalami luka maka jaga agar tetap kering dan bersih.

b) Tidak boleh melakukan massase luka/benjolan Cephal hematoma

c) Pemberian vitamin K

d) Pemeriksaan radiologi, bila ada indikasi gangguan nafas, benjolan terlalu besar observasi ketat untuk
mendeteksi perkembangan

e) Pantau hematokrit

f) Rujuk, bila ada fraktur tulang tengkorak, cephal hematoma yang terlalu besar

g) Bila tidak ada komplikasi, tanpa pengobatan khusus akan sembuh / mengalami resolusi dalam 2 - 8
minggu

h) Bayi dengan Cephal hematoma tidak boleh langsung disusui oleh ibunya karena pergerakan dapat
mengganggu pembuluh darah yang mulai pulih.
(Menurut : Manuaba. Ida Bagus Gede, 1998. Ilmu Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan)

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Cephal hematoma merupakan perdarahan subperiosteum. Cephal hematoma terjadi


sangat lambat, sehingga tidak nampak adanya edema dan eritema pada kulit kepala. Cephal
hematoma dapat sembuh dalam waktu 2 minggu hingga 3 bulan, tergantung pada ukuran
perdarahannya. Pada neonatus dengan cephal hematoma tidak diperlukan pengobatan, namun
perlu dilakukan fototerapi untuk mengatasi hiperbilirubinemia. Tindakan insisi dan drainase
merupakan kontraindikasi karena dimungkinkan adanya resiko infeksi. Kejadian cephal
hematoma dapat disertai fraktur tengkorak, koagulopati dan perdarahan intrakranial. Maka
dari itu sebagai seorang bidan kita harus terampil memberikan asuhan pada bayi baru lahir baik
yang normal maupun memilik kelainan untuk menghindari terjadinya cephal hematoma
tersebut.

B. SARAN

Pada pennderita cephal hematoma, bidan bisa menjelaskan kepada ibu dan keluarga
bayi bahwa tidak diperlukan tindakan atau penanganan khusus bila tanpa komplikasi. Salah
satu penyebab cephal hematom adalah trauma lahir, karena itu untuk mencegah terjadinya
cephal hematoma bisa dilakukan dengan memimpin persalinan yang aman dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Nur Muslihatun Wafi, 2010.Asuhan Neonatus Bayi dan Balita.Yogyakarta.Fitramaya

tutorialkuliah.blogspot.com/2009/05/cephal-hematoma.html diunduh tgl 19 mei.2012, 10.40 PM

http://mdqyudh.blospot.com/2009/11/asuhankebidanandengancephalhematoma/ diunduh tgl


19 mei 2012, 11.10 PM

Beranda > Keperawatan Anak > Caput Succedaneum dan Cephal Hematom

Caput Succedaneum dan Cephal Hematom


Oktober 14, 2011 perawat2008a Meninggalkan komentar Go to comments

2.1 Caput Succedaneum

2.1.1 Pengertian

Caput succedaneum adalah edema kulit kepala anak yang terjadi karena tekanan dari jalan lahir
kepada kepala anak. Atau pembengkakan difus, kadang-kadang bersifat ekimotik atau
edematosa, pada jaringan lunak kulit kepala, yang mengenai bagian kepala terbawah, yang
terjadi pada kelahiran verteks. Karena tekanan ini vena tertutup, tekanan dalam vena kapiler
meninggi hingga cairan masuk ke dalam jaringan longgar dibawah lingkaran tekanan dan pada
tempat yang terendah. Dan merupakan benjolan yang difus kepala, dan melampaui sutura garis
tengah. (Obstetri fisiologi, UNPAD.1985)

Caput succedaneum ini ditemukan biasanya pada presentasi kepala, sesuai dengan posisi bagian
yang bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi oedema sebagai akibat pengeluaran serum dari
pembuluh darah. Caput succedaneum tidak memerlukan pengobatan khusus dan biasanya
menghilang setelah 2-5 hari.(Sarwono Prawiroharjo.2002)

Kejadian caput succedaneum pada bayi sendiri adalah benjolan pada kepala bayi akibat tekanan
uterus atau dinding vagina dan juga pada persalinan dengan tindakan vakum ekstraksi.(Sarwono
Prawiroharjo.2002)

Caput succedaneum adalah edema di kulit kepala pada bagian presentasi kepala. Dapat mengenai
area kepala secara luas, atau hanya sebesar telur itik, pembengkakan dapat mencapai garis sutura
dan edema ini secara bertahap diabsorpsi dan menghilang dlam 3 hari.(Adele Pilliteri.2002)

2.1.2 Etiologi
Banyak hal yang menjadi penyebab terjadinya caput succedaneum pada bayi baru lahir(Obstetri
fisiologi,UNPAD, 1985, hal 254), yaitu :

1. Persalinan lama

Dapat menyebabkan caput succedaneum karena terjadi tekanan pada jalan lahir yang terlalu
lama, menyebabkan pembuluh darah vena tertutup, tekanan dalam vena kapiler meninggi hingga
cairan masuk kedalam cairan longgar dibawah lingkaran tekanan dan pada tempat yang terendah.

1. Persalinan dengan ekstraksi vakum

Pada bayi yang dilahirkan vakum yang cukup berat, sering terlihat adanya caput vakum sebagai
edema sirkulasi berbatas dengan sebesar alat penyedot vakum yang digunakan.

2.1.3 Patofisiologi

Kelainan ini timbul karena tekanan yang keras pada kepala ketika memasuki jalan lahir sehingga
terjadi bendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstra
vaskuler. Benjolan caput ini berisi cairan serum dan sering bercampur dengan sedikit darah.
Benjolan dapat terjadi sebagai akibat bertumpang tindihnya tulang kepala di daerah sutura pada
suatu proses kelahiran sebagai salah satu upaya bayi untuk mengecilkan lingkaran kepalanya
agar dapat melalui jalan lahir. Umumnya moulage ini ditemukan pada sutura sagitalis dan terlihat
segera setelah bayi lahir. Moulage ini umumnya jelas terlihat pada bayi premature dan akan
hilang sendiri dalam satu sampai dua hari.

Menurut Sarwono Prawiraharjo dalam Ilmu Kebidanan 2002, proses perjalanan penyakit caput
succedaneum adalah sebagi berikut :

1. Pembengkakan yang terjadi pada kasus caput succadeneum merupakan pembengkakan difus
jaringan otak, yang dapat melampaui sutura garis tengah.
2. Adanya edema dikepala terjadi akibat pembendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai
pengeluaran cairan tubuh. Benjolan biasanya ditemukan didaerah presentasi lahir dan terletak
periosteum hingga dapat melampaui sutura.

2.1.4 Manifestasi Klinis

Menurut Nelson dalam Ilmu Kesehatan Anak (Richard E, Behrman.dkk.2000), tanda dan gejala
yang dapat ditemui pada anak dengan caput succedaneum adalah sebagi berikut :

1. Adanya edema dikepala


2. Pada perabaan teraba lembut dan lunak
3. Edema melampaui sela-sela tengkorak
4. Batas yang tidak jelas
5. Biasanya menghilang 2-3 hari tanpa pengobatan

2.1.5 Pemeriksaan Diagnostik


Sebenarnya dalam pemeriksaan caput succedaneum tidak perlu dilakukan pemeriksaan
diagnostik lebih lanjut melihat caput succedaneum sangat mudah untuk dikenali. Namun juga
sangat perlu untuk melakukan diagnosa banding dengan menggunakan foto rontgen (X-Ray)
terkait dengan penyerta caput succedaneum yaitu fraktur tengkorak, koagulopati dan perdarahan
intrakranial. (Meida.2009)

2.1.6 Penatalaksanaan

Menurut Nelson dalam Ilmu Kesehatan Anak (Richard E, Behrman.dkk.2000), Pembengkakan


pada caput succedaneum dapat meluas menyeberangi garis tengah atau garis sutura. Dan edema
akan menghilang sendiri dalam beberapa hari. Pembengkakan dan perubahan warna yang analog
dan distorsi wajah dapat terlihat pada kelahiran dengan presentasi wajah. Dan tidak diperlukan
pengobatan yang spesifik, tetapi bila terdapat ekimosis yang ektensif mungkin ada indikasi
melakukan fisioterapi dini untuk hiperbilirubinemia.

Moulase kepala dan tulang parietal yang tumpang tindih sering berhubungan dengan adanya
caput succedaneum dan semakin menjadi nyata setelah caput mulai mereda, kadang-kadang
caput hemoragik dapat mengakibatkan syok dan diperlukan transfusi darah.

Berikut adalah penatalaksanaan secara umum yang bisa diberikan pada anak dengan caput
succedaneum :

1. Bayi dengan caput succedaneum diberi ASI langsung dari ibu tanpa makanan tambahan apapun,
maka dari itu perlu diperhatikan penatalaksanaan pemberian ASI yang adekuat dan teratur.
2. Bayi jangan sering diangkat karena dapat memperluas daerah edema kepala.
3. Atur posisi tidur bayi tanpa menggunakan bantal
4. Mencegah terjadinya infeksi dengan :

1) Perawatan tali pusat

2) Personal hygiene baik

1. Berikan penyuluhan pada orang tua tentang :

1) Perawatan bayi sehari-hari, bayi dirawat seperti perawatan bayi normal.

2) Keadaan trauma pada bayi , agar tidak usah khawatir karena benjolan akan menghilang 2-3
hari.

1. Berikan lingkungan yang nyaman dan hangat pada bayi.


2. Awasi keadaan umum bayi.

2.2 Cephal Hematom

2.2.1 Pengertian
Cephal hematom adalah perdarahan subperiosteal akibat kerusakan jaringan poriesteum karena
tarikan atau tekanan jalan lahir. Dan tidak pernah melampaui batas sutura garis tengah. Tulang
tengkorak yang sering terkena adalah tulang temporal atau parietal ditemukan pada 0,5 – 2 %
dari kelahiran hidup. (Prawiraharjo,Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan)

Menurut Abdul Bari Saifudin, cephal hematoma adalah pendarahan sub periosteum akibat
keruasakan jaringan periosteum karena tarikan/tekanan jalan lahir dan tidak pernah melampaui
batas sutura garis tengah.(Ika Nugroho.2011)

Gambar 2. Cephal hematom

2.2.2 Klasifikasi

Menurut letak jaringan yang terkena ada 2 jenis yaitu(Ika Nugroho.2011) :

1. Subgaleal

Galea merupakan lapiasan aponeurotik yang melekat secara longgar pada sisi sebelah dalan
periosteum. Pembuluh-pembuluh darah vena di daerah ini dapat tercabik sehingga
mengakibatkan hematoma yang berisi sampai sebanyak 250 ml darah. Terjadi anemia dan bisa
menjadi shock. Hematoma tidak terbatas pada suatu daerah tertentu (Oxorn, Harry, 1996).

Penyebabnya adalah perdarahan yang letaknya antara aponeurosis epikranial dan periosteum.
Dapat terjadi setelah tindakan ekstraksi vakum. Jarang terjadi karena komplikasi tindakan
mengambil darah janin untuk pemeriksaan selama persalinan, risiko terjadinya terutama pada
bayi dengan gangguan hemostasis darah.

Sedangkan untuk kadang-kadang sukar didiagnosis, karena terdapat edema menyeluruh pada
kulit kepala. Perdarahan biasanya lebih berat dibandingkan dengan perdarahan subperiosteal,
bahaya ikterus lebih besar.

1. Subperiosteal

Karena periosteum melekat pada tulang tengkorak di garis-garis sutura, maka hematoma terbatas
pada daerah yang dibatasi oleh sutura-sutura tersebut. Jumlah darah pada tipe subperiosteal ini
lebih sedikit dibandingkan pada tipe subgaleal, fraktur tengkorak bisa menyertai.

Gambaran Klinis : kulit kepala membengkak. Biasanya tidak terdeteksi samapai hari ke 2 atau
ke 3. Dapat lebih dari 1 tempat. Perdarahan dibatasi oleh garis sutura, biasanya di daerah
parietal.

Perjalanan Klinis dan Diagnosis : Pinggirnya biasanya mengalami klasifikasi. Bagian tengah
tetap lunak dan sedikit darah akan diserap oleh tubuh. Mirip fraktur depresi pada tengkorak.
Kadang-kadang menyebabkan ikterus neonatorum.
2.2.3 Etiologi

Menurut Sarwono Prawiraharjo dalam Ilmu Kebidanan 2002, cephal hematom dapat terjadi
karena :

1. Persalinan lama

Persalinan yang lama dan sukar, dapat menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis ibu terhadap
tulang kepala bayi, yang menyebabkan robeknya pembuluh darah.

1. Tarikan vakum atau cunam

Persalinan yang dibantu dengan vacum atau cunam yang kuat dapat menyebabakan penumpukan
darah akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi tulang kepala ke jaringan periosteum.

1. Kelahiran sungsang yang mengalami kesukaran melahirkan kepala bayi.

2.2.4 Patofisiologi

Kadang-kadang, cephal hematom terjadi ketika pembuluh darah pecah selama persalinan atau
kelahiran yang menyebabkan perdarahan ke dalam daerah antara tulang dan periosteum. Cedera
ini terjadi paling sering pada wanita primipara dan sering berhubungan dengan persalinan dengan
forsep dan ekstraksi vacum. Tidak seperti kapu suksedaneum, cephal hematoma berbatas tegas
dan tidak melebar sampai batas tulang. Cephal hematom dapat melibatkan salah satu atau kedua
tulang parietal. Tulang oksipetal lebih jarang terlibat, dan tulang frontal sangat jarang terkena.
Pembengkakan biasanya minimal atau tidak ada saat kelahiran dan bertambah ukuranya pada
hari kedua atau ketiga. Kehilangan darah biasanya tidak bermakna.(Wong,2008)

Menurut FK. UNPAD. 1985 dalam Obstetri Fisiologi Bandung, peroses perjalanan penyakit
cephal hematom adalah :

1. Cephal hematom terjadi akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi tulang kepala ke
jaringan poriosteum. Robeknya pembuluh darah ini dapat terjadi pada persalinan lama. Akibat
pembuluh darah ini timbul timbunan darah di daerah sub periosteal yang dari luar terlihat
benjolan.
2. Bagian kepala yang hematoma bisanya berwarna merah akibat adanya penumpukan daerah
yang perdarahan subperiosteum.

2.2.5 Manifestasi Klinis

Berikut ini adalah tanda-tanda dan gejala Cephal hematom.(Menurut Prawiraharjo,


Sarwono.2002.Ilmu Kebidanan):

1. Adanya fluktuasi
2. Adanya benjolan, biasanya baru tampak jelas setelah 2 jam setelah bayi lahir .
3. Adanya cephal hematom timbul di daerah tulang parietal. Berupa benjolan timbunan kalsium
dan sisa jaringan fibrosa yang masih teraba. Sebagian benjolan keras sampai umur 1-2 tahun.
2.2.6 Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan X-Ray tengkorak dilakukan bila dicurigai adanya fraktur (mendekati hampir 5%
dari seluruh cephal hematom). Dan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai kadar bilirubin,
hematokrit, dan hemoglobin.(Alpers, ann.2006)

2.2.7 Penatalaksanaan

Tidak diperlukan penanganan untuk cephal hematom tanpa komplikasi. kebanyakan lesi
diabsorbsi dalam 2 minggu sampai 3 bulan. Lesi yang menyebabkan kehilangan darah hebat ke
daerah tersebut atau yang melibatkan fraktur tulang di bawahnya perlu evaluasi lebih lanjut.
Hiperbilirubinemia dapat tejadi selama resolusi hematoma ini. Infeksi lokal dapat terjadi dan
harus dicurigai bila terjadi pembengkakan mendadak yang bertambah besar.(Wong.2008)

Menurut Ida Bagus Gde Manuaba 1998, cephal hematoma umumnya tidak memerlukan
perawatan khusus. Biasanya akan mengalami resolusi khusus sendiri dalam 2-8 minggu
tergantung dari besar kecilnya benjolan. Namun apabila dicurigai adanya fraktur, kelainan ini
akan agak lama menghilang (1-3 bulan) dibutuhkan penatalaksanaan khusus antara lain :

1. Menjaga kebersihan luka.


2. Tidak boleh melakukan massase luka/benjolan cephal hematoma.
3. Pemberian vitamin K.
4. Bayi dengan cephal hematoma tidak boleh langsung disusui oleh ibunya karena pergerakan
dapat mengganggu pembuluh darah yang mulai pulih.
5. Pemantauan bilirubinia, hematokrit, dan hemoglobin.
6. Aspirasi darah dengan jarum suntik tidak diperlukan.

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan

Mengingat konsep dan perjalanan penyakit yag terjadi pada caput succedaneum dan cephal
hematom adalah hampir sama, maka konsep asuhan keperawatan yang dapat diberikan juga
hampir sama pula. Akan tetapi tetap dalam koridor penyakit perdarahan ekstrakranial.

2.3.1 Pengkajian

1. Subjektif

1) Identitas

Terjadi pada bayi baru lahir terutama nampak jelas segera (Caput Succedaneum) dan pada
beberapa jam atau hari setelah lahir(Cephal Hematom).

2) Keluhan

Benjolan di kepala bayi segera dan beberapa jam setelah lahir.


1. Objektif

1) Benjolan di kepala bayi, biasanya pada daerah tulang parietal, oksipital.

2) Berkembang secara bertahap segera setelah persalinan.(Caput Succedaneum)

3) Berkembang secara bertahap dalam waktu 12-72 jam.(Cephal Hematom)

4) Pembengkakan kepala berbentuk benjolan difus.

5) Tidak berbatas tegas, melampaui batas sutura. (Caput Succedaneum)

6) Berbatas tegas, tidak melampaui batas sutura. (Cephal Hematom)

7) Perabaan, mula-mula keras lama kelamaan lunak.

8) Pada daerah pembengkakan terdapat pitting odema.

9) Sifat timbulnya perlahan, benjolan tampak jelas setelah 6-8 jam setelah lahir.

10) Bersifat soliter / multiple.

11) Anemi, hiperbilirubin bila gangguan meluas.

12) Jarang menimbulkan perdarahan yang memerlukan transfusi, kecuali bayi yang
mempunyai gangguan pembekuan.

1. c. Pemeriksaan radiologi : dilakukan bila ada indikasi gangguan nafas, benjolan terlalu besar.
2. Pemeriksaan Laboratorium untuk menilai kadar hematokrit, hemoglobin, bilirubin, dan faktor
pembekuan.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

1. a. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan trauma jaringan perinatal.


2. b. Ansietas (anak dengan orang tua) berhubungan dengan ketidak tahuan status kesehatan
anak.
3. c. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya indurasi.

2.3.3 Rencana Keperawatan

No. Dx. Tujuan & KH Intervensi Rasional


Keperawatan
1. Gangguan rasa
nyaman
berhubungan
dengan trauma
jaringan perinatal.

Tujuan:

Anak akan menunjukkan berkurangnya rasa ketidaknyamanan.

KH :

1. Anak tidak rewel.


2. Anak tidak terus menangis.
3. Anak memperhatikan tanda – tanda vital dalam batas normal.

1. Kaji ekspresi anak (diam, rewel, menangis terus-menerus,dll)

1. Kurangi jumlah cahaya lampu, kebisingan, dan berbagai stimulus lingkunagn lainya dalam anak.

1. Kaji tanda – tanda vital, catat peningkatan frekuensi nadi, peningkatan atau penurunan nafas,
dan diforesis.

1. Kolaborasi : Berikan analgesik sesuai kebutuhan untuk nyeri.


2. Memberikan data dasar untuk menentukan dan mengevaluasi intervensi yang diberikan.
3. Stimulus demikian dapat mengganggu anak yang mengalami cedera. Karena dapat
meningkatkan tekanan intrkranial.
4. Peningkatan frekuensi nadi, peningkatan atau penurunan frekuensi pernapasan, atau diforesis
menunjukkan ketidaknyamanan.
5. Mengurangi nyeri dan spasme otot

2.

Ansietas (anak dengan orang tua) berhubungan dengan ketidaktahuan status kesehatan anak.

Tujuan:

Anak dan Orang tua akan menunjukkan kecemasan berkurang.

KH :

1. Menunjukkan pengurangan rasa agitasi


2. Mengajukan pertanyaan yang tepat sehubungan dengan penyakit dan penangananya.
1. Jelaskan orang tua tentang tujuan semua tindakan keperawatan yang dilakukan dan bagaimana
tindakan dilakukan

1. Ijinkan orang tua tetap menemani anak, bergantung pada keadaan anak.

1. Berikan informasi akurat, konsisten mengenai prognosis.

rasio

1. Dengan menegetahui apa yang akan dilakukan sebelum melaksanakan prosedur dan mengapa
prosedur tersebut dilakukan membantu mengurangui kecemasan.
2. Dengan mengijinkan orang tua untuk menemani anak memberi dukungan emosional pada anak
dan mengurangi kecemasan pada anak. Kecemasan orang tua akan berkurang dengan
mengijinkan mereka memantau dan berpartisipasi dalam perawatan anak.

1. Dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat keputusan atau pilihan sesuai
realita.

3.

Resiko infeksi berhubungan dengan adanya indurasi.Tujuan :

Anak akan menunjukkan tidak adanya tanda atau gejala infeksi.

KH :

1. Suhu tubuh kurang dari 37oC


2. Tidak ada drainase dari luka (cephal hematom)
3. Tidak ada tanda-tanda infeksi.
4. Sel darh putih dalam batas normal sesuai dengan usia.

1. Kaji keadaan indurasi pada anak.

1. Pantau suhu suhu anak setiap 4 jam

1. Kaji tanda dan gejala meningitis, termasuk kakuk kuduk, peka rangsang, nrei kepala, demam,
muntah, dan kejang–kejang.
2. Ganti balutan indurasi(jiak ada) dan gunakan teknik sterilisasi.

1. Mengidentifikasi adanya infeksi secara dini.


2. Hipertermi merupakan suatu tanda infeksi.
3. Meningitis merupakn komplikasi yang mengkin terjadi padasetiap kejadian cephal hematom
walaupun jarang.

1. Teknik steril akan membantu mencegah masuknya bakteri kedalam luka dan mengurangi infeksi.

Tabel 1. Rencana keperawatan (Speer, Kathleen Morgan.2007)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Caput succedaneum adalah pembengkakan yang edematosa atau kadang-kadang ekimotik dan
difus dari jaringan lunak kulit kepala yang mengenai bagian yang telah dilahirkan selama
persalinan verteks. Edema pada caput succedaneum dapat hilang pada hari pertama, sehingga
tidak diperlukan terapi. Tetapi jika terjadi ekimosis yang luas, dapat diberikan indikasi fototerapi
untuk kecenderungan hiperbilirubin. Kadang-kadang caput suksadenum disertai dengan molding
atau penumpangan tulang parietalis, tetapi tanda tersebut dapat hilang setelah satu minggu.

Cephal hematom merupakan perdarahan subperiosteum. Cephal hematom terjadi sangat lambat,
sehingga tidak nampak adanya edema dan eritema pada kulit kepala. Cephal hematom dapat
sembuh dalam waktu 2 minggu hingga 3 bulan, tergantung pada ukuran perdarahannya. Pada
neonatus dengan sefalhematoma tidak diperlukan pengobatan, namun perlu dilakukan fototerapi
untuk mengatasi hiperbilirubinemia. Tindakan insisi dan drainase merupakan kontraindikasi
karena dimungkinkan adanya risiko infeksi. Kejadian cephal hematom dapat disertai fraktur
tengkorak, koagulopati dan perdarahan intrakranial.

3.2 Saran

Pada caput succedaneum dan cephal hematom, perawat bisa menjelaskan kepada ibu dan
keluarga bayi bahwa tidak diperlukan tindakan atau penanganan khusus bila tanpa komplikasi.
Salah satu penyebab cephal hematom adalah trauma lahir, karena itu untuk mencegah terjadinya
caput succedaneum dan cephal hematom bisa dilakukan dengan memimpin persalinan yang
aman dan tepat.

Anda mungkin juga menyukai