Anda di halaman 1dari 15

BAB III

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA KELUARGA TN “Y”


DENGAN BALITA STUNTING GIZI BAIK
DI DESA JATIWARAS

I. PENGKAJIAN:

Tanggal : 16 September 2021 Jam : 10.00 WIB

IDENTITAS PASIEN:
Identitas Kepala Keluarga Status : Istri
1. Nama : Tn. Y 1. Nama : Ny. W
2. Umur : 45 2. Umur : 37
3. Agama : Islam 3. Agama : Islam
4. Pendidikan : SD 4. Pendidikan : SD
5. Pekerjaan : Buruh 5. Pekerjaan : IRT
6. Suku bangsa : Sunda 6. Suku Bangsa: Sunda
7. Alamat : 7. Alamat : Jatiwaras

A. Data Keluarga
1. Nama KK : Tn. Y
2. Jumlah anggota keluarga : 1 Orang
a. Laki-laki : 1 Orang
b. Perempuan : 3 Orang
3. Distribusi anggota keluarga menurut kelompok umur dan jenis kelamin
No. Kelompok Umur L P
a. 0 - 11 bulan - -
b. 1 - 4 tahun - 33 Bulan
c. 5 - 6 tahun -
d. 7 - 15 tahun - 9 Tahun
e. 15 - 49 tahun 17 Tahun 37 Tahun
f. 50 - 60 tahun - -
g. > 60 tahun - -
Jumlah - -
4. Distribusi anggota keluarga menurut tingkat pendidikan
No. Tingkat pendidikan Jumlah
a. Tidak Sekolah -
b. Belum Sekolah 1
c. Belum Tamat TK -
d. Belum Tamat SD 1
e. Tidak Tamat SD -
f. Tamat SD 3
g. Tamat SLTP -
h. Tamat SLTA -
i. Tamat PT/Akademi -
Jumlah -
5. Distribusi anggota keluarga menurut mata pencaharian (17 tahun ke atas)
No. Mata Pencaharian Jumlah
a. Petani -
b. Nelayan -
c. Peternak -
d. Pengusaha Industri -
e. Pekerjaan Buruh Kerja 2
f. Pengrajin -
g. PNS (ABRI/Sipil) -
h. Karyawan Swasta -
i. Pensiunan -
j. Lain-lain -
Jumlah -
B. Status Kesehatan
1. Kesakitan
a. Anggota keluarga yang sakit : Ada, Balita
b. Proporsi sakit : Tidak Ada
- Bayi : Tidak Ada
- Balita : Ada
- Ibu : Tidak Ada
2. Sarana tempat berobat : Praktek Swasta / Bidan
3. Kematian anggota keluarga dalam 1 tahun terakhir : Tidak Ada

C. Pelayanan Kesehatan
1. KIA
a. Kehamilan : Tidak Ada
1) Umur kehamilan : Tidak Ada
2) Frekuensi pemeriksaan kehamilan : Tidak Ada
Alasan periksa : Tidak Ada
3) Imunisasi TT : Tidak Ada
Alasan imunisasi TT tidak lengkap : Tidak Ada
4) Pemberian tablet FE : Tidak Ada
5) PMT Bumil : Tidak Ada
6) Vitamin : Tidak Ada
7) Buku KIA/KMS Bumil : Tidak Ada
8) Bumil mengikuti Tabulin : Tidak Ada
9) Bumil dengan faktor resiko : Tidak Ada
b. Persalinan (umur bayi maksimal 11 bulan 29 hari) : Tidak Ada
c. Ibu Nifas : Tidak Ada
d. Ibu Meneteki : Tidak Ada
e. Bayi dan Balita : Ada
f. Prasekolah : Tidak Ada
g. Usia Sekolah : Ada
h. Remaja : Ada
i. Dewasa : Ada
j. Menopause : Tidak Ada
k. Lansia : Ada
l. Imunisasi : BCG, Polio III, DPT III, Hepatitis
B,Campak (Imunisasi Dasar Sudah Lengkap)
2. Keluarga Berencana
Ibu tmenggunakan alat kontrasepsi Suntik sejak pasca melahirkan
3. Jenis industri RT : Tidak Ada
4. P2M (Pencegahan Penyakit Menular) : Tidak Ada
Anggota keluarga mengalami demam : Tidak Ada
Periksa darah ke laboratorium : Tidak Ada
5. Perkesmas
Penderita sakit dirawat dirumah : Tidak Ada
6. Laboratorium
Anggota keluarga periksa ke laboratorium : Tidak Ada

D. Perilaku Terhadap Kesehatan Umum


1. Perilaku gosok gigi dan mandi
- Frekuensi : 2x Sehari
- Tempat mandi : Kamar mandi di dalam rumah
- Penggunaan sabun : sabun cair bersama
- Frekuensi gosok gigi : 2x sehari
- Jumlah sikat gigi : 6 buah
2. Perilaku BAB
Tempat BAB : di Closet (WC)
3. Kebiasaan mengambil air minum
Tempat dan apakah dimasak : Air Sumur dan di masak
4. Kebiasaan ganti pakaian sehari : 2x Sehari
5. Kebiasaan membersihkan rumah : 2x Sehari
6. Pantangan makan dan minum : Tidak Ada
7. Keluarga sadar gizi (kadarzi)
a. Hasil kadar gizi
1) Keluarga makan aneka ragam makanan : Ya
2) Keluarga memantau kesehatan dan pertumbuhan dengan cara timbang berat
badan : Ya
3) Keluarga gunakan garam beryodium dalam makanan sehari-hari : Ya
4) Ibu memberikan ASI Eksklusif hanya sampai bayi berumur 4 bulan
5) Keluarga biasa makan pagi : Ya, Pukul 07.00 WIB
6) Makan 3x sehari : Ya
b. Status kadarzi : Tidak Sadar gizi
E. Lingkungan
1. Kesehatan Lingkungan
a. Pembuangan kotoran : Ada dan Sesuai namun kebersihannya kurang
b. Penyediaan air bersih : Ada, Sumur
c. Pembuangan sampah : Dikumpulkan dan Dibakar
d. Pembuangan air limbah : Ada, dari galian tanah/selokan
e. Jendela rumah/ventilasi : Ada Cuman Tidak Dibuka
f. Cerobong asap dapur : Tidak Ada
g. Ruang tidur : Ada, 2 ruang kamar tidur
h. Bebas jentik : Ya
i. Bebas tikus : Ya
j. Bebas lalat : Ya
k. Pekarangan rumah : Kurang bersih
l. Kelayakan rumah : Layak,namun kurang dalam segi Kebersihan
2. Sosial ekonomi
Keluarga ini termasuk golongan ekonomi menengah kebawah, dengan pekerjaan suami
sebagai buruh bangunan dan istri sebagai Ibu Rumah tangga Dengan penghasilan ± Rp.
2.400.000,- per bulan.

3. Sosial budaya
Suku bapak Yadi adalah Sunda tinggal di daerah perkampungan,Mekanisme
Koping( Cara pemecahan masalah konsultasi dengan Suami). Ibu tinggal serumah
dengan anak,suami,dan ayahnya. Pengambilan keputusan utama dalam keluarga adalah
suami,dalam kondisi emergensi ibu tidak dapat mengambil keputusan sendiri.
Perkawinan yang di dalamnya laki-laki berpegang pada keyakinan tentang adanya
ketidakleluasaan dan beban tanggung jawab meski memperoleh apa-apa yang ditetapkan norma
seperti wewenang, kebebasan, dan hak untuk mendapatkan pemeliharaan, pelayanan kasih
sayang dan seksual dari isteri.
4. Kebutuhan kesehatan yang dirasakan oleh masyarakat
Jika keluarga sakit ringan seperti flu, demam, dan lain-lain biasanya mereka berobat ke
Bida praktek swasta. Kegiatan Imunisasi dan penimbangan dilakukan di Posyandu.

I. INTERPRETASI DATA
Diagnosa : Balita perempuan usia 33 bulan dengan Status Stunting Gizi Baik.
Dasar : Ibu mengatakan bahwa balita perempuannya berusia 33 bulan,
proporsi tubuh agak pendek dengan berat badan 10,7 kg dengan
Tinggi Badan 82 cm
Masalah Dasar : - Tinggi badan dibawah Standar (Stunting) denganTinggi Badan 82
cm.
- Ibu kurang memahami pemberian makan yang baik pada anaknya
- Pemberian ASI Eksklusif hanya sampai bayi usia 4 bulan
- Penambilan keputusan selalu oleh suami
Kebutuhan : - Keluarga membutuhkan penyuluhan tentang pentingnya asupan gizi
yang baik pada balita.

II. DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL


Gangguan perkembangan kecerdasan, pertumbuhan fisik dan mental.
III. ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA
Kolaborasi keluarga dengan dokter dan ahli gizi untuk memastikan keadaan balita.
IV. PERENCANAAN
a. Jelaskan kepada keluarga tentang pertumbuhan dan perkembangan fisik yang
normal pada balita.
b. Jelaskan kepada keluarga tentang faktor-faktor penyebab terjadinya keterlambatan
pertumbuhan fisik pada balita.
c. Jelaskan Cara penanganan Balita Stunting
d. Jelaskan kepada keluarga tentang pemenuhan asupan gizi yang cukup untuk balita.
e. Anjurkan kepada keluarga untuk tetap membawa balita ke posyandu sesuai jadwal.
f. Anjurkan keluarga untuk selalu menjaga kebersihan Lingkungan.
g. Berikan KIE tentang hak-hak perempuan.
h. Berikan KIE ASI Eksklusif sampai 6 bulan

V. PENATALAKSANAAN
a. Menjelaskan kepada keluarga tentang pertumbuhan dan perkembangan fisik yang
normal Pada Balita.
1. Setiap anak memiliki tahap pertumbuhan masing-masing, Namun umumnya,pada
usia 33 bulan anak memiliki tinggi badan dan berat pada seperti
 Tinggi Badan : 93.4 cm
 Berat Badan : 13,8 kg
 Lingkar Kepala : 49,2 cm
2. Pada usia ini balita juga sudah mulai tertarik untuk bersosialisasi. Mungkin saja
mereka akan bermain kerumah tetangga yang ada anak seusianya atau
mengundang teman-temannya untuk bermain bersamanya.meraka juga sudah
mulai paham bahwa berbagi mainan atau makanan merupakan bagian dari
kemudahan mereka untuk bisa bersosialisasi. Saat ini tumbuh kembang anak
sudah mulai terlihat lebih intens untuk mulai mengobrol dengan teman seusianya
atau berusaha berkomunikasi menggunakan susunan kata yang lebih
kompleks.perkataanya sudah di pahami lebih jelas. Mereka juga sudah bisa
mengungkapkan berbagai ekspresi emosi seperti senang,sedih,marah dan
sebagainya.
b. Menjelaskan kepada keluarga tentang faktor-faktor penyebab terjadinya
keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan fisik pada balita.
1. Kejadian stunting pada anak balita merupakan konsekuensi dari beberapa faktor
yang saling berpengaruh satu sama lain. Dari beberapa faktor yang ada, terdapat
faktor yang paling mempengaruhi terjadinya stunting pada anak balita baik yang
berada di wilayah pedesaan maupun perkotaan. Berdasarkan hasil uji regresi
logistik menunjukkan bahwa tingkat kecukupan zink merupakan faktor yang
paling mempengaruhi kejadian stunting pada anak balita yang berada di wilayah
pedesaan maupun perkotaan. Hasil yang sama pada penelitian yang dilakukan di
Semarang bahwa tingkat kecukupan zink merupakan faktor yang paling
mempengaruhi terhadap kejadian stunting pada anak balita. Zink merupakan
salah satu zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit tetapi kebutuhannya
sangat esensial bagi kehidupan. Hal tersebut yang dapat mempengaruhi proses
pertumbuhan pada sebagain besar anak balita.
2. Selain itu yang sudah disebutkan di atas, ada beberapa faktor lain yang
menyebabkan stunting pada anak, yaitu:
 Kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi sebelum hamil, saat hamil, dan
setelah melahirkan.
 Terbatasnya akses pelayanan kesehatan, termasuk layanan kehamilan
dan postnatal (setelah melahirkan).
 Kurangnya akses air bersih dan sanitasi.
 Masih kurangnya akses makanan bergizi karena tergolong mahal.
c. Menjelaskan cara penanganan Balita Stunting
1. Rutin memantau pertumbuhan perkembangan balita.
2. Memberikan makanan tambahan (PMT) untuk balita.
3. Melakukan stimulasi dini perkembangan anak.
4. Memberikan pelayanan dan perawatan kesehatan yang optimal untuk anak.
d. Menjelaskan kepada keluarga tentang pemenuhan asupan gizi yang cukup untuk
balita.
1. Pola Makan
Masalah stunting dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap makanan dari
segi jumlah dan kualitas gizi, serta seringkali tidak beragam.
Istilah “Isi Piringku” dengan gizi seimbang perlu diperkenalkan dan dibiasakan
dalam kehidupan sehari-hari. Bagi anak-anak dalam masa pertumbuhan,
memperbanyak sumber protein sangat dianjurkan, di samping tetap membiasakan
mengonsumsi buah dan sayur.
Dalam satu porsi makan, setengah piring diisi oleh sayur dan buah,
setengahnya lagi diisi dengan sumber protein (baik nabati maupun hewani)
dengan proporsi lebih banyak daripada karbohidrat.
Menganjurkan ibu untuk membuat stup daging ayam dan daun kelor (yamlor)
untuk di konsumsi balita 3 hari sekali sebanyak 3 cup.
Cuci dan cincang ayam, rebus bihun selama 5 menit pada suhu 90°-100°C,
blanching daun kelor pada suhu 80°C selama 25 detik, kupas dan cuci wortel
serta kentang, cincang wortel dan kukus kentang selama 10 menit dengan suhu
80°-90°C. Tumis bawang putih dan bawang bombai menggunakan margarin.
Tumis ayam, bihun dan wortel, kemudian tambahkan telur, susu dan daun kelor.
Haluskan kentang dan letakkan pada aluminium foil dengan layer 1 sebagai isi
dan layer 2 kentang dan keju,Kukus pada suhu 80°C selama 20 menit.
2. Pola Asuh
Stunting juga dipengaruhi aspek perilaku, terutama pada pola asuh yang
kurang baik dalam praktek pemberian makan bagi bayi dan Balita.
Pola asuh dan status gizi sangat dipengaruhi oleh pemahaman orang tua
(seorang ibu) maka, dalam mengatur kesehatan dan gizi di keluarganya. Karena
itu, edukasi diperlukan agar dapat mengubah perilaku yang bisa mengarahkan
pada peningkatan kesehatan gizi ibu dan anaknya.
e. Menganjurkan kepada keluarga untuk tetap membawa balita ke posyandu sesuai
jadwal.
Pemantauan pertumbuhan anak dapat dilakukan dengan menimbang berat
badan, mengukur panjang/tinggi badan serta llingkar kepala. Pengukuran dapat
dilakukan secara berkala dan kemudian diplotkan ke dalam kurva pertumbuhan 
yang sesuai untuk umur dan jenis kelamin yang ada dibuku kesehatan anak atau
sesuai dengan pedoman IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia).
Sedangkan pemantauan perkembangan anak dapat dilakukan dengan
pengamatan langsung pada bayi/anak oleh tenaga kesehatan dan juga
menggunakan kuesioner yang dijawab oleh orangtua atau dapat dengan
menggunakan buku kesehatan Ibu dan Anak. 
f. Mengannjurkan keluarga untuk selalu menjaga kebersihan Lingkungan.
Masalah gizi pada bayi dan balita berdampak besar terhadap perkembangan
dan pertumbuhan pada masa bayi dan balita terutama pada dua tahun awal
kehidupan. Balita yang stunting merupakan hasil dari masalah gizi kronis sebagai
akibat dari asupan makanan yang kurang, ditambah dengan penyakit infeksi, dan
masalah lingkungan. (Zairinayati dan Rio Purnama, 2019)
1. Keberadaan jamban yang tidak memenuhi standar secara teori berpotensi memicu
timbulnya penyakit infeksi yang karena hygiene dan sanitasi yang buruk
(misalnya diare dan kecacingan) yang dapat menganggu penyerapan nutrisi pada
proses pencernaan.
2. Keberadaan air bersih kecil pengaruhnya,akan tetapi tetap berpengaruh karena
mengindikasikan sanitasi dari suatu tempat tertentu. Terkait juga dengan diare.
Sarana air bersih termasuk faktor dominan yang mempengaruhi kejadian diare
pada balita. Untuk mencegah terjadinya diare maka air bersih harus diambil dari
sumber yang baik (terlindungi/tidak terkontaminasi).
Anak yang berasal dari keluarga dengan sumber air yang tidak terlindungi dan
jenis jamban yang tidak memenuhi standar akan lebih berisiko terkena stunting
(Ardiyanti Besral, 2014)
g. Memberikan KIE tentang hak-hak perempuan dalam pengambilan keputusan.
1. Hak dalam perkawinan dan keluarga
Mengenai hak-hak suami isteri, pasal 31 dalam Undang-Undang Perkawinan
mengatakan adalah sebagai berikut :
- Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami
dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam
masyarakat.
- Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum.
- Suami adalah kepala keluarga dan isteri adalah ibu rumah tangga.
h. Memberika KIE ASI Eksklusif sampai usia bayi 6 bulan
ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan pertama masa
kehidupan bayi tanpa asupan makanan ataupun minuman lain kecuali vitamin,
obat dan oralit. Fungsi ASI adalah sebagai pemenuhan asupan nutrisi bayi,
meningkatkan daya tahan tubuh dan menurunkan angka kesakitan serta kematian
bayi,.oleh karena itu pemberian ASI eksklusif ini sangat disarankan dan
dianjurkan dilanjutkan sampai bayi berusia 2 tahun. Menurut riset Depkes tahun
2014 prevalensi pemberian ASI eksklusif di Indonesia sebesar 52,3% dimana
angka ini belum mencapai target program Kemenkes 2014 sebesar 80% dan
untuk di Bali prevalensinya baru mencapai 72,2%. 1
VI. EVALUASI
Tanggal: 23 September 2021 Pukul : 10.00 WIB
a. Keluarga sudah mengerti tentang pertumbuhan dan perkembangan fisik yang
normal pada balita.
b. Keluarga sudah mengerti tentang faktor-faktor penyebab terjadinya keterlambatan
pertumbuhan fisik pada balita.
c. Keluarga sudah mengerti Cara penanganan Balita Stunting
d. Keluarga sudah mengerti tentang pemenuhan asupan gizi yang cukup untuk balita.
e. Keluarga mau untuk membawa balita ke posyandu sesuai jadwal.
f. Keluarga mengerti dan mau untuk melakukan kebersihan Lingkungan.
g. Ibu dan Suami sudah mendapatkan KIE tentang hak-hak perempuan,keluarga dan
perkawinan.
h. Ibu mengerti dan memahami tentang ASI Eksklusif
DATA PERKEMBANGAN 1
Tanggal : 23 September 2021 Pukul : 11.00 WIB
DATA SUBJEKTIF :
- Ibu mengatakan bahwa balitanya dalam keadaan baik/tidak sakit.
- Ibu mengatakan bahwa pemberian makan pada balitanya sudah di usahkan yang
bergizi.
- Ibu mengatakan suaminya sudah mengerti,tidak semua keputusan dapat diputuskan
oleh suaminya saja.
DATA OBJEKTIF :
- Balitanya kelihatan sehat dan ceria
- Lingkungan sekitar rumah sudah mulai ada perubahan
ANALISA :
Diagnosa : Balita perempuan usia 33 bulan dengan Status Stunting Gizi Baik.
Dasar : Ibu mengatakan bahwa balita perempuannya berusia 33 bulan,
proporsi tubuh agak pendek dengan berat badan 10,7 kg Dengan
Tinggi Badan 82 cm
Potensial Masalah : Gangguan perkembangan kecerdasan, pertumbuhan fisik dan
mental.
Tindakan Segera : Kolaborasi keluarga dengan dokter dan ahli gizi untuk memastikan
keadaan balita.
PENATALAKSANAAN :
Tanggal : 23 September 2021 Jam : 11.10 WIB
a. Menjelaskan kepada keluarga tentang Cara penanganan Balita Stunting
- Evaluasi :
 Keluarga sudah mengerti Cara penanganan Balita Stunting
b. Menjelaskan kepada keluarga tentang cara pemberian makan yang baik pada balita.
- Evaluasi :
 ibu sudah memberikan makanan yang baik/bergizi untuk balitanya.
c. Memberikan Stup daging pada dengan posri 3 hari 1x
- Evaluasi :
 Balita memakan stup daging dengan lahap
d. Mengajarkan ibu cara membuat stup daging ayam dan daun kelor
- Evaluasi :
 Ibu mengetahui cara membuat stup daging ayam daun kelor
e. Membantu keluarga untuk manata kebersihan lingkungan
- Evaluasi
 Melakukan pembenahan tempat jemuran baju
DATA PERKEMBANGAN 2
Tanggal : 28 September 2021 Pukul : 13.00 WIB
DATA SUBJEKTIF :
- Ibu mengatakan bahwa balitanya dalam keadaan kurang sehat (pilek).
- Ibu mengatakan bahwa pemberian makan pada balitanya sudah di usahkan yang
bergizi.
DATA OBJEKTIF :
- Balitanya kelihatan kurang ceria
- Lingkungan sekitar rumah sudah tertata dengan baik
ANALISA :
Diagnosa : Balita perempuan usia 33 bulan dengan Status Stunting Gizi Baik.
Dasar : Ibu mengatakan bahwa balita perempuannya berusia 33 bulan,
proporsi tubuh agak pendek dengan berat badan 10,7 kg Dengan
Tinggi Badan 82 cm
Potensial Masalah : Gangguan perkembangan kecerdasan, pertumbuhan fisik dan
mental.
Tindakan Segera : Kolaborasi keluarga dengan dokter dan ahli gizi untuk memastikan
keadaan balita.
PENATALAKSANAAN :
Tanggal : 28 September 2021 Jam : 13.10 WIB
a. Membritahu ibu untuk tetap memberikan gizi yang baik pada balita
- Evaluasi :
 Ibu mau dan kooperatif untuk memberikan gizi yang baik pada balita
b. Mempraktekan cara pembuatan Yamlor
- Evaluasi :
 Memberikan Yamlor pada balita 3 hari sekali @ 3 Cup
c. Membantu perekonomian keluarga dalam pemenuhan gizi balita
- Evaluasi :
 Pemberian bibit ayam untuk di ternak
 Pemberian kangkung dan pohon kelor untuk di tanam di halaman rumah
d. Membantu keluarga untuk menata lingkungan keluarga
- Evaluasi :
 Keluarga sudah melakukan pengecetan rumah
 Membantu membenahi kebersihan kandang ayam
 Membantu menanam kangkung dan pohon kelor

LAMPIRAN

Lampiran 1: Pengkajian 16 September 2021


Lampiran 2 : perkembangan 1
Lampiran 3 : perkembangan 2
DAFTAR PUSTAKA
Tyas.2019.Tahap perkembangan anak usia 33-36 bulan.
https://id.theasianparent.com/tahap-perkembangan-anak-usia-33-36-bulan.
Okky Aridiyah,Farrah dan kawan-kawan.2015 Faktor-faktoryangMempengaruhi
Kejadian Stunting pada Anak Balita di Wilayah Pedesaan dan Perkotaan (The Factors
Affecting Stunting on Toddlers in Rural and Urban
Areas).https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JPK/article/download/2520/2029.tanggal20septemb
er2021
Ariani Setiaputri,Karinta.2021.tunting pada Anak: Ketahui Penyebab, Ciri, dan Cara
Mengatasinya. https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-anak/penyakit-pada-
anak/stunting/.20september2021
Rokom.2018.Cegah Stunting dengan Perbaikan Pola Makan, Pola Asuh dan Sanitasi.
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20180407/1825480/cegah-stunting-dengan-
perbaikan-pola-makan-pola-asuh-dan-sanitasi-2/.22september2021
Mamahit,Laurensius.2013.Hak Dan Kewajiban Suami Isteri Akibat Perkawinan
Campuran Ditinjau Dari Hukum Positif Indonesia.
https://media.neliti.com/media/publications/150522-ID-hak-dan-kewajiban-suami-isteri-
akibat-pe.pdf.22september2021
Kurnia,fitri;Tanu Komalyna,1 Nengah.2021. Pastel Tutup Daging Ayam dan Daun
Kelor sebagai Pemberian Makanan Tambahan Balita Stunting di Puskesmas Dinoyo Kota
Malang: Kajian Nilai Gizi, Mutu Protein dan Daya Terima.
https://jurnal.uns.ac.id/agrihealth/article/view/47071.22september2021

Anda mungkin juga menyukai